BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting
Sekaran, 2003. Kerangka konsep yang baik menjelaskan secara teoritis antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara
variabel independen dan dependen. Pertautan antara variabel tersebut selanjutnya dirumuskan kedalam paradigma penelitian yang harus didasarkan pada kerangka
konsep. Kerangka konsep merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang
disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa hubungan antara variabel yang
diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis dalam penelitian.
Untuk mengetahui hubungan antara ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, ukuran dewan komisaris, dan usia perusahaan terhadap reaksi
investor,digunakan.kerangka konseptual seperti gambar dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial CSR
X
Size X1 Profitabilitas X2
Leverage X3 Reaksi Investor
Y Ukuran Dewan
Komisaris X4
Umur X5
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa karakteristik Pengungkapan Tanggung jawab Sosial X yang diproksikan oleh variabel Size X1, Profitabilitas
X2, Leverage X3, Ukuran Dewan Komisaris X4 dan Umur X5 sebagai variabel bebas independent variable, dan Reaksi Investor sebagai variabel terikat dependent
variable.
Ukuran perusahaan tercermin dalam teori agensi yang menjelaskan bahwa perusahaan besar mempunyai biaya agensi yang besar, oleh karena itu perusahaan
besar akan lebih banyak mengungkapkan informasi daripada perusahaan kecil. Penjelasan lain yang juga sering diajukan adalah perusahaan besar memiliki sumber
Universitas Sumatera Utara
daya yang besar sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.
Profitabilitas menurut Bowman dan Haire 1976 dalam Heckston dan Milne 1996 bahwa kepekaan sosial membutuhkan gaya managerial yang sama
sebagaimana yang diperlukan untuk dapat membuat perusahaan menguntungkan profitable. Pengungkapan CSR merupakan cerminan suatu pendekatan manajemen
dalam menghadapi lingkungan yang dinamis dan multidimensional serta kemampuan untuk mempertemukan tekanan sosial dengan reaksi kebutuhan masyarakat, dengan
demikian, ketrampilan manajemen perlu dipertimbangkan untuk survive dalam lingkungan perusahaan masa kini Cowen et al., 1987 dalam Heckston dan Milne,
1996. Heinze 1976 dalam Heckston dan Milne, 1996 menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas pada
manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin
besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahan. Leverage memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki
perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Scott 2000 menyampaikan pendapat yang mengatakan bahwa semakin tinggi leverage
kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi
dibandingkan laba dimasa depan. Perusahaan yang memiliki rasio leverage tinggi
Universitas Sumatera Utara
akan lebih sedikit mengungkapkan CSR supaya dapat melaporkan laba sekarang yang lebih tinggi.
Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan yang berbadan hukum perseroan terbatas PT yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan
yang dilaksanakan oleh manajemen direksi, dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam
mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan Mulyadi, 2002. Dengan wewenang yang dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan
pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen untuk mengungkapkan CSR. Sehingga perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan
lebih banyak mengungkapkan CSR. Menurut Marwata 2003 mengemukakan bahwa umur perusahaan
diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas pengungkapan sukarela. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki
pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih mengetahui
kebutuhan konstitusi akan informasi bagi perusahaan. Umur perusahaan diukur berdasarkan selisih antara tahun yang diteliti perusahaan dengan tahun first issue di
Bursa Efek Indonesia. Desakan dunia internasional agar manajemen perusahaan memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap konsekuensi-konsekuensi lingkungan sosial dalam proses pengambilan keputusan bisnis telah muncul sejak dekade 1970-an.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan yang mengedepankan sustainability kedalam strategi dan operasi perusahaan, sehingga faktor-faktor yang mendatangkan value bagi perusahaan dapat
juga menjadi bahan masukkan dalam rangka pengambilan keputusan oleh investor. Dengan adanya pengungkapan sosial ini diharapkan mendapatkan pemahaman yang
lebih baik mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan value yang pada gilirannya akan dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan dalam rangka
memaksimalkan keuntungannya. Hasil akhirnya adalah meningkatkan kepercayaan investor bahwa ia telah menginvestasikan modalnya ditempat yang tepat sehingga
pasar modal menjadi tidak mudah bergejolak, cost capital menurun, dan proses alokasi sumber dana dan ekonomi menjadi lebih efektif dan efisien.
3.2 Hipotesis Penelitian