SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI.
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kimia
oleh :
Katrin Amelia Br Ginting 0900405
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2014
(2)
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Oleh
Katrin Amelia Br Ginting
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Katrin Amelia Br Ginting 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
KATRIN AMELIA BR GINTING
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Prof. Dr. Liliasari M. Pd NIP. 194909271978032001
Pembimbing II
Dr. Sri Mulyani M. Si NIP. 196111151986012001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M. Si NIP. 196611211991031002
(4)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAH KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Penjelasan Istilah ... 7
BAB II MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DESKRIPSI LAJU REAKSI ... 8
A. Siklus Belajar (Learning Cycle) ... 8
B. Model Siklus Belajar Empiris-induktif ... 13
C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 16
D. Deskripsi Materi Laju Reaksi... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27
A. Kerangka Pemikiran ... 27
B. Metode Penelitian... 30
C. Alur Penelitian ... 31
D. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33
E. Variabel Penelitian ... 33
F. Instrumen Penelitian... 34
G. Teknik Pengumpulan Data ... 35
H. Hipotesis Penelitian ... 36
(5)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Analisis Data ... 41
1. Analisis hasil belajar siswa ... 42
2. Analisis pemahaman konsep siswa ... 43
3. Analisis keterampilan berpikir kritis siswa ... 48
4. Analisis tanggapan siswa ... 53
B. Pembahasan ... 55
1. Keterampilan berpikir kritis siswa ... 55
2. Pemahaman konsep siswa ... 64
C. Kendala-Kendala Selama Proses Pembelajaran ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN
(6)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis ... 18
Tabel 2.4 Hubungan suhu terhadap laju reaksi ... 24
Tabel 3.1 Gambaran Penelitian ... 31
Tabel 3.2 Indikator Kerampilan Berpikir Kritis...35
Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Skor Tes...37
Tabel 3.4 Klasifikasi Data Gain Ternormalisasi...40
Tabel 3.5 Kriteria Penguasaan Konsep . ... 40
Tabel 3.6 Kriteria Kategori Angket ... 40
Tabel 4.1 Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata Hasil Pretest ... 42
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data N-gain Hasil Belajar Siswa ... 42
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata N-gain ... 43
Tabel 4.4 Pengelompokkan Butir Soal Instrumen Tes... 44
Tabel 4.5 Rata-Rata Nilai Pretest, Posttest, dan N-gain ... 45
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji pada Masing-Masing Konsep ... 47
Tabel 4.7 Pengelompokkan Butir Soal Instrumen Tes... 48
Tabel 4.8 Rata-Rata Nilai Pretest, Posttest, dan N-gain ... 49
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Uji pada Masing-masing Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 52
(7)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Belajar ... 9
Gambar 2.2 Karakteristik Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif ... 14
Gambar 2.3 (a) reaksi cepat ; (b) reaksi lambat ... 20
Gambar 2.4 Perahu Dalam Kolam ... 22
Gambar 2.5 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi ... 23
Gambar 2.6 Konsentrasi Pereaksi ... 23
Gambar 2.7 Tumbukan Efektif dan Tumbukan Tidak Efektif ... 27
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 28
Gambar 3.2 Alur penelitian ... 32
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest ... 41
Gambar 4.2 Grafik N-gain Pemahaman Masing-Masing Konsep ... 46
(8)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran A. 1 Analisis Konsep Laju Reaksi...75
Lampiran A. 2 Label Konsep ...79
Lampiran A. 3 Validasi Butir Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis...94
Lampiran A. 4 Rencana Pelaksanaan Pembelalajaran...109
Lampiran A. 5 Soal Uji Coba ...143
Lampiran A. 6 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...150
Lampiran A. 7 Soal Yang Telah Valid ...155
Lampiran A. 8 Rubrik Penilaian Alasan Pada Soal Pre-Postes...162
Lampiran A. 9 Angket...172
LAMPIRAN B PENGOLAHAN DATA Lampiran B.1 Rekapitulasi Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ...174
Lampiran B.2 Rekapitulasi Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Ekperimen ...176
Lampiran B. 3 Data Hasil Uji ...178
LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN Lampiran C.1 Foto-foto Penelitian ...190
Lampiran C.2 Surat Izin Penelitian ...192
(9)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014 SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik laju reaksi melalui pembelajaran siklus belajar empiris-induktif. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest and posttest nonequivalent control group design, dengan subjek penelitan sebanyak 61 siswa kelas XI IPA yang terbagi kedalam dua kelas yaitu kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan siklus belajar empiris-induktif dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional, di salah satu SMA swasta di kota Bandung, Jawa Barat. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui instrumen lembar soal pilihan ganda beralasan sebanyak 15 butir soal dan angket. Soal tersebut dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis yang diteliti yakni memfokuskan pertanyaan, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi, membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan. Peningkatan berpikir kritis untuk seluruh indikator keterampilan berpikir kritis pada siswa berdasarkan n-gain yang diperoleh tergolong kedalam kategori tinggi pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol n-gain yang diperoleh tergolong pada kategori sedang. Indikator yang terlihat paling tinggi pada kelas eksperimen adalah membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan, kemudian diikuti dengan mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, memfokuskan pertanyaan dan urutan peningkatan terakhir terdapat pada indikator mengobservasi dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan.
Kata kunci: siklus belajar empiris-induktif, berpikir kritis, laju reaksi
Abstract
This study purposes to measure students’ critical thinking development skill in reaction rate topic through empiric-inductive learning cycle. The research used is quasi-experimental. The research design using pretest and posttest nonequivalent control group design, with 61 students of XI science classses as subject and grouped into an experimental group who is given empiric-inductive learning cycle treatment and a control group who is given conventional learning treatment, in a private senior high school at Bandung, West Java. Besides, the data collection has been done by using 15 multiple choice with reasons test and questionnaire. The tests were developed based on critical thinking skill indicators which are observed, those are focusing in a question, observing and judging observation report, defining terms and judging a definition, making and investigating the judging was results. The development of students’ critical thinking skill for all indicators was based on n-gain achievement that included into high category in experimental group. On the other hand, n-gain achievement of the control group categorized into average category. The highest indicators in the experimental group were making and investigating the judging was results, defining terms and judging a definition, focusing in a question, and the last is observing and judging observation report.
(10)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Beberapa tahun terakhir ini berpikir kritis di Indonesia telah menjadi suatu istilah yang memiliki daya tarik sendiri dalam dunia pendidikan. Menurut Elam (dalam McTighe & Schollenberger, 1991) keterampilan berpikir kritis telah menjadi tujuan pendidikan tertinggi. Oleh karena itu, paradigma pembelajaran sudah seharusnya bergeser dari pembelajaran konvensional yang menekankan pada keterampilan berpikir tingkat rendah ke arah pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran tingkat tinggi, yang terlihat terutama pada keterampilan berpikir kritis (Tsapartis dan Zoller, 2003). Karena alasan tersebut, para pendidik menjadi lebih tertarik mengajarkan keterampilan-keterampilan berpikir dengan berbagai cara daripada mengajarkan informasi dan konsep secara langsung. Tentu saja pendidik bisa melakukan keduanya, tetapi di masa lalu hal yang selalu diberikan adalah hanya konsepnya saja, meskipun kebanyakan pengajar mengatakan bahwa mereka melakukannya secara tidak langsung, yaitu sambil memberikan materi pelajaran.
Kualitas pelajaran kimia di Indonesia juga merupakan salah satu bahan yang menjadi perhatian para ahli pendidikan kimia sekolah karena pelajaran kimia di sekolah masih banyak yang belum bisa mencapai target yang diinginkan yang terlihat dari kurangnya tanggapan kritis yang dimiliki siswa untuk semua topik pada pelajaran kimia yang diterimanya. Menurut Samosir (2010) banyak siswa yang menganggap bahwa kimia sangat sulit untuk dipahami. Salah satu faktor penyebab rendahnya pemahaman dalam pelajaran kimia saat ini adalah model pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Dalam pembelajaran konvensional, pendidik terlalu mendominasi siswa. Dengan kata lain guru menjadi pusat seluruh kegiatan di dalam kelas (teacher oriented). Hal ini dapat menghambat majunya dunia pendidikan di Indonesia, karena guru yang lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar sedangkan siswa terbatas pada mendengar, mencatat, dan
(11)
2
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mematuhi perintah guru dan juga pembelajaran yang disampaikan oleh guru belum mampu merangsang siswa untuk berpikir kritis.
Dalam kondisi seperti ini siswa bukan lagi dipandang sebagi subjek belajar melainkan objek pembelajaran, sehingga siswa menjadi kurang serius dalam memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan pengajar dan kemampuan berpikir kritis pada siswa menjadi tidak dapat meningkat. Padahal, siswa seharusnya dituntut aktif untuk berpikir kritis terhadap segala hasil olahan informasi yang diterima dalam pikirannya selama proses pembelajaran.
Keberhasilan dan kegagalan dalam belajar khususnya mata pelajaran kimia sangat bergantung pada proses pelaksanaan pembelajaran kimia tersebut. Hal tersebut dilihat dari hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa. Penggunaan metode, media, dan model yang tepat dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dapat dilihat dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, seperti keberhasilan program pembelajaran yang meningkatkan keterampilan berpikir kritis (Redhana dan Liliasari, 2008). Hal tersebut sejalan juga dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kartika (2007) yang menyatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran discovery keterampilan berpikir kritis siswa dapat meningkat dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu guru kimia hendaknya dapat menerapkan model dan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif, baik secara fisik maupun mental dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, sehingga menyebabkan siswa untuk berpikir kritis terhadap setiap informasi yang diterimanya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Duda (2010) yang menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa dapat meningkat dengan signifikan ketika pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode praktikum maupun diskusi kelas.
Salah satu bentuk pengembangan pembelajaran kimia yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dan berpikir kritis adalah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme memandang bahwa siswa sendirilah yang aktif membangun pengetahuannya.
(12)
3
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Seperti yang dinyatakan oleh Renick (dalam Suparno, 1997) bahwa seseorang yang belajar itu membentuk pengertian-pengertian. Dalam hal ini siswa tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan, melainkan menciptakan pengertian dan berpikir kritis. Pengetahuan ataupun pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka. Hal ini berarti bahwa peserta didiklah yang harus aktif berpikir secara kritis, merumuskan konsep dan mengambil makna. Sedangkan peran guru adalah membantu proses konstruksi itu berjalan sehingga siswa dapat membentuk pengetahuannya. Salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan konstruktivisme adalah pembelajaran siklus belajar (Heron dalam Dahar, 1989). Salah satu bentuk siklus belajar tersebut adalah siklus belajar empiris induktif.
Siklus belajar empiris induktif terdiri dari tiga fase yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan istilah dan fase aplikasi konsep. Penyampaian materi pembelajaran dilakukan secara induktif berdasarkan pengalaman atau pengamatan yang telah dilakukan oleh siswa. Dalam fase eksplorasi siswa belajar melalui aksi dan reaksi mereka dalam suatu situasi baru. Fase pengenalan istilah dimulai dengan memperkenalkan suatu konsep yang berhubungan dengan fenomena yang diselidiki. Selanjutnya siswa menggunakan atau mengaplikasikan konsep tersebut untuk mengadakan penyelidikan lebih lanjut untuk menyelesaikan masalah. Seperti yang dinyatakan oleh Lawson (dalam Dahar, 1989) bahwa dalam siklus belajar empiris induktif siswa menemukan dan memeriksa suatu pola empiris dalam suatu konteks khusus. Selanjutnya mereka mengemukan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya pola itu.
Dalam pembelajaran, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri dengan cara mengalaminya dan berpikir kritis terhadap informasi-informasi yang didapat. Dengan penggunaan model siklus belajar empiris-induktif, diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat.
Di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), salah satu materi yang harus dipelajari dalam pelajaran kimia adalah konsep laju reaksi. Pada umumnya konsep tersebut diberikan kepada siswa hanya dengan metode ceramah atau praktikum
(13)
4
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
saja, dan untuk praktikum pun guru yang lebih banyak berperan dalam praktikum. Hal ini dapat mengakibatkan kemampuan berpikir kritis siswa tidak meningkat (Redhana dan Liliasari, 2008). Padahal untuk bisa meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran laju reaksi, siswa harus dengan aktif memahami konsep tersebut dan berpikir kritis terhadap informasi-informasi yang didapat. Hal tersebut dapat dilakukan melalui gabungan dari beberapa metode seperti, diskusi dan praktikum atau diskusi dengan demonstrasi. Harapan pada pembelajaran saat ini adalah siswa dapat menemukan dan memahami konsep laju reaksi secara empiris dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis berdasarkan pengalaman dan eksperimen yang dilakukannya. Menurut Renner (1988) siklus belajar dapat membantu untuk pengembangan berpikir kritis siswa. Selain itu, penelitian yang dilakukan Yasin (2007) menyimpulkan bahwa model pembelajaran empiris-induktif dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep asam-basa. Hal ini semakin menguatkan bahwa keterampilan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui penggunaan model siklus belajar empiris induktif karena siswa diajak secara aktif untuk membentuk sendiri konsep laju reaksi melalui pengamatan secara langsung terhadap objek yang sedang dipelajari. Dengan kegiatan ini siswa dirangsang supaya mampu melahirkan gagasan-gagasan mereka dan membangun pengetahuan sesuai dengan konsep yang telah dimilikinya serta dapat mengalami peningkatan pada kemampuan berpikir kritis. Indikator kemampuan berpikir kritis yang sesuai dengan topik laju reaksi yaitu: memfokuskan pertanyaan, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, serta membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan dan hasil penelitian yang relevan maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian mengenai
“pembelajaran siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan
(14)
5
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat teridentifikasi beberapa masalah pada penelitian ini yaitu kebanyakan pembelajaran di sekolah tidak menggunakan pembelajaran siklus belajar empiris-induktif. Pembelajaran yang demikian tidak dapat memfasilitasi siswa untuk belajar secara aktif, akibatnya keterampilan berpikir kritis siswa tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar secara aktif, sekaligus dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa yaitu dengan pembelajaran siklus belajar induktif. Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif sangat sesuai diterapkan pada materi kimia yang bersifat aplikatif, salah satunya laju reaksi. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yasin (2007) yang menyatakan bahwa penggunaan model siklus belajar empiris-induktif dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah utama dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah pembelajaran model siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik laju reaksi? ”.
Rumusan masalah ini dikembangkan melalui lima pertanyaan penelitian, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik laju reaksi melalui pembelajaran siklus belajar empiris-induktif?
2. Indikator keterampilan berpikir kritis manakah yang mengalami peningkatan melalui pembelajaran siklus belajar empiris-induktif?
3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran siklus belajar empiris-induktif?
4. Bagaimanakah peningkatan pemahaman pada setiap konsep melalui pembelajaran siklus belajar empiris-induktif?
(15)
6
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran siklus belajar empiris-induktif?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang pembelajaran siklus belajar empiris-induktif dalam meningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik laju reaksi.
D. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian terhadap pembelajaran model siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI pada topik laju reaksi, manfaat yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang peningkatan beberapa indikator berpikir kritis siswa yang tercapai melalui pembelajaran siklus belajar empiris-induktif pada topik laju reaksi.
2. Memberikan pengetahuan bagi guru SMA dalam menjelaskan konsep pada topik laju reaksi kepada siswa dengan penggunaan model siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. 3. Memberikan gambaran kepada peneliti selanjutnya mengenai
pengembangan model siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi kimia lainnya.
4. Memberikan gambaran kepada peneliti selanjutnya mengenai pengembangan model siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan indikator-indikator keterampilan berpikir kritis lainnya pada materi-materi kimia.
(16)
7
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Penjelasan Istilah
Untuk memberikan konsep yang sama dan menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan istilah. Istilah-istilah yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Model siklus belajar empiris-induktif diartikan sebagai suatu model
pembelajaran yang digunakan untuk membantu proses yang sistematis dalam pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan dan menggambarkan suatu pola empiris dalam konteks khusus, tetapi mereka melanjutkan dengan memberikan sebab-sebab yang memungkinkan pola itu (Dahar, 2006). 2. Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang berdasarkan nalar yang
difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Ennis,1996).
3. Model pembelajaran konvensional adalah model belajar yang dilaksanakan dengan pengajaran secara klasikal yang menekankan pengajaran terpusat pada guru (Dahar, 2006).
(17)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan prosedur yang dilakukan untuk mengetahui siklus belajar empiris-induktif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik laju reaksi. Uraian tersebut meliputi: (a) kerangka pemikiran, (b) metode penelitian, (c) alur penelitian, (d) lokasi dan subyek penelitian, (e) variabel penelitian, (f) instrumen penelitian, (g) teknik pengumpulan data, (h) hipotesis penelitian, (i) analisis data.
A. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini:
mendapatkan dilatihkan
pembelajaran
melalui model pada materi
karakterisrik
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterampilan Berpikir Kritis Siklus Belajar Empiris-induktif Siswa Laju Reaksi Memfokuskan pertanyaan, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan
suatu definisi, membuat dan mempertimbangkan hasil pertimbangan Eksplorasi, Pengenalan Istilah, Aplikasi Konsep Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Aplikatif dalam kehidupan sehari-hari (konstektual)
Berbagai macam indikator yang di ukur
melalui langkah
terjadi
(18)
29
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan bagan skematis pada Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa keterampilan berpikir kritis dalam diri siswa perlu dikembangkan dengan model pembelajaran yang sesuai. Artinya, model pembelajaran yang diterapkan diharapkan mampu memfasilitasi peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Peningkatan keterampilan berpikir kritis dalam diri siswa dapat tercapai apabila pengalaman belajar yang diperoleh siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang pada dasarnya setiap siswa telah memilikinya. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis adalah pembelajaran siklus belajar empiris-induktif (Yasin, 2007).
Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif dirancang dengan siswa sebagai pusat pembelajaran (student-center). Hal ini sesuai dengan teori kontriktivisme yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif. Dalam siklus belajar empiris-induktif, siswa difokuskan untuk menemukan dan meggambarkan pola empiris dalam konteks spesifik (eksplorasi), dapat berupa gagasan-gagasan maupun pertanyaan-pertanyan berdasarkan fenomena yang menjadi topik pembahasan. Namun, siswa melangkah lebih jauh dengan memunculkan penyebab-penyebab pola tersebut. Untuk menguji kebenaran dari jawaban-jawaban yang telah diajukan siswa pada tahap awal, siswa melakukan observasi dan mempertimbangkan hasil observasi yang telah mereka lakukan. Dari data-data yang telah didapatkan selama melakukan observasi, siswa melangkah untuk menemukan konsep yang sebenarnya. Ini membutuhkan penggunaan pemikiran analogis (penggambaran dalam bentuk lain) untuk memindahkan istilah/konsep yang dipelajari dalam konteks yang lainnya untuk konteks yang baru ini (pengenalan istilah). Istilah-istilah mungkin dikenalkan oleh siswa, guru atau keduannya. Pada tahap ini, kemampuan mendefinisikan suatu istilah pada siswa dapat dikembangkan. Dengan tuntunan guru, siswa kemudian menyaring data yang dikumpulkan selama fase eksplorasi untuk melihat apakah penyebab-penyebab yang dihipotesis konsisten dengan data yang didapat dari
(19)
30
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hasil observasi dan penjelasan yang dilakukan oleh guru. Dari konsep yang telah ditemukan, siswa melakukan penerapan terhadap prinsip-prinsip yang diterima dengan cara memunculkan gagasan baru yang berkaitan dengan konsep yang ditemukan dan mengkaji lebih dalam mengenai hasil pertimbangan (aplikasi konsep). Dengan kata lain penjelasan konsep yang ditemukan dibuat dalam bentuk deskriptif, tetapi tipe siklus belajar ini melangkah lebih jauh tidak hanya dibuat dalam bentuk deskriptif namun konsep tersebut diuji penyebab-penyebabnya, oleh karena itu dinamakan empiris-induktif. Agar pembelajaran siklus belajar empiris-induktif dapat dilaksanakan secara sistematis, maka ditentukan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan, meliputi langkah eksplorasi, pengenalan istilah, dan aplikasi konsep. Langkah-langkah tersebut dibentuk dalam sebuah siklus (Lawson. 1995).
Agar keterampilan berpikir kritis siswa dapat diketahui dengan jelas, maka ditentukan indikator-indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang akan diukur. Indikator-indikator yang diteliti tersebut adalah memfokuskan pertanyaan, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan (Ennis, 1996).
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest and posttest nonequivalent control group design. Dengan menggunakan desain ini, terlebih dahulu ditentukan dua kelompok siswa yang tersedia dalam lokasi penelitian, satu kelompok untuk kelas eksperimen dan satu kelompok untuk kelas kontrol dengan memperkirakan bahwa kondisi kedua kelas adalah sama yang dilihat dari nilai rata-rata (nilai ulangan harian pada materi sebelumnya). Selanjutnya kedua kelompok siswa tersebut diberi pretest untuk lebih meyakinkan bahwa kedua kelompok kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang sama. Setelah itu kedua kelompok diberi perlakuan. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan model siklus
(20)
31
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belajar empiris-induktif, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan berupa pembelajaran tanpa siklus belajar empiris-induktif.
Gambaran penelitiannya tercantum dalam tabel berikut: Tabel 3.1. Gambaran Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Keterangan:
X1 = pembelajaran siklus belajar empiris-induktif
X2 = pembelajaran tanpa siklus belajar empiris-induktif
O1 dan O2 = pretest dan posttest siswa
Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif dapat berhasil meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa apabila nilai kelompok eksperimen memiliki nilai hasil akhir yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kelompok kontrol. Hasil dari perlakuan tersebut adalah jika nilai O2 kelas eksperimen > O2 kelas
Kontrol.
C. Alur Penelitian
Alur penelitian menggambarkan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian. Alur penelitian ini disusun agar penelitian lebih terarah, sistematis, dan sesuai dengan tujuan. Alur yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.
(21)
32
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kesimpulan
Pembahasan Analisis data hasil tes dan angket
Posttest
KBM kelas eksperimen KBM kelas Kontrol
Pretest
Penyusunan RPP
Pembuatan instrumen :
Soal tes kemampuan berpikir kritis dan angket
Validasi instrumen dan uji coba tes
Analisis pembelajaran dengan model siklus belajar empiris-induktif
Analisis keterampilan berpikir kritis Analisis materi
Laju reaksi (faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi)
Revisi
(22)
33
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2 Alur penelitian
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Swasta di kota Bandung. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI. Sampel diambil dari dua kelas yaitu kelas XI- IPA X (kelas eksperimen) dan kelas XI- IPA Y (kelas kontrol). X dan Y disesuaikan dengan kelas yang memenuhi kriteria, yaitu dua kelas yang memiliki rata-rata nilai sebelumnya sama dan hasil pretest tidak terdapat perbedaan yang signifikan
E. Variabel penelitian
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Ketiga variabel tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Variabel bebas (independent variable), merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model siklus belajar empiris-induktif. Model pembelajaran siklus belajar empiris-induktif merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan untuk membantu proses yang sistematis dalam pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan dan menggambarkan suatu pola empiris dalam konteks khusus, lalu siswa melanjutkan dengan memberikan sebab-sebab yang mungkin bagi pola tersebut. Kegiatan pembelajaran siklus belajar empiris-induktif yang dilaksanakan meliputi tiga tahap, yaitu tahap eksplorasi, tahap penjelasan istilah, dan tahap aplikasi konsep.
2. Variabel terikat (dependent variable), merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat pada penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan cara berpikir reflektif yang berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti diturunkan dalam bentuk beberapa indikator keterampilan berpikir kritis, meliputi:
(23)
34
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memfokuskan pertanyaan, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan hasil observasi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi serta membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan.
3. Variabel kontrol (control variable), merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian, sekolah sebagai lokasi penelitian, guru yang mengajar, dan materi pokok yang diajarkan yaitu laju reaksi.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dan angket. Tes tertulis yang diberikan bertujuan untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa pada topik laju reaksi. Soal tertulis yang digunakan adalah berbentuk pilihan ganda beralasan.
Soal-soal dalam instrumen penelitian dihubungkan dengan indikator-indikator berpikir kritis yang terlihat dalam Tabel 3.2, sehingga dari jawaban yang diberikan oleh siswa dapat dilihat apakah indikator-indikator tersebut dapat tercapai atau tidak.
Untuk tes tertulis yang berupa butir-butir soal dan angket dilakukan validasi. Validasi dilakukan oleh beberapa validator, agar tes tertulis yang digunakan dapat teruji dengan benar. Setelah tes tertulis valid, maka dilakukan uji coba soal. Uji coba soal diberikan kepada siswa lain yang telah mendapatkan pembelajaran pada materi laju reaksi. Tujuan uji coba ialah agar tes instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data pada penelitian ini. Selain tes tertulis, digunakan juga angket yang merupakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada siswa untuk dijawab oleh siswa. Tujuan diberikannya angket ini
(24)
35
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pembelajaran siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Tabel 3.2. Pengelompokan Butir Soal Instrumen Tes Berdasarkan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis.
Kelompok Indikator Sub-Indikator No.
Soal 1. Memberikan penjelasan dasar. 1. Memfokuskan pertanyaan Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin
1, 2, 3, dan 4
2. Membangun keterampilan dasar
2. Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi
Melaporkan hasil observasi
5 dan 6
3. Memberikan penjelasan lebih lanjut
3. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi
Bentuk : sinonim, klasifikasi, rentang, ungkapan yang sama, operasional, contoh, dan bukan contoh.
Isi (konten)
7, 8, 9, dan 10
4. Menyimpulkan 4. Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima/sesuai Mempertimbangkan alternatif.
11, 12, 13, 14, dan 15
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
(25)
36
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pretest dilakukan sebelum siswa mendapat pembelajaran materi laju
reaksi. Tujuan dilakukan pretest untuk memperkuat bahwa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa.
2. Melakukan posttest
Posttest dilakukan setelah siswa mendapat pembelajaran materi laju reaksi
dengan menggunakan model siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan setelah siswa mendapat pembelajaran tanpa siklus belajar empiris-induktif pada kelas kontrol. Tujuan posttest untuk mengetahui bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran dalam materi laju reaksi.
3. Melakukan penyebaran angket
Penyebaran angket dilakukan di luar pembelajaran setelah siswa melakukan tes tertulis yaitu posttest. Angket yang diberikan kepada siswa dilakukan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap program pembelajaran siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan terhadap teori-teori penelitian yang relevan, serta kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian yang diajukan pada penelitian ini adalah pembelajaran siklus belajar empiris-induktif pada topik laju reaksi dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran tanpa menggunakan siklus belajar empiris-induktif dan kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran empiris-induktif.
(26)
37
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara antara kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran tanpa menggunakan siklus belajar empiris-induktif dan kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran empiris-induktif.
I. Analisis Data
Data dalam penelitian ini berupa skor-skor yang diperoleh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pretest dan posttest. Untuk menganalisis data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemberian skor mentah jawaban siswa
Adapun pemberian skor pada soal kemampuan berpikir kritis untuk setiap jawaban pilihan ganda beralasan ditentukan berdasarkan pedoman penskoran seperti yang disajikan dalam Tabel.3. 3
Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis Menggunakan Skala Rating (Duda, 2010).
Kategori Skor Indikator
Skor paling tinggi 4 Pilihan benar, alasan yang diberikan benar, jelas (fokus dan akurat)
Skor Tinggi 3 Pilihannya benar, alasan yang diberikan benar, jelas (cukup fokus)
Skor sedang 2 Pilihannya benar, alasan yang diberikan benar, kurang jelas (kurang fokus)
Skor rendah 1 Pilihan benar, tetapi alasan yang diberikan kurang benar, tidak jelas (tidak fokus)
Skor paling Rendah
(27)
38
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Mengubah skor pretest dan posttest kedalam bentuk nilai dalam persentase Data skor mentah pada kedua kelas diolah ke dalam bentuk nilai persentase dengan rumus:
Nilai = �� �� ℎ 100%
3. Menghitung nilai rerata keseluruhan siswa
Nilai rerata pada keseluruhan siswa pada kelas kontrol dan eksperimen dihitung dengan rumus:
Rerata nilai = � � ��
� ℎ ��
4. Mengolah data nilai pretest menggunakan program SPSS
Pengolahan data hasil pretest secara statistik dilakukan untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata antara nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan program SPSS, dengan tahapan sebagai berikut:
a. Uji normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya suatu data. Bila data yang diperoleh terdistribusi normal maka analisis statistik selanjutnya menggunakan analisis parametrik, sedangkan bila tidak terdistribusi normal maka digunakan analisis statistik nonparametrik.
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk (SW). Pemilihan uji ini didasarkan pada dua pertimbangan. Pertama, uji Shapiro-Wilk lebik baik digunakan ketika sampel yang diuji memiliki ukuran kecil (n < 50). Kedua, berdasarkan penelitian Razali dan Wah (2001) mengenai perbandingan kekuatan empat jenis tes formal untuk normalitas : uji Shapiro-Wilk (SW), Kolmogorov-Smimov (KS), Lilliefors (LF) dan Anderson-Darling (AD), diperoleh hasil bahwa
(28)
39
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
uji Shapiro-Wilk (SW) merupakan uji normalitas yang paling kuat, diikuti oleh Anderson-Darling (AD), Lilliefors (LF) dan Kolmogorov-Smimov (KS).
Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk menggunakan program SPSS versi 20.0 dengan penafsiran sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : data terdistribusi normal
H1: data terdistribusi tidak normal
Pengambilan Keputusan:
Jika signifikansi (Sig) hasil perhitungan < α (dengan α = 0,05) Ho ditolak ,
sedangkan untuk kondisi lainnya Ho diterima (Sudjana,1996).
b. Uji homogenitas atau kesamaan varians
Uji ini dilakukan jika data yang diperoleh berdistribusi normal. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen atau tidak homogen. Jika hasil uji ini menunjukkan varians kedua kelas homogen maka uji perbedaan dua rerata yang digunakan adalah uji-t, sedangkan jika tidak homogen maka digunakan uji-t’.
c. Uji perbedaan dua rerata
Pengujian ini dilakukan melalui uji-t atau t’ jika data yang diperoleh berdistribusi normal, dan uji F menggunakan uji Mann-Whitney jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal.
Pada uji perbedaan rerata ini, hipotesis dan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pretest pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pretest pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Kriteria uji:
Jika 1
(29)
40
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika 1
2 nilai sig. (2-tailed) ≥ 0,05, maka Ho diterima.
5. Analisis nilai pretest dan posttest
Dari nilai pretest dan posttest, dihitung gain ternormalisasi <g> (n-gain) kelompok kontrol dan eksperimen. Rata-rata gain ternormalisasi dihitung dengan persamaan:
n-gain =
(%< > − %( >)
100− % < >
keterangan : (Hake, 2002)
% <pretest> = Rerata nilai pretest (%) % <posttest> = Rerata nilai posttest (%)
Tinggi rendahnya gain ternormalisasi diklasifikasikan seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.4. Klasifikasi Data Gain Ternormalisasi (Hake, 2002) Rata-rata gain ternormalisasi Klasifikasi
<g> ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > <g> ≥ 0,3 Sedang <g> < 0,3 Rendah
6. Menilai tingkat pemahaman konsep siswa berdasarkan tabel 3.5
Tabel 3.5 Kriteria Penguasaan Konsep (Koenjtaraningrat, 1997) Nilai (%) Kriteria Kemampuan
81-100 Sangat Baik
(30)
41
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat Kurang
7. Analisis Hasil Angket.
Untuk menghitung skor angket siswa, pernyatan-pernyataan dikelompokkan menjadi sepuluh pernyataan umum. Persepsi jawaban siswa dikelompokkan menjadi setuju (sangat setuju) dan tidak setuju ( ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju). Data yang diperoleh diubah kedalam bentuk persentase.
(31)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, juga akan dikemukakan saran-saran untuk perbaikan penelitian dan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan temuan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif lebih efektif meningkatkan berpikir kritis siswa secara signifikan pada kelas eksperimen dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dengan n-gain kelas eksperimen tergolong klasifikasi tinggi (0,80), dan n-gain kelas kontrol tergolong klasifikasi sedang (0,37).
2. Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif lebih efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam beberapa indikator yaitu memfokuskan pertanyaan tergolong klasifikasi tinggi (n-gain: 0,80), mengobservasi dan mempertimbangkan observasi termasuk dalam klasifikasi tinggi (n-gain: 0,70), mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi tergolong dalam klasifikasi tinggi
(n-gain: 0,80), serta membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan
tergolong dalam klasifikasi tinggi (n-gain: 0,83) dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
3. Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa secara signifikan pada kelas eksperimen dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dengan n-gain kelas eksperimen tergolong klasifikasi tinggi (0,80), dan n-gain kelas kontrol tergolong klasifikasi sedang (0,37).
4. Peningkatan pemahaman setiap konsep yang diteliti pada seluruh siswa kelas eksperimen secara berturut-turut pada konsep laju reaksi (n-gain:
(32)
69
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,88), persamaan laju reaksi (n-gain: 0,90), faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (n-gain: 0,84), dan teori tumbukan (n-gain: 0,86). Pencapaian siswa pada keempat subkonsep tersebut tergolong dalam klasifikasi tinggi.
5. Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif mendapat persepsi yang positif dari siswa. Sebagian besar siswa (70 %) merasa pembelajaran siklus belajar empiris-induktif dapat memotivasi dan membantu dalam pembelajaran materi laju reaksi.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi guru, pemahaman konsep siswa pada materi prasyarat harus benar-benar diperhatikan sebelum penerapan pembelajaran siklus belajar empiris-induktif.
2. Bagi guru, hendaknya dibuat perencanaan pembelajaran yang khusus untuk pembelajaran siklus belajar empiris-induktif yang berbeda dengan perencanaan yang biasa agar dapat menumbuhkan kemampuan analisi siswa lebih baik. Selain itu, pembiasaan pembelajaran model siklus belajar juga penting dilakukan guna menunjang peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa selain pada indikator dalam penelitian ini.
3. Bagi peneliti, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut berupa analisis untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis pada indikator-indikator yang lainnya dan dapat dilakukan penelitian terhadap subjek penelitian dengan ukuran sampel yang lebih besar agar diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan melibatkan variabel-variabel lain.
(33)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 71
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (1994). Ortopedagogik Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Guru
Anderson,L.W, dan Krathwohl D.R.(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching.
And Assessing: A Revision Of Bloom’s Taxonomy of educational Objectives.
New York :Longman
Baihaqi (2005). Peningkatan penguasaan konsep siswa SMP kelas II pada sub pokok bahasan lensa dengan model pembelajaran berbasis praktikum. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan
Dahar, R.W . (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Dahar, R.W . (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Erlangga Dasna, I.W dan Sutrisno.(2006). Model-model Pembelajaran Konstruktivistik
dalam Pengajaran Kimia. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM
Donaldson,M. (2006).Virtual Destination an Student Learning in Middle School:
A Case Study of Biology Museum Online. New York : Cambria Press.
Duda, H. J. (2010). Pembelajaran berbasis praktikum dan asesmennya pada konsep sistem peredaran darah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa. Tesis Magister SPs UPI: Tidak Diterbitkan.
Dwiyanti,G. (2010). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X dan XI pada
Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Praktikum. [Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA%20JUR%20PEND%20KIMIA/19562
061983032%20GEBI%20DWIYANTI [28 Januari 2013]
Ennis,R.H. (1989). Goal For A Critical Thinking Curriculum In A.L. Costa (Ed)
Develoving Minds A Resource Book For Teacher Thinking. Alexandria:
ASCD, 55-56.
Ennis,R.H. (1996). Critical Thinking.. United States of America: Prentice Hall,Upper saddle River.
Fisher, A., Scriven, M. (1997) “Critical Thinking : Its Definition And Assessment.”. Edgepress And Center For Research In Critical Thinking : University Of East Anglia.
(34)
71
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta. Erlangga .
Glaser, E (1941) An Experiment In The Development Of Critical Thinking. Advanced School Of Education At Teacher’s College: Columbia University. Hake, R. R.(1998). Interaktive engagement methods in introductory mechanichs
course. [online]. Tersedia : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf,accessed on [3 Maret 2011 ].
Hanuscin,D.L, Michele H. L. (2007). “Using a Learning Cycle Approach to Teaching the Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers.”Journal of the Association for Science Teacher Education. 13,(6), 1-9.
Karplus, R. (1980). “Science Teaching and The Development of Reasoning”. Journal of Research in Science Teaching, 14(2), 169-175
Kartika, I. 2007. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Fisika Berbasis Penemuan (Discovery). Skripsi Jurusan Fisika FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Keenan, et al. (1991). Ilmu Kimia Untuk Universitas. (Edisi 6 Jilid 1 ). Jakarta : Erlangga.
Koenjtaraningrat. (1997). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Lawson, A. E., Abraham, M. R., dan Renner, J. W. (1989). “A theory of instruction: Using the learning cycle to teach science concepts and thinking skills[Monograph, Number One]”.Journal of Research in Science Teaching. 30,(5), 129-152
Lawson, A. E. (1995). Science Teaching and The development of Thinking. Belmont , CA, USA: Wadsworth.
Lewis, R,. Wynne E. (2006). Chemistry,. Edisi ketiga.New York : Palgrave Macmillan.
Liliasari. (2001). “Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru Dalam menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi”. Penelitian HB IX, Dikti, Laporan. Jakarta :DIKTI.
(35)
72
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Liliasari. (2011). The Development Of Generic Science Skills To Enhance
Students’ Critical Thinking Ability: Chemistry Education Department Mathematics and Science Faculty IUE.
[online]. Tersedia: http://www.upi.edu/liliasari@upi.edu.html [12 desember 2012].
McTighe, J. & Schollenberger, J. 1991. Why teach thinking? A atatement of rational. Dalam A. L. Costa (Ed.). Developing mind: A resource book for
teahing thinking. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum
Development.
Narbuko, C,. Abu, A. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Paul, R., Fisher. A. dan Nosich, G. (1993). WorkshopOn Critical Thinking
Strategies. Foundation For Critical Thinking, Sonoma State University,
CA.
Poedjiadi, A. (1999). Pendekatan Sains-Teknolgi Masyarakat Dalam Pendidikan
Sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains Dan Teknologi. Ujung
Pandang: Seminar Nasional Hasil Penelitian Pendidikan MIPA III. Purba.M . (2007). Kimia Untuk SMA Kelas XI semester 1. Jakarta: Erlangga
Puspita. G.N. (2008). The use of interactive multimedia in learning of animal reproduction to improve concept mastery and critical thinking of 9th grade student. Tesis Magister Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana UPI:tidak diterbitkan.
Qisthy. N.(2012). Program bimbingan pibadi sosial berdasarkan identitas interpersonal peserta didik. Skripsi Program Studi Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan FIP UPI: tidak diterbitkan.
Razali, N.M. dan Wah, Y. B. (2011) “Power Comparisons of Shapiro-Wilk, Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors and Anderson Darling Test,” Journal of Statistical Modelling and Analytics, vol. 2(1), hal. 21-33,
Redhana, I W. dan Liliasari.(2008). Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA.Forum
Kependidikan, Vol. 27, 2 Maret 2008. Bandung: Universitas Pendidikan
(36)
73
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Renner & Abraham. (1988). ”The Necessity of Each Phase of the Learning Cycle
in Teaching High Scool Physics”. Journal of the Research in Science
Teaching. 25 (1), 39-57.
Rustaman, N, et,al.(2005). Strategi belajar mengajar Biologi. Bandung : JICA.
Samosir, H. (2010). Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write (POEW) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis Pendidikan IPA. Bandung: UPI.
Sanjaya, W. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Metode Klinis Bagi Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI, Tidak Diterbitkan
Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukmana, R.W, (2008). Perbandingan hasil belajar siswa menggunakan multimedia ilustrasi statis dan animasi pada pembelajaran reproduksi sel.
Tesis Magister pada SPs UPI: Tidak Diterbitkan
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta. Syukri. (1999).Kimia Dasar 1. Bandung:Penerbit ITB.
Tim Penyusun Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Treagust, T. , Goh and Chia. (2002). “Development and Application of a Two-tier
Multiple Choice Diagnostic Instrument to Assess High School Student’s
Understanding of Inorganic Chemistry Qualitative Analysis”. Journal of
(37)
74
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Trowbridge I, W . Bybee R, W (1990). Becoming a Secondary school Science
Teacher. Columbus, Ohio, USA: Merril
Tsapartis, G. & Zoller, U. 2003. Evaluation of higher vs. lower-order cognitive skills-type examination in chemistry: Implications for university in-class assessment and examination. U. chem. Ed. 7, 50-57.
Wahyu, W., et,al. (2007). Belajar dan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Woolnough, B. (1985). Practical Work In Science. Cambridge : Cambridge University Press.
Yasin, A. (2007). Siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada materi asam-basa. Tesis Magister Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana UPI:tidak diterbitkan.
Zayeri, A. , Rangi and Khosravi. (2010). Development and Evaluation of a New Questionnaire for Rating of Cognitive Failures at Work. International
Journal of Occupational Hygiene. 3, (1), 6-11.
Zohar, A. (1994). The Effect of The Biology Critical Thinking Project on The Development of Critical Thinking. Journal of Researching Science
(1)
69
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,88), persamaan laju reaksi (n-gain: 0,90), faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (n-gain: 0,84), dan teori tumbukan (n-gain: 0,86). Pencapaian siswa pada keempat subkonsep tersebut tergolong dalam klasifikasi tinggi.
5. Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif mendapat persepsi yang positif dari siswa. Sebagian besar siswa (70 %) merasa pembelajaran siklus belajar empiris-induktif dapat memotivasi dan membantu dalam pembelajaran materi laju reaksi.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi guru, pemahaman konsep siswa pada materi prasyarat harus benar-benar diperhatikan sebelum penerapan pembelajaran siklus belajar empiris-induktif.
2. Bagi guru, hendaknya dibuat perencanaan pembelajaran yang khusus untuk pembelajaran siklus belajar empiris-induktif yang berbeda dengan perencanaan yang biasa agar dapat menumbuhkan kemampuan analisi siswa lebih baik. Selain itu, pembiasaan pembelajaran model siklus belajar juga penting dilakukan guna menunjang peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa selain pada indikator dalam penelitian ini.
3. Bagi peneliti, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut berupa analisis untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis pada indikator-indikator yang lainnya dan dapat dilakukan penelitian terhadap subjek penelitian dengan ukuran sampel yang lebih besar agar diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan melibatkan variabel-variabel lain.
(2)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
71
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (1994). Ortopedagogik Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Guru
Anderson,L.W, dan Krathwohl D.R.(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching.
And Assessing: A Revision Of Bloom’s Taxonomy of educational Objectives.
New York :Longman
Baihaqi (2005). Peningkatan penguasaan konsep siswa SMP kelas II pada sub pokok bahasan lensa dengan model pembelajaran berbasis praktikum. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan
Dahar, R.W . (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Dahar, R.W . (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Erlangga Dasna, I.W dan Sutrisno.(2006). Model-model Pembelajaran Konstruktivistik
dalam Pengajaran Kimia. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM
Donaldson,M. (2006).Virtual Destination an Student Learning in Middle School:
A Case Study of Biology Museum Online. New York : Cambria Press.
Duda, H. J. (2010). Pembelajaran berbasis praktikum dan asesmennya pada konsep sistem peredaran darah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa. Tesis Magister SPs UPI: Tidak Diterbitkan.
Dwiyanti,G. (2010). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X dan XI pada
Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Praktikum. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA%20JUR%20PEND%20KIMIA/19562
061983032%20GEBI%20DWIYANTI [28 Januari 2013]
Ennis,R.H. (1989). Goal For A Critical Thinking Curriculum In A.L. Costa (Ed)
Develoving Minds A Resource Book For Teacher Thinking. Alexandria:
ASCD, 55-56.
Ennis,R.H. (1996). Critical Thinking.. United States of America: Prentice Hall,Upper saddle River.
Fisher, A., Scriven, M. (1997) “Critical Thinking : Its Definition And Assessment.”. Edgepress And Center For Research In Critical Thinking : University Of East Anglia.
(3)
71
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta. Erlangga .
Glaser, E (1941) An Experiment In The Development Of Critical Thinking. Advanced School Of Education At Teacher’s College: Columbia University. Hake, R. R.(1998). Interaktive engagement methods in introductory mechanichs
course. [online]. Tersedia :
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf,accessed on [3 Maret 2011 ].
Hanuscin,D.L, Michele H. L. (2007). “Using a Learning Cycle Approach to Teaching the Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers.”Journal of the Association for Science Teacher Education. 13,(6), 1-9.
Karplus, R. (1980). “Science Teaching and The Development of Reasoning”. Journal of Research in Science Teaching, 14(2), 169-175
Kartika, I. 2007. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Fisika Berbasis Penemuan (Discovery). Skripsi Jurusan Fisika FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Keenan, et al. (1991). Ilmu Kimia Untuk Universitas. (Edisi 6 Jilid 1 ). Jakarta : Erlangga.
Koenjtaraningrat. (1997). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Lawson, A. E., Abraham, M. R., dan Renner, J. W. (1989). “A theory of instruction: Using the learning cycle to teach science concepts and thinking skills[Monograph, Number One]”.Journal of Research in Science Teaching. 30,(5), 129-152
Lawson, A. E. (1995). Science Teaching and The development of Thinking. Belmont , CA, USA: Wadsworth.
Lewis, R,. Wynne E. (2006). Chemistry,. Edisi ketiga.New York : Palgrave Macmillan.
Liliasari. (2001). “Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru Dalam menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi”. Penelitian HB IX, Dikti, Laporan. Jakarta :DIKTI.
(4)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Liliasari. (2011). The Development Of Generic Science Skills To Enhance
Students’ Critical Thinking Ability: Chemistry Education Department Mathematics and Science Faculty IUE.
[online]. Tersedia: http://www.upi.edu/liliasari@upi.edu.html [12 desember 2012].
McTighe, J. & Schollenberger, J. 1991. Why teach thinking? A atatement of rational. Dalam A. L. Costa (Ed.). Developing mind: A resource book for
teahing thinking. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum
Development.
Narbuko, C,. Abu, A. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Paul, R., Fisher. A. dan Nosich, G. (1993). WorkshopOn Critical Thinking
Strategies. Foundation For Critical Thinking, Sonoma State University,
CA.
Poedjiadi, A. (1999). Pendekatan Sains-Teknolgi Masyarakat Dalam Pendidikan
Sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains Dan Teknologi. Ujung
Pandang: Seminar Nasional Hasil Penelitian Pendidikan MIPA III. Purba.M . (2007). Kimia Untuk SMA Kelas XI semester 1. Jakarta: Erlangga
Puspita. G.N. (2008). The use of interactive multimedia in learning of animal reproduction to improve concept mastery and critical thinking of 9th grade student. Tesis Magister Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana UPI:tidak diterbitkan.
Qisthy. N.(2012). Program bimbingan pibadi sosial berdasarkan identitas interpersonal peserta didik. Skripsi Program Studi Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan FIP UPI: tidak diterbitkan.
Razali, N.M. dan Wah, Y. B. (2011) “Power Comparisons of Shapiro-Wilk, Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors and Anderson Darling Test,” Journal of Statistical Modelling and Analytics, vol. 2(1), hal. 21-33,
Redhana, I W. dan Liliasari.(2008). Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA.Forum
Kependidikan, Vol. 27, 2 Maret 2008. Bandung: Universitas Pendidikan
(5)
73
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Renner & Abraham. (1988). ”The Necessity of Each Phase of the Learning Cycle in Teaching High Scool Physics”. Journal of the Research in Science Teaching. 25 (1), 39-57.
Rustaman, N, et,al.(2005). Strategi belajar mengajar Biologi. Bandung : JICA.
Samosir, H. (2010). Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write (POEW) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis Pendidikan IPA. Bandung: UPI.
Sanjaya, W. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Metode Klinis Bagi Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI, Tidak Diterbitkan
Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukmana, R.W, (2008). Perbandingan hasil belajar siswa menggunakan multimedia ilustrasi statis dan animasi pada pembelajaran reproduksi sel.
Tesis Magister pada SPs UPI: Tidak Diterbitkan
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta. Syukri. (1999).Kimia Dasar 1. Bandung:Penerbit ITB.
Tim Penyusun Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Treagust, T. , Goh and Chia. (2002). “Development and Application of a Two-tier
Multiple Choice Diagnostic Instrument to Assess High School Student’s Understanding of Inorganic Chemistry Qualitative Analysis”. Journal of Research in Science Teaching. 39, 283-301.
(6)
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Trowbridge I, W . Bybee R, W (1990). Becoming a Secondary school Science
Teacher. Columbus, Ohio, USA: Merril
Tsapartis, G. & Zoller, U. 2003. Evaluation of higher vs. lower-order cognitive skills-type examination in chemistry: Implications for university in-class assessment and examination. U. chem. Ed. 7, 50-57.
Wahyu, W., et,al. (2007). Belajar dan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Woolnough, B. (1985). Practical Work In Science. Cambridge : Cambridge University Press.
Yasin, A. (2007). Siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada materi asam-basa. Tesis Magister Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana UPI:tidak diterbitkan.
Zayeri, A. , Rangi and Khosravi. (2010). Development and Evaluation of a New Questionnaire for Rating of Cognitive Failures at Work. International
Journal of Occupational Hygiene. 3, (1), 6-11.
Zohar, A. (1994). The Effect of The Biology Critical Thinking Project on The Development of Critical Thinking. Journal of Researching Science