Simbol dan gejala yang merepresentasikan pikiran tak sadar dan pikiran sadar dalam novel Moby Dick karya Herman Melville

(1)

(2)

(3)

(4)

48

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Profil

a. Nama : Arief Pebriyanto

b. Alamat : Kp. Cimekar No. 2 Cipageran, Cimahi Utara

c. Kota dan tanggal lahir : Bandung, 08 February 1990 d. Jenis kelamin : Laki-Laki

e. Agama : Islam

f. Nomor Telepon : 089601829996

g. Email : [email protected]

B. Latar belakang Pendidikan a. Pendidikan Formal

No Tahun Instansi

1 1995 – 2001 SD Mathlaul Khoeriyah 2 2001 – 2003 SMP Negeri 15 bandung 3 2004 – 2007 SMA Pasundan 8 bandung 4 2007 – Now English Department Indonesia

University of Computer

b. Pencapaian

No Tahun Lembaga

1 2008 Mentoring of English Conversation Club (Certified)

2 2009 Copywriting Seminar and Workshop Sessions : “Copywriting As A Creative Thinking” (Certified)

3 2010 Diskusi Internal Sastra Inggris : “Upaya Meningkatkan Motivasi Mahasiswa


(5)

Sastra Inggris untuk Berprestasi dan Mengapresiasi Proses Perkuliahan” 4 2011 Feminist, Feminin and Text (Certified) 5 2011 Diskusi Ilmiah Bahasa dan Budaya :

“The Messages in The Language Expression of Priangan Traditional Ceremony” (Certified)

6 2011 Public Lecture : “Manifestasi Kearifan Lokal Indonesia – Jepang Terhadap arus globalisasi: Tinjauan dari Aspek Sosial Budaya” (Certified)

7 2011 Seminar and Workshop of Semiotics in Literature and Media (Certified)

8 2011 Public Speaking Seminar : Building Confidence in Delivering Public Speech (Certified)

9 2011 Copywriting Seminar and Workshop : “Copywriting Linguistics on Media” (Certified)

10 2012 Character Building Training : “Independent – Cooperative –Care” (Certified)

11 2013 Hari Sastra : “Harmonisasi Prestasi dan Kreasi Mahasiswa Sastra” (Certified) 12 2013 Copywriting Seminar : “Go Viral”

(Certified)

13 2013 Seminar dan Training Motivasi (Certified)

14 2014 Seminar TOEFL : “How To Train Your TOEFL” (Certified)

C. Kompetensi

Berikut beberapa kemampuan dari penulis:


(6)

50

b) Menerjemahkan teks dari bahasa inggris ke bahasa indonesia, begitupun sebaliknya.

c) Dapat mengoperasikan komputer (Ms.Office, Adobe Photoshop, Macromedia, Notepad++ dan Internet)

D. Organisasi dan Pengalaman Kerja

No Year Organization

1 2005-2006 Anggota OSIS SMA Pasundan 8 2 2011 Penanggung jawab produksi dari Si

Dupan Poster

3 2011 – Now Koordinator divisi sport dari INDOBARCA Bandung


(7)

MEREPRESENTASIKAN PIKIRAN TAK SADAR DAN

PIKIRAN SADAR DALAM NOVEL

“MOBY DICK”

KARYA HERMAN MELVILLE

SYMBOL AND SYMPTOMS REPRESENTING UNCONSCIOUS

AND CONSCIOUS MIND IN MOBY DICK NOVEL BY HERMAN

MELVILLE

SKRIPSI

diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia

ARIEF PEBRIYANTO 63708028

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2014


(8)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, saya panjatkan puji dan syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kekuatan pada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Dalam melakukan proses penulisan skripsi agar mendapatkan hasil yang maksimal, tidak mudah bagi saya untuk malakukannya tanpa bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak. Semua pihak telah banyak memberikan masukan, semangat dan ilmu bagi saya agar dapat menyelsaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Sastra UNIKOM, Bapak Prof. Dr. H. Moh Tadjuddin, MA

2. Bapak Dr. Juanda selaku Ketua Program Studi Sastra Inggris UNIKOM sekaligus koordinator TOEFL

3. Pembimbing utama saya dalam membimbing melakukan proses penulisan, ibu Asih Prihandini, S.S., M. Hum sekaligus dosen wali saya

4. Pembimbing pendamping saya dalam membimbing proses penulisan, ibu Nenden Rikma Dewi, S.S., M. Hum


(9)

5. Ibu Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum, selaku koordinator skripsi

6. Ibu Nungki Heryati, S.S., M.A, selaku koordinator ujian

comprehensive

7. Bapak Tatan Tawami, S.S., M.Hum dan Bapak Rayhan Bustam, S.S., M.Hum, selaku dosen Sastra Inggris yang tiak pernah bosan untuk memberikan pengetahuan-pengetahuannya pada saya. Terimakasih untuk semuanya.

Dengan segala hormat dan kerendahan hati, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas segala upaya kalian dalam membimbing saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga saya mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan-kesalahan yang kurang berkenan mengingat ilmu yang saya punya masih terbatas. Maka dari itu, saya mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk membangun wawasan dan ilmu saya dimasa yang akan datang.

Bandung, Januari 2014 Penulis


(10)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN LEMBAR BUKTI KEPEMILIKAN HALAMAN PERSEMBAHAN

ABSTRACT ...………... vii

ABSTRAK...………... viii

KATA PENGANTAR ………... ix

DAFTAR ISI ……..………..…... xi

BAB I: PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………... 1

1.2Rumusan Masalah……….………... 3

1.3Tujuan Penelitian ………….………... 3

1.4 Manfaat Penelitian ………... 3

1.5Kerangka Teori ………... 4

BAB II: KAJIAN TEORI 2.1 Pikiran Tak Sadar ... 8

2.2 Pikiran Sadar……… 10

BAB III: OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ………... 12

3.2 Metode Penelitian……….…... 12

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ………... 13

3.2.2 Teknik Analisis Data………... 14


(11)

BAB IV: PEMBAHASAN

4.1 Simbol yang merepresentasikan Pikiran Tak Sadar ... 19 4.2 Simbol yang merepresentasikan Pikiran Sadar ... 32 BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan………... 38 5.2 Saran………... 38

DAFTAR PUSTAKA

SYNOPSIS

LAMPIRAN


(12)

40

DAFTAR PUSTAKA

Barry, Peter. 2010. Beginning Theory; Pengantar Komprehensif Teori Sastra dan

Budaya. Yogyakarta: Jalasutra

Booker, M. Keith. 1996. A Practical Introduction to Literary Theory and Criticism. USA: Longman

Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Folklor; Konsep, Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta: Medpress

Homer, Sean. 2005. Critical Thinkers; Jacques Lacan, USA and Canada: Routledg Lacaan, Jacques. 2007. The Seminar of Jacques Lacan, Book XVII, The Otherside of

Psychoanalysis, 1969-1970. Ed. Jacques-Alain Miller. Trans, Russel Grigg.

New York: N.W Norton & Company

Melville, Herman. 2002. Moby Dick or the whale. London: Wordsworth

Pulth, Ed. 2007. Signifiers and Acts; Freedom in Lacan’s Theory of the Subject. New York: State University of New York

Semiawan, R. Cony. 2010. Metode Penelitian Kualitatif; jenis, karakteristik dan


(13)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Dalam kesusasteraan, simbol adalah salah satu media yang menggambarkan sesuatu yang mempunyai makna tertentu. Seperti yang dikatakan Ferdinand Saussure (2010), simbol adalah penggunaan objek nyata berupa suatu ide, gagasan ataupun sebuah gambar untuk memunculkan ide abstrak yang terkandung di dalamnya. Istilah simbol apabila digunakan dalam kesusasteraan sering dikatakan sebagai figure of speech yang meliputi seperti orang, objek atau situasi yang merepresentasikan sesuatu dalam makna kesusasteraan. Figure of

speech adalah penggunaan kata atau frasa yang melebihi penafsiran literalnya.

Yang dimaksud dari melebihi penafsiran literalnya adalah memunculkan makna implisit yang terkandung dalam suatu teks yang bisa saja bertolak belakang dengan teks utuhnya.

Simbol bisa digunakan untuk memunculkan ide yang lebih luas daripada makna teks yang ada dipermukaannya. Untuk mendapatkan makna atau ide yang lebih luas daripada teks itu sendiri, teks tersebut harus dianalisis lebih jauh. Dengan mencari tahu makna lain yang terkandung di dalam teks tersebut, saya dapat memunculkan gejala-gejala yang membentuk pikiran tak sadar dan pikiran sadar. Gejala-gejala tersebut dinamai Lacan sebagai triadic model yang terdiri dari

the symbolic, the imaginary dan the real. Namun tetap, fokus dari penelitian ini


(14)

2

sebagai pelengkap. Karena pada umumnya pikiran tak sadar dan pikiran sadar terdapat pada makna imlpisit dari sebuah teks yang diwakili oleh simbol-simbol berupa gagasan.

Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan simbol sebagai media untuk menggambarkan pikiran tak sadar dan pikiran sadar sebagaimana dijelaskan oleh Jacques Lacan (2010) bahwa simbol direpresentasikan oleh teks sebagai bahasa. Sejalan dengan Lacan, Peter Barry (2010: 120) menjelaskan bahwa “pada dasarnya pikiran tak sadar ataupun pikiran sadar, seperti puisi, novel atau drama tidak bisa berbicara langsung dan eksplisit, tapi berbicara melalui citra, simbol, lambang dan metafora.” Maksud dari kutipan tadi, pikiran tak sadar dan pikiran sadar tidak dipaparkan secara langsung pada suatu teks, melainkan dipaparkan melalui makna implisit yang terkandung dari suatu teks itu sendiri yang bisa diwakili melalui citra, simbol, lambang dan metafora dari teks tersebut.

Maka dari itu, untuk mengetahui apakah teks tersebut sebuah simbol berupa gagasan atau bukan, teks dianalisis lebih dalam untuk memunculkan makna implisit yang berhubungan dengan pikiran tak sadar dan pikiran sadar yang terkandung dalam teks itu sendiri. Lacan (2005) menjelaskan bahwa untuk menganalisis sebuah simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar ataupun pikiran sadar, tidak harus menganalisis karakternya. Analisis dapat dilakukan terhadap teks di sekeliling karakter tersebut, sehingga, dalam analisis ini saya berfokus pada simbol berupa gagasan (teks) untuk merepresentasikan pikiran tak sadar dan pikiran sadar, dengan didasari gagasan Lacan tentang pikiran tak sadar dan pikiran sadar pada narrator melalui teks itu sendiri. Dengan demikian, judul


(15)

yang diambil untuk mewakili penelitian ini adalah “Simbol dan Gejala yang Merepresentasikan Pikiran Tak Sadar dan Pikiran Sadar dalam Novel “Moby Dick” karya Herman Melville”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan pada penjabaran latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah yang membatasi penelitian:

1. Simbol dan gejala apa saja yang merepresentasikan pikiran tak sadar dan pikiran sadar melalui penuturan narator yang terdapat dalam novel Moby Dick ?

2. Bagaimana simbol dan gejala yang merepresentasikan pikiran tak sadar dan pikiran sadar terbentuk?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam analisis ini adalah:

1. Memaparkan teks sebagai simbol dan gejala yang muncul untuk merepresentasikan pikiran tak sadar dan pikiran sadar.

2. Untuk memunculkan gejala-gejala yang memicu terbentuknya simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar dan pikiran sadar.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermaksud agar teori tentang pikiran tak sadar dan pikiran sadar dalam teori psikoanalisis bisa lebih dimengerti untuk memunculkan simbol


(16)

4

pada sebuah teks. Analisis ini penting untuk didiskusikan, karena pikiran tak sadar dan pikiran sadar adalah salah satu kritik kesusasteraan yang sulit untuk diamati apabila tidak mencari makna lain dari teks itu sendiri dan juga agar pembaca mengetahui simbol dan gejala apa saja yang merepresentasikan pikiran tak sadar dan pikiran sadar.

Di samping itu, saya berharap agar penelitian ini dapat berguna bagi para mahasiswa Universitas Komputer Indonesia khususnya jurusan Sastra Inggris untuk mengetahui dan mempelajari kesusasteraan sebagai ilmu sosial sehingga dapat diteliti dengan menggunakan pendekatan ilmu lain seperti psikoanalisis.

1.5Kerangka Teori

Dalam analisis ini, saya lebih fokus pada teori psikoanalis yang dibangun oleh Jacques Lacan (2007) mengenai pikiran tak sadar dan juga pikiran sadar yang disimbolisasikan melalui teks. Lacan berpendapat bahwa pikiran tak sadar ataupun pikiran sadar dapat terbentuk dari teks itu sendiri tanpa mengesampingkan apa yang narrator tuangkan dalam tulisannya. Itu karena teks adalah suatu ide atau gagasan yang dihasilkan oleh narrator untuk mengekpresikan perasaannya secara sadar ataupun tidak sadar.

Dalam penelitian ini, saya mencoba untuk menggambarkan pikiran tak sadar dan pikiran sadar yang disimbolisasikan melalui teks dengan cara memunculkan makna implisit yang mengandung pikiran tak sadar dan pikiran sadar yang terkadung dalam sebuah teks. Seperti yang dikatakan Audifax (2005) menyatakan bahwa :


(17)

“symbol adalah bagian dari triadic yang menggabungkan

antara The real, The imaginary dan juga The symbol. Fase The Real adalah ranah primivite yang tidak terekspresikan, The imaginary adalah alam yang tersusun dari imaji, cermin dan renungan pengenalan. Sedangkan The symbolic adalah tatanan bahasa dan tanda visual. 2005:6

Kutipan di atas menjelaskan bahwa the real, the imaginary dan the

symbolic adalah gejala terbentuknya simbol yang merepresentasikan pikiran tak

sadar dan pikiran sadar. Menurut Lacan simbol merupakan triadic yang tidak bisa lepas dari material atau penanda -signier- yang mempunyai makna atau petanda

signified- dengan objek eksternal itu sendiri.

Berdasarkan kutipan di atas, saya menyimpulkan bahwa pikiran tak sadar dan pikiran sadar dapat disimbolisasikan berdasarkan makna yang terkandung di dalam teksnya. Untuk mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, suatu teks dipaparkan terlebih dahulu bukan untuk menelaah lebih lanjut makna teks sebenarnya, akan tetapi menelisik bagaimana teks melahirkan beragam makna yang mungkin bertentangan dengan apa yang terpaparkan dalam novel tersebut.

Di bawah ini merupakan kerangka pemikiran yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis data agar terpaparkan secara lebih jelas dan lebih mudah di mengerti oleh pembaca.


(18)

6

Gambar 1.1

Conscious mind

Moby Dick

Psikoanalisis (Jacques Lacan)

Pikiran Sadar Pikiran Tak Sadar


(19)

7

KAJIAN TEORI

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikoanalisis. Teori tersebut digunakan untuk menganalisis data yang terdapat dalam novel “Moby Dick” karya Herman Melville. Seperti yang Petter Barry jelaskan tentang psikoanalisis bahwa “Kritik psikoanalisis adalah bentuk kritik yang menggunakan teknik psikoanalisis dalam menafsirkan karya sastra” (2010:133). Maksud dari pernyataan tersebut adalah karya sastra yang dimaksudkan bisa berupa teks, puisi ataupun novel.

Oleh karena itu, teori psikoanalisis dipilih sebagai dasar dari kerangka pemikiran analisis ini. Teori psikoanalisis yang dipakai meliputi pikiran tak sadar dan pikiran sadar menurut Jacques Lacan. Saya mengangkat kasus ini dengan tujuan untuk menemukan simbol dan gejala sebagai suatu gagasan yang merepresentasikan pikiran sadar dan pikiran tak sadar. Itu karena menurut Lacan teori psikoanalisis dapat digabungkan dengan teori strukturalisme yang tidak pernah menyangkal subjek itu sendiri. Oleh karena itu, konsep yang didapatkan dalam pemikiran psikoanalsis dari Lacan tidak semata-mata harus terdapat pada subjeknya, melainkan terdapat pula dalam konteks suatu teks.

Simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar dan pikiran sadar terbentuk dengan adanya gejala-gejala yang meliputi triadic nya Lacan. Triadic


(20)

8

penelitian ini triadic tersebut hanyalah berperan sebagai penyokong untuk terbentuknya simbol dari pikiran tak sadar dan pikiran sadar.

Dalam triadic Lacan ini the imaginary berada diantara pikiran tak sadar dan pikiran sadar, itu karena the imaginary adalah proses pengidentifikasian dari pikiran tak sadar menuju pikiran sadar, seperti pemikiran Lacan yang dikutip Homer di bawah ini:

“The imaginary is the realm of the ego, a pre-linguistic realm of sense perception, identification and an illusory

sense of unity.” (2005; 31)

The imaginary dapat memberikan tekanan terhadap pikiran tak sadar untuk

mempertimbangkan terlebih dahulu dan mencari apa yang sebenarnya terjadi. Biasanya fase ini terjadi ketika suatu objek sedang mencari kebenaran tentang apa yang diinginkan oleh hasrat untuk merealisasikan apa yang hasrat itu inginkan. Untuk merealisasikan suatu hasrat, the imaginary menjadi tolak ukur untuk pengidentifikasian ke arah mana pikiran tak sadar tersebut akan terealisasikan.

2.1. Pikiran tak sadar

Menurut Lacan, ranah pikiran tak sadar bisa dijamah oleh tatanan sintaks atau tata bahasa. Hal ini menujukan bahwa bahasa berada dalam pikiran tak sadar dari seseorang. Dengan kata lain, kata-kata yang di ucapkan seseorang ataupun yang dilakukan dengan tidak disengaja merupakan ”tanda (signfied)” yang mencerminkan kondisi alam bawah sadar. Lacan berpendapat pikiran tak sadar merupakan sebuah tatanan bahasa dan visualnya yang dapat dijelaskan dengan kongkret akan kejelasannya melalui sebuah teks. Pikiran tak sadar adalah sumber


(21)

dari motivasi dan dorongan yang ada dalam seseorang, seperti halnya hasrat. Kasus ini dikuatkan oleh kutipan Sean Homer

The Thing is „the cause of the most fundamental human

passion’; it is the object-cause of desire and can only be constituted retrospectively. (2005: 94)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa apapun yang dilakukan oleh makhluk hidup untuk melakukan suatu tindakan semata-mata didasari oleh pikiran tak sadar. Secara tidak langsung pikiran tak sadar mempunyai tujuan untuk menuntun pikiran seseorang menuju kearah pikiran sadar. Menurut Lacan hal yang memicu untuk melakukan pengulangan atau kebiasaan. untuk memunculkan pikiran tak sadar disini adalah trauma.

Seperti yang dikatakan oleh Lacan dalam bukunya ke XVII yang berjudul

“The Other Side of Psychoanalysis”, trauma adalah suatu kejadian yang tidak bisa dilupakan dalam hidup manusia yang cenderung ingin dilupakan dan disimpan jauh dalam pikiran tak sadar. Namun trauma itu pun dapat menjadi hal yang memicu terjadinya pengulangan dalam apa yang dilakukan oleh seseorang.

Lacan berpendapat trauma dapat disimpan jauh di dalam ranah pikiran tak sadar. Hal itu bertujuan untuk melupakan bahkan untuk menghapus trauma yang dapat membuat trauma tersebut bisa terulang. Trauma dapat disimpan dan dijaga dengan baik oleh pikiran sadar di dalam ranah pikiran tak sadar. Menurut Lacan, pemaparan tadi dikategorikan atau disebut dengan “jauissance”. Pada dasarnya

Jauissance adalah sebuah tindakan dari ranah pikiran sadar untuk menyimpan


(22)

10

muncul ketika seseorang sedang merasakan cinta ataupun penderitaan yang sangat.

2.2. Pikiran Sadar

Pikiran sadar adalah di mana seseorang bisa membatasi keinginan hasratnya, dengan memikirkan konsekuensi di dalamnya. Dalam hal ini pikiran sadar adalah hasil dari desire yang berada pada diri manusia. Itu karena menurut Lacan, pikiran sadar adalah hasil dari dorongan pikiran tak sadar yang mendasari terjadinya suatu perilaku, seperti yang dijelaskan dalam kutipan di bawah ini:

This is the position of the subject in the symbolic order; a subject who understands their situation within a larger structure and the function of that structure in determining their actions. (2005;48)

Kutipan di atas adalah salah satu penggalan pemikiran Lacan dalam seminarnya ke VII yang membahas tentang “the representative of the

representation, or das Ding (The Thing)”. Seminar tersebut membahas tentang

pemikiran-pemikiran Lacan mengenai pikiran sadar dan pikiran tak sadar yang mempunyai tahapan-tahapan untuk menuju “I” ideal.

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa pikiran sadar adalah yang menentukan sebuah tindakan terjadi dengan mengetahui situasi dan keadaannya. Biasanya untuk memunculkan pikiran sadar, seseorang telah melewati tahap pengidentifikasian untuk menentukan tindakan apa yang akan dilakukan. Sehingga pikiran sadar bisa dikatakan sebagai tindakan atau hasil yang didasari


(23)

oleh keinginan yang terdapat dalam memori yang tersimpan pada ranah pikiran tak sadar.


(24)

12 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah teks atau gagasan yang dapat membentuk simbol dan gejala yang merepresentasikan pikiran tak sadar dan pikiran sadar dalam novel Moby Dick. Hal tersebut dapat diketahui dengan modeltriadic yang dikembangkan oleh Lacan.

3.2. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, saya menggunakan metode kualitatif untuk memaparkan teks sehingga memunculkan makna yang terkandung di dalamnya. Seperti yang dikatakan Cony R. Setiawan dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Kualitatif”:

“kualitatif adalah mencari pengertian yang mendalam

tentang suatu gejala, fakta ataupun realita. Fakta, realita, masalah, gejala serta peristiwa hanya dapat dipahami bila peneliti menelusurinya secara mendalam dan tidak hanya

terbatas pada pandangan di permukaannya saja”(2010:2)

Bedasarkan kutipan di atas, saya mencari data yang mempunyai unsur gejala ataupun masalah yang berhubungan dengan teori psikoanalisis tentang pikiran tak sadar dan pikiran sadar dari novel “MobyDick” untuk dianalisis. Data tersebut berupa teks, pemaparan kata-kata atau kalimat. Hal ini dikuatkan dengan kutipan Suwardi (2009) “metode kualitatif menghendaki adanya pemaparan kata


(25)

-kata atau kalimat dan tidak mengunakan angka”. Dengan artian data yang dianalisis tidak berupa angka melainkan berupa teks.

Metode kualitatif di atas digunakan untuk memaparkan data yang dianalisis dengan cara mengumpulkan data untuk menjelaskannya secara detail dan mencoba menganalisisnya sehingga mendapatkan makna yang terkandung dalam teks atau data tesebut.

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diambil dari novel “Moby Dick” karya Herman Melville. Untuk mengetahui gejala-gejala pikiran tak sadar dan pikiran sadar yang diperlihatkan melalui perjalanan Ishmael seorang awak kapal yang mengikuti pelayaran di bawah kendali kapten kapal yang bernama Ahab untuk mencari seekor paus putih alias Moby Dick, saya menggunakan studi kepustakaan. Ada pun langkah-langkah yang saya dalam mengumpulkan data pada penelitian adalah:

1. Membaca novel secara keseluruhan.

Hal ini sangat penting agar saya dapat mengetahui dan dapat mengumpulkan data yang saya analisis.

2. Melakukan pengutipan.

Saya melakukan pengutipan terhadap teori dan metode yang sejalan dengan penelitian ini sehingga dapat digunakan dalam menganalisis data.


(26)

14

3. Mengklasifikasikan data

Sebagai tahap akhir, saya mengklasifikasikan setiap data yang telah dipilih sebelumnya, lalu mengelompokkan data-data tersebut menjadi dua bagian.

3.2.2. Teknik Analisis Data

Melalui metode kualitatif yang digunakan untuk menganalisis data dalam novel “Moby Dick”, saya akan mencoba menjelaskan data yang telah dikutip dengan cara memaparkan kondisi teks itu secara utuh. Selanjutnya saya akan mencari makna implisit dalam data yang merujuk pada gejala-gejala terbentuknya simbol dari pikiran tak sadar dan pikiran sadar.

Contoh analisis:

huge slabs of limber black bone sebagai simbol dan gejala yang

merepresentasikan pikiran tak sadar

Dalam pelayaran ini, Ahab beserta seluruh awak kapalnya berlayar menggunakan kapal yang bernama Pequod. Kapal Pequod ini adalah kapal yang dipersiapkan oleh Ahab untuk melakukan perburuan Moby Dick. Dalam kapal Pequod terdapat beberapa ruangan yang terdiri dari beberapa kabin. Kabin-kabin tersebut biasa dipakai oleh semua orang yang terlibat dalam pelayaran tersebut, namun ada salah satu ruangan yang bernama the quarter-deck yang menjadi pusat perhatian dari para awak kapal.


(27)

Quarter-deck adalah suatu ruangan yang selalu ditempati oleh Captain Ahab. Ruangan tersebut bisa dikatakan adalah sebagai ruangan rahasia yang tidak diperbolehkan Ahab untuk dimasuki oleh para awak kapal tanpa seizinnya. Bahkan beberapa kaki tangannya pun tidak bisa dengan seenakya masuk ke dalam ruangan itu tanpa ada perintah dari Captain Ahab. Kemisteriusan ruangan tersebut membuat para awak kapal diliputi keingintahuan.

Akan tetapi, dari sekian banyak awak kapal yang merasa penasaran hanya Ishmael yang memiliki keberanian untuk mengutarakannya. Dia menuturkan rasa ingintahunya tersebut melalui pernyataan:

“Now when I [Ishmael] looked about the quarter-deck, for someone having authority, in order to propose myself as a candidate for the voyage, at first I saw nobody; but I could not well overlook a strange sort of tent, or rather wigwam, pitched a little behind the main-mast. It seemed only a temporary erection used in port. It was of a conical shape,

some ten feet high; consisting of the long, huge slabs of

limber black bone taken from the middle and highest part

of the jaws of the right-whale. Planted with their broad ends on the deck, a circle of these slabs laced together, mutually sloped towards each other, and at the apex united in a tufted point, where the loose hairy fibers waved to and fro like a top-knot on some old Pottowotamie Sachem's

head.”(2002;45)

Kutipan di atas menjelaskan ketika Ishmael mencoba mencari tahu tentang

quarter-deck. Dia mencoba untuk mengendap-endap masuk ke dalam ruangan itu,

belum dia masuk lebih dalam, keadaan dari Quarter-deck yang Ishmael lihat adalah seperti gudang piala dari Captain Ahab. Di sana terdapat beberapa koleksi hasil dari bururan Ahab di masa lalunya, contohnya seperti terdapatnya kepala rusa yang terdapat di dindingnya sebagai pajangan, juga tulang rahang yang


(28)

16

dijadikan penopang tendanya dan gundukan kulit binatang berbulu yang disimpan di atas penopang tendanya itu. Semua itu membuat pikiran Ishmael menjadi-jadi. Sehingga membuat Ishmael yang sudah merasa tidak bisa membendung rasa ingintahunya mencoba untuk masuk lebih jauh ke dalam ruangan tersebut.

Dia mencoba mengendap-endap masuk ke dalam quarter-deck tersebut. Namun, baru saja Ishmael melihat ke dalam ruangan tersebut, dia sudah merasakan ada hal yang aneh dengan tempat ini. Dia melihat benda-benda yang membuatnya terkejut karena menurutnya tidaklah lazim benda-benda tersebut berada di dalam deck dari sebuah kapal. Terlebih lagi, ketika dia melihat di ujung ruangan itu terdapat sebuah tenda. Tenda itu didirikan menggunakan bahan-bahan yang tak wajar seperti itu. Dia semakin terkejut dengan bahan-bahan yang dijadikannya untuk membangun tenda tersebut. Ishmael melihat kerangka hitam dari rahang seekor paus untuk menopang tendanya, dan sesuatu yang serat berbulu longgar melambai ke sana kemari seperti kunciran pada beberapa kepala

Pottowotamie Sachem. Tenda tersebut adalah tempat di mana selama ini Ahab

berada.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan-bahan yang menjadi bagian dari tenda tersebut khususnya “huge slabs of limber black bone”

sebagai simbol pikiran tak sadar yang merujuk pada hasrat yang di punyai oleh Ahab untuk memburu paus putih.


(29)

3.2.3. Sinopsis novel Moby Dick

Novel “Moby Dick” menceritakan tentang pelayaran Ishmael dan para awak kapal yang ikut berburu paus dengan kapal Pequod yang dinahkodai oleh kapten kapal yang bernama Captain Ahab. Tujuan pelayaran ini adalah menangkap paus sebanyak-banyaknya untuk dimakan dan diambil minyaknya guna dijual kepada penduduk untuk bahan bakar, hal ini adalah suatu tugas yang mulia karena pada saat itu bahan bakar sangatlah jarang dan mahal. Maka dari itu banyak orang yang ingin ikut berlayar dengan kapal Pequod tersebut untuk memperbaiki kehidupannya. Tanda-tanda kemulian itu pun terlihat ketika pada awal pelayarannya, kapal Pequod mendapatkan beberapa ekor ikan paus dalam waktu yang singkat. Namun, tujuan mulia itu berubah menjadi perburuan balas dendam Kapten Ahab. Dengan sebelah kakinya yang terbuat dari tulang paus, Kapten Ahab menjanjikan sekeping uang emas kepada anak buahnya yang pertama kali melihat paus putih alias Moby Dick.

Pequod berlayar menelusuri pantai dengan melihat peta jalur perjalanan paus putih yang telah lama Kapten Ahab pelajari. Menurut perkiraannya, ikan itu akan berada di Laut Pasifik saat bulan purnama muncul. Mereka berlayar berbulan-bulan dan mendapatkan banyak rintangan. Hal inilah yang menjadikan konflik antara Ahab dan para kaki tangannya (kapten Peleg dan kapten Bildad) khususnya Starbuck yang menginginkan perburuan paus seperti biasanya. Starbucks berpendapat bahwa rintangan yang selalu mereka dapatkan karena tujuannya yang sudah sangat melenceng dari niat awalnya. Namun, tak ada satupun di kapal tersebut yang dapat menolak apa yang Kapten Ahab perintahkan,


(30)

18

sehingga mereka berhasil dipengaruhi dan terus melanjutkan perburuan paus putih tersebut. Quequeg, seorang awak kapal mencoba meramalkan masa depan Pequod. Ia melihat bahwa kapal tersebut akan mengalami bahaya besar yang akan menewaskan banyak orang.

Setelah beberapa lama berlayar di lautan, mereka akhirnya menemukan Moby Dick tersebut. Keberadaannya selalu ditandai dengan munculnya sekawanan burung camar yang mengitari sekitar tempat munculnya Moby Dick. Para awak kapal pada mulanya sempat merasa putus asa karena melihat ukuran Moby Dick yang sangat besar melebihi ukuran paus yang pernah mereka taklukkan. Mereka berpendapat bahwa Moby Dick bukanlah paus putih biasa. Namun Kapten Ahab dengan kharismanya sebagai kapten kapal memberikan dorongan motivasi kepada awaknya termasuk Starbuck yang sempat berseteru dengannya untuk menaklukan paus tersebut. Mereka menemukan kembali Moby Dick dan Kapten Ahab berhasil menaiki punggung Moby Dick dan menancapkan tombaknya di perut Moby Dick dengan emosi dan sumpah serapah. Namun usaha Kapten Ahab dan para awaknya untuk membunuh Moby Dick sia-sia. Dengan tubuhnya yang besar, Moby Dick menghancurkan kapal dan membuat seluruh awak kapal tenggelam. Kapten Ahab sendiri mati dengan tubuh terikat pada Moby Dick. Ishmael kemudian teringat kata-kata Elijjah tentang nasib Kapten Ahab dan seluruh awaknya yang terbukti kebenarannya. Pada akhirnya tidak ada yang tersisa kecuali Ismael yang selamat dari pertempuran itu berkat peti mati yang dibuat oleh Queequeg.


(31)

19

PEMBAHASAN

Pada bab ini saya menggambarkan tentang data-data yang mewakili simbol dan gejala dari pikiran tak sadar dan pikiran sadar yang terdapat pada novel “Moby Dick”. Subbab 4.1 Simbol dari Pikiran Tak Sadar memaparkan tidak hanya simbol tetapi juga gejala-gejala yang merepresentasikan pikiran tak sadar, sedangkan 4.2 Simbol dari Pikiran Tak Sadar memaparkan tidak hanya simbol tetapi juga gejala-gejala yang merepresentasikan pikiran sadar. Kedua subbab ini mencantumkan pula model triadic yang serupa dengan pemaparan mengenai pikiran tak sadar dan pikiran sadar.

4.1 Simbol dan gejala yang merepresentasikan pikiran tak sadar

Novel “Moby Dick” ini menceritakan tentang pengalaman Ishmael, salah seorang awak kapal Pequod yang dikomandani oleh seorang kapten yang bernama Ahab. Kapal ini bertujuan untuk melakukan pemburuan paus. Dalam perjalanannya, Ishmael dan semua awak kapal yang ikut dalam perjalanan itu hanya fokus kepada perintah-perintah yang diberikan oleh kapten kapalnya, namun Ishmael dan yang lainnya belum mengetahui identitas ataupun sosok kapten kapal ini. Seperti yang dijelaskan dalam kutipan di bawah ini, Ishmael tidak pernah melihat siapa Kapten Kapal Pequod

“ "Well, sir, I want to see what whaling is. I want to see the


(32)

20

"Want to see what whaling is, eh? Have ye clapped eye on

Captain Ahab?"

"Who is Captain Ahab, sir?"

"Aye, aye, I thought so. Captain Ahab is the Captain of this ship." "I am mistaken then. I thought I was speaking to the Captain

himself."”. (2002:46)

Ismael mengira dia sedang diperintah oleh kapten kapalnya langsung untuk berburu paus. Namun, kenyataannya Ishmael sedang berhadapan dengan tangan kanannya kapten Ahab yang bernama kapten Peleg. Ishmael mencoba mempertanyakan tentang siapa kapten kapal Pequod ini sebenarnya, dengan maksud ingin mengetahui tujuan sebenarnya dari pelayaran ini. Hal itu disebabkan karena semua awak mengikuti perintah-perintah yang diberikan oleh kapten kapalnya tanpa mengetahui sosoknya. Salah satu contoh perintah itu adalah ketika semua awak kapal diharuskan mencari ataupun mengamati paus-paus yang terlihat di sekeliling kapal Pequod.

Ketidakhadiran Captain Ahab secara fisik pada kutipan di atas muncul sebagai simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar dari para awak kapalnya. Gejala-gejala yang membentuk Ahab sebagai pikiran tak sadar muncul karena para awak kapal tidak mengetahui keberadaan Ahab sebenarnya namun perintah-perintahnya untuk memburu paus tetap ada.

Namun dalam pengamatan yang dilakukan para awak kapal, Ishmael merasa ada hal yang aneh dengan apa yang diperintahkan itu. Hal aneh itu adalah ketika para awak kapal diperintahkan untuk lebih fokus mencari seekor paus putih. Karena barang siapa yang berhasil menemukan paus putih tersebut maka


(33)

akan diberi upah yang besar. Hal ini dijelaskan pada kutipan ketika Mr.Starbuck memberikan semangat kepada para awak kapalnya

"All ye mast-headers have before now heard me give orders

about a white whale. Look ye! d'ye see this Spanish ounce

of gold?"--holding up a broad bright coin to the sun--"it is a sixteen dollar piece, men. D'ye see it? Mr. Starbuck, hand me yon top-maul.(2002;104)"

Di sinilah Ishmael mulai menyadari adanya hal yang mengganjal dalam pikirannya, sehingga dia mencoba untuk mencari tahunya lebih lanjut. Ishmael mencoba meyakinkan dirinya tentang apa yang dia pikirkan dengan cara berdiskusi dengan kapten Peleg. Ia mencoba untuk mempertanyakan tentang beberapa hal yang menurutnya ada kejanggalan dalam pelayaran ini. Salah satu kejanggalan itu adalah mengapa mereka harus lebih fokus untuk mencari paus putih. Ishmael mencoba menanyakan hal itu kepada kapten Peleg. Namun, yang Ishmael dapat hanyalah penjelasan tentang kewenangan kapten Peleg dan rekannya kapten Bildad dalam pelayaran ini. Mereka berdua hanya menyebutkan bahwa mereka tidak dapat memberi jawaban apapun selain keterangan bahwa mereka diberi tugas oleh kapten Ahab. Tentunya hal ini disebabkan oleh sosok Ahab yang mempunyai kewenangan penuh di kapal Pequod untuk melihat kinerja awak kapalnya dan mempersiapkan hal-hal dalam pelayaran ini.

Pemaparan di atas menunjukan bahwa pencarian “white whale” tersebut merupakan simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar karena ketika para awak kapal diperintahkan untuk mengamati paus, mereka hanya langsung berfokus pada “white whale”. Pencarian paus putih merupakan sebuah perintah mutlak dari Captain Ahab sebagai kapten kapal sehingga dia tidak memberikan


(34)

22

kewenangan penuh terhadap Peleg dan Bildad. Adapun kewenangan yang dimiliki Peleg dan Bildad dijelaskan oleh kutipan di bawah ini:

“Thou art speaking to Captain Peleg—that’s who ye are

speaking to, young man. It belongs to me and Captain Bildad to see the Pequod fitted out for the voyage, and supplied with all her needs, including crew. We are part owners and agents. But as I was going to say, if thou wantest to know what whaling is, as thou tallest ye do, I can out ye in a way of finding it out before ye bind yourself to it, past backing out. Clap eye on Captain Ahab, young

man, and thou wilt find that he has only one leg.”

(2002;46)

Ishmael merasa tidak yakin dengan apa yang dipikirkannya, karena ia merasa tidak ada hal yang menguatkan pemikirannya tersebut. Namun, pada data akhir dari kutipan di atas, Ishmael mulai menyadari bahwa ada satu pernyataan yang dilontarkan oleh kapten Peleg tentang orang yang mempunyai kewenangan penuh di kapal ini, ia adalah kapten Ahab. kapten Peleg menerangkan pada Ishmael bahwa Captain Ahab mempunyai satu kaki.

Pemaparan data di atas merujuk pada pengidentifikasian tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi sehingga suatu tindakan itu dapat terealisasikan dan hal ini menyerupai fase the imaginary dari Jacques Lacan yang mempunyai penjelasan bahwa dalam fase the imaginary adalah proses pengidentifikasian dari pikiran tak sadar menuju pikiran sadar. Keadaan fisik Capten Ahab dengan segala otoritas dan kewenangan penuhnya ada hubungannya dengan apa yang diperintahkannya selama ini untuk memburu paus putih. Perintah-perintah yang ditujukan kepada Ishmael dan para awak kapal lainnya untuk memburu paus putih yang bernama Moby Dick secara tidak langsung dipengaruhi oleh “he has only


(35)

one leg”. Karena kutipan data itu lah yang mendorong Ahab untuk melakukan perburuan ini.

Dengan demikian ketidaksempurnaan fisik yang dimiliki oleh Ahab merupakan simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar dari perintah Ahab untuk memburu paus putih tersebut, karena representasi ini secara tidak langsung membuat para awak kapal mengikuti perintahnya meski mereka belum bertemu kaptennya. Ketidaksempurnaan fisiknya yang membuat Ahab memiliki maksud lain dari pelayaran itu. Maksud lain yang dimilikinya adalah tidak semata-mata hanya memburu paus, namun dia berniat untuk membalaskan dendamnya pada seekor paus yang bernama Moby Dick dengan memanfaatkan para awak kapalnya. Dengan demikian para awak kapal dan Ismael hanya dijadikan sebagai perantara Ahab untuk melakukan keinginan pribadinya.

Dalam penggalan kutipan sebelumnya, pernyataan “he has only one leg” hanyalah menjelaskan bahwa sekarang Ahab hanya mempunyai satu kaki. Namun setelah menganalisis lebih jauh tentang kutipan data tersebut, hal itu dapat memunculkan makna bahwa ada sesuatu yang menyebabkaan Ahab kehilangan salah satu kakinya. Itu memunculkan asumsi bahwa sebelum perburuan kali ini, Ahab memiliki penampilan fisik yang sempurna dengan sepasang kakinya. Perburuannya di masa lampau lah yang menyebabkan trauma karena kehilangan satu kakinya dan dirinya tidak bisa melupakan hal itu. Asumsi bahwa perburuan Ahab untuk memburu paus putih berdasarkan trauma untuk balas dendam dikuatkan oleh kutipan Ismael ketika bertanya apa yang terjadi pada Ahab sehingga dia kehilangan salah satu kakinya kepada kapten Peleg:


(36)

24

"What do you mean, sir? Was the other one lost by a whale?"

"Lost by a whale! Young man, come nearer to me: it was

devoured, chewed up, crunched by the monstrousest

parmacetty that ever chipped a boat!--ah, ah!” (2002;46)

Dalam kutipan ini dijelaskan bahwa satu kaki yang tidak dipunyai Ahab dikarenakan oleh pertarungannya dengan seekor monster sehingga memporak- porandakan kapal yang digunakan dalam pelayaran sebelumnya. Pernyataan “by

the monstrousest” dapat merujuk pada paus putih yang selama ini Ahab fokuskan

kepada para awak kapal untuk mencarinya. Ahab selalu memberikan perintah kepada awak kapalnya untuk mencari paus putih dengan iming-iming hadiah besar bagi siapa saja yang berhasil menemukan paus putih tersebut. Dalam hal ini terdapat makna yang mendukung penjelasan gejala-gejala yang bisa membentuk simbol dari pikiran tak sadar. Perburuan yang dilakukan sebelumnya menjadi sebuah trauma yang tersimpan pada pikiran tak sadar Ahab. Berdasarkan pemaparan tersebut, “the monstrousest” tidak hanya merujuk pada paus putih saja seperti yang disebutkan sebelumnya melainkan juga pada kondisi Ahab sekarang ini. Maka “the monstrousest” merupakan simbol dari pikiran tak sadar yang mendorong Ahab untuk memburu paus putih. Hal itu sejalan dengan pemikiran Lacan bahwa pikiran tak sadar adalah hal yang memicu untuk melakukan pengulangan atau kebiasaan yang didasari oleh trauma.

Dalam pelayaran ini, Ahab beserta seluruh awak kapalnya berlayar menggunakan kapal yang bernama Pequod. Kapal Pequod ini adalah kapal yang dipersiapkan oleh Ahab untuk melakukan perburuan Moby Dick. Dalam kapal


(37)

Pequod terdapat beberapa ruangan yang terdiri dari beberapa kabin. Kabin-kabin tersebut biasa dipakai oleh semua orang yang terlibat dalam pelayaran tersebut, namun ada salah satu ruangan yang bernama the quarter-deck yang pusat perhatian dari para awak kapal.

Quarter-deck adalah suatu ruangan yang selalu ditempati oleh Captain

Ahab. Ruangan tersebut bisa dikatakan adalah sebagai ruangan rahasia yang tidak diperbolehkan Ahab untuk dimasuki oleh para awak kapal tanpa seizinnya. Bahkan beberapa kaki tangannya pun tidak bisa dengan seenakya masuk ke dalam ruangan itu tanpa ada perintah dari Captain Ahab. Kemisteriusan ruangan tersebut membuat para awak kapal diliputi keingintahuan.

Akan tetapi, dari sekian banyak awak kapal yang merasa penasaran hanya Ishmael yang memiliki keberanian untuk mengutarakannya. Dia menuturkan rasa ingin tahunya tersebut melalui pernyataan:

“Now when I looked about the quarter-deck, for someone having authority, in order to propose myself as a candidate for the voyage, at first I saw nobody; but I could not well overlook a strange sort of tent, or rather wigwam, pitched a little behind the main-mast. It seemed only a temporary erection used in port. It was of a conical shape, some ten

feet high; consisting of the long, huge slabs of limber black

bone taken from the middle and highest part of the jaws of

the right-whale. Planted with their broad ends on the deck, a circle of these slabs laced together, mutually sloped towards each other, and at the apex united in a tufted point, where the loose hairy fibers waved to and fro like a

top-knot on some old Pottowotamie Sachem's head.”(2002;45)

Kutipan di atas menjelaskan ketika Ishmael mencoba mencari tahu tentang


(38)

26

belum dia masuk lebih dalam, keadaan dari Quarter-deck yang Ishmael lihat adalah seperti gudang piala dari Captain Ahab. Di sana terdapat beberapa koleksi hasil dari bururan Ahab di masa lalunya, contohnya seperti terdapatnya kepala rusa yang terdapat di dindingnya sebagai pajangan, juga tulang rahang yang dijadikan penopang tendanya dan gundukan kulit binatang berbulu yang disimpan di atas penopang tendanya itu. Semua itu membuat pikiran Ishmael menjadi-jadi. Sehingga membuat Ishmael yang sudah merasa tidak bisa membendung rasa ingintahunya mencoba untuk masuk lebih jauh ke dalam ruangan tersebut.

Dia mencoba mengendap-endap masuk ke dalam quarter-deck tersebut. Namun, baru saja Ishmael melihat ke dalam ruangan tersebut, dia sudah merasakan ada hal yang aneh dengan tempat ini. Dia melihat benda-benda yang membuatnya terkejut karena menurutnya tidaklah lazim benda-benda tersebut berada di dalam kabin dari sebuah kapal. Terlebih lagi, ketika dia melihat di ujung ruangan itu terdapat sebuah tenda. Tenda itu didirikan menggunakan bahan-bahan yang tak wajar seperti tulang rahang paus sebagai penopangnya. Dia semakin terkejut dengan bahan-bahan yang dijadikannya untuk membangun tenda tersebut. Ishmael melihat kerangka hitam dari rahang seekor paus untuk menopang tendanya, dan sesuatu yang serat berbulu longgar melambai ke sana kemari seperti kunciran pada beberapa kepala Pottowotamie Sachem.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan-bahan yang menjadi bagian dari tenda tersebut khususnya “huge slabs of limber black bone”

sebagai simbol pikiran tak sadar yang merujuk pada hasrat yang dipunyai oleh Ahab untuk memburu paus putih. Itu karena Ahab merasa dengan melihat “huge


(39)

slabs of limber black bone”, Ahab merasa termotivasi untuk menuntaskan hasratnya dalam membalaskan dendamnya.

Seperti yang dipaparkan di atas, the quarter-deck sangatlah rahasia dan tidak diketahui kecuali hanya oleh beberapa orang saja. Beberapa orang yang mengetahui keberadaan ruangan itu pun merupakan orang yang memiliki wewenang sebagai kapten, sehingga dengan kerahasiaannya itu, membuat semua orang yang tidak mempunyai kewenangan merasa heran dan curiga dengan apa yang terjadi di dalamnya.

Islmael melihat itu semua dari bagian depan quarter-deck. Quarter-deck

terdiri dari dua ruangan, ruangan pertama adalah ruangan yang biasa para kaki tangan Ahab menerima perintah-perintah yang diberikannya. Sementara itu, ruangan utama yang sering ditinggali Ahab ada setelah ruangan bagian depannya, bagian depan dan bagian dalamnya dipisahkan oleh dinding kayu yang di tengahnya ada celah seperti kerangka sebuah pintu.

Setelah beberapa langkah dia mencoba masuk ke dalam, dia merasakan keberadaan seseorang di balik tirai tenda tersebut. Dia berpikir bahwa seseorang itu tidak salah lagi adalah Captain Ahab. Ahab sudah menyadari kedatangan Ismael ke ruangannya tersebut dan segera memerintah Ishmael keluar. Akhirnya Ishmael keluar dengan perasaan takut meski dengan rasa keingintahuannya yang belum juga terjawab. Ishmael bertanya pada dirinya sendiri untuk mengetahui alasan yang mendasari seorang kapten kapal merasa nyaman berada di tempat tersebut. Hal ini disebabkan Ishmael menganggap ruangan dan isinya menakutkan.


(40)

28

Setelah ditelisik lebih jauh makna implisit yang terdapat pada pemaparan kutipan di atas berhubungan dengan gejala untuk terbentuknya pikiran tak sadar dan pikiran sadar. Rasa penasaran dan rasa keingintahuan Ishmael tentang apa yang terjadi dalam Quarter-deck tersebut menyerupai fase the imaginary yang bertujuan untuk memahami situasi yang ada. Fase ini mencakup pikiran sadar dan pikiran tak sadar karena pengidentifikasian tersebut muncul diakibatkan pencarian tentang kebenaran yang terjadi.

Sampai kasus ini, dalam memberikan perintahnya, Ahab tidak memberikan perintah itu secara bertatapan wajah dengan para awak kapalnya, Ahab hanya diam di dalam ruangannya dan memanggil kaki tangannya untuk masuk sampai bagian depan dari quarter-deck tersebut untuk memberikan perintahnya. Kedua kaki tangannya tersebut adalah Captain Peleg dan Captain Bildad. Sehingga yang memberikan perintah secara berhadapan langsung dengan para awak kapal adalah kedua kapten tersebut. Tindakan kedua kapten tersebut bertujuan untuk merahasiakan apa yang terjadi dalam quarter-deck. Kerahasiaan

quarter-deck tersebut diperkuat oleh kutipan:

“Here upon the very point of starting for the voyage, Captain Peleg and Captain Bildad were going it with a

high hand on the quarter-deck, just as if they were to be

joint-commanders at sea, as well as to all appearances in port. And, as for Captain Ahab, no sign of him was yet to be seen; Only, they said he was in the cabin. But then, the idea was, that his presence was by no means necessary in getting the ship under weigh, and steering her well out to sea. Indeed, as that was not at all his proper business, but the pilot's; and as he was not yet completely recovered--so

they said--therefore, Captain Ahab stayed below.”(2002:


(41)

Kutipan di atas menjelaskan ketika Peleg dan Bildad berdiri di depan

quarter-deck untuk memberikan perintah kepada para awak kapalnya agar

berrsiap-siap melakukan pelayaran. Seperti biasanya, Captain Ahab belum juga muncul untuk memberikan langsung perintah-perintah tersebut kepada para awaknya. Namun para awak kapal mendapat penjelasan dari Peleg dan Bildad bahwa dia berada di kabin. Mereka mengatakan bahwa penjelasan yang diminta Ishmael dilakukan bukan saat yang tepat sebab Ahab tidak akan memperlihatkan sosoknya kepada para awak sebelum dia pulih.

Penjelasan di atas menunjukan bahwa kerahasiaan quarter-deck sangat dijaga oleh para pemimpin yang mempunyai kewenangan dalam pelayaran tersebut dan hal ini menujukan bahwa quarter-deck adalah simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar.

Meskipun pada akhirnya Captain Ahab memperlihatkan wujudnya kepada para awak kapalnya, dia tetap tidak mau pergi jauh-jauh dari quarter-deck

tersebut. Bahkan ketika Ahab memberikan perintah ataupun sedang mengawasi keadaan di luar, dia hanya berdiri di depan quarter-deck tersebut sambil mengangkat tangannya untuk memerintah para awak kapalnya melakukan sesuatu. Hal itu dijelaskan oleh kutipan di bawah ini

“Some considering touch of humanity was in him; for at

times like these, he usually abstained from patrolling the quarter-deck; because to his wearied mates, seeking repose within six inches of his ivory heel, such would have been the reverberating crack and din of that bony step, that their dreams would have been of the crunching teeth of


(42)

30

Dalam kutipan di atas dijelaskan bahwa Ahab sudah mau menunjukan jati dirinya untuk memberikan perintah-perintah dan mengamati mengenai perburuan Moby Dick ini. Meskipun dia sudah menunjukan jati dirinya, Ahab tidak bergerak jauh dari quarter-deck tersebut bahkan dia biasanya berpatroli di depan

quarter-deck tersebut.

Pemaparan dari data tersebut memperlihatkan usaha Ahab dan kedua kaki tangannya untuk tetap merahasiakan apa yang terjadi di dalam quarter-deck

tersebut dari orang-orang yang tidak mempunyai wewenang lebih dalam pelayaran ini. Dengan demikian pemaparan itu merujuk pada terbentuknya the

quarter-deck sebagai pikiran tak sadar bagi orang-orang yang tidak mempunyai

kewenangan lebih untuk memberikan komando dalam pelayaran ini. Hal ini sepaham dengan pemikiran Lacan tentang pikiran tak sadar yang mempunyai pengertian bahwa pikiran tak sadar adalah suatu hal yang bisa disimpan dengan baik oleh pikiran sadar di dalam ranah pikiran tak sadar. Namun apabila ada sesuatu hal yang mengingatkannya terhadap pikiran tak sadar, pikiran tak sadar akan kembali terangkat ke permukaan.

Seperti yang sudah dipaparkan, pikiran tak sadar dapat disimpan jauh dalam pikiran seseorang dengan menjaganya tetap pada tempatnya dan fenomena ini disebut Lacan sebagai “jouissance”. Dalam kasus ini, “jouissance” yang muncul dikarenakan penderitaan Ahab akibat kejadian di masa lalunya yang membentuk trauma.

Pelayaran ini begitu penting bagi Ahab untuk meralisasikan pembalasan dendamnya terhadap Moby Dick. Dia menghalalkan segala cara demi


(43)

terwujudnya pembalasan dendam tersebut. Dalam perjalanannya Ahab dan para awak kapal berlabuh di beberapa pulau yang mereka singgahi untuk sekedar beristirahat sejenak ataupun untuk menambahkan simpanan makanan mereka yang sudah mulai berkurang dan juga untuk mencari informasi tentang keberadaan paus putih. Karena Ahab sadar meskipun perburuan ini berpacu dengan waktu para awak kapal harus berada dalam kondisi yang baik untuk tetap mengawasi munculnya paus putih.

Ketika meraka berlabuh di salah satu pulau dan bertemu dengan kapal lain yang mempunyai misi yang sama untuk berburu paus. Kapal tersebut berburu paus untuk mengambil “sperm whale” guna diperdagangkan. Kapten kapal tersebut bernama Captain Boomer, Captain Boomer dijuluki juga sebagai “the

English Captain”. Ketika para awak kapal Pequod bertanya kepada para awak kapal yang mereka temui, tanpa disengaja Boomer mendengar apa yang para awak kapal Peqoud tanyakan kepada para awak kapalnya. Boomer tertarik dengan apa yang para awak kapal Pequod perbincangkan sehingga dia ingin berbagi pengalaman yang bertujuan untuk mengingatkan Ahab.

Setelah Boomer bertemu dengan Ahab, Boomer mencoba untuk membagi pengalamannya tentang paus putih alias Moby Dick, seperti yang terdapat pada kutipan di bawah ini

“Do you know,gentlemen, that the digestive organs of the

whale are so inscrutably constructed by Divine Providence, that itis quite impossible for him to completely digest even

a man's arm? And he knows it too. So that what you take

for the White Whale's malice is only his awkwardness. For he never means to swallow a single limb; he only thinks to terrify by feints.”(2002;279)


(44)

32

Kutipan di atas menceritakan ketika Boomer berhadapan dengan paus putih, dan hasilnya dia kehilangan salah satu lengannya yang diakibatkan oleh pertarungan tersebut. Dia menceritakan apa-apa yang telah Boomer alami ketika dia berhadapan dengan paus putih. Dia menggambarkan betapa ganasnya monster tersebut, paus putih melahap dan menelan apa yang dia lahap tanpa mengunyahnya terlebih dahulu. Di sini Boomer mempunyai maksud baik, dia mencoba mengingatkan Ahab dan para awak kapalnya agar tidak berurusan dengan Moby Dick tersebut.

Sesuai dengan pemaparan Boomer ketika dirinya berburu “sperm whale” sehingga kehilangan sebelah lengannya yang diakibatkan pertarungannya dengan paus putih. Itu menandakan bahwa “arm” adalah simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar dari Boomer. Pikiran tak sadar tersebut muncul karena tujuan dari Boomer untuk mengingatkan Ahab dan para awak kapalnya utuk tidak memburu paus putih tersebut di dasari oleh pengalamannya yang membentuk trauma dalam diri Boomer.

4.2. Simbol dan gejala yang merperesentasikan pikiran sadar

Pelayaran ini tidaklah berjalan dengan mulus, banyak terjadi masalah yang para awak kapal hadapi ketika melakukan pelayaran ini. Seperti salah satu masalah yang dihadapi ketika saat kapal Pequod terpaksa berlabuh ke sebuah pulau karena persediaan makanan mereka sudah menipis. Menurut Ahab itu menjadi suatu masalah karena mereka akan membuang waktu untuk berburu paus putih yang muncul pada saat bulan purnama. Namun itu harus dilakukan karena


(45)

itu menunjang untuk pemburuannya ini. Captain Ahab memberikan perintah pada semua orang dalam kapal agar mengumpulkan makanan yang banyak. Dia tidak peduli cara yang harus dilakukan oleh para awak sebab baginya hal terpenting adalah persediaan makanan dapat terpenuhi. Hal itu bertujan untuk memenuhi persedian makanan dalam mengarungi perburuan ini, seperti yang dijelaskan dalam kutipan di bawah ini:

“At the period of our arrival at the Island, the heaviest

storage of the Pequod had been almost completed;

comprising her beef, bread, water, fuel, and iron hoops and

staves.”(2002;62)

Sebagian persediaan makanan yang dimiliki kapal Pequod berasal dari pulau yang mereka singgahi. Ahab tidak terlalu menekankan tentang bagaimana cara mereka mendapatkan persediaan makanan, yang penting bagi Ahab mereka tidak banyak menghabiskan waktu untuk mendapatkan persediaan makanannya. Sampai-sampai beberapa kaki tangan Ahab pun diharuskan untuk membantu para awak kapalnya untuk mengumpulkan persediaan makanan tersebut. Semua itu dilakukan semata-mata untuk memenuhi apa yang diperintahkan oleh Ahab.

Para awak kapal melakukaan apa yang diperintahkan Ahab untuk memenuhi gudang makanan kapal Pequod. Para awak kapal menyadari perintah Ahab kali ini untuk kepentingan mereka bersama demi berlangsungnya pelayaran ini. Dari pemaparan tersebut “the heaviest storage” adalah simbol yang merepresentasikan pikiran sadar dari para awak kapal karena hal ini menyerupai pengertian pikiran sadar menurut Lacan, dimana menurut Lacan pikiran sadar itu adalah yang menentukan sebuah tindakan terjadi dengan mengetahui situasi dan keadaannya.


(46)

34

Namun dengan bergabungnya kapten Peleg dan Bildad untuk turun tangan langsung demi mengumpulkan persediaan pelayaran ini memunculkan anggapan yang membuat Ishmael merasa bahwa Ahab tidak pandang bulu kepada siapa pun yang berada di kapal Pequod untuk memenuhi keinginannya. Ishmael sempat memikirkan hal itu meski hanya sejenak dan dapat dilihat pada pernyataannya berikut:

“the two Captains, Peleg and Bildad, could attend to

everything necessary to fit the vessel for the voyage. If I

had been downright honest with myself, I would have seen very plainly in my heart that I did but half fancy being committed this way to so long a voyage, without once laying my eyes on the man who was to be the absolute dictator of it, so soon as the ship sailed out upon the open

sea.” (2002;63)

Captain Peleg dan Bildad adalah orang yang bertanggung jawab untuk memenuhi apapun yang dibutuhkan untuk pelayaran kali ini. Namun dalam perintahnya kali ini Ahab memerintahkan Peleg dan Bildad agar turun tangan langsung untuk mencari persediaan pelayaran ini. Dalam pikiran Ishmael, perintah yang di tujukan kepada kedua kapten tersebut adalah hal wajar yang dilakukan oleh Ahab, namun dia memiliki rasa ingin tahu terhadap penyebab seorang kapten kapal alias Ahab tidak turun langsung untuk memeriksa setiap kebutuhan selama pelayarannya. Pada akhirnya, Ishmael merasa bahwa kapten kapal ini adalah seorang diktator. Dia mengambil kesempatan untuk memperbudak siapapun yang ikut pada pelayarannya ini.

Terlebih lagi dengan sikap kedua kaki tangan kapten kapalnya yang seperti melakukan tugasnya seperti awak kapal Pequod lainnya tanpa menanyakan apa


(47)

pun. Ishmael merasa bahwa semua orang yang ikut dalam pelayaran ini, khususnya dia sendiri, merasa berada dibawah intimidasi dan tekanan kapten kapal yang benar-benar seorang diktator. Hal ini menandakan bahwa Ahab memandang semua orang yang terlibat dalam perburuan paus ini sama rata tidak ada yang dispesialkan. Namun hal itu menjadi tidak wajar karena sebagai orang kepercayaan Ahab, Peleg dan Bildad seharusnya hanya fokus untuk memburu target, tidak untuk ikut mencari persediaan makanan dan turun dari kapal. Pemaparan tersebut menyerupai fase the imaginary yang bersifat selalu mengidentifikasi atas apa yang terjadi.

Peleg dan Bildad menyadari bahwa mereka memang harus mengikuti perintah-perintah yang diucapkan oleh Ahab sang penguasa kapal Pequod karena mereka berada pada perburuan yang dikomandoi Ahab. Sehingga mereka tetap menjalankan perburuan paus ini. Hal ini sepaham dengan pemikiran Lacan bahwa suatu tindakan atau hal yang dilakukan dengan mengetahui situasi yang ada disebut dengan pikiran sadar. Maka dari itu, “the voyage” merupakan simbol yang merepresentasikan pikiran sadar bagi Peleg dan Bildad. Seperti yang dijelaskan dalam kutipan di bawah ini:

the whaling voyage was welcome; the great flood gates of

the wonder-world swung open, and in the wild conceits that swayed me to my purpose, two and two there floated into my inmost soul, endless processions of the whale, and, mid most of them all, one grand hooded phantom, like a snow

hill in the air”.(2002;6)

Para awak kapal merasa antusias untuk melakukan perburuan ini, karena mereka berfikir dengan mengikuti perburuan paus ini, meraka akan mendapatkan


(48)

36

upah yang tinggi. Hal yang diinginkan para awak kapal untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi di sini menyerupai fase the real yang merujuk terjadinya

“the whaling voyage”. Karena hal yang mendorong para awak kapal untuk memutuskan bergabung pada pelayaran ini adalah untuk mencari upah yang dapat menaikan taraf hidup mereka dengan cara memburu paus dan mengambil “sperm

whale” untuk diperdagangkan, tidak seperti Ahab yang menjadikan perburuan paus ini sebagai alat untuk membujuk para awak kapalnya ikut dalam “whaling

voyage” ini.

Maka dari itu dapat dikatakan bahwa meskipun meraka berada di bawah tekanan dan intimidasi Ahab, para awak kapal tetap mengikuti perburuan paus ini. Dengan demikian pemapaparan tersebut merujuk pada simbol yang merepresentasikan pikiran sadar dari para awak kapal yang diwakili oleh “the

whaling voyage”.

Dalam perjalanannya kapal Pequod bertemu dengan kapal lain yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu memburu paus. Kapal tersebut dinahkodai oleh Captain Boomer. Mereka mencoba menukar informasi tentang buruan mereka, namun ketika salah satu awak Pequod menanyakan tentang keberadaan paus putih, Boomer merasa tertarik untuk menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan paus putih tersebut. Boomer menceritakan bahwa paus utih tersebut sangatlah ganas, itu karena sebelah lengan yang tidak dipunyai Boomer disebabkan pertarungannya dengan paus putih alias Moby Dick. Para awak Pequod menanyakan mengapa Boomer tidak membalaskan dendamnya terhadap


(49)

paus putih tersebut. Alasan Boomer untuk tidak membalas dendam dijelaskan oleh kutipan di bawah ini:

There would be great glory in killing him, I know that; and there is a ship-load of precious sperm in him, but, hark ye,

he's best let alone;”(2002;297)

Dari kutipan data Boomer sebenarnya ingin membelas dendamnya, namun dia tidak ingin berurusan lagi dengan monster paus putih alias Moby Dick. Boomer mencoba menjelaskan, dia tidak ingin berurusan lebih dengan Moby Dick karena menurutnya, dia tidak mungkin mendapatkan lengannya kembali dan juga Boomer rasa dia tidak punya cukup kekuatan untuk menghadapinya. Sehingga Boomer tidak mengikuti hasratnya untuk balas dendam. Ia mencoba mengingatkan para awak Pequod untuk tidak berurusan dengan paus putih tersebut. Lebih baik biarkan dia hidup dengan bebas.

Melalui pemaparan diatas, jelas bahwa Boomer mengetahui apa yang seharusnya dia lakukan. Maka dari itu, “he's best let alone” merupakan simbol

yang merepresentasikan pikiran sadar dari apa yang Captain Boomer lakukan. Dikategorikan sebagai pikiran sadar karena pikiran sadar bisa dikatakan sebagai tindakan atau hasil yang didasari oleh keinginan yang terdapat dalam memori yang tersimpan pada ranah pikiran tak sadar.


(50)

38 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pada analisis yang dilakukan untuk mengetahui simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar dan pikiran sadar serta gejala-gejalanya dalam novel “Moby Dick”, penelitian ini menunjukan bahwa pikiran sadar dan pikiran tak sadar bukan hanya terbentuk oleh perilaku karakternya senidiri, akan tetapi terbentuk pula oleh maksud dari pemaparan seorang karakter yang berupa teks. Pemaparan tersebut dapat memunculkan gejala-gejala pikiran tak sadar dan pikiran sadar melalui model triadic Lacan. Dalam hal ini pikiran sadar dan pikiran tak sadar dapat diketahui melalui setiap gejala-gejalanya.

Dengan demikian simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar yang terdapat dalam penelitian ini adalah Captain Ahab, white whale, the monstrousest,

the quarter deck dan arm. Sedangkan untuk simbol yang merepresentasikan

pikiran sadar diwakili oleh the heaviest storage, the voyage dan the whaling

voyage dan he's best let alone.

5.2. Saran

Penelitian yang dilakukan terhadap novel “Moby Dick” ini menggunakan teori psikoanalisis dari Jacques Lacan mengenai unconscious dan conscious mind.

Akan tetapi pada penelitian ini terdapat beberapa ruang untuk dilakukan penelitian lanjutan. Penelitian lanjutan tersebut mencakup the symbolic, the imaginary dan


(51)

the real secara detail. Dengan demikian jika penelitian lanjutan akan menganalisis

triadic dari teori psikoanalis Lacan melalui sebuah karakter, peneliti terlebih

dahulu harus mengetahui dan memahami karakternya tersebut. Namun penelitian lanjutan lainnya dapat pula berfokus pada konsep dari Lacan yang ada hubunganya dengan unconscious mind dan conscious mind, yaitu konsep “mirror


(1)

Namun dengan bergabungnya kapten Peleg dan Bildad untuk turun tangan langsung demi mengumpulkan persediaan pelayaran ini memunculkan anggapan yang membuat Ishmael merasa bahwa Ahab tidak pandang bulu kepada siapa pun yang berada di kapal Pequod untuk memenuhi keinginannya. Ishmael sempat memikirkan hal itu meski hanya sejenak dan dapat dilihat pada pernyataannya berikut:

“the two Captains, Peleg and Bildad, could attend to everything necessary to fit the vessel for the voyage. If I had been downright honest with myself, I would have seen very plainly in my heart that I did but half fancy being committed this way to so long a voyage, without once laying my eyes on the man who was to be the absolute dictator of it, so soon as the ship sailed out upon the open sea.” (2002;63)

Captain Peleg dan Bildad adalah orang yang bertanggung jawab untuk memenuhi apapun yang dibutuhkan untuk pelayaran kali ini. Namun dalam perintahnya kali ini Ahab memerintahkan Peleg dan Bildad agar turun tangan langsung untuk mencari persediaan pelayaran ini. Dalam pikiran Ishmael, perintah yang di tujukan kepada kedua kapten tersebut adalah hal wajar yang dilakukan oleh Ahab, namun dia memiliki rasa ingin tahu terhadap penyebab seorang kapten kapal alias Ahab tidak turun langsung untuk memeriksa setiap kebutuhan selama pelayarannya. Pada akhirnya, Ishmael merasa bahwa kapten kapal ini adalah seorang diktator. Dia mengambil kesempatan untuk memperbudak siapapun yang ikut pada pelayarannya ini.

Terlebih lagi dengan sikap kedua kaki tangan kapten kapalnya yang seperti melakukan tugasnya seperti awak kapal Pequod lainnya tanpa menanyakan apa


(2)

35

pun. Ishmael merasa bahwa semua orang yang ikut dalam pelayaran ini, khususnya dia sendiri, merasa berada dibawah intimidasi dan tekanan kapten kapal yang benar-benar seorang diktator. Hal ini menandakan bahwa Ahab memandang semua orang yang terlibat dalam perburuan paus ini sama rata tidak ada yang dispesialkan. Namun hal itu menjadi tidak wajar karena sebagai orang kepercayaan Ahab, Peleg dan Bildad seharusnya hanya fokus untuk memburu target, tidak untuk ikut mencari persediaan makanan dan turun dari kapal. Pemaparan tersebut menyerupai fase the imaginary yang bersifat selalu mengidentifikasi atas apa yang terjadi.

Peleg dan Bildad menyadari bahwa mereka memang harus mengikuti perintah-perintah yang diucapkan oleh Ahab sang penguasa kapal Pequod karena mereka berada pada perburuan yang dikomandoi Ahab. Sehingga mereka tetap menjalankan perburuan paus ini. Hal ini sepaham dengan pemikiran Lacan bahwa suatu tindakan atau hal yang dilakukan dengan mengetahui situasi yang ada disebut dengan pikiran sadar. Maka dari itu, “the voyage” merupakan simbol yang merepresentasikan pikiran sadar bagi Peleg dan Bildad. Seperti yang dijelaskan dalam kutipan di bawah ini:

the whaling voyage was welcome; the great flood gates of the wonder-world swung open, and in the wild conceits that swayed me to my purpose, two and two there floated into my inmost soul, endless processions of the whale, and, mid most of them all, one grand hooded phantom, like a snow hill in the air”.(2002;6)

Para awak kapal merasa antusias untuk melakukan perburuan ini, karena mereka berfikir dengan mengikuti perburuan paus ini, meraka akan mendapatkan


(3)

upah yang tinggi. Hal yang diinginkan para awak kapal untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi di sini menyerupai fase the real yang merujuk terjadinya “the whaling voyage”. Karena hal yang mendorong para awak kapal untuk memutuskan bergabung pada pelayaran ini adalah untuk mencari upah yang dapat menaikan taraf hidup mereka dengan cara memburu paus dan mengambil “sperm whale” untuk diperdagangkan, tidak seperti Ahab yang menjadikan perburuan paus ini sebagai alat untuk membujuk para awak kapalnya ikut dalam “whaling voyage” ini.

Maka dari itu dapat dikatakan bahwa meskipun meraka berada di bawah tekanan dan intimidasi Ahab, para awak kapal tetap mengikuti perburuan paus ini. Dengan demikian pemapaparan tersebut merujuk pada simbol yang merepresentasikan pikiran sadar dari para awak kapal yang diwakili oleh “the whaling voyage”.

Dalam perjalanannya kapal Pequod bertemu dengan kapal lain yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu memburu paus. Kapal tersebut dinahkodai oleh Captain Boomer. Mereka mencoba menukar informasi tentang buruan mereka, namun ketika salah satu awak Pequod menanyakan tentang keberadaan paus putih, Boomer merasa tertarik untuk menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan paus putih tersebut. Boomer menceritakan bahwa paus utih tersebut sangatlah ganas, itu karena sebelah lengan yang tidak dipunyai Boomer disebabkan pertarungannya dengan paus putih alias Moby Dick. Para awak Pequod menanyakan mengapa Boomer tidak membalaskan dendamnya terhadap


(4)

37

paus putih tersebut. Alasan Boomer untuk tidak membalas dendam dijelaskan oleh kutipan di bawah ini:

There would be great glory in killing him, I know that; and there is a ship-load of precious sperm in him, but, hark ye, he's best let alone;”(2002;297)

Dari kutipan data Boomer sebenarnya ingin membelas dendamnya, namun dia tidak ingin berurusan lagi dengan monster paus putih alias Moby Dick. Boomer mencoba menjelaskan, dia tidak ingin berurusan lebih dengan Moby Dick karena menurutnya, dia tidak mungkin mendapatkan lengannya kembali dan juga Boomer rasa dia tidak punya cukup kekuatan untuk menghadapinya. Sehingga Boomer tidak mengikuti hasratnya untuk balas dendam. Ia mencoba mengingatkan para awak Pequod untuk tidak berurusan dengan paus putih tersebut. Lebih baik biarkan dia hidup dengan bebas.

Melalui pemaparan diatas, jelas bahwa Boomer mengetahui apa yang seharusnya dia lakukan. Maka dari itu, “he's best let alone” merupakan simbol yang merepresentasikan pikiran sadar dari apa yang Captain Boomer lakukan. Dikategorikan sebagai pikiran sadar karena pikiran sadar bisa dikatakan sebagai tindakan atau hasil yang didasari oleh keinginan yang terdapat dalam memori yang tersimpan pada ranah pikiran tak sadar.


(5)

38 5.1 Simpulan

Berdasarkan pada analisis yang dilakukan untuk mengetahui simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar dan pikiran sadar serta gejala-gejalanya dalam novel “Moby Dick”, penelitian ini menunjukan bahwa pikiran sadar dan pikiran tak sadar bukan hanya terbentuk oleh perilaku karakternya senidiri, akan tetapi terbentuk pula oleh maksud dari pemaparan seorang karakter yang berupa teks. Pemaparan tersebut dapat memunculkan gejala-gejala pikiran tak sadar dan pikiran sadar melalui model triadic Lacan. Dalam hal ini pikiran sadar dan pikiran tak sadar dapat diketahui melalui setiap gejala-gejalanya.

Dengan demikian simbol yang merepresentasikan pikiran tak sadar yang terdapat dalam penelitian ini adalah Captain Ahab, white whale, the monstrousest, the quarter deck dan arm. Sedangkan untuk simbol yang merepresentasikan pikiran sadar diwakili oleh the heaviest storage, the voyage dan the whaling voyage dan he's best let alone.

5.2. Saran

Penelitian yang dilakukan terhadap novel “Moby Dick” ini menggunakan teori psikoanalisis dari Jacques Lacan mengenai unconscious dan conscious mind. Akan tetapi pada penelitian ini terdapat beberapa ruang untuk dilakukan penelitian lanjutan. Penelitian lanjutan tersebut mencakup the symbolic, the imaginary dan


(6)

39

the real secara detail. Dengan demikian jika penelitian lanjutan akan menganalisis triadic dari teori psikoanalis Lacan melalui sebuah karakter, peneliti terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami karakternya tersebut. Namun penelitian lanjutan lainnya dapat pula berfokus pada konsep dari Lacan yang ada hubunganya dengan unconscious mind dan conscious mind, yaitu konsep “mirror stage”.