Gambar 1.1 Conscious mind
Moby Dick
Psikoanalisis Jacques Lacan
Pikiran Sadar Pikiran Tak Sadar
Simbol
7
BAB II KAJIAN TEORI
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikoanalisis. Teori tersebut digunakan untuk menganalisis data yang terdapa
t dalam novel “Moby Dick” karya Herman Melville. Seperti yang Petter Barry jelaskan tentang
psikoanalisis bahwa “Kritik psikoanalisis adalah bentuk kritik yang menggunakan
teknik psikoanalisis dalam menafsirkan karya sastra” 2010:133. Maksud dari pernyataan tersebut adalah karya sastra yang dimaksudkan bisa berupa teks, puisi
ataupun novel. Oleh karena itu, teori psikoanalisis dipilih sebagai dasar dari kerangka
pemikiran analisis ini. Teori psikoanalisis yang dipakai meliputi pikiran tak sadar dan pikiran sadar menurut Jacques Lacan. Saya mengangkat kasus ini dengan
tujuan untuk menemukan simbol dan gejala sebagai suatu gagasan yang merepresentasikan pikiran sadar dan pikiran tak sadar. Itu karena menurut Lacan
teori psikoanalisis dapat digabungkan dengan teori strukturalisme yang tidak pernah menyangkal subjek itu sendiri. Oleh karena itu, konsep yang didapatkan
dalam pemikiran psikoanalsis dari Lacan tidak semata-mata harus terdapat pada subjeknya, melainkan terdapat pula dalam konteks suatu teks.
Simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar dan pikiran sadar terbentuk dengan adanya gejala-gejala yang meliputi triadic nya Lacan. Triadic
tersebut meliputi the real, the imaginary dan the symbolic. Namun dalam
penelitian ini triadic tersebut hanyalah berperan sebagai penyokong untuk terbentuknya simbol dari pikiran tak sadar dan pikiran sadar.
Dalam triadic Lacan ini the imaginary berada diantara pikiran tak sadar dan pikiran sadar, itu karena the imaginary adalah proses pengidentifikasian dari
pikiran tak sadar menuju pikiran sadar, seperti pemikiran Lacan yang dikutip Homer di bawah ini:
“The imaginary is the realm of the ego, a pre-linguistic realm of sense perception, identification and an illusory
sense of unity.” 2005; 31
The imaginary dapat memberikan tekanan terhadap pikiran tak sadar untuk mempertimbangkan terlebih dahulu dan mencari apa yang sebenarnya terjadi.
Biasanya fase ini terjadi ketika suatu objek sedang mencari kebenaran tentang apa yang diinginkan oleh hasrat untuk merealisasikan apa yang hasrat itu inginkan.
Untuk merealisasikan suatu hasrat, the imaginary menjadi tolak ukur untuk pengidentifikasian ke arah mana pikiran tak sadar tersebut akan terealisasikan.
2.1. Pikiran tak sadar
Menurut Lacan, ranah pikiran tak sadar bisa dijamah oleh tatanan sintaks atau tata bahasa. Hal ini menujukan bahwa bahasa berada dalam pikiran tak sadar
dari seseorang. Dengan kata lain, kata-kata yang di ucapkan seseorang ataupun yang dilakukan dengan tidak disengaja
merupakan ”tanda signfied” yang mencerminkan kondisi alam bawah sadar. Lacan berpendapat pikiran tak sadar
merupakan sebuah tatanan bahasa dan visualnya yang dapat dijelaskan dengan kongkret akan kejelasannya melalui sebuah teks. Pikiran tak sadar adalah sumber
dari motivasi dan dorongan yang ada dalam seseorang, seperti halnya hasrat. Kasus ini dikuatkan oleh kutipan Sean Homer
The Thing is „the cause of the most fundamental human
passion’; it is the object-cause of desire and can only be constituted retrospectively. 2005: 94
Kutipan di atas menggambarkan bahwa apapun yang dilakukan oleh makhluk hidup untuk melakukan suatu tindakan semata-mata didasari oleh pikiran
tak sadar. Secara tidak langsung pikiran tak sadar mempunyai tujuan untuk menuntun pikiran seseorang menuju kearah pikiran sadar. Menurut Lacan hal
yang memicu untuk melakukan pengulangan atau kebiasaan. untuk memunculkan pikiran tak sadar disini adalah trauma.
Seperti yang dikatakan oleh Lacan dalam bukunya ke XVII yang berjudul “The Other Side of Psychoanalysis”, trauma adalah suatu kejadian yang tidak bisa
dilupakan dalam hidup manusia yang cenderung ingin dilupakan dan disimpan jauh dalam pikiran tak sadar. Namun trauma itu pun dapat menjadi hal yang
memicu terjadinya pengulangan dalam apa yang dilakukan oleh seseorang. Lacan berpendapat trauma dapat disimpan jauh di dalam ranah pikiran tak
sadar. Hal itu bertujuan untuk melupakan bahkan untuk menghapus trauma yang dapat membuat trauma tersebut bisa terulang. Trauma dapat disimpan dan dijaga
dengan baik oleh pikiran sadar di dalam ranah pikiran tak sadar. Menurut Lacan, pemaparan tadi dikategorikan atau disebut dengan
“jauissance”. Pada dasarnya Jauissance adalah sebuah tindakan dari ranah pikiran sadar untuk menyimpan
trauma jauh di dalam ranah pikiran tak sadar. Biasanya, “jauissance” akan
muncul ketika seseorang sedang merasakan cinta ataupun penderitaan yang sangat.
2.2. Pikiran Sadar
Pikiran sadar adalah di mana seseorang bisa membatasi keinginan hasratnya, dengan memikirkan konsekuensi di dalamnya. Dalam hal ini pikiran
sadar adalah hasil dari desire yang berada pada diri manusia. Itu karena menurut Lacan, pikiran sadar adalah hasil dari dorongan pikiran tak sadar yang mendasari
terjadinya suatu perilaku, seperti yang dijelaskan dalam kutipan di bawah ini: This is the position of the subject in the symbolic order; a
subject who understands their situation within a larger structure and the function of that structure in determining
their actions. 2005;48
Kutipan di atas adalah salah satu penggalan pemikiran Lacan dalam seminarnya ke VII yang membahas tentang
“the representative of the representation, or das Ding The
Thing”. Seminar tersebut membahas tentang pemikiran-pemikiran Lacan mengenai pikiran sadar dan pikiran tak sadar yang
mempunyai tahapan-tahapan untuk menuju “I” ideal.
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa pikiran sadar adalah yang menentukan sebuah tindakan terjadi dengan mengetahui situasi dan keadaannya.
Biasanya untuk memunculkan pikiran sadar, seseorang telah melewati tahap pengidentifikasian untuk menentukan tindakan apa yang akan dilakukan.
Sehingga pikiran sadar bisa dikatakan sebagai tindakan atau hasil yang didasari
oleh keinginan yang terdapat dalam memori yang tersimpan pada ranah pikiran tak sadar.
12
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah teks atau gagasan yang dapat membentuk simbol dan gejala yang merepresentasikan pikiran
tak sadar dan pikiran sadar dalam novel Moby Dick. Hal tersebut dapat diketahui dengan model triadic yang dikembangkan oleh Lacan.
3.2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, saya menggunakan metode kualitatif untuk memaparkan teks sehingga memunculkan makna yang terkandung di dalamnya.
Seperti yang dikatakan Cony R. Setiawan dalam bukunya yang berjudul “Metode
Penelitian Kualitatif”: “kualitatif adalah mencari pengertian yang mendalam
tentang suatu gejala, fakta ataupun realita. Fakta, realita, masalah, gejala serta peristiwa hanya dapat dipahami bila
peneliti menelusurinya secara mendalam dan tidak hanya terbatas pada pandangan di permukaannya saja
”2010:2
Bedasarkan kutipan di atas, saya mencari data yang mempunyai unsur gejala ataupun masalah yang berhubungan dengan teori psikoanalisis tentang
pikiran tak sadar dan pikiran sadar dari novel “Moby Dick” untuk dianalisis. Data
tersebut berupa teks, pemaparan kata-kata atau kalimat. Hal ini dikuatkan dengan kutipan Suwardi 2009
“metode kualitatif menghendaki adanya pemaparan kata-
kata atau kalimat da n tidak mengunakan angka”. Dengan artian data yang
dianalisis tidak berupa angka melainkan berupa teks. Metode kualitatif di atas digunakan untuk memaparkan data yang
dianalisis dengan cara mengumpulkan data untuk menjelaskannya secara detail dan mencoba menganalisisnya sehingga mendapatkan makna yang terkandung
dalam teks atau data tesebut.
3.2.1. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diambil dari novel “Moby Dick” karya Herman
Melville. Untuk mengetahui gejala-gejala pikiran tak sadar dan pikiran sadar yang diperlihatkan melalui perjalanan Ishmael seorang awak kapal yang mengikuti
pelayaran di bawah kendali kapten kapal yang bernama Ahab untuk mencari seekor paus putih alias Moby Dick, saya menggunakan studi kepustakaan. Ada
pun langkah-langkah yang saya dalam mengumpulkan data pada penelitian adalah:
1. Membaca novel secara keseluruhan.
Hal ini sangat penting agar saya dapat mengetahui dan dapat mengumpulkan data yang saya analisis.
2. Melakukan pengutipan.
Saya melakukan pengutipan terhadap teori dan metode yang sejalan dengan penelitian ini sehingga dapat digunakan dalam menganalisis
data.