II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan ting- kat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa me- nunjukan perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal
dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.
Kriteria keefektifan menurut Wicaksono 2008 mengacu pada:
a. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila
sekurang-kurangnya 75 dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam peningkatan hasil belajar.
b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa
apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembe-
lajaran gain yang signifikan.
B. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi bentukan
kita sendiri. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu 2001 konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pe-
ngetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil ke- mungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”.
8 Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu 2001,
agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan: 1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-
laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pe- ngalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan inte-
raksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan me- ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan
sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pe- ngalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya
untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan- nya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain selective conscience. Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben- tukan pengetahuannya.
Menurut Trianto 2007: Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer penge-
tahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada ora-
ng yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru ber- maksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemin-
dahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno, P 1997, antara lain: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2. Tekanan dalam proses
belajar terletak pada siswa; 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar; 4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5.
Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan 6. Guru adalah fasilitator.
Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno, P 1997 sebagai berikut : 1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. 2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pe- ngembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bu-
kanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri. 4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia
fisik dan lingkungannya.
9 5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si
subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana
siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.
Menurut Sagala 2003 konstruktivisme merupakan landasan berfikir filosofi
pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas sempit dan tidak dengan tiba-
tiba. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.
C.
Siklus Belajar Empiris Induktif SBEI
Siklus belajar empiris induktif merupakan proses yang sistematis dalam pembelajaran dengan tahap atau langkah-langkah yang diperoleh berdasarkan
observasi atau pengamatan langsung berupa fakta-fakta. Siswa dituntut untuk menjelaskan fenomena dan memberikan kesempatan untuk dialog dan diskusi.
Menurut Muhammadzen 2008, bahwa sumber pengetahuan antara lain dimulai dari suatu pengalaman empiris menuju induktif. Pengalaman empiris didasarkan
pada pengamatan gejala, peristiwa atau fakta-fakta di lapangan yang dianalisis sehingga didapatkan suatu kesimpulan.
Menurut Lawson 2005, di dalam SBEI, siswa tidak hanya menggambarkan apa yang diamati, tetapi berusaha untuk membuktikan hipotesis untuk menjelaskan
apa yang diamati. Di dalam SBEI, melibatkan keterampilan proses dasar dan