Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Rumah Masyarakat Di Dua Wilayah Kota Medan (Medan Bagian Timur dan Medan Bagian Utara)

(1)

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA WILAYAH KOTA MEDAN (MEDAN BAGIAN TIMUR DAN MEDAN BAGIAN UTARA)

HASIL PENELITIAN

OLEH :

FAJRUL HADI HASIBUAN 031203026/ Teknologi Hasil Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(2)

Halaman Pengesahan

Judul Penelitian : Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Rumah Masyarakat Di Dua Wilayah Kota Medan (Medan Bagian Timur dan Medan Bagian Utara)

NAMA : FAJRUL HADI HASIBUAN

NIM : 031203026

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si, MSc NIP. 132 296 841 NIP. 132 307 219

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.S NIP. 132 287 853


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Rumah Masyarakat di Dua Wilayah Kota Medan (Medan Bagian Timur dan Medan Bagian Utara)”.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Pertanian Departemen Kehutanan Program Studi Teknologi Hasil Hutan Universitas Sumatera Utara.

Sebagai hamba Allah yang dhoif, penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan serta dari kesempurnaan. Namun penulis selalu berbesar hati menerima saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Keluargaku tercinta Ayahanda Abdul Jalil Hasibuan, Ibunda Halimahtusa’diah (Allahuyarham), keluarga Bapak Sya’ban Effendi Hasibuan, keluarga Bapak Syafri Tanjung, keluarga Ibunda Arbaiyah Hasibuan, keluarga Bapak Paimin, keluarga Bapak Mahwan Hasibuan, keluarga Abangda Indra Purnomo, Abangda Mahyaruddin Hasibuan, Kakanda Dina Rambe serta para adik-adik yang telah memberikan do’a, motivasi, serta dukungan moril maupun materil yang diberikan dengan ikhlas sampai saat ini.

2. Dosen-dosen pembimbing ; Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P sebagai pembimbing I, Amelia Zulianti Siregar, S.Si, MSc sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis. 3. Bapak Ketua Departemen Kehutanan; Bapak Dr. Edy Batara Mulya Siregar,

SP, MS.

4. Dosen-dosen serta para staf dan karyawan Departemen Kehutanan yang telah banyak membantu penulis.


(5)

5. Keluarga Bapak Drs. H. Nurman khususnya kepada Adinda Muhammad Nurul Fadhli, S.Si yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.

6. Teman-teman dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) komisariat USU do’a dan motivasinya kepada penulis khususnya Akhi Rajab Polpoke, S.Sos dan Akhi Bek Kinantan, ST.

7. Teman-teman di program studi Teknologi Hasil Hutan yang telah memberikan pelajaran berharga bagi penulis selama di kampus tercinta.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi yang membaca pada umumnya.

Medan, Desember 2007


(6)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Rayap dan Biologinya ... 5

Koloni Rayap ... 6

Klasifikasi Rayap ... 10

Serangan Rayap dan Kerugian Yang Ditimbulkan ... 12

Perlindungan Bangunan Terhadap Serangan Rayap ... 14

METODOLOGI Lokasi dan Waktu ... 16

Bahan dan Alat ... 16

Batasan Studi ... 16

Penentuan Rumah Contoh ... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Pengumpulan Data ... 18

Pengolahan Data ... 18

Identifikasi Rayap ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Rumah Contoh ... 22

Pola Serangan Rayap ... 28

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap ... 31

A. Perbedaan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Masing-masing Lokasi Penelitian ... 31

B. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Tiap-Tiap Konstruksi pada Berbagai Kelas Umur ... 34

C. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering pada Tiap-Tiap Konstruksi .... … 37

Jenis Rayap Perusak Bangunan ... 43

Tindakan Pengendalian ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50


(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN ... 53


(8)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Karakteristik Umur Bangunan, Luas bangunan,

Tipe Bangunan Rumah Contoh di Wilayah Kecamatan Medan Denai

dan Kecamatan Medan Labuhan ...22 2. Karakteristik Sumber Air, Drainase Rumah Contoh di Wilayah Kecamatan

Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan ...23 3. Karakteristik Kepadatan Pemukiman, Penerimaan Sinar Matahari,

Pembuangan Sampah pada Lokasi Rumah Contoh di Wilayah Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan ...24 4. Karakteristik Jenis Atap Serta Jenis Kayu yang Digunakan Rumah Contoh di

Wilayah Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan

Medan Labuhan ...26 5. Perbedaan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada

Masing- Masing Lokasi Penelitian ...31 6. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Tiap-Tiap Konstruksi

pada Berbagai Kelas Umur ...35 7. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah dan Rayap

Kayu Kering pada Tiap-Tiap Konstruksi ...38 8. Rangkuman Kerugian Akibat Serangan Rayap di Dua Wilayah

Kota Medan (Medan Bagian Timur dan Medan Bagian Utara) Studi Kasus di Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan

Medan Labuhan………. ….42 9. Jenis Rayap Perusak Kayu pada Masing-masing Lokasi Penelitian………...44


(9)

DAFTAR GAMBAR

Hal 1. Daur Hidup Rayap Membentuk Koloninya ...9 2. Contoh Kerusakan pada Kerangka Plafon Akibat Serangan

RayapTanah pada Tipe Rumah Semi Permanen...27 3. Contoh Kerusakan pada Dinding Akibat Serangan Rayap pada

Salah Satu Rumah Contoh di Kelurahan Nelayan Indah

Kecamatan Medan labuhan ...28 4. Contoh Liang Kembara Rayap Tanah Yang terdapat

pada Dinding Rumah Akibat Serangan Rayap pada

Tipe Rumah Semi Permanen ...29 5. Bentuk Eksremen-Eksremen Rayap Kayu Kering ...30 6. Rumah Panggung yang Berada di Kelurahan Nelayan Indah

Kecamatan Medan Labuhan ...34 7. Histogram Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap

pada Tiap-Tiap Konstruksi pada Berbagai Kelas Umur ...36 8. Histogram Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah

dan Rayap Kayu Kering pada Tiap-Tiap Konstruksi……….. 40 9. Bentuk Tubuh Kasta Prajurit Rayap

Coptotermes curvignatus Holmgren………. 45


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal 1. Kunci Pengenalan Genus dan Spesies (Nandika dkk., 2003) ... 53 2. Daftar Harga Kayu Olahan ... 57 3. Contoh Perhitungan Tingkat Serangan Rayap dan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap ... …. 61 4. Contoh Perhitungan Standart Deviasi ... 62 5. Karakteristik Rumah Contoh ... 67 6. Kerugian Ekonomis Tiap Jenis Konstruksi Akibat Serangan


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia. Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum 22,5o C – 23,9o C dan suhu maksimum adalah 30,8o C - 33,7o C berada di ketinggian 2,5 – 37,5 m dari permukaan laut. Rata-rata curah hujan berkisar 120,9 mm/bulan – 169,6 mm/bulan. Kelembaban mencapai 84%-85% dengan kecepatan angin 0,48 m/detik. Secara keseluruhan jenis tanah wilayah ini terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1990 dan dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi jenis tanah liat yang spesifik (Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2007).

Kondisi umum diatas sangat mendukung bagi kehidupan dan perkembangbiakan rayap di Kota Medan. Menurut Nandika dkk (2003), faktor lingkungan seperti curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan musuh alami mempengaruhi perkembangan populasi rayap. Kelembaban dan suhu yang berada dalam batas optimum menyebabkan perkembangan dan penyebaran rayap yang tinggi selain tipe tanah yang cocok. Ini hanya untuk rayap tanah, sedangkan untuk rayap kayu kering tidak memerlukan air atau kelembaban dalam jumlah yang tinggi.

Saat sekarang ini masyarakat Kota Medan umumnya bertempat tinggal diperumahan yang semi permanen. Hal ini menyangkut dengan pendapatan perkapita


(12)

masyarakat yang relatif rendah. Di samping itu, kayu yang di gunakan umumnya menggunakan kayu-kayu yang memiliki keawetan alami rendah karena untuk mendapatkan kayu yang memilik keawetan alami tinggi akan membutuhkan biaya yang sangat mahal. Oleh karena itu kemungkinan untuk terjadinya serangan rayap perusak kayu pada perumahan penduduk cukup besar.

Serangan rayap yang sudah merambah ke pemukiman saat ini merupakan suatu polemik yang sangat ditakuti oleh manusia. Berbagai penelitian dilaksanakan guna untuk mengendalikan serangan serangga kecil ini. Serangan rayap menyebabkan berbagai konstruksi rumah mengalami kerusakan sehingga merugikan pemilik rumah. Kerusakan biasa terjadi pada komponen komponen yang terbuat dari kayu, terutama pada kusen pintu, kusen jendela, daun pintu, lipslang, plafon serta perabot rumah yang lain (Jambak, 1990).

Penelitian tentang kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Indonesia telah banyak dilakukan. Penelitian tentang dampak kerugian rayap dan intensitas serangannya telah dilakukan sejak tahun 1980-an. Namun untuk Kota Medan, belum banyak ditemukan penelitian yang memberikan data kerugian akibat serangan rayap baik sektor perumahan maupun sektor yang lain. Seperti yang diungkapkan Rudi (1994) dalam Romaida (2002) bahwa kerugian untuk kotamadya Bandung mencapai 1,35 milyar pertahun. Menurut Safaruddin (1994) kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Jakarta Barat dan Jakarta Timur berkisar Rp 67,57 milyar, serta menurut Romaida (2002) sendiri kerugian yang dialami Kota Cirebon mencapai Rp 3.648.061,-.


(13)

Kerugian diatas diperkirakan akan terus bertambah sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan bertambah pula kebutuhan akan tempat tinggal yang sesuai dengan jumlah dan keinginan rakyat. Akan tetapi, bahan rumah berupa jenis kayu yang memiliki keawetan alami dewasa ini sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan karena harganya semakin mahal dan ketersediaannya semakin langka. Dengan demikian kebutuhan tersebut harus dipenuhi oleh jenis kayu atau bahan organik lain yang mempunyai keawetan alami rendah., sehingga mudah diserang oleh faktor perusak kayu ( rayap, bubuk, jamur, dan lain-lain ). Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga atau memelihara bangunan dengan teknik sanitasi untuk mencegah serangan rayap pada bangunan mutlak diperlukan guna untuk menekan kerugian yang dialami akibat serangan rayap ini.

Berdasarkan penelitian Pusat Studi Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor (IPB), kerugian rata-rata per tahun yang disebabkan oleh rayap terhadap bangunan publik di Indonesia sekitar Rp 2,8 triliun per tahun. Dari nilai tersebut kerugian terbesar terjadi di Jakarta yaitu sebesar Rp 2,6 triliun (Tarumingkeng, 2003).

Berdasarkan hal-hal diatas maka dianggap perlu dilakukan serangkaian penelitian tentang “ Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Rumah Masyarakat di Dua Wilayah Kota Medan (Medan Bagian Timur dan Medan Bagian Utara)”.


(14)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui besarnya kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan rumah masyarakat di dua wilayah Kota Medan.

2. Mengetahui jenis rayap yang menyerang bangunan rumah masyarakat di dua wilayah Kota Medan.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu :

1. Tersedianya data tentang kerugian ekonomis akibat serangan rayap dan data jenis rayap yang menyerang bangunan masyarakat.

2. Dapat memacu tindakan untuk mencegah meluasnya serangan rayap, sehingga kerugian ekonomis dapat ditekan sekecil mungkin.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi dan Ekologi Rayap

Rayap adalah serangga yang berukuran kecil, hidup dalam kelompok-kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Dalam sebuah koloni terdapat individu yang bersayap dan yang tidak bersayap,dan beberapa individu bersayap pendek (mempunyai tonjolan sayap). Jumlah sayap dua pasang yang berbentuk seperti selaput dengan pola pertulangan yang agak mengecil tetapi sering kali dengan banyaknya urat yang terlihat mengkerut. Bentuk dan ukuran sayap depan sama dengan sayap belakang, oleh karena itu ordonya dinamakan Isoptera (Iso = sama, ptera = sayap). Pada waktu istirahat sayap diletakkan rata terlipat di atas punggung dan melewati abdomen. Tipe mulutnya adalah menggigit dan mengunyah serta mengalami metamorfosa sederhana (Borror dkk, 1993).

Rayap dari berbagai jenis tersebar di seluruh bagian bumi yang beriklim panas dan sedang . secara umum rayap tersebar antara garis lintang 500 LU – 500 LS, tetapi di daerah tropis lebih banyak jumlahnya. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan rayap seperti curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan musuh alami. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan mempenaruhi satu sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap (Nandika dkk, 2003).

Suranto (2002) dalam Muharomi (2005) menyatakan bahwa kelembaban optimum bagi rayap subteran berkisar antara 97,5%-100%, dan rayap kayu kering mampu bertahan hidup selama 11 jam pada kondisi kering dengan kelembaban udara


(16)

relatif 10%. Dalam kondisi lembab dengan tingkat kelembaban udara 100%, rayap akan mampu hidup selama 86,5 jam tanpa persediaan makanan.

Prasetyo dan Yusuf (2005) menyatakan rayap memiliki habitat yang unik dalam suatu ekosistem. Keberadaan koloni rayap berperan penting dalam siklus

biogeochemical (dekomposer bahan organik) seperti siklus nitrogen, karbon, sulfur,

oksigen dan fosfor. Mudahnya rayap beradaptasi dengan lingkungannya mengakibatkan mereka bisa ditemui di hampir semua bentuk ekosistem.

Koloni Rayap

Nandika dkk (2003) mengutarakan bahwa sebagian masyarakat juga sudah mengetahui bahwa dalam koloni setiap jenis rayap, terdapat beberapa kasta individu yang wujudnya berbeda, yaitu:

1. Kasta reproduktif. Kasta ini terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina (yang abdomennya biasanya sangat membesar) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Raja sebenarnya tak sepenting ratu jika dibandingkan dengan lamanya ia bertugas karena dengan sekali kawin, betina dapat menghasikan ribuan telur; lagipula sperma dapat disimpan oleh betina dalam kantong khusus untuk itu, sehingga mungkin sekali tak diperlukan kopulasi berulang-ulang. Jika koloni rayap masih relatif muda biasanya kasta reproduktif berukuran besar sehingga disebut ratu. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak penerbangan pertama mereka. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika mereka mati bukan berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh. Koloni akan membentuk "ratu" atau


(17)

"raja" baru dari individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru.

2. Kasta prajurit. Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik di antara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui "suara" tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja diserang oleh semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut, walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi karena prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap akhirnya mati. Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-macam) umum terdapat di antara rayap famili Termitidae, hanya pada Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut (yang berarti hidung, dan penampilannya seperti "tusuk") sebagai alat penyemprot racun bagi musuhnya. Prajurit Cryptotermes memiliki kepala yang


(18)

berbentuk kepala bulldog, tugasnya hanya menyumbat semua lobang dalam sarang yang potensial dapat dimasuki musuh. Semua musuh yang mencapai lobang masuk sulit untuk luput dari gigitan mandibelnya. Pada beberapa jenis rayap dari famili Termitidae seperti Macrotermes, Odontotermes, Microtermes dan Hospitalitermes

terdapat prajurit dimorf (dua bentuk) yaitu prajurit besar (prajurit makro) dan prajurit kecil (pajurit mikro).

3. Kasta pekerja. Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Tugasnya hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembara mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan-terowongan, menyuapi dan membersihkan kasta reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas. Dari kenyataan ini maka para pakar rayap sejak abad ke-19 telah mempostulatkan bahwa sebenarnya kasta pekerjalah yang menjadi "raja", yang memerintah dan mengatur semua tatanan dan aturan dalam sarang rayap. Sifat kanibal terutama menonjol pada keadaan yang sulit misalnya kekurangan air dan makanan, sehingga hanya individu yang kuat saja yang dipertahankan. Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, dan berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap.

Menurut Nandika (2003) dalam Muharomi (2005) mengungkapkan bahwa sekitar 3-5 tahun dalam satu koloni rayap dapat berkembang biak ratusan ribu hingga jutaan ekor. Rayap berkembang biak sangat cepat sementara usia produktif mereka


(19)

berbeda tiap jenisnya. Untuk ratu sekitar 20 tahun, sedangkan rayap pekerja sekitar 3 tahun. Dalam satu koloni terdapat sepasang ratu dan raja dengan ribuan tentara. Sisanya adalah pekerja. Daur hidup rayap dapat di lihat pada gambar 1.

Gambar 1. Daur Hidup Rayap Membentuk Koloninya

Rayap pekerja mencari makanan 24 jam secara terus-menerus. Berdasarkan hasil penelitian, untuk luas wilayah 295 m2 , populasi rayap mencapai 610 ribu. Di Jakarta mencapai 1,7 Juta. Daya jelajah maksimal 118 meter dan berat tubuh rayap 2,5 miligram. Sedangkan satu ekor rayap memerlukan sekitar 0,24 miligram makanan setiap hari, maka koloni rayap di Jakarta mengkonsumsi kayu sebanyak 408 gram setiap harinya.

Menurut Tambunan dan Nandika (1989), dikemukakan bahwa dalam hidupnya rayap mempunyai beberapa sifat yang penting untuk diperhatikan, yaitu:

a). Sifat trophalaxis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul saling menjilat serta mengadakan pertukaran bahan makanan.


(20)

c) Sifat canibalism, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang lemah atau sakit. Sifat ini lebih menonjol dalam keadaan kekurangan makanan.

d) Sifat necrophagy, yaitu sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya.

Klasifikasi Rayap

Menurut Nandika (1989), jenis-jenis rayap perusak kayu di Indonesia termasuk dalam famili kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan Termitidae.

1. Famili Kalotermitidae

Jenis-jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitif. Koloninya tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan merawat sarang dilakukan oleh larfa dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya di bagi atas 3 golongan :

a. Rayap kayu lembab (Glyptoternes spp). b. Rayap pohon (Neotermes spp).

c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp). 2. Famili Rhinotermitidae

Famili ini mempunyai sarang di bawah atau di atas tanah. Jenis-jenis yang terpenting adalah Coptotermes curvignathus dan Coptotermes travian. Organisasi dari famili ini sedikit lebih maju dari famili Kalotermitidae.


(21)

3. Famili Termitidae

Famili ini memiliki organisasi yang lebih sempurna dari famili Kalotermitidae. Rayap ini kebayakan hidup di dalam tanah. Genus yang terkenal antara lain Ondototermes, Microtermes, Macrotermes.

Tarumingkeng (2001) menyatakan berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat digolongkan dalam tipe-tipe berikut: 1. Rayap pohon, yaitu jenis-jenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh yang khas dari rayap ini adalah Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae), hama pohon jati.

2. Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah. Contoh : Jenis-jenis rayap dari genus Glyptotermes

(Glyptotermesspp, famili Kalotermitidae).

3. Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya di tempat kering.

4. Rayap subteran, yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon baik yang telah mati maupun masih hidup. Di Indonesia rayap subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari famili Rhinotermitidae. Terutama dari genus Coptotermes


(22)

seperti Macrotermes namun perbedaan utama adalah kemampuan Coptotermes untuk bersarang di dalam kayu yang diserangnya, walaupun tidak ada hubungan dengan tanah, asal saja sarang tersebut sekali-sekali memperoleh lembab, misalnya tetesan air hujan dari atap bangunan yang bocor. Coptotermes pernah diamati menyerang bagian-bagian kayu dari kapal minyak yang melayani pelayaran Palembang-Jakarta.

Coptotermes curvignathus Holmgren sering kali diamati menyerang pohon Pinus

merkusii dan banyak meyebabkan kerugian pada bangunan.

5. Rayap tanah. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh-contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus)

Odontotermesspp dan Microtermesspp.

Jenis-jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Macrotermes dan Odontotermes merupakan rayap subteran yang sangat umum menyerang bangunan di Jakarta dan sekitarnya.

Serangan Rayap Pada Bangunan dan Kerugian Yang Ditimbulkan

Besar kecilnya kerusakan yang ditimbulkan oleh rayap tergantung pada jenis rayap, jenis kayu, keadaan tanah, kelembaban, dan temperatur. Serangan rayap subteran pada bangunan dan perumahan dapat melalui berbagai cara antara lain hubungan langsung dengan tanah, seperti pada tiang-tiang kayu. Bisa juga melalaui


(23)

retakan-retakan atau rongga pada semen, lantai dan pondasi rumah permanen dan semi permanen. Kehadiran rayap tanah di tandai dengan adanya liang kembara pada objek-objek terserang. Di lain pihak kayu kering mempunyai kemampuan hidup pada kayu-kayu kering dalam rumah, mereka tidak membangun sarang atau terowongan pada tempat-tempat terbuka sehingga sukar untuk diketahui. Pada kayu yang diserang terjadi lubang dan lorong-lorong yang saling berhubungan. Kayu yang diserang menjadi kropos tanpa adanya pecahan permukaan. Adanya serangan rayap pada kayu kering dapat diketahui dari eskremen-eksremen berupa butir, kecil, lonjong, dan agak bertakik (granuler) (Jusmalinda, 1994).

Kerugian ekonomis akibat kerusakan kayu oleh faktor perusak kayu pada bangunan di Indonesia telah mencapai milyaran rupiah tiap tahunnya. Survei di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan kota-kota besar lainnya menunjukkan bahwa umumnya bangunan perumahan sangat rentan diserang oleh organisme perusak kayu (Muharomi, 2005).

Menurut Rudi (1994) dalam Romaida (2002), tingkat serangan rayap pada rumah di Kotamadya Bandung telah mencapai 90% dengan kerugian pertahun sebesar 1,35 milyar rupiah. Untuk daerah JABOTABEK Romaida (2002) manyatakan, rata-rata persentase serangan rayap tanah pada perumahan mencapai 38,20%. Sedangkan total nilai kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Kotamadya Surabaya menurut Rakhmawati (1996) dan nilai investasi per tahun sebesar Rp 8.530.207,29 atau Rp 35.542,53 per rumah per tahun. Untuk Kota Cirebon, Romaida (2002) menghitung kerugian yang diakibatkan oleh rayap kayu


(24)

kering sebesar Rp 2.082.591 dan kerugian ekonomis yang di akibatkan oleh rayap tanah adalah sebesar Rp 1.565.470,-.

Departemen Pekerjaan Umum Pada pertengahan tahun 1983 menyatakan kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung pemerintah saja diperkirakan mencapai 100 milyar setiap tahunnya (Romaida, 2002).

Perlindungan Bangunan Terhadap Serangan Rayap

Nandika (2005) mengungkapkan serangga merupakan biang keladi dari semua kerusakan kayu-kayu konstruksi bangunan yang bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan 54 minggu setahun. Ada 3 (tiga) tujuan yang mendasari termite control service atau anti rayap yaitu mencegah, membasmi dan mengendalikan.

Mencegah; Suatu langkah yang sangat bijaksana, karena dapat mengantisipasi serangan rayap yang berasal dari luar bangunan. Seandainya suatu ketika muncul laron-laron yang beterbangan saat senja hari dan salah satu dari mereka berhasil memperoleh tempat untuk bertelur, maka rayap yang berasal dari telur-telur laron tidak akan mampu memakan kayu-kayu yang telah terlindungi termitisida/obat rayap dan tidak bisa menembus lapisan tanah yang telah dilindungi oleh termitisida.

Membasmi. Biasanya dilakukan oleh orang yang belum mengetahui dan mengerti termite control service. Hal ini wajar karena mungkin orang menganggap service ini tidak penting.

Mengendalikan. Tujuan akhir yang benar-benar jangan sampai terjadi, karena hal ini dikarenakan pelaksanaan service yang sangat terlambat dan rayap sudah menyebar ke seluruh bagian bangunan. Rayap tidak mungkin terbasmi atau dapat dihilangkan


(25)

secara total, karena jalur lalu lintas rayap benar-benar luas dan tersembunyi. Namun demikian service yang diperoleh dapat memperpanjang usia bangunan kita dan mengendalikan serangan rayap agar tidak menimbulkan kerusakan fatal.

Secara garis besar pelaksanaan termite control dilakukan dalam 2 (dua) macam metode, yaitu :

1) Pre-construction termite control (metode pra konstruksi), yaitu termite control

yang dilakukan saat bangunan sedang dibangun, yang meliputi pekerjaan penyemprotan galian pondasi, penyemprotan seluruh permukaan lantai/tanah bangunan sebelum pengecoran, dan penyemprotan seluruh permukaan kayu-kayu sebelum dipasang pada konstruksi plafond dan atap.

2) Pos construction termite control (metode pasca konstruksi), yaitu termite

control yang yang dilakukan pada bangunan yang sudah berdiri dengan jalan menginjeksikan termitisida/obat pembasmi rayap ke dalam tanah dibawah lantai sepanjang pondasi bangunan yang jarak antar lubang injeksinya + 60 - 80 cm, dengan diameter lubang max. 13 mm. Sedangkan untuk kayu-kayu yang telah terpasang dilakukan penyemprotan langsung dengan termitisida (Nandika, 2005).


(26)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kecamatan Medan Denai (Medan Bagian Timur) dan Kecamatan Medan Labuhan (Medan Bagian Utara) yang dilaksanakan pada bulan Januari 2007 sampai dengan April 2007.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa : alkohol 70%, peta Kota Medan, dan data-data sekunder yang diperlukan.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran baja untuk mengukur dimensi dan kerusakan dimensi, kuas dan pinset untuk mengambil rayap, alat tusuk kayu, palu untuk memeriksa kayu, botol untuk tempat alkohol, peralatan tulis-menulis , tally sheet untuk pengumpulan data, kertas, kalkulator, dan kamera untuk dokumentasi.

Batasan Studi

Dalam penelitian ini aspek yang diteliti adalah kerusakan yang disebabkan oleh serangan rayap pada komponen bangunan rumah yang terbuat dari kayu. Adapun komponen yang diamati adalah dinding, daun pintu, kusen pintu, daun jendela, kusen jendela, lisplang, plafon, tiang.


(27)

Untuk keperluan penelitian ini dipakai beberapa istilah antara lain, sebagai berikut :

1) Rumah permanen : Rumah yang sedikit atau tidak menggunakan kayu. Bahan pokoknya adalah tembok, besi baja, atau bahan lain yang lebih kuat dari kayu. 2) Rumah semi permanen : Rumah rakyat yang setengah dindingnya berupa

tembok (1\2 – 1\3 tinggi) rumah. Lantainya berupa plasteran, semen kapur atau tegel biasa. Sering disebut rumah setengah tembok atau setengah bata. Rumah yang tiang-tiangnya terbuat dari kayu juga digolongkan kedalam rumah semipermanen.

Harga kayu dan material yang digunakan adalah harga dipasaran pada saat penelitian. Sedangkan upah kerja di dapat berdasarkan wawancara dengan seorang pemborong bangunan.

Penentuan Rumah Contoh

Penentuan rumah contoh dilakukan dengan menggunakan metode Multi Stage

Sampling (metode pengambilan contoh bertingkat). Dalam hal ini dari dua wilayah

Kota Medan yang telah ditentukan, diambil masing-masing satu kecamatan sehingga diperoleh dua kecamatan, dari masing-masing kecamatan diambil dua kelurahan sehingga diperoleh empat kelurahan, dari masing-masing kelurahan diambil tiga lingkungan sehingga diperoleh dua belas lingkungan, dari masing-masing lingkungan diambil sepuluh rumah contoh dengan menggunakan daftar bilangan acak. Jadi, jumlah total rumah contoh adalah 120 rumah.


(28)

Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara di lapangan berdasarkan tally sheet yang telah disiapkan sebelumnya. Tally sheet mencakup karakteristik bangunan, lingkungan bangunan dan data komponen bangunan.

Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya, baik panjang, lebar dan tebalnya. Jadi data yang diperoleh merupakan nilai kerugian minimal. Data-data yang diperoleh atas komponen tersebut dikonversi ke dalam nilai rupiah (Rp). Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang disebabkan oleh rayap. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah :

a. Peta Kota Medan

b. Harga kayu dipasaran (2006)

c. Kunci determinasi (Nandika dkk., 2003) (lampiran 1)

Pengolahan Data A. Pengelompokan Data

Data nilai kerugian dikelompokan ke dalam beberapa kelas umur yaitu : a. 1 - 10 tahun

b. 11 - 20 tahun c. 21 – 30 tahun d. Lebih dari 30 tahun


(29)

Masing –masing kelas umur dikelompokkan lagi berdasarkan golongan rayap perusak kayu yaitu antara rayap kayu kering (RKK) dan rayap tanah (RT). Nilai kerugian dirinci menurut jenis komponen yang terserang yaitu : dinding, kusen pintu, kusen jendela, daun pintu daun jendela, lisplang, plafon, dan tiang.

B. Analisis Data

Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan parameter statistik :

1. Perhitungan Kerugian Ekonomis

Krs =

m n

Kn

1

Keterangan :

Krs = kerugian akibat serangan rayap r = rayap kayu kering, rayap tanah s = 1,2,3,... total bangunan sampel

Kn = nilai kerugian masing-masing komponen n = 1,2,3,....m komponen


(30)

2. Perhitungan Standar Deviasi (S):

Keterangan :

S2 = Standar Deviasi n = banyak rumah contoh Xi = nilai kerugian ke-I

i = 1,2,3,... total bangunan sampel

3. Perhitungan Interval untuk Rata-rata

χ

χ

α

S

Dimana n S t

: 2 /

±

Keterangan :

X = nilai rata-rata hasil pengukuran Sx = standar error

tα/2 = 1,96 dan derajat kebebasan

( )

n−1 untuk tingkat kepercayaan 95%

S = standar deviasi

( )

( )

1 2 2

2

− −

=

n n

x x

n


(31)

Identifikasi Rayap

Rayap yang diperoleh dari rumah-rumah penduduk yang terserang atau yang diperoleh dari sekitar rumah disimpan dalam botol kecil yang berisi alkohol 70% agar rayap tersebut tidak cepat rusak. Apabila tidak ditemukan jenis rayap yang menyerang, maka akan dilakukan pemancingan rayap dengan jenis kayu yang sama yang diletakkan di sekitar rumah contoh dan diamati selama satu bulan. Identifikasi rayap dilakukan di laboratorium dengan menggunakan kunci determinasi Nandika (2003) dan Borror dkk (1993).


(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Rumah Contoh

Hasil penelitian beberapa karakteristik rumah contoh yang berada di lokasi penelitian tercantum pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 4.

Tabel 1. Karakteristik Umur Bangunan, Luas bangunan, Tipe Bangunan Rumah Contoh di Wilayah Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan.

Karakteristik Rumah Contoh

Kecamatan Medan Denai (%)

Kecamatan Medan Labuhan (%) Umur (tahun)

a) 1 - 10 b) 11 - 20 c) 21 – 30 d) Lebih dari 30

18,33 21,66 30 30 11,66 55 16,66 16,66 Luas Bangunan (m2)

a) ≤ 30 b) 30 - 50 c) 50 – 70 d) ≥ 70

16,66 30 31,66 21,66 6,66 61,66 23,33 8,33 Tipe a) Permanen b) Semi Permanen

61,66 38,33

20 80

Besar kecilnya rumah contoh menggambarkan banyaknya bagian-bagian rumah yang terbuat dari kayu. Rumah besar cendrung memiliki konstruksi kayu yang lebih banyak daripada rumah yang rumah yang berukuran kecil. Umur rumah akan menentukan tingkat serangan rayap yang menyerang rumah tersebut. Biasanya, semakin tua bangunan rumah maka keawetan konstruksi kayu yang ada didalamnya cenderung menurun sehingga kemungkinan untuk terserang rayap akan semakin


(33)

besar. Hal ini terbukti dari perhitungan kerugian ekonomi yang telah dilakukan, rumah yang telah berumur tua memiliki kerugian ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan rumah yang umurnya lebih muda. Sebagaimana yang tercantum pada Tabel 6.

Rumah yang tergolong tipe bangunan semi permanen, akan memiliki bagian konstruksi bangunan yang terbuat dari kayu lebih banyak dari pada rumah yang tergolong kedalam tipe bangunan permanen. Semakin besar volume kayu yang terdapat di dalam satu unit rumah maka semakin besar peluang untuk terserang rayap. Akan tetapi, hal ini juga tergantung dengan jenis kayu yang digunakan serta faktor-faktor fisik yang mendukung lingkungan untuk perkembangan hidup rayap.

Tabel 2. Karakteristik Sumber Air, Drainase Rumah Contoh di Wilayah Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan.

Karakteristik Rumah Contoh

Kecamatan Medan Denai (%)

Kecamatan Medan Labuhan (%) Sumber air

a) Sumur b) PAM c) Sungai

21,66 78,33

-

50 30 20 Drainase

a) Lancar b) Agak lancar c) Tidak lancar

26,66 53.33 20

40 35 25

Nandika; dkk (2003), menyatakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mendukung perkembangan hidup rayap adalah kelembaban suatu daerah. Secara umum diperhatikan bahwa rumah contoh yang sumber airnya berasal dari sumur biasa cenderung memiliki kelembaban yang lebih tinggi. Faktor kelembaban ini akhirnya akan mengundang rayap untuk datang yang selanjutnya akan mengambil


(34)

makanan berupa konstruksi kayu yang berada di dalam rumah tersebut. Empat Puluh persen dari 60 rumah contoh di wilayah Kecamatan Medan Labuhan menggunakan sumur sebagai sumber air. Dari perhitungan kerugian ekonomi yang telah dilakukan ternyata daerah penelitian ini lebih besar daripada wilayah penelitian di Kecamatan Medan Denai yang hanya 21,66% dari 60 rumah contoh yang menggunakan sumur sebagai sumber air.

Hasil pengamatan yang telah dilakukan di lokasi penelitian, saluran pembuangan (drainase) pada umumnya ada yang menggunakan paralon, semen, dan banyak juga yang masih menggunakan saluran tanah. Saluran drainase erat sekali hubungannya dengan tingkat serangan rayap, ini tergantung dari baik buruknya bentuk saluran tersebut. Saluran drainase yang tidak lancar dapat menyebabkan tingginya kelembaban tanah sehingga kondisi ini sangat disenangi oleh rayap tanah. Tabel 3. Karakteristik Kepadatan Pemukiman, Penerimaan Sinar Matahari,

Pembuangan Sampah pada Lokasi Rumah Contoh di Wilayah Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan.

Karakteristik Rumah Contoh

Kecamatan Medan Denai (%)

Kecamatan Medan Labuhan (%) Kepadatan Pemukiman

a) Rapat ( ≤ 1 m ) b) Sedang ( 2 – 5 m) c) Jarang ( ≥ 6 m )

78,33 21,66 - 93,33 6,66 - Penerimaan Sinar Matahari

a) Cukup b) Sedang c) Kurang 55 28,33 16,33 15 55 30 Pembuangan Sampah

a) Lubang Sampah b) Dinas Kebersihan c) Kali ( Sungai )

26,66 73,33 - 50 50 -


(35)

Pada Tabel 3 menunjukkan 93,33 % dari 60 rumah contoh yang berada di wilayah Kecamatan Medan Labuhan dan 78,33 % dari 60 rumah contoh yang berada di Kecamatan Medan Denai membangun rumah dengan kerapatan berkisar 1 meter dengan rumah yang berada disebelahnya. Kepadatan pemukiman ini akhirnya dapat menyebabkan kurangnya cahaya matahari yang masuk kedalam rumah sehingga hal ini akan berdampak pada kelembaban udara dalam rumah. Safaruddin (1994), menyatakan penerimaan sinar matahari yang diterima suatu daerah juga berpengaruh pada perkembangbiakan rayap. Rumah yang kurang mendapat sinar matahari, pada umumnya sering dijumpai serangan rayap pada komponen kayu rumah tersebut. Hal ini dikarenakan areal rumah yang tertutup menyebabkan sinar matahari berkurang. Kondisi lingkungan di atas rentan sekali dari serangan rayap tanah yang sangat menyukai lingkungan yang lembab. Hal ini juga di dukung dengan data penerimaan sinar matahari yang di lihat langsung secara visual di lokasi penelitian. Dari 60 rumah contoh yang diamati pada masing-masing kecamatan 30 % dari jumlah rumah contoh yang berada di wilayah Kecamatan Medan Labuhan serta 16,33 % dari jumlah rumah contoh yang berada di wilayah Kecamatan Medan Denai kurang mendapat penyinaran sinar matahari. Kondisi yang lembab di dalam rumah selanjutnya akan mengundang datangnya rayap untuk membuat koloni di dalam konstruksi-konstruksi kayu yang ada di dalam rumah dan memakannya sedikit demi sedikit.

Hasil pengamatan di dapat juga data 73,33 % dan 50 % dari 60 rumah contoh di wilayah Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan telah membuang sampah di penampungan sampah yang telah di sediakan pemerintah Kota Medan maupun penampungan sampah yang dibuat sendiri oleh masyarakat dan


(36)

selanjutnya akan diangkut oleh mobil pengangkut sampah yang telah disediakan pemerintah Kota Medan. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian masyarakat di lokasi penelitian telah peduli dengan kebersihan lingkungan di sekitarnya. Bahkan tidak di dapat lagi masyarakat yang membuang sampah ke dalam kali. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat bahwa tempat pembuangan sampah yang tidak terawat akan dapat menimbulkan kelembaban tanah didalamnya, apalagi kalau terdapat sisa-sisa kayu yang tidak terpakai. Kondisi ini jelas akan mengundang rayap untuk datang untuk selanjutnya menginvasi rumah yang berada disekitarnya.

Kerusakan plafon dan lisplang pada umumnya terjadi pada rumah contoh yang jenis atapnya terbuat dari seng. Pada Tabel 4 diketahui banyak rumah contoh yang masih menggunakan seng sebagai penutup atap rumah mereka. Atap seng yang mengalami kerusakan rembesan air hujan atau bocoran atap akan mengundang jamur untuk hidup. Selanjutnya, keberadaan jamur tersebut akan mengundang rayap tanah dan menyerang plafon dan tidak jarang menyerang lisplang sekaligus, seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Tabel 4. Karakteristik Jenis Atap Serta Jenis Kayu yang Digunakan Rumah Contoh di Wilayah Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan.

Karakteristik Rumah Contoh

Kecamatan Medan Denai (%)

Kecamatan Medan Labuhan (%) Jenis Atap

a) Seng d) Genteng

86,66 13,33

93,33 6,66 Jenis Kayu Yang

Digunakan a) Damar b) Merbau c) Meranti

d.) Kayu Lain-Lain

21,66 6,66 33,33 38,33

13,33 - 16,66


(37)

Selanjutnya rayap tanah akan membuat liang kembara untuk masuk ke dalam rumah dan menyerang komponen-komponen lain yang terbuat dari kayu.

Gambar 2. Contoh Kerusakan pada Kerangka Plafon Akibat Serangan RayapTanah pada Tipe Rumah Semi Permanen.

Rayap perusak kayu akan lebih menyenangi kayu yang memiliki keawetan yang rendah. Dari wawancara yang dilakukan langsung pada saat penelitian diketahui 33,33 % rumah contoh di wilayah Kecamatan Medan Denai serta 16,66 % rumah contoh di wilayah Kecamatan Medan Labuhan dari 60 jumlah rumah contoh pada masing-masing kecamatan menggunakan kayu jenis meranti sebagai bahan baku konstruksi bangunan rumah mereka. Jenis kayu ini biasa digunakan sebagai bahan baku kusen pintu, kusen jendela, daun pintu, daun jendela serta lisplang. Kayu meranti merupakan kayu kelas awet III-IV, sehingga ketahanannya terhadap serangan rayap tidak terlalu baik dibandingkan dengan kayu yang memiliki kelas awet yang lebih tinggi seperti kayu damar dan merbau. Nandika; dkk (2003) menyatakan bahwa kayu tahan rayap sangat sedikit jumlahnya, sebagian besar adalah kayu kurang awet sehingga disukai oleh rayap. Oleh karena itu, untuk meningkatkan ketahanan kayu tidak awet tindakan pengawetan kayu sangat diperlukan. Menteri Pekerjaan Umum


(38)

pada tahun 1988 menerbitkan surat keputusan yang menyatakan bahwa kayu-kayu kelas awet tiga ke atas harus diawetkan.

Konstruksi dinding biasanya dibuat dari jenis kayu sembarang. Kayu-kayu sembarang yang biasa digunakan meliputi kayu kelapa, kayu durian dan kayu jenis buah-buahan lainnya. Hal ini terlihat dari banyaknya kerusakan yang terjadi pada konstruksi dinding terutama di Kecamatan Medan Labuhan. Dari 60 jumlah rumah contoh terdapat 70 % rumah contoh menggunakan kayu jenis kayu sembarang, sebagaimana yang terlihat pada Gambar 3. Besarnya kerugian ekonomi pada masing-masing konstruksi bangunan ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Gambar 3. Contoh Kerusakan pada Dinding Akibat Serangan Rayap pada Salah Satu Rumah Contoh di Kelurahan Nelayan Indah

Kecamatan Medan labuhan

Pola Serangan Rayap

Pola serangan rayap tanah maupun kayu kering dalam memasuki dan menyerang bangunan perumahan perlu diketahui dan dipelajari karena hal ini bermanfaat dalam usaha mencegah dan mengendalikan rayap sehingga kerugian ekonomi akibat serangan rayap dapat dikurangi seminimal mungkin. Serangan rayap tanah pada bangunan biasanya berasal dari celah-celah pondasi atau objek-objek yang


(39)

berhubungan langsung maupun dekat dengan tanah. Pada rumah semi permanen serangan rayap tanah ini pada umumnya berasal dari tiang-tiang rumah dan dapat juga melalui retakan-retakan atau rongga-rongga dalam tembok. Jusmalinda (1994) menyatakan kehadiran rayap tanah biasanya ditandai dengan adanya liang-liang kembara yang menempel pada bagian pondasi di atas permukaan tanah dan dinding rumah. Sebagaimana yang terlihat pada Gambar 4.

Prasetyo, Sulaiman (2005) menyatakan bahwa rayap tanah sangat memerlukan kondisi lingkungan yang memiliki kelembaban yang tinggi. Dalam proses penyerangannya rayap tanah biasanya bekerjasama dengan jamur perusak kayu sehingga tidak jarang terlihat adanya jamur yang menempel pada kayu yang terserang jenis rayap tanah ini. Suhesti, Nandika, dan Ahmadi (2002) dalam Nandika (2003) menunjukkan bahwa kayu pinus yang terlapukkan oleh jamur Schizophyllum

commune lebih disukai rayap Coptotermes curvignatus dibandingkan dengan rayap

yang tidak lapuk.

Gambar 4. Contoh Liang Kembara Rayap Tanah Yang terdapat pada Dinding Rumah Akibat Serangan Rayap pada Tipe Rumah Semi Permanen.


(40)

Rayap kayu kering mempunyai kemampuan hidup di dalam kayu-kayu kering. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tambunan (1989) yang menyatakan bahwa rayap kayu kering dapat menyerang kayu yang mempunyai kadar air 10 – 12 persen atau mungkin lebih rendah dari dari itu. Karenanya, dapat ditemukan dalam kayu yang benar-benar telah kering udara sekalipun. Nandika ; dkk

(2003) menyatakan bahwa rayap kayu kering dapat mencapai sasarannya melalui dua cara : (1) laron yang bersialang menemukan obyek sasarannya dan mampu berkembang karena obyek tidak tertutup(misalnya cat pelindung yag tidak toksik, dan kayu yang tidak awet atau diawetkan) dan (2) obyek sasaran terserang oleh rayap yang berasal dari obyek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan. Mereka tidak membangun sarang atau tempat terbuka sehingga serangan jenis rayap ini sulit diketahui oleh pemiliki rumah karena kayu yang diserang oleh rayap ini cendrung membuat terowongan di dalam kayu yang berbentuk sarang lebah dan lorong-lorong yang berhubungan.

Gambar 5. Bentuk Eksremen-Eksremen Rayap Kayu Kering Kayu yang diserang menjadi lapuk tanpa adanya terlihat pecah permukaan. Adanya serangan rayap kayu kering ini biasanya dapat diketahui dari


(41)

eksremen-eksremen berupa butiran kecil berwarna kuning kecoklatan, licin, lonjong dan agak bertakik yang jatuh di bawah konstruksi kayu yang diserang (Gambar 5). Dapat juga dengan melakukan tekanan pada permukaan kayu yang diserang. Kayu diserang akan mudah sekali rusak bila permukaannya diberi tekanan karena kondisi kayu telah lapuk.

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap

A. Perbedaan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Masing-masing Lokasi Penelitian.

Perhitungan kerugian ekonomi akibat serangan rayap telah dilakukan pada masing-masing komponen bangunan dengan berpedoman kepada panduan yang memuat daftar harga konstruksi dari komponen rumah contoh (Lampiran 2) serta upah yang berlaku saat penelitian dilaksanakan. Dengan panduan ini akan memudahkan dilakukannya konversi dari tingkat serangan rayap ke dalam bentuk rupiah sehingga diperoleh nilai kerugian yang sesuai dengan kerusakannya. Pengelompokan dilakukan menurut lokasi penelitian dan dibedakan berdasarkan kerusakan yang disebabkan rayap tanah maupun rayap kayu kering. Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Perbedaan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Masing- Masing Lokasi Penelitian.

Lokasi Antar Kecamatan Kerugian (Rp) Total kerugian (Rp) Kec. Medan Denai

1. Kelurahan Binjai

2. Kelurahan Medan Tenggara

5.388.250

4.499.800 9.888.050

Kec. Medan Labuhan 1. Kelurahan Tangkahan 2. Kelurahan Nelayan Indah

5.656.600


(42)

Pada Tabel 5 diketahui adanya perbedaan kerugian ekonomi akibat serangan rayap antara kerugian ekonomi pada wilayah penelitian Kecamatan Medan Denai yaitu mencapai Rp 9.888.050 dan wilayah penelitian di Kecamatan Medan Labuhan yang mencapai Rp 12.544.900. Perbedaan ini dapat kita pahami dengan melihat karakteristik rumah contoh diantara kedua wilayah penelitian tersebut. Kecamatan Medan Denai yang mencakup Kelurahan Binjai dan Kelurahan Medan Tenggara merupakan kawasan perumahan masyarakat yang tidak jauh dari pusat Kota Medan. Walaupun rumah contoh yang berumur lebih dari 30 tahun yang berada di wilayah penelitian ini lebih banyak dari pada rumah contoh yang berada di Kecamatan Medan Labuhan yang mencakup Kelurahan Tangkahan dan Kecamatan Nelayan Indah, namun kesadaran terhadap pertahanan rumah dari serangan rayap sudah sangat baik. Hal ini dapat kita lihat sudah banyaknya masyarakat yang menggunakan kayu yang memiliki kelas awet yang tinggi seperti kayu merbau dan kayu damar sebagai bahan baku konstruksi rumah mereka. Di samping itu, ketika penelitian dilaksanakan ternyata didapat data sudah banyak rumah contoh yang telah mengganti komponen kayu yang rusak, baik yang diakibatkan oleh serangan rayap maupun yang diakibatkan oleh serangan jamur dengan kayu yang baru.

Lokasi wilayah penelitian yang berada di Kecamatan Medan Labuhan berada jauh dari pusat kota. Daerah penelitian ini berada dekat sekali dengan daerah pesisir pantai. Rumah contoh yang terdapat di wilayah ini pada umumnya termasuk ke dalam tipe rumah semi permanen. Kelurahan Nelayan Indah yang merupakan salah satu Kelurahan yang dijadikan lokasi penelitian di Kecamatan Medan Labuhan ini merupakan daerah yang paling dekat dengan pesisir pantai yaitu berjarak sekitar 1


(43)

kilometer dari pantai. Rumah contoh pada kawasan ini dibangun diatas areal bekas lahan mangrove yang telah dikonversi fungsinya menjadi areal perumahan masyarakat. Berdasarkan data yang didapat dari hasil wawancara peneliti dengan masyarakat bahwa pembangunan perumahan ini merupakan hasil prakarsa pemerintah Kota Medan yang bekerja sama dengan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU) ketika itu. Rumah yang dibangun merupakan rumah penggung yang 100 persen komponennya berasal dari kayu (seperti yang terlihat pada Gambar 6). Seiring bertambahnya waktu, saat ini sudah ada beberapa rumah yang telah mengganti komponen rumah mereka dari kayu menjadi batu. Seperti penggantian komponen lantai dan dinding.

Keadaan fisik lingkungan Kelurahan Nelayan Indah ini menyebabkan tingginya tingkat kelembaban tanah disekitarnya. Hal ini berbanding lurus dengan tingginya tingkat serangan rayap yang terjadi di wilayah penelitian ini yaitu serangan rayap menyerang seluruh rumah contoh (seperti yang tercantum pada Lampiran 9).

Keadaan fisik diatas juga didukung oleh besarnya pemakaian kayu yang berkelas awet rendah. Dari data yang di dapat, 70 persen dari 60 jumlah rumah contoh di Kecamatan Medan Labuhan ini menggunkan kayu sembarang keras sebagai bahan baku konstruksi bangunan rumah mereka. Hal ini jelas sangat menguntungkan rayap untuk melakukan invasi ke rumah-rumah masyarakat di wilayah ini.

Banyaknya komponen kayu yang digunakan maka akan semakin tinggi pula tingkat serangan rayap. Selanjutnya semakin tinggi pula kerugian ekonomi yang dialami seperti yang tercantum pada Tabel 7.


(44)

Gambar 6. Rumah Panggung yang Berada di Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan MedanLabuhan.

B. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Tiap-Tiap Konstruksi pada Berbagai Kelas Umur.

Semakin tua umur suatu bangunan maka kekuatan kayu yang ada pada bangunan tersebut jelas akan semakin berkurang. Kendatipun suatu bangunan menggunakan jenis kayu berkelas awet tinggi maka semakin lama keawetan alaminya akan semakin berkurang. Hal ini terbukti pada penelitian yang telah dilaksanakan oleh Muharomi pada tahun 2005 tentang analisa kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada 15 bangunan bersejarah di Kota Medan. Hasil penelitian itu menunjukkan hampir seluruh bangunan bersejarah yang dijadikan objek penelitian telah mendapat serangan rayap. Hal ini menguatkan pendapat bahwa tidak selamanya kayu berkelas awet tinggi selamat dari serangan rayap. Sebanding dengan itu, hasil penelitian terhadap perumahan masyarakat ini juga ternyata menggambarkan hal yang sedemikian rupa. Perbedaan kerugian ekonomi jelas terlihat dari perbedaan umur bangunan sebagaimana yang tercantum pada Tabel 6 .


(45)

Tabel 6. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Tiap-Tiap Konstruksi pada Berbagai Kelas Umur.

Komponen Umur Bangunan

Konstruksi

1-10 (Rp)

11-20 (Rp)

21-30 (Rp)

≥ 30

(Rp)

Dinding 95.600 1.502.500 291.900 256.200

Daun pintu 156.400 1.243.100 741.200 760.500

Kusen pintu 0 1.647.900 2.082.500 4.636.700

Daun jendela 50.500 412.700 186.800 382.700

Kusen jendela 0 475.500 1.383.600 2.302.700

Lisplang 0 459.700 269.300 211.200

Plafon 0 85.500 35.500 159.600

Tiang 0 1.385.800 573.800 643.550

Total 302.500 7.212.700 5.564.600 9.353.150

Pada Tabel 6 diketahui total kerugian rumah contoh yang berumur 1-10 tahun berjumlah Rp 302.500, total kerugian rumah contoh yang berumur pada 11-20 tahun berjumlah Rp 7.212.700, total kerugian rumah contoh yang berumur 21-30 berjumlah Rp 5.564.600, serta total kerugian rumah contoh yang berumur lebih dari 30 tahun berjumlah Rp 9.130.400. Komponen seperti dinding, daun pintu serta daun jendela sudah terserang pada umur bangunan rumah contoh berkisar 1-10 tahun walaupun kerusakan yang ditimbulkan masih tergolong kepada kerusakan ringan. Hal ini mungkin dikarenakan pada umur bangunan 1-10 tahun perlakuan terhadap komponen konstruksi kayu masih sangat melekat pada kayu seperti cat yang masih segar kelihatan pada permukaan kayu.

Berbeda halnya dengan komponen seperti kusen pintu, kusen jendela, lisplang, plafon dan tiang baru mendapat serangan pada umur bangunan rumah contoh berkisar 11-20 tahun. Nilai kerugian ini pada umumnya meningkat sampai


(46)

pada umur bangunan Lebih dari 30 tahun. Hal ini dikarenakan pada umur bangunan yang semakin tua maka perlakuan terhadap kayu seperti pengecatan, pendempulan, dan pengawetan telah mulai pudar sehingga keawetan kayu sudah mulai menurun.

Pada Gambar 7 diperlihatkan histogram yang menunjukkan perbedaan yang mencolok perihal kerugian akibat serangan rayap pada masing-masing konstruksi yang diteliti pada berbagai kelas umur bangunan rumah contoh.

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Berbagai Tingkatan Umur Bangunan

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 4500000 5000000

Dinding Daun pintu Kusen pintu Daun jendela Kusen jendela Lisplang Plafon Tiang Jenis Konstruksi

K

er

ug

ia

n (

R

p)

Umur 1-10 (Rp) Umur 11-20 (Rp) Umur 21-30 (Rp) Umur ≥ 30 (Rp)

Gambar 7.HistogramKerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Tiap-Tiap Konstruksi pada Berbagai Kelas Umur.

Meningkatnya umur bangunan rumah contoh ini ternyata berbanding lurus dengan meningkatnya serangan rayap yang terjadi sehingga kerugian ekonomi yang dialami juga cukup besar. Bahkan pada umur 11-30 tahun, kerusakan bangunan sudah banyak berada pada kelompok kerusakan berat dimana persentase kerusakan lebih dari 5 %. Sehingga komponen yang rusak perlu dilakukan pergantian dengan komponen kayu yang baru.


(47)

Perbedaan kerugian ekonomi yang menurun pada umur 11-20 dan umur 21-30 dikarenakan jumlah rumah yang komponen kayunya terserang pada umur 11-20 lebih banyak dari pada umur bangunan 21-30 tahun. Dari data yang di dapat, rumah contoh yang berumur 11-20 tahun lebih banyak dari pada rumah contoh yang berumur 21-30 tahun, dimana intensitas serangan rayap pada umur bangunan ini lebih kecil. Hal ini dikarenakan banyak komponen yang rusak sudah diganti dengan komponen yang baru.

C. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering pada Tiap-Tiap Konstruksi

Setiap rayap akan membuat koloni di suatu lokasi yang dapat membantu dalam perkembangan hidup koloninya. Nandika; dkk (2003) menyebutkan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan populasi rayap meliputi curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan musuh alami. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktifitas rayap. Perubahan kondisi lingkungan menyebabkan perubahan perkembangan, aktifitas, dan perilaku rayap.

Berdasarkan sifat penyerangannya rayap tanah cenderung menyukai lokasi yang memiliki kelembaban yang tinggi. Dalam suatu rumah, bahan-bahan konstruksi kayu yang diduga sering terkena bocoran air hujan serta lokasi yang lembab seperti di daerah kamar mandi merupakan bagian yang dominan terkena serangan rayap tanah. Sementara itu, rayap kayu kering tidak terlalu memerlukan kondisi yang lembab pada daerah serangannya karena jenis rayap ini mampu membuat kelembaban di dalam kayu yang diserang. Daftar kerugian komponen dapat dilihat pada Lampiran 9.


(48)

Terkait dengan sifat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering di atas, setiap daerah cenderung memiliki faktor lingkungan yang mendukung untuk berkembangnya rayap. Besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering untuk masing-masing jenis konstruksi pada menunjukkan hasil yang bervariasi.

Tabel 7. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering pada Tiap-Tiap Konstruksi

Komponen Rayap Tanah

Rayap Kayu Kering

Gabungan RT + RKK

Konstruksi (Rp) (Rp) (Rp)

Dinding 1.097.900 1.184.600 2.198.200

Daun pintu 1.177.100 1.724.100 2.901.200

Kusen pintu 5.433.450 3.428.700 8.862.150

Daun jendela 339.800 696.900 1.036.700

Kusen jendela 1.833.500 2.118.300 3.951.800

Lisplang 890.600 0 890.600

Plafon 248.100 32.500 280.600

Tiang 1.970.600 715.200 2.685.800

Total 12.532.650 9.900.300 22.432.950

Pada Tabel 7 dapat diketahui kerugian ekonomis yang terbesar terjadi pada komponen kusen pintu dengan nilai kerugian Rp 8.862.150, kemudian di susul oleh kusen jendela dengan nilai kerugian Rp 3.951.800. Aksesibilitas rayap diperkirakan berasal dari tiang-tiang pondasi rumah yang lembab.

Dilihat dari bentuk kontruksinya, kusen pintu dan kusen jendela pada rumah contoh tingginya tidak begitu jauh dari tanah, sehingga akan memudahkan bagi rayap untuk naik ke komponen bangunan tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Prasetyo (2005) bahwa rayap tanah akan mudah merambat ke bagian bangunan yang tingginya lebih rendah dari 15 cm sekalipun. Rayap tanah


(49)

biasanya menyerang kusen pintu yang berada di daerah yang lembab seperti di dapur dan di kamar mandi. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan kusen jendela. Kusen jendela yang terserang umumnya berada di daerah belakang rumah. Sedangkan rayap kayu kering biasanya menyerang kusen pintu yang berada di ruang tengah rumah contoh seperti kusen pintu kamar dan kusen pintu depan. Kusen jendela yang terserang umumnya adalah kusen jendela yang berada di depan dan disamping rumah. Selain itu, besarnya kerugian juga disebabkan besarnya intensitas serangan rayap yang terdapat pada tiap rumah contoh yang dialami.

Berdasarkan data yang di dapat, intensitas serangan rayap yang paling kecil terdapat pada lisplang dan plafon. Hal ini mungkin dikarenakan letaknya yang strategis yaitu menyangkut keindahan rumah. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, kayu yang biasa dijadikan sebagai bahan baku lisplang ini adalah kayu damar. Kayu adalah kayu yang memiliki kelas awet I-II. Nandika; dkk (2003) menyatakan bahwa kayu ulin, merbau, damar dan jati merupakan jenis kayu yang di golongkan tahan terhadap serangan rayap. Mekanisme ketahanan alaminya tersebut dikendalikan oleh kandungan estraktif yang terdapat pada kayu teras, seperti

ieusiderin dan tectoquinon. Umumnya, serangan rayap yang terjadai pada komponen

ini hanya tergolong kepada kerusakan kecil. Kerugian ekonomis yang terdapat pada lisplang hanya mencapai Rp 890.600 dan kerugian ekonomis pada plafon yaitu sebesar Rp 280.600.


(50)

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering pada Tiap-Tiap Konstruksi

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000 9000000 10000000

Dinding Daun pintu Kusen pintu Daun jendela Kusen jendela Lisplang Plafon Tiang Komponen Konstruksi

K

er

ug

ia

n (

R

p)

Rayap Tanah (Rp) Rayap Kayu Kering (Rp) Gabungan RT + RKK (Rp)

Gambar 8. Histogram Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering pada Tiap-Tiap Konstruksi

Pada histogram di atas, kita dapat melihat jelas bahwa komponen kusen pintu merupakan komponen yang paling besar mengalami kerugian ekonomi akibat serangan rayap tanah maupun akibat serangan rayap kayu kering. Selanjutnya di susul oleh kusen jendela. Komponen yang paling sedikit mengalami kerugian terlihat jelas adalah plafon dan lisplang.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, lisplang dan plafon pada umumnya baru terkena serangan pada umur bangunan rumah contoh 11-20 tahun. Kerusakan yang ditimbulkan juga belum tergolong kepada kerusakan berat. Pada lisplang serangan rayap diduga karena tetesan-tetasan air hujan yang akhirnya menyebabkan kayu menjadi lembab. Umumnya kayu yang lembab ini terlebih dahulu diserang oleh jamur pelapuk kayu dan akhirnya memancing rayap tanah untuk datang dan memakan


(51)

kayu. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Nandika dkk.,(2003) yang menyatakan bahwa jamur menghasilkan substansi yang menarik rayap dan memudahkan pencernaannya. Serangan rayap yang terjadi pada plafon diduga karena adanya rembesan air hujan serta atap yang bocor sehingga kondisi plafon menjadi lembab sehingga kondisi ini sangat disenangi oleh rayap.

Pada Tabel 7 terlihat kerugian ekonomis akibat serangan ayap tanah lebih besar daripada kerugian ekonomis yang disebabkan oleh rayap kayu kering. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah mencapai Rp 12.532.650sedangkan kerugian ekonomis akibat serangan rayap kayu kering mencapai Rp 9.900.300. Perbedaan ini dikarenakan intensitas serangan cenderung lebih besar terjadi pada daerah penelitian yang memiliki kelembaban tinggi. Prasetyo, Sulaiman (2005) menyatakan bahwa rayap tanah sangat memerlukan kondisi lingkungan yang memiliki kelembaban yang tinggi.

Kisaran interval kerugian ekonomis dan persentase serangan pada 120 rumah contoh yang berada di kawasan Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan ini dapat dilihat pada Tabel 8. Pada tabel tersebut juga dicantumkan rata-rata kerugian per rumah contoh baik yang kerugian yang disebabkan oleh rayap tanah maupun kerugian yang disebabkan oleh rayap kayu kering serta gabungan kerugian yang disebabkan keduanya.


(52)

Tabel 8. Rangkuman Kerugian Akibat Serangan Rayap di Dua Wilayah Kota Medan (Medan Bagian Timur dan Medan Bagian Utara) Studi Kasus di Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan

No Parameter Rayap Tanah Rayap Kayu

Gabungan RT +

Kering RKK

1 Jumlah (Rp) 12.532.650 9.900.300 22.432.950

2 Rata-Rata Kerugian (Rp) 104.438,8

82.502,5 186.941,3 3 Standart Deviasi (Rp) 137.411,1 112.021,6 249.432,6 4 Interval Rata-rata 116.983,1; 92.729,1; 209.712,2;

Kerugian (Rp) 91.894,4

72.275,9 164.170,3

5 Rata-rata Persentase (%) 55,9 44,1 100

Pada tabel 8 dapa dilihat bahwa serangan rayap tanah lebih besar daripada serangan rayap kayu kering. Kerugian akibat serangan rayap tanah mencapai Rp12.532.650 dengan rata-rata kerugian per bangunan rumah contoh mencapai Rp104.438,8. Interval kerugian pada 120 rumah contoh ini akibat serangan rayap tanah berkisar Rp 116.983,1 hingga Rp 91.894,4 dengan persentase serangan 53,9%. Kerugian akibat serangan rayap kayu kering mencapai Rp 9.900.300 dengan rata-rata kerugian per bangunan rumah contoh Rp 91.894,4. Interval kerugian pada 120 rumah contoh ini akibat serangan rayap kayu kering berkisar Rp 92.729,1; hingga Rp72.275,9 dengan persentase serangan 44,1%.

Nilai yang tertera diatas mungkin jauh lebih kecil dari nilai sebenarnya karena untuk menaksir nilai kerugian dengan tepat sangatlah sulit, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti faktor rayap itu sendiri, manusia mapun faktor lingkungan. Nilai-nilai kerugian yang dikonversi dalam bentuk rupiah ini mungkin kecil jumlahnya untuk ukuran kerugian per bangunan rumah contoh itu sendiri karena


(53)

kerugian ini baru dihitung pada satu kali periode penelitian saja dan belum ditambahkan dengan nilai investasi sebelumnya. Untuk mengurangi besarnya kerugian yang terjadi akibat serangan rayap ini kedepan, kiranya diperlukan adanya penyuluhan-penyuluhan tentang pengendalian serangan rayap terhadap perumahan masyarakat. Tentunya diperlukan campur tangan pemerintah setempat, badan atau organisasi yang berkepentingan utnuk melaksanakan hal ini.

Jenis Rayap Perusak Bangunan

Rayap memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan rayap jenis lain. Ciri-ciri ini kemudian dijadikan acuan para peneliti ketika menentukan spesies rayap yang ditemukan di suatu daerah tertentu.

Pada saat penelitian, tidak semua bangunan rumah contoh yang mengalami kerusakan ditemukan serangga perusaknya. Hal ini dimungkinkan serangan sudah lama terjadi dan rayap telah pindah ke objek lain. Seperti halnya rayap kayu kering yang memiliki sifat pola penyerangan yang cenderung melakukan invasi kedalam kayu tanpa memperlihatkan kerusakan permukaan kayu tersebut. Rayap kayu kering yang menyerang diduga adalah rayap kayu kering jenis Cryptotermes cynocephalus. Nandika; dkk (2003) menyatakan bahwa serangga ini memiliki kemampuan hidup pada kayu-kayu kering di dalam bangunan gedung. Tidak membangun sarang atau liang-liang kembara di atas permukaan kayu, tetapi hanya membangun liang-liang kembara atau sarangnya hanya di dalam kayu. Namun bekas-bekas serangannya masih dapat ditandai. Jalur-jalur liang kembara pada umumnya belum rusak. Begitu


(54)

juga dengan ekskremen-eksremen yang masih dapat ditemukan karena banyak komponen yang terserang belum mengalami pergantian.

Pada empat kelurahan yang dijadikan lokasi penelitian di ambil beberapa sampel jenis rayap. Selanjutnya sampel yang didapat diidentifikasi jenisnya dengan melihat ciri-ciri khas yang membedakan satu dengan yang lainnya seperti dengan melihat perbedaan kapsul kepala dan abdomen masing-masing sampel yang dilihat melalui microscope yang selanjutnya dicocokkan dengan buku identifikasi Nandika,.

(2003) dan buku pengenalan serangga Borror; dkk (1993). Kasta yang dijadikan

acuan untuk pengidentifikasian adalah kasta prajurit. Menurut Nandika; dkk (2003), kasta prajurit memiliki ciri-ciri khas yang mudah dibedakan bila dibandingkan dengan kasta lain.

Dari hasil identifikasi yang dilakukan akhirnya dapat diketahui jenis rayap yang menyerang sebagaimana yang tercantum pada tabel berikut.

Tabel 9. Jenis Rayap Perusak Kayu pada Masing-masing Lokasi Penelitian

Lokasi Antar Kecamatan Nama Spesies Rayap Famili

Kec. Medan Denai 1. Kelurahan Binjai

2. Kelurahan Medan Tenggara

Neotermes tectonae Cryptotermes cynocephalus Coptotermes curvignatus Cryptotermes cynocephalus

Kalotermitidae Kalotermitidae Rhinotermitidae

Kalotermitidae Kec. Medan Labuhan

1. Kelurahan Tangkahan

2. Kelurahan Nelayan Indah

Coptotermes curvignatus Cryptotermes cynocephalus Coptotermes curvignatus Cryptotermes cynocephalus

Rhinotermitidae Kalotermitidae Rhinotermitidae


(55)

Pada Tabel 9 diketahui bahwa rayap tanah Coptotermes curvignatus dan rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus mendominasi serangan pada masing-masing wilayah penelitian yaitu pada Kelurahan Binjai, Kelurahan Medan Tenggara, Kelurahan Tangkahan dan Kelurahan Nelayan Indah. Rayap tanah Coptotermes

curvignatus ini memiliki ciri-ciri morfologi kasta prajurit kepala berwarna kuning,

dengan antena dan lambrum berwarna pucat. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya. Panjang kepala dengan mandibel 1,56-1,68 mm. Lebar kepala 1,40-1,44 mm. Panjang badan 5,5-6 mm (Gambar 9) . Spesies dari famili Rhinotermitidae ini menyerang semua kayu, baik pohon-pohon yang masih hidup maupun kayu yang sudah digunakan menjadi bahan bangunan.

Gambar 9. Bentuk Tubuh Kasta Prajurit Rayap Coptotermes curvignatus

Dominansi serangan rayap ini sepadan dengan apa yang dikemukakan oleh Prasetyo (2005) bahwa rayap Coptotermes curvignatus merupakan rayap perusak yang menimbulkan tingkat serangan yang paling ganas. Tidak mengherankan kalau rayap ini mampu menyerang hingga ke lantai atas suatu bangunan bertingkat.


(56)

Serangan tersebut bisa terjadi walaupun tidak ada hubungan langsung dengan tanah, setelah menyerang rayap perusak bangunan ini akan membuat sarang yang cukup lembab karena rayap jenis ini sangat memerlukan kelembaban yang cukup tinggi. Nandika.,dkk (2003) menyebutkan bahwa perkembangan optimum rayap ini dicapai pada kisaran kelembaban 75-90%. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, daerah penelitian seperti Kelurahan Tangkahan dan Kelurahan Nelayan Indah merupakan daerah yang relatif lebih lembab dari daerah penelitian lainnya karena lokasi ini berada agak jauh dari perkotaan dan berada di kawasan dekat pantai.

Menurut Nandika; dkk (2003) rayap Cryptotermes curvignatus memiliki ciri-ciri morfologis kepala berwarna coklat gelap kemerah-merahan. Antena memiliki 11 segmen. Panjang kepala dengan mandibel 0,87-0,97mm. panjang mandibel 0,57-0,57 mm.

Perubahan kelembaban sangat mempengaruhi aktifitas jelajah suatu rayap. Perbedaan wilayah jelajah dipengaruhi oleh sifat-sifat khas dari setiap jenis rayap, kemampuan bergerak, dan kualitas habitatnya. Rayap yang menggunakan kayu sebagai sumber makanan dan sekaligus sebagai tempat hidupnya, umumnya memiliki aktifitas jelajah yang terbatas seperti pada genus Neotermes.

Pada wilayah penelitian Kelurahan Binjai rayap yang ditemukan adalah spesies Neotermes tectonae. Rayap yang berasal dari famili Kalotermitidae ini memiliki ciri-ciri morfologi kasta prajurit kepala berwarna coklat kemerah-merahan. Antena dan labrum berwarna coklat kekuning-kuningan. Mandibel berwarna coklat kemerah-merahan. Bentuk kapsul kepala segi empat. Panjang kepala dengan mandibel 2,50-2,75 mm. lebar kepala 1,75-2,12 mm. panjang mandibel 1,50-1,72 mm


(57)

(Gambar 10). Nandika; dkk (2003) menyatakan jenis rayap ini merupakan rayap yang memiliki aktifitas jelajah yang rendah.

Nandika., dkk (2003) menyatakan bahwa rayap jenis ini memiliki kisaran suhu optimum antara 15-38oC. Laron Neotermes tectonae tidak akan keluar bila turun hujan pada malam hari sebelum masa penerbangan. Besar kemungkinan karena suhu yang rendah pada saat hujan turun karena rayap jenis ini tidak terlalu memerlukan kelembaban yang tinggi seperti halnya rayap genus Coptotermes. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, Kelurahan Binjai yang terserang jenis rayap ini berada pada kawasan pinggiran Kota Medan. Kawasan ini tidak terlalu lembab dibandingkan dengan kawasan lokasi penelitian lainnya.

Gambar 10.Bentuk Tubuh Kasta Prajurit Rayap Neotermes tectonae Kerugian yang ditimbulkan oleh rayap tanah Coptotermes curvignatus lebih besar dari kerugian yang ditimbulkan oleh rayap Neotermes tectonae dan rayap

Cryptotermes cynocepalus. Hal ini dimungkinkan karena Kota Medan beriklim tropis

dengan suhu minimum 22,5o C – 23,9o C dan suhu maksimum adalah 30,8o C - 33,7o C berada di ketinggian 2,5 – 37,5 m dari permukaan laut. Rata-rata curah hujan berkisar 120,9 mm/bulan – 169,6 mm/bulan. Kelembaban mencapai 84%-85%


(58)

dengan kecepatan angin 0,48 m/detik. Kondisi fisik diatas merupakan habitat yang cocok bagi perkembangan hidup rayap tanah . hal ini sesuai dengan pendapat nandika; dkk (2003) yang menyatakan bahwa kelembaban optimum pada rayap tanah mencapai kisaran 75 sampai 90%.

Tindakan Pengendalian

Pengendalian serangan rayap pada bangunan meliputi upaya pencegahan serangan rayap dan pemberantasan atau menyembuhkan bangunan yang terserang rayap. Dari data yang didapat selama penelitian, pada umumnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap serangan rayap belum begitu tinggi. Hal ini terlihat dari minimnya tindakan yang diambil untuk menyikapi serangan rayap. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang pengendalian rayap terlihat dari banyaknya tumpukan kayu bekas yang sering diletakkan di dekat rumah.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, tindakan pengendalian yang dilakukan masyarakat pada umumnya bersifat pengendalian setelah rumah dibangun

(pasca contruction). Biasanya masyarakat hanya melapisi bagian permukaan kayu

dengan cat atau minyak oli, sedangkan tindakan yang paling ekstrem yang dilakukan adalah dengan mengganti komponen yang rusak dengan komponen yang baru.

Kesadaran masyarakat Kota Medan untuk menggunakan jasa pengendali hama

(pest control) untuk kalangan perumahan masyarakat biasa belum begitu tinggi. Hal

ini dimungkinkan karena mahalnya jasa tersebut sehingga masyarakat lebih memilih cara yang yang lebih murah dan mudah yaitu dengan melapisi permukaan kayu rumah dengan cat ataupun minyak oli.


(59)

Untuk sekedar diketahui, di Kota Medan biaya perlakuan anti rayap dengan sistem pengumpanan (termite baiting) pada saat penelitian berkisar Rp 200.000 – Rp 220.000/m. Mengapa dengan pengumpanan? Karena dengan teknik ini kita tidak perlu merusak struktur bangunan seperti tidak adanya pengeboran di lantai untuk sistem konvensional atau injeksi. Cara perhitungannya adalah dengan memperhitungkan keliling bangunan yaitu dua kali panjang tambah dua kali lebarnya (2p+2l). Misalkan; uakuran bangunan tersebut adalah 20 m x 10 m, maka didapatkan kelilingnya adalah 60 m. Sehingga biaya yang diperlukan untuk memberikan perlakuan anti rayap dengan teknk ini sebesar Rp 12.000.000 dengan masa garansi selama 3 tahun dimana nilai itu hanya untuk kerugian 1 (satu) bangunan saja.


(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, karakteristik rumah contoh pada masing-masing lokasi penelitian sangat mendukung perkembangan hidup rayap. kerugian ekonomi pada wilayah penelitian Kecamatan Medan Denai yaitu mencapai Rp 9.888.050 dengan total rumah contoh yang terserang berjumlah 41 rumah dan wilayah penelitian di Kecamatan Medan Labuhan yang mencapai Rp 14.338.850 dengan total rumah contoh yang terserang berjumlah 56 rumah. Kerugian ekonomis terbesar disebabkan oleh serangan rayap tanah yang mencapai Rp 11.991.050 seangkan kerugian ekonomis yang disebabkan oleh serangan rayap kayu kering sebesar Rp 10.441.900. Total kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering di 2 (dua) wilayah penelitian ini sebesar Rp 22.432.950.

Rayap yang ditemukan di lokasi penelitian adalah rayap jenis Coptotermes

curvignatus dari famili Rhinotermitidae, rayap kayu kering Cryptotermes

cynocepalus dan rayap jenis Neotermes tectonae dari famili Kalotermitidae.

Saran

Diperlukan adanya penyuluhan mengenai bahaya serangan rayap bagi masyarakat Kota Medan sehingga masyarakat Kota Medan dapat melakukan tindakan pencegahan rayap sedini mungkin sehingga kerugian ekonomis akibat serangan rayap ini dapat diminimalkan sekecil mungkin pada tahun yang akan datang.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2007. Medan Dalam Angka 2007. Medan.

Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson. 1993. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. (Terjemahan Partosoedjono, S). Gajahmada University Press. Jogjakarta

Jambak, N. 1990. Kerugian Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan di Kotamadya Dati II Bogor. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Jusmalinda. 1994. Perkiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Rumah Rakyat Di Tiga Kecamatan Propinsi Sumatera Barat. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipublikasikan.

Nandika, D. 1989. Pengendalian Rayap Sebagai Suatu Sistem. Forum Diskusi Pengendalian Rayap. Jakarta.

.

Nandika, D. Yudi Rismayadi dan Farah Diba. 2003. Rayap Biologi dan Pengendaliannya. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Nandika, D. 2005. Mencegah Membasmi Dan Mengendalikan Rayap Pada Bangunan.

Muharomi, O. 2005. Analisa Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Pada 15 Bangunan Bersejarah di Kota Medan. Program Studi Teknologi Hasil Hutan. Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian USU. Medan. Tidak Dipublikasikan.

Prasetyo, K.W dan Sulaeman Yusuf. 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah Lingkungan & Kimiawi. Agromedia Pustaka. Bogor.

Rakhmawati, D. 1996. Prakiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Indonesia. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipublikasikan.

Romaida. 2002. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap dan Intensitas Serangannya pada Bangunan Rumah di Kota Cirebon. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan UNWIM. Jatinangor. Tidak Dipublikasikan.


(62)

Rudi. 2002. Status Pengawetan Kayu di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Available at: \'KehutananWeb\'Internet File Kehutanan\Status Pengawetan Kayu.htm. (Diakses : 28 Desember 2006).

Safaruddin. 1994. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Perumahan di Dua Wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta Timur). Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Dipulikasikan.

Suranto, Y. 2002. Pengawetan Kayu. Karnisius. Yogyakarta.

Tambunan, B. dan D. Nandika. 1989. Deteriorasi Kayu Oleh Faktor Biologis. UPT Produksi Media Informasi, Lembaga Sumberdaya Informasi IPB, Bogor. Tarumingkeng, R. C. 2001. Biologi dan Perilaku Rayap. PSIH IPB. Available at:

2003. Kerugian Akibat Rayap di DKI Rp 2,6Triliun/Tahun.


(1)

No. Rumah

Jenis Konstruksi Yang Terserang

Kerugian Ekonomis (Rp)

Total Kerugian/Rmh

(Rp) 21 Daun pintu belakang

Dinding Belakang

52.500

51.700 104.200

22 Daun pintu dapur 48.500 48.500

23 - - -

24 Dinding dapur Tiang dapur

52.600

134.000 186.600

25 - - -

26 Kusen jendela samping Daun jendela samping

197.500

47.500 245.000

27 Kusen pintu dapur Daun pintu dapur

198.700

50.500 249.200

28 Daun jendela belakang 49.500 49.500

29 Kusen pintu kamar 200.000 200.000

30 Kusen pintu kamar 202.500 202.500

PERINCIAN :

Jumlah yang terserang : 21 Rumah Jumlah yang tidak terserang : 9 Rumah

Kelas Umur (tahun) :

• 1-10 : 7 Rumah

• 11-20 : 8 Rumah

• 21-30 : 5 Rumah

• > 30 : 10 Rumah Tipe rumah :

1. permanen : 19 Rumah 2. Semi Permanen : 11 Rumah


(2)

Lampiran 6. Lanjutan...

A. Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan No.

Rumah

Jenis Konstruksi Yang Terserang

Kerugian Ekonomis (Rp)

Total Kerugian/Rmh

(Rp) 1 Daun pintu tengah

Kusen pintu tengah

48.500

257.600 306.100 2 Lisplang

Tiang depan

Kusen jendela samping

45.500 133.900

51.500 265.900

3 Daun pintu belakang 190.000 190.000

4 Dinding belakang Dinding tengah Tiang belakang

52.000 52.000

135.500 257.000 5 Kusen pintu depan

Daun pintu depan

307.500

52.500 360.000

6 Daun pintu belakang Kusen pintu belakang

57.500

330.000 387.500 7 Lisplang

Kusen jendela depan Plapon

Daun pintu belakang

52.700 202.500 49.600 55.000

359.800 8 Kusen pintu kamar

Daun jendela belakang

270.700

49.900 320.600

9 - - -

10 Daun pintu belakang 55.000 55.000

11 Kusen jendela depan Kusen jendela kamar Daun jendela kamar

65.700 210.000

50.500 326.200

12 Kusen jendela dapur 210.000 210.000

13 Dinding kamar depan Kusen pintu belakang Daun pintu belakang

60.000 270.000

55.000 385.000

14 Kusen pintu tengah Daun pintu tengah

307.500

55.000 362.500

15 - - -

16 Kusen jendela belakang Tiang dinding belakang

210.000 153.000


(3)

No. Rumah

Jenis Konstruksi Yang Terserang

Kerugian Ekonomis (Rp)

Total Kerugian/Rmh

(Rp)

18 Daun pintu tengah 55.500 55.500

19 Kusen pintu dapur Tiang dapur

270.000

153.900 423.900 20 Kusen pintu kamar

Daun pintu kamar

430.000

100.000 530.000 21 Dinding depan

Plavon

Daun jendela samping

55.500 50.000

48.000 153.500

22 - - -

23 Kusen pintu belakang Daun pintu belakang

270.000

45.700 315.700

24 Daun jendela kamar 50.500 50.500

25 Dinding depan Tiang depan Kusen pintu depan

55.700 133.900

270.000 459.600 26 Kusen pintu samping

Daun pintu samping

270.700

190.000 460.700

27 - - -

28 Kusen pintu dapur Daun jendela dapur

270.500

48.800 319.300

29 - - -

30 Lisplang samping Kusen jendela samping Daun jendela samping

45.500 320.000

48.800 414.300

T O T A L 5.656.600

PERINCIAN :

Jumlah yang terserang : 26 Rumah Jumlah yang tidak terserang : 4 Rumah Kelas Umur (tahun) :

• 1-10 : 5 Rumah

• 11-20 : 8 Rumah

• 21-30 : 7 Rumah

• > 30 : 10 Rumah

Tipe rumah :

1. permanen : 12 Rumah 2. Semi Permanen : 18 Rumah


(4)

Lampiran 6. Lanjutan...

D. Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan

No Rmh

Jenis Konstruksi Yang Terserang

Kerugian Ekonomis (Rp)

Total Kerugaian Per Rumah (Rp) 1 Tiang depan

Dinding samping Lisplang samping Dinding kamar

133.000 43.500 52.700

45.100 275.200

2 Kusen pintu depan Daun pintu depan Daun pintu kamar Dinding belakang

230.000 45.200 47.200 43.500

365.900 3 Lisplang depan

Dinding samping Kusen pintu kamar Daun pintu kamar

52.700 51.200 160.000

47.200 311.100

4 Lisplang samping Daun pintu depan Daun pintu belakang

52.700 47.200

49.100 149.600

5 Dinding depan Dinding tengah Dinding belakang

43.500 46.200

43.500 133.200

6 Dinding samping Kusen pintu depan Daun pintu depan

51.200 230.000

45.200 326.400

7 Kusen jendela depan Daun jendela depan Dinding samping

130.000 43.200

51.200 224.400

8 Dinding samping Dinding belakang

48.100

43.500 91.600

9 Lisplang depan Kusen jendela depan Daun jendela depan Dinding depan Daun pintu kamar

52.700 132.100 43.200 41.500

45.200 314.700


(5)

12 Dinding samping Dinding belakang

48.500

43.700 92.200

13 Lisplang samping Daun pintu kamar Kusen pintu dapur

52.700 47.500

190.000 290.200 14 Lisplang samping

Dinding belakang

49.600 43.500

93.100 15 Kusen jendela samping

Daun jendela samping Tiang belakang

135.500 43.500

47.100 226.100

16 Tiang kamar Lisplang depan Dinding samping

131.700 49.100

43.500 224.300

17 Daun pintu kamar Kusen pintu belakang Daun pintu belakang

45.200 169.200

43.100 257.500 18 Lisplang samping

Dinding samping

48.300

45.500 93.800

19 Dinding samping Dinding belakang

43.500

47.100 90.600

20 Tiang kamar Daun pintu kamar

128.900

45.200 174.100

21 Daun jendela depan Dinding depan Dinding kamar

45.300 48.100

43.500 136.900

22 Tiang depan Lisplang

133.900

52.700 186.600

23 Dinding belakang Daun pintu dapur

43.500

47.100 90.600

24 Daun jendela depan Dinding samping Lisplang samping

45.200 46.100

47.900 139.200

25 Daun jendela kamar Tiang kamar Dinding kamar

43.200 131.900

48.200 223.300

26 Dinding samping Dinding belakang

43.500

43.500 87.000


(6)

No Rmh

Jenis Konstruksi Yang Terserang

Kerugian Ekonomis (Rp)

Total Kerugaian Per Rumah (Rp) 28 Daun pintu depan

Daun pintu kamar

49.600

47.200 96.800

29 Lisplang depan Dinding samping

51.700

43.500 95.200

30 Dinding belakang Tiang belakang

43.500

127.900 171.400

T O T A L 6.888.300

PERINCIAN :

Jumlah rumah yang terserang : 30 rumah Jumlah yang tidak terserang` : 0 rumah Kelas Umur (tahun) :

 1-10 : 2 rumah  11-20 : 25 rumah  21-30 : 3 rumah  ≥ 30 : - Tipe Rumah :