Formulasi Bubur Bayi Instan dengan Substitusi Tepung Tempe danTepung Labu Kuning sebagai Alternatif Makanan Pendamping ASI

(1)

ALTERNATIF MAKANAN PENDAMPING ASI

SKRIPSI

Oleh:

NURITA LASTRI TAMPUBOLON 090305027/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Pendamping ASI.

Nama : Nurita Lastri Tampubolon Nim : 090305027

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Pangan

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

Ir. Terip Karo-karo, MS Ridwansyah, STP, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Tanggal lulus : 30 Oktober 2013

Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP Ketua Program Studi


(3)

ALTERNATIF MAKANAN PENDAMPING ASI

SKRIPSI Oleh:

NURITA LASTRI TAMPUBOLON 090305027/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Skripsi penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Terip Karo-karo, MS Ridwansyah, STP, M.Si

Ketua Anggota Mengetahui,

Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP Ketua Program Studi

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

NURITA LASTRI TAMPUBOLON : Formulasi Bubur Bayi Instan dengan Substitusi Tepung Tempe dan Tepung Labu Kuning sebagai Alternatif Makanan Pendamping ASI, dibimbing oleh Terip Karo-Karo dan Ridwansyah.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) bubur bayi instan dan untuk mengetahui kandungan zat gizi dari MP-ASI bubur bayi instan dengan substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kandungan gizi MP-ASI bubur bayi instan yang dihasilkan (F) dengan 7 taraf. Ketujuh taraf tersebut berupa kombinasi substitusi susu skim dengan tepung tempe dan subtitusi tepung beras dengan tepung labu kuning sementara perbandingan bahan lainnya tetap. Perbandingan tepung tempe, tepung labu kuning, susu skim, tepung beras, tepung gula dan minyak nabati dalam

ketujuh taraf tersebut yaitu: F1 = 15 : 13 : 39 : 23 : 5 : 5, F2 = 18 : 14 : 36 : 22 : 5 : 5,

F3 = 21 : 14 : 33 : 21 : 5 : 5, F4 = 24 : 16 : 30 : 20 : 5 : 5, F5 = 27 : 17 : 27 : 19 : 5 : 5,

F6 = 30 : 18 : 24 : 18 : 5 : 5, dan F7 = 33 : 19 : 21 : 17 : 5 : 5. Parameter yang dianalisa adalah

kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, kadar karbohidrat, densitas kamba, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik rasa, uji organoleptik tekstur, dan kandungan energi.

Formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, kadar karbohidrat, densitas kamba, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik rasa, uji organoleptik tekstur, dan kandungan energi. Formulasi empat (F4) memberikan pengaruh yang terbaik baik secara kimia, fisik, dan sensoris dari bubur bayi instan yang dihasilkan.

Kata kunci : Bubur bayi instan, substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning

ABSTRACT

NURITA LASTRI TAMPUBOLON: Formulations of Instant Baby Porridge with Tempeh Flour and Pumpkin Flour Substitution as an Alternative Complementary breast feeding (ASI), supervised by Terip Karo-karo and Ridwansyah.

The purpose of this study was to determine the process of making the MP-ASI (complementary breast feeding (ASI)) instant baby porridge and also to determine the nutrient content of instant baby porridge MP-ASI with tempeh flour and pumpkin flour substitution. This research was using a complete random design method with one factor. The factor was the effect of formulations of instant baby porridge to the nutrient content of instant baby porridge MP-ASI that has been produced (F) in 7 levels . The seven levels were combination substitution of skim milk with tempeh flour and substitution of rice flour with pumpkin flour while the other ingredients constant. Ratio of tempeh flour, pumpkin flour, skim milk, rice flour, sugar flour and vegetable oil

in that seventh levels were F1 = 15 : 13 : 39 : 23 : 5 : 5, F2 = 18 : 14 : 36 : 22 : 5 : 5, F3 = 21 : 15 : 33 : 21 : 5 : 5, F4 = 24 : 16 : 30 : 20 : 5 : 5, F5 = 27 : 17 : 27 : 19 : 5 : 5, F6 = 30 : 18 : 24 : 18 : 5 : 5, and F7 = 33 : 19 : 21 : 17 : 5 : 5.

The analyzed parameters consist of moisture content, ash content, protein content, fat content, crude fiber content, carbohydrate content, kamba density, sensory test (color, flavor, taste and texture), and energy content.

Formulations of instant baby porridge gave a significantly effect on moisture content, ash content, protein content, fat content, crude fiber content, carbohydrate content, kamba density, sensory test (color, flavor, taste and texture), and energy content. The fourth formula (F4) gave the best effect in the chemical, physical, and sensory from instant baby porridge that has been produced.


(5)

Penulis dilahirkan di Sidikalang pada tanggal 20 November 1990 dari ayah Maringan Tampubolon dan ibu Duma Marpaung. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 1 Sidikalang dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur UMB (Ujian Masuk Bersama). Penulis memilih program studi Ilmu dan Teknologi Pangan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (IMITP). Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi ekstrauniversitas yaitu Ikatan Mahasiswa Dairi (IMADA).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT Niramas Utama, Bekasi, Jawa Barat dari tanggal 9 Juli 2012 sampai 8 Agustus 2012.


(6)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Bubur Bayi Instan dengan Substitusi Tepung Tempe dan Tepung Labu Kuning sebagai Alternatif Makanan Pendamping ASI”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga berterima kasih kepada saudara-saudara penulis yaitu Hendra Tampubolon, Agust Tampubolon, dan Arief Tampubolon atas

dukungan dan doanya. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir.Terip Karo-Karo, MS dan Ridwansyah, STP, M.Si, selaku ketua dan anggota

pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan serta semua rekan mahasiswa angkatan 2009 yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.


(7)

(8)

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATAPENGANTAR ... iii

DAFTARISI ... iv

DAFTARTABEL ... vi

DAFTARGAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tempe ... 4

Labu Kuning ... 6

Makanan Pendamping ASI ... 7

Bahan-Bahan Penyusun Bubur Bayi Instan Tepung beras... 10

Susu skim ... 11

Tepung gula ... 12

Minyak nabati ... 12

Bubur Instan ... 13

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

Bahan Penelitian ... 15

Reagensia Penelitian ... 15

Alat Penelitian ... 15

Metode Penelitian ... 16

Model Rancangan ... 17

Pelaksanaan Penelitian Pembuatan tepung tempe dan tepung labu kuning ... 17


(9)

Pengamatan dan Pengukuran Data

Kadar air ... 21

Kadar abu ... 21

Kadar protein ... 22

Kadar lemak ... 23

Kadar serat kasar ... 23

Kadar karbohidrat ... 24

Kandungan energi ... 24

Uji organoleptik ... 24

Densitas kamba ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN HasilAnalisis Sifat Kimia Tepung Tempe dan Tepung Labu Kuning ... 26

Hasil Analisis Sifat Kimia dan Sifat Fisik Bubur Bayi Instan... 26

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Air Bubur Bayi Instan ... 29

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Abu Bubur Bayi Instan ... 31

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Protein Bubur Bayi Instan ... 33

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Lemak Bubur Bayi Instan ... 35

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Serat Bubur Bayi Instan ... 37

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Karbohidrat Bubur Bayi Instan ... 39

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Densitas Kamba Bubur Bayi Instan ... 41

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Uji Organoleptik Warna Bubur Bayi Instan ... 43

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Uji Organoleptik Aroma Bubur Bayi Instan ... 45

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Uji Organoleptik Rasa Bubur Bayi Instan ... 47

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Uji Organoleptik Tekstur Bubur Bayi Instan ... 49

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kandungan Energi Bubur Bayi Instan ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53


(10)

No Hal

1. Komposisi kimia tempe dalam 100 g bahan ... 4

2. Komposisi kimia labu kuning dalam 100 g bahan ... 7

3. Persyaratan MP-ASI menurut SNI 01-7111.4-2005 ... 9

4. Komposisi kimia tepung beras per 100 g bahan ... 11

5. Komposisi kimia susu skim dalam 100 g bahan ... 12

6. Formulasi bubur bayi instan ... 16

7. Hasil analisis proksimat tepung tempe dan tepung labu kuning ... 26

8. Pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap parameter yang diuji ... 28

9. Uji LSR efek utama pengaruh substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning terhadap kadar air bubur bayi instan (%) ... 29

10. Uji LSR efek utama pengaruh substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning terhadap kadar abu bubur bayi instan (%) ... 31

11. Uji LSR efek utama pengaruh substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning terhadap kadar protein bubur bayi instan (%) ... 33

12. Uji LSR efek utama pengaruh substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning terhadap kadar lemak bubur bayi instan (%) ... 35

13. Uji LSR efek utama pengaruh substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning terhadap kadar serat bubur bayi instan (%) ... 37

14. Uji LSR efek utama pengaruh substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning terhadap kadar karbohidrat bubur bayi instan (%) ... 39

15. Uji LSR efek utama pengaruh substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning terhadap densitas kamba bubur bayi instan (g/ml) ... 41

16. Uji LSR efek utama pengaruh substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning terhadap uji organoleptik warna bubur bayi instan ... 43

17. Uji LSR efek utama pengaruh substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning terhadap uji organoleptik aroma bubur bayi instan ... 45


(11)

19. Uji LSR efek utama pengaruh substitusi tepung tempe dan tepung labu

kuning terhadap uji organoleptik tekstur bubur bayi instan ... 49 20. Uji LSR efek utama pengaruh substitusi tepung tempe dan tepung labu


(12)

No Hal

1. Skema pembuatan tepung tempe ... 18

2. Skema pembuatan tepung labu kuning ... 19

3. Skema pembuatan bubur bayi instan... 20

4. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar air ... 30

5. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar abu ... 32

6. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar protein ... 34

7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar lemak ... 36

8. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar serat ... 38

9. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar karbohidrat .... 40

10. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan densitas kamba ... 42

11. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan uji organoleptik warna ... 44

12. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan uji organoleptik aroma ... 46

13. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan uji organoleptik rasa ... 48

14. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan uji organoleptik tekstur ... 50


(13)

No. Hal

1. Data pengamatan kadar air ... 57

2. Data pengamatan kadar abu ... 58

3. Data pengamatan kadar protein ... 59

4. Data pengamatan kadar lemak ... 60

5. Data pengamatan kadar serat ... 61

6. Data pengamatan kadar karbohidrat ... 62

7. Data pengamatan densitas kamba ... 63

8. Data pengamatan uji organoleptik warna ... 64

9. Data pengamatan uji organoleptik aroma ... 65

10. Data pengamatan uji organoleptik rasa ... 66

11. Data pengamatan uji organoleptik tekstur ... 67

12. Data pengamatan kandungan energi ... 68


(14)

NURITA LASTRI TAMPUBOLON : Formulasi Bubur Bayi Instan dengan Substitusi Tepung Tempe dan Tepung Labu Kuning sebagai Alternatif Makanan Pendamping ASI, dibimbing oleh Terip Karo-Karo dan Ridwansyah.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) bubur bayi instan dan untuk mengetahui kandungan zat gizi dari MP-ASI bubur bayi instan dengan substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kandungan gizi MP-ASI bubur bayi instan yang dihasilkan (F) dengan 7 taraf. Ketujuh taraf tersebut berupa kombinasi substitusi susu skim dengan tepung tempe dan subtitusi tepung beras dengan tepung labu kuning sementara perbandingan bahan lainnya tetap. Perbandingan tepung tempe, tepung labu kuning, susu skim, tepung beras, tepung gula dan minyak nabati dalam

ketujuh taraf tersebut yaitu: F1 = 15 : 13 : 39 : 23 : 5 : 5, F2 = 18 : 14 : 36 : 22 : 5 : 5,

F3 = 21 : 14 : 33 : 21 : 5 : 5, F4 = 24 : 16 : 30 : 20 : 5 : 5, F5 = 27 : 17 : 27 : 19 : 5 : 5,

F6 = 30 : 18 : 24 : 18 : 5 : 5, dan F7 = 33 : 19 : 21 : 17 : 5 : 5. Parameter yang dianalisa adalah

kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, kadar karbohidrat, densitas kamba, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik rasa, uji organoleptik tekstur, dan kandungan energi.

Formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, kadar karbohidrat, densitas kamba, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik rasa, uji organoleptik tekstur, dan kandungan energi. Formulasi empat (F4) memberikan pengaruh yang terbaik baik secara kimia, fisik, dan sensoris dari bubur bayi instan yang dihasilkan.

Kata kunci : Bubur bayi instan, substitusi tepung tempe dan tepung labu kuning

ABSTRACT

NURITA LASTRI TAMPUBOLON: Formulations of Instant Baby Porridge with Tempeh Flour and Pumpkin Flour Substitution as an Alternative Complementary breast feeding (ASI), supervised by Terip Karo-karo and Ridwansyah.

The purpose of this study was to determine the process of making the MP-ASI (complementary breast feeding (ASI)) instant baby porridge and also to determine the nutrient content of instant baby porridge MP-ASI with tempeh flour and pumpkin flour substitution. This research was using a complete random design method with one factor. The factor was the effect of formulations of instant baby porridge to the nutrient content of instant baby porridge MP-ASI that has been produced (F) in 7 levels . The seven levels were combination substitution of skim milk with tempeh flour and substitution of rice flour with pumpkin flour while the other ingredients constant. Ratio of tempeh flour, pumpkin flour, skim milk, rice flour, sugar flour and vegetable oil

in that seventh levels were F1 = 15 : 13 : 39 : 23 : 5 : 5, F2 = 18 : 14 : 36 : 22 : 5 : 5, F3 = 21 : 15 : 33 : 21 : 5 : 5, F4 = 24 : 16 : 30 : 20 : 5 : 5, F5 = 27 : 17 : 27 : 19 : 5 : 5, F6 = 30 : 18 : 24 : 18 : 5 : 5, and F7 = 33 : 19 : 21 : 17 : 5 : 5.

The analyzed parameters consist of moisture content, ash content, protein content, fat content, crude fiber content, carbohydrate content, kamba density, sensory test (color, flavor, taste and texture), and energy content.

Formulations of instant baby porridge gave a significantly effect on moisture content, ash content, protein content, fat content, crude fiber content, carbohydrate content, kamba density, sensory test (color, flavor, taste and texture), and energy content. The fourth formula (F4) gave the best effect in the chemical, physical, and sensory from instant baby porridge that has been produced.


(15)

Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk bayi karena mengandung zat gizi yang cukup untuk pertumbuhannya.Sesudah bayi memasuki usia enam bulan, produksi ASI akan semakin berkurang dan ASI yang diberikan sudah tidak lagi mencukupi pemenuhan kebutuhan energi dan nutrisi bayi yang semakin meningkat. Oleh karena itu, bayi dapat diperkenalkan dengan makanan pendamping sebagai pelengkap ASI (Krisnatuti dan Yenrina, 2000).

Saat pertama kali memberikan MP-ASI (makanan pendamping ASI) kepada bayi sebaiknya dikenalkan dengan makanan dengan tekstur yang encer terlebih dahulu. Bubur adalah contoh jenis makanan paling awal yang bisa diberikan kepada bayi. Pembuatan bubur bayi bisa dilakukan sendiri di rumah atau juga skala pabrik yang sudah menghasilkan bubur yang bersifat instan. Saat ini, permintaan terhadap MP-ASI bubur bayi instan sudah semakin meningkat karena dinilai jauh lebih praktis dibandingkan membuat bubur sendiri. Hal ini terjadi karena kesibukan para ibu sekarang yang masih harus bekerja di luar rumah. Pembuatan bubur bayi instan yang diproses secara higienis dan sangat memperhatikan keseimbangan kandungan gizinya juga menjadi alasan lebih memilih bubur bayi instan.

Pada umumnya, MP-ASI bubur bayi instan terbuat dari campuran tepung beras, susu skim, gula halus, dan minyak nabati. Untuk meningkatkan kandungan gizinya, bahan-bahan tersebut dapat disubstitusi dengan bahan pangan lain tetapi tetap memperhatikan agar jumlah kandungan protein dan energi yang terkandung


(16)

dalam makanan bayi tetap tinggi. Menurut SNI 01-7111.4-2005, persyaratan kandungan gizi yang harus dipenuhi dalam 100 g bubur bayi instan antara lain kandungan energi minimal 80 kkal dan kandungan protein sebesar 8-22 g. Protein dan karbohidrat sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai sumber protein nabati. Selain rasanya enak, harganya juga sangat terjangkau. Berbagai penelitian juga membuktikan bahwa kandungan gizi yang terkandung di dalam tempe masih cukup tinggi dan mudah dicerna dan diserap oleh tubuh manusia. Akan tetapi, tempe merupakan hasil fermentasi yang tidak dapat bertahan lama jika dibiarkan tanpa perlakuan pengawetan. Setelah beberapa hari, tempe yang tidak diolah dan ditanganani lebih lanjut akan cepat mengalami pembusukan. Salah satu cara untuk mencegah pembusukan sekaligus memperpanjang umur simpan tempe tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi tepung tempe. Tempe yang sudah dijadikan tepung bisa dijadikan sebagai makanan pendamping untuk bayi.

Labu kuning dapat diolah menjadi tepung sehingga dapat digunakan sebagai bahan MP-ASI. Teksturnya yang lembut dan mampu diolah menjadi berbagai macam bahan makanan sangat baik untuk bayi yang masih dalam proses pertumbuhan. Berbagai kebutuhan gizi yang baik mulai dari kalori, vitamin A, kalsium, fosfor, zat besi, lemak, protein dan zat lainnya terkandung dalam labu kuning.


(17)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui proses pembuatanMP-ASI bubur bayi instan dengan formulasi bubur bayi instan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kandungan zat gizi dari MP-ASI bubur bayi instan dengan formulasi bubur bayi instan yang dihasilkan.

Kegunaan Penelitian

Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Selain itu, untuk memberikan informasi dan menambah alternatif untuk memilih tempe dan labu menjadi substitusi MP-ASI bubur bayi instan yang memiliki kandungan gizi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kandungan gizi MP-ASI bubur bayi instan yang dihasilkan.


(18)

Tempe

Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai ciri-ciri berwarna putih, tekstur kompak dan flavor spesifik. Warna putih dan tekstur yang kompak disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai dan saling menghubungkan antara biji-biji kedelai tersebut. Adanya degradasi komponen-komponen dalam kedelai dapat menyebabkan terbentuknya flavor spesifik setelah fermentasi (Kasmidjo, 1990).

Tempe kedelai adalah produk makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang tertentu, berbentuk padatan kompak dan berbau khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Komposisi kimia tempedapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia tempe dalam 100 g bahan

Komposisi Kandungan

Energi 201 kkal

Protein 20,80 g

Lemak 8,80 g

Karbohidrat 13,50 g

Kalsium 155,00 mg

Fosfor 326 mg

Besi 4,00 mg

Vit. B1 0,19 mg

Vit. C 0,0 mg

BDD 100 g


(19)

Komposisi protein, lemak, dan karbohidrat tempe tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat pada kedelai. Proses fermentasi yang terjadi pada tempe berfungsi untuk mengubah senyawa makromolekul kompleks yang terdapat pada kedelai (seperti protein, lemak, dan karbohidrat) menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti peptida, asam amino, asam lemak dan monosakarida (Bastian, dkk., 2012).

Salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan tempe adalah dengan mengolahnya menjadi tepung formula tempe. Manfaat pembuatan tepung ini antara lain mudah dicampur dengan tepung lain untuk meningkatkan nilai gizinya dan mudah disimpan dan diolah menjadi makanan yang cepat dihidangkan. Tepung formula tempe merupakan makanan terolah dengan bahan utama tempe yang kemudian difomulasikan dengan bahan pendukung lain, dirancang sebagai makanan tambahan untuk mengatasi gangguan pencernaan (diare) dan efektif untuk memperbaiki status penderita gizi buruk, bahkan menghentikan infeksi saluran cerna anak pada usia 6-24 bulan (Oktavia, 2012).

Uji organoleptik dilakukan untuk mendeteksi keberadaan rasa pahit terhadap tepung kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa penyebab timbulnya rasa pahit terdapat pada fraksi lemak kasar. Minyak kasar ini mempunyai bilangan asam, peroksida, dan Triobarbituric acid (TBA) yang tinggi, sehingga diduga penyebab timbulnya rasa pahit adalah senyawa hasil degradasi atau oksidasi trigliserida (Mukhtadi, dkk., 1993).


(20)

Tepung tempe mempunyai aroma khas langu. Timbulnya aroma langu disebabkan adanya aroma khas dan kuat dari tempe oleh kapang R. Oligosporus, spesies kapang yang utama dalam pembuatan tempe yang mempengaruhi aktivitas protease dan lipase yang tinggi, amiliolitiknya rendah menghasilkan antioksidan

yang mengakibatkan tempe mempunyai aroma yang khas yaitu langu (Koswara, 1995).

Labu Kuning

Labu Kuning (Cucurbita moschata) merupakan salah satu bahan pangan lokal yang dapat diolah menjadi tepung sehingga dapat digunakan sebagai bahan MP-ASI. Sebuah penelitian di Malaysia menunjukkan bahwa bubur bayi berbahan dasar beras yang diperkaya dengan kombinasi tepung pisang dan labu kuning mengandung betakaroten tertinggi dibanding bubur bayi yang diperkaya tepung kacang-kacangan, tepung kacang-kacangan yang dikecambahkan selama 48 jam, atau tepung susu skim. Selain itu, protein yang terkandung dalam tepung labu kuning memiliki daya cerna sebesar 99% sehingga sesuai untuk dikonsumsi bayi (Elvizahro, 2011).

Warna kuning cerah yang dihasilkan berasal dari substitusi tepung labu kuning serta penambahan minyak kelapa sawit. Tepung labu kuning dan minyak kelapa kelapa sawit mengandung betakaroten yang berwarna oranye. Semakin panjang ikatan betakaroten, maka semakin oranye warna bahan makanan. Warna oranye tersebut dapat berkurang apabila dilakukan pemanasan bahan makanan (Oktavia, 2012).

Salah satu faktor yang paling penting dalam suatu makanan adalah kandungan gizinya. Labu kuning merupakan salah satu jenis tanaman pangan


(21)

yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi dan lengkap. Secara lengkap komposisi kimia labu kuning dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimia labu kuning dalam 100 g bahan

Komposisi Kandungan

Energi 26 kkal

Protein 0,60 g

Lemak 0,10 g

Karbohidrat 6,70 g

Kalsium 14,00 mg

Fosfor 25 mg

Besi 1,00 mg

Vit. A 20 RE

Vit. B1 0,02 mg

Vit. C 18,0 mg

BDD 83 g

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2004

Labu kuning mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi sehingga berpotensi untuk diolah menjadi tepung labu kuning. Tepung labu kuning mempunyai kualitas tepung yang baik karena mempunyai sifat gelatinisasi yang baik, sehingga dengan demikian dapat membentuk adonan dengan konsistensi, kekenyalan, viskositas, maupun elastisitas yang baik. Tepung labu kuning dapat dimanfaatkan sebagai sustitusi tepung dalam pembuatan cake, roti kering, kudapan, ataupun lauk-pauk. Selain itu, tepung labu kuning ini juga dapat dimanfaatkan sebagai formula dalam makanan bayi (Hendrasty, 2003).

Makanan Pendamping ASI

Yang dimaksud dengan makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai penambah kekurangan dari ASI atau susu pengganti ASI. Oleh karena mulai umur 6 bulan ASI sudah tidak dapat lagi memenuhi seluruh kebutuhan bayi, maka bayi perlu mendapat makanan


(22)

tambahan. Guna makanan tambahan adalah untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan bayi sehingga pada umur 6 bulan ke atas bayi sudah terbiasa dengan makanan tersebut (Husaini dan Anwar, 2001).

Makanan tambahan bayi sebaiknya memiliki beberapa kriteria berikut. 1. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.

2. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cocok.

3. Dapat diterima oleh pencernaan bayi dengan baik. 4. Harganya relatif murah.

5. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal. 6. Bersifat padat gizi.

7. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah yang sedikit.

(Krisnatuti dan Yenrina, 2000).

Sifat umum produk MP-ASI yang dikehendaki adalah padat energi dan padat gizi. Komponen gizi yang dibutuhkan bayi antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Serat makanan yang terlalu banyak dapat menganggu pencernaan bayi. Selain itu produk bayi tidak boleh bersifat kamba (bulky) karena akan cepat memberi rasa kenyang pada bayi. Sifat kamba umumnya terdapat pada bahan sumber karbohidrat (Astawan, 2000).

Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik, yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu, makanan pendamping ASI ini juga harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan


(23)

bayi seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan lainnya. Persyaratan MP-ASI menurut SNI 01-7111.4-2005 disajikan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Persyaratan MP-ASI menurut SNI 01-7111.4-2005

Komposisi Per 100 g

Energi ≥ 80 kkal

Protein 8-22 g

Lemak 6-15 g

Air 4,0 g

Abu 3,5 g

Serat pangan ≤ 5 g

Vitamin A 250-700 RE

Vitamin C ≥27 mg

Vitamin D 3-10 µg

Vitamin E ≥ 4 mg

Vitamin K ≥ 10 µg

Natrium ≤ 48,5 mg

Kalsium ≥ 200 mg

Besi ≥ 5 mg

Seng ≥ 2,5 mg

Iodium ≥ 45 µg

Jenis-jenis bubur bayi yang ada di pasaran saat ini adalah sebagai berikut: 1. Dietetic food

Dietetic food adalah bubur ayam yang diperkaya dengan vitamin dan mineral lengkap yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Dietetic food dirancang khusus untuk membantu pengobatan bayi dan anak yang sedang menderita diare, gangguan pertumbuhan dan gangguan kenaikan berat badan. Dietetic food dibuat dengan formula bebas laktosa, akan tetapi mengandung polimer glukosa yang tinggi. Oleh karena itu, produk ini dapat digunakan untuk membantu masalah lactose intolerance, malabsorbsi lemak dan


(24)

malabsorbsi glukosa yang biasanya diikuti dengan diare, kekurangan kalori, protein, dan masalah penyerapan gizi lainnya.

2. Bubur beras

Bubur beras dibedakan menjadi dua formula, bubur beras putih dengan kacang hijau dan bubur beras merah. Kedua makanan ini tidak termasuk kepada makanan sapihan lengkap, oleh karena itu dalam penyajiannya harus ditambah dengan susu. Bubur beras juga dilengkapi dengan vitamin dan mineral sehingga dapat memenuhi kebutuhan makanan padat pertama secara optimal. Bubur beras dirancang untuk konsumsi masyarakat menengah ke bawah dan dianjurkan sebagai makanan padat pertama untuk bayi. Bubur beras merah yang ada di pasar contohnya adalah Cerelac, Milna, Promina.

3. Bubur susu dan bubur tim ayam

Bubur susu dan bubur tim ayam, keduanya termasuk ke dalam formula makanan bayi lengkap. Makanan ini dibuat dari bahan-bahan alami bermutu tinggi dengan komposisi seimbang. Baik bubur susu maupun bubur tim ayam dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dari masyarakat golongan menengah ke atas. Bubur susu berfungsi untuk menunjang ASI dan memperkenalkan makanan padat pertama bagi bayi yang telah berumur empat bulan ke atas. Bubur tim ayam dengan kandungan protein hewani yang cukup tinggi (21%) sangat membantu dalam penyediaan asam amino esensial tubuh. (Fatmawati, 2004)


(25)

Bahan-Bahan Penyusun Bubur Bayi Instan Tepung beras

Pemanfaatan beras sebagai bahan dasar pembuatan makanan bayi telah banyak dilakukan dan bahkan dianjurkan sebagai serealia pertama yang diperkenalkan pada bayi karena komposisi kimia beras cukup baik bila dibandingkan dengan serealia lainnya. Komposisi kimia tepung beras dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi kimia tepung beras per 100 g bahan.

Komposisi Kandungan

Energi 364 kkal

Protein 7 g

Lemak 0,5 g

Karbohidrat 80 g

Kalsium 5 mg

Fosfor 140 mg

Besi 0,8 mg

Vit.A 0 RE

Vit.C 0 mg

Vit.B 0,12 mg

Air 12 g

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2004

Kadar amilosa pada pati beras dibagi menjadi empat golongan yaitu (1) kadar amilosa tinggi 25–33%, (2) kadar amilosa menengah 20–25%, (3) kadar amilosa rendah 9–20%, dan (4) kadar amilosa sangat rendah <9%. Semakin kecil kandungan amilosa berarti semakin besar kandungan amilopektin maka poduk bersifat lekat. Adanya formulasi pemanasan akan menyebabkan pati tergelatinisasi. Suhu dimana granula pati mulai mengembang di dalam air panas disebut suhu gelatinisasi. Umumnya suhu gelatinisasi pati beras antara 68-78oC (Winarno, 2004).


(26)

Susu skim

Susu skim adalah bagian susu yang tinggal setelah krim diambil sebagian atau seluruhnya. Susu skim mengandung semua zat makanan dari susu kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Aroma produk yang ditambah susu skim dapat meningkat akibat adanya kandungan laktosa dalam susu skim tersebut (Buckle, dkk., 1985).

Susu skim mengandung lemak dengan jumlah yang sangat rendah. Komposisi kimia susu skim dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi kimia susu skim dalam 100 g bahan

Komposisi Kandungan

Energi 362 kkal

Protein 3,50 g

Lemak 1 g

Karbohidrat 52 g

Kalsium 1300 mg

Fosfor 1030 mg

Besi 0,6 mg

Vit A 0

Vit. C 7 mg

Vit. B 0,35 mg

Air 3,5 g

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2004

Tepung gula

Tepung gula yang ditambahkan pada MP-ASI selain memberikan rasa manis juga meningkatkan energi. Namun penggunaannya harus dibatasi karena kadar kemanisan yang tinggi menyebabkan anak menjadi kenyang sehingga konsumsi zat gizi menjadi rendah. Selain itu gula juga dapat berfungsi untuk membentuk susunan, komposisi, dan butiran produk menjadi halus dan lembut, serta mampu mengontrol penyebaran (Winarno, 2004).


(27)

Minyak nabati

Makanan bayi harus menghasilkan energi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan penambahan lemak dan gula. Lemak dapat diberikan sampai kandungannya dapat menyediakan energi sebanyak 25% atau maksimum sebanyak 10 g/produk. Untuk bayi, sebaiknya digunakan lemak nabati dan lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh. Selain sebagai sumber energi lemak berfungsi untuk memperbaiki cita rasa atau memberikan rasa gurih (Krisnatuti dan Yenrina, 2000).

Bubur Instan

Bubur merupakan makanan dengan tekstur yang lunak sehingga mudah untuk dicerna. Bubur dapat dibuat dari beras, kacang hijau, beras mentah, ataupun dari beberapa campuran penyusun (Ratnawati, 1995). Bubur instan merupakan

bubur yang telah mengalami proses pengolahan lebih lanjut sehingga dalam penyajiannya tidak diperlukan proses pemasakan. Penyajian bubur instan dapat dilkukan hanya dengan menambahkan air panas ataupun susu sesuai dengan selera (Fellow dan Ellis 1992).

Bubur instan diperoleh dengan melakukan instanisasi terlebih dahulu pada komponen penyusun bubur yaitu dengan memasak komponen penyusun yang telah berbentuk tepung menjadi adonan kental dan dikeringkan. Hasil pengeringan dihaluskan sehingga menghasilkan tepung yang berukuran 60 mesh. Bahan tepung yang diperoleh telah bersifat instan dan dikemas menjadi bubur instan. Proses instanisasi produk akhir dalam teknologi pembuatan makanan bayi merupakan tahapan penting karena berfungsi untuk mempermudah penyajian, pengemasan, dan memperpanjang umur simpan. Apabila ditempatkan pada permukaan air yang


(28)

tidak dipanaskan, maka bubuk akan segera tenggelam dan terdispersi tanpa pengadukan. Bubuk harus mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap air, tenggelam, dan terdispersi (Hartomo dan Widiatmoko 1993).

Untuk mengetahui daya terima bubur bayi instan dilakukan uji organoleptik. Uji organoleptik dilakukan oleh 15 panelis terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur bubur bayi instan. Panelis pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak balita. Pemilihan ibu-ibu sebagai panelis karena ibu yang menentukan makanan apa yang diberikan kepada bayinya. Menurut Winarno (1995) dalam Fernando (2008), makanan tambahan/sapihan bukan saja harus diterima oleh bayi tetapi juga harus diterima oleh ibunya.

Kadar protein bahan makanan yang tinggi meningkatkan daya ikat terhadap air sehingga semakin tinggi kadar protein maka kadar air juga akan semakin tinggi. Semakin sedikit kadar air yang terdapat dalam bahan makanan maka umur simpan atau masa simpan makanan tersebut akan lebih panjang bila dibandingkan dengan bahan makanan lain yang memiliki kadar air lebih banyak (Winarno, 2004).

Densitas kamba dihitung dengan mengetahui besarnya nilai massa partikel bubuk yang menempati suatu unit volume tertentu. Adanya perbedaan nilai densitaskamba disebabkan sifat fisik dan kimia bahan seperti ukuran dan bentuk partikel, gaya tarik menarik antar partikel bubuk dan penyebaran partikel, kadar air dan jumlah lemak yang ditambahkan atau diperkaya pada bubuk MP-ASI. Nilai densitas kamba dari berbagai makanan berbentuk bubuk umumnya antara 0,3-0,8 g/cm3 (Wiratakusumah, dkk., 1992).


(29)

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus tahun 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan bubur bayi instan adalah tempe dan labu kuning yang akan ditepungkan, tepung beras Rose Brand, tepung gula, susu skim, minyak nabati Bimoli, dan air.

Reagensia Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam analisa kimia bahan baku dan bubur bayi instan yang dihasilkan adalah akuades, H2SO4 pekat, H2SO4 0,325 N,

NaOH 50%, NaOH 1,25 N, NaOH 0,02 N, K2SO4, CuSO4, alkohol, HCl, heksan,

larutan indikator.

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tepung tempe dan tepung labu kuning adalah timbangan analitik, termometer, blender, baskom, panci, oven, loyang, plastik, ayakan, sendok pengaduk, baskom, kompor, dan pisau.

Alat-alat yang digunakan dalam analisa bahan baku dan bubur bayi instan yang dihasilkan adalah timbangan analitik, labu ukur, gelas ukur, labu kjehdal, erlemenyer, alat destilasi, alat ekstraksi Soxhlet, hot plate, tabung reaksi, pipet,


(30)

kertas saring, kertas saring Whatman no. 41, cawan aluminium, oven, desikator, cawan pengabuan, penjepit cawan, tanur, buret, dan pendingin balik.

Metode Penelitian

Kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu :

a. Tahap 1 : Pembuatan tepung tempe dan tepung labu kuning. Setelah itu, dilakukan analisis proksimat dalam 3 kali ulangan.

b. Tahap 2 : Pembuatan bubur bayi instan dengan formulasi bubur bayi instan. Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial untuk mengetahui pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kandungan gizi MP-ASI bubur bayi instan yang dihasilkan (F) dengan 7 taraf. Ketujuh taraf tersebut berupa kombinasi substitusi susu skim dengan tepung tempe dan subtitusi tepung beras dengan tepung labu kuning sementara perbandingan bahan lainnya tetap. Ketujuh formulasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Formulasi bubur bayi instan

Bahan (g) Formulasi

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

Tepung Tempe 15 18 21 24 27 30 33 Tepung Labu 13 14 15 16 17 18 19 Susu Skim 39 36 33 30 27 24 21 Tepung Beras 23 22 21 20 19 18 17 Tepung Gula 5 5 5 5 5 5 5 Minyak Nabati 5 5 5 5 5 5 5 Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 Semua formulasi dibuat dalam 3 kali ulangan dengan perhitungan:

t(n-1) ≥ 15 7( n-1) ≥ 15


(31)

Model Rancangan

Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) faktor tunggal dengan model sebagai berikut:

Ŷij= µ + αi+ εij

Dimana:

Ŷij : Hasil pengamatan dari faktor F pada taraf ke-i dalam ulangan ke-j

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor F pada taraf ke-i

εij : Efek galat dari faktor F pada taraf ke-i dalam ulangan ke-j

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range (LSR).

Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan tepung tempe dan tepung labu kuning Tepung tempe (Oktavia, 2012)

Tempe dibersihkan kemudian diiris tipis-tipis. Setelah itu tempe dikukus dengan suhu 90-100oC selama 15 menit. Irisan tempe lalu diletakkan di atas loyang dan dikeringkan di oven dengan suhu 50oC selama 24 jam. Setelah kering, irisan tempe dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian diayak menggunakan ayakan ukuran 60 mesh dan dikemas. Sebelum digunakan dalam pembuatan produk, terlebih dahulu tepung dianalisis proksimat. Pembuatan tepung tempe disajikan secara lengkap pada Gambar 1 berikut.


(32)

Gambar 1. Skema pembuatan tepung tempe

Tepung labu kuning (Hendrasty,2003)

Labu dikupas, dicuci sampai bersih. Kemudian diblanching selama 5 menit dengan suhu 60-80oC dan ditiriskan. Labu yang telah diblanching diiris tipis-tipis lalu diletakkan di atas loyang dan dikeringkan di dalam oven selama 24 jam dengan suhu 50oC. Setelah kering, dihaluskan kembali menggunakan blender lalu diayak dengan ayakan 60 mesh dan dikemas. Sebelum digunakan, tepung yang dihasilkan juga akan dianalisis proksimat. Pembuatan tepung labu disajikan pada Gambar 2 berikut.

Dihaluskan dengan menggunakan blender Dikeringkan di oven dengan suhu 500C selama 24 jam

Diletakkan irisan diatas loyang

Dikukus dengan suhu 90-100oC selama 15 menit

Tepung tempe

Diayak menggunakan ayakan ukuran 60 mesh Dibersihkan dan diiris tipis-tipis

Tempe


(33)

Gambar 2. Skema pembuatan tepung labu kuning

2. Pembuatan bubur bayi instan

Pembuatan bubur bayi instan dilakukan dengan mencampur semua bahan sedikit demi sedikit sesuai dengan perlakuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Campuran bahan ditambahkan air dengan perbandingan 1:4 lalu dimasak dengan api kecil sambil diaduk hingga mencapai suhu 75oC. Bubur yang telah matang kemudian didinginkan dan dioleskan di atas loyang. Sesudah itu dikeringkan di dalam oven dengan menggunakan suhu 50oCselama 12 jam (sampai kering). Setelah kering bubur kembali dihaluskan dan diayak dengan ayakan 60 mesh (Fernando, 2008). Secara lengkap skema pembuatan bubur bayi instan disajikan pada Gambar 3 berikut.

Dihaluskan dengan menggunakan blender Dikeringkan di oven dengan suhu 500C selama 24 jam

Diiris tipis dan diletakkan irisan diatas loyang Diblanching selama 5 menit dengan suhu 60-80oC

Labu kuning

Tepung labu kuning

Diayak menggunakan ayakan ukuran 60 mesh Dikupas dan dicuci bersih


(34)

Gambar 3. Skema pembuatan bubur bayi instan Diformulasikan

Bahan bubur bayi instan

Ditambahkan air (1:4), dimasak dan diaduk hingga mencapai suhu 75oC

Analisa : - Kadar air - Kadar abu - Kadar protein - Kadar lemak - Kadar karbohidrat - Kandungan energi - Kadar serat kasar - Uji organoleptik - Densitas kamba Dioleskan di atas loyang

Dikeringkan dalam oven dengan suhu 50oC selama 12 jam (sampai kering)

Dihaluskan dan diayak dengan ayakan 60 mesh

Bubur bayi instan

Formulasi Bubur Bayi Instan (Tep. Tempe: Tep. Labu: Susu Skim: Tep. Beras: Tep. Gula: Minyak Nabati)

F1 = 15 : 13 : 39 : 23 : 5 : 5

F2 = 18 : 14 : 36 : 22 : 5 : 5

F3 = 21 : 15 : 33 : 21 : 5 : 5

F4 = 24 : 16 : 30 : 20 : 5 : 5

F5 = 27 : 17 : 27 : 19 : 5 : 5

F6 = 30 : 18 : 24 : 18 : 5 : 5


(35)

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran dilakukan berdasarkan hasil analisis kimia dan fisis yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, kadar karbohidrat, kandungan energi, uji organoleptik, dan densitas kamba.

Kadar air (AOAC, 1995).

Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam cawan alumunium yang telah dikeringkan selama satu jam pada suhu 1050C dan telah diketahui beratnya. Sampel tersebut dipanaskan pada suhu 1050C selama tiga jam, kemudian didinginkan dalam desikator sampai dingin kemudian ditimbang. Pemanasan dan pendinginan dilakukan berulang sampai diperoleh berat sampel konstan.

Berat sampel awal - berat sampel akhir

Kadar air = x 100%

Berat sampel awal Kadar abu (Sudarmadji, dkk., 1989)

Penentuan kadar abu dilakukan dengan menggunakan muffle. Bahan ditimbang sebanyak 5 g, kemudian dikeringkan dalam oven terlebih dahulu selama 5 jam dengan suhu 105oC.Didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Bahan yang sudah kering dimasukkan ke dalam muffle dengan suhu 100oC selama 1 jam, setelah itu, suhu dinaikkan menjadi 300oC selama 2 jam. Setelah 2 jam, suhu kembali dinaikkan menjadi 600oC selama 2 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang beratnya. Kadar abu dihitung dengan rumus:


(36)

berat abu (g)

Kadar Abu (%) = x 100%

berat sampel (g)

Kadar protein (Metode Khjedhal) (AOAC,1995)

Sampel sebanyak 0,2 g yang telah yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam labu khjedhal 30 ml selanjutnya ditambahkan dengan 2,5 ml H2SO4 pekat,

satu g katalis dan batu didih. Sampel dididihkan selama 1-1,5 jam atau sampai cairan bewarna jernih. Labu beserta isinya didinginkan lalu isinya dipindahkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan 15 ml larutan NaOH 50% kemudian dibilas dengan air suling. Labu erlenmeyer berisi HCl 0,02N diletakkan di bawah kondensor, sebelumnya ditambahkan ke dalamnya 2 – 4 tetes indikator (campuran metil merah 0,02% dalam alkohol dan metil biru 0,02% dalam alkohol dengan perbandingan 2 :1). Ujung tabung kondensor harus terendam dalam labu larutan HCl, kemudian dilakukan destilasi hingga sekitar 25 ml destilat dalam labu erlenmeyer. Ujung kondensor kemudian dibilas dengan sedikit air destilat yang ditampung dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna hijau menjadi ungu. Penetapan blanko dilakukan dengan cara yang sama.

Kadar protein =

sampel bobot

6,25 x 0,014 x N x B) -(A

x 100 % A = ml NaOH untuk titrasi blanko

B = ml NaOH untuk titrasi sampel N = Normalitas NaOH


(37)

Kadar lemak (AOAC, 1995)

Analisa lemak dilakukan dengan metode Soxhlet. Sampel sebanyak 5 g dibungkus dengan kertas saring, kemudian diletakkan dalam alat ekstraksi Soxhlet. Alat kondensor dipasang di atasnya dan labu lemak di bawahnya. Pelarut lemak heksan dimasukkan ke dalam labu lemak, kemudian dilakukan reflux selama ± 6 jam sampai pelarut turun kembali ke labu lemak dan berwarna jernih. Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi dan ditampung kembali. Kemudian labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C hingga mencapai berat yang tetap, dan didinginkan dalam desikator. Labu beserta lemaknya ditimbang.

Kadar

(g) sampel Bobot

(g) lemak Bobot

lemak = x 100 %

Kadar serat kasar (AOAC, 1995)

Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 300 ml kemudian ditambahkan 50 ml H2SO4 0,325 N. Hidrolisis dengan hot plate selama

30 menit pada suhu 100oC. Setelah itu sampel ditambahkan NaOH 1,25 N sebanyak 50 ml, kemudian dihidrolisis selama 30 menit. Sampel disaring dengan kertas saring Whatman No. 41 yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kertas saring tersebut dicuci berturut-turut dengan K2SO4 10%, aquades mendidih, dan alkohol 95%. Kertas saring dikeringkan dalam oven suhu 105oC selama 3 jam, pengeringan dilanjutkan sampai bobot tetap. Kemudian dihitung dengan rumus :

Kadar serat kasar = ((A-B)/C) x 100% A = bobot kertas saring dan serat


(38)

B = bobot kertas saring C = bobot sampel awal

Kadar karbohidrat (by difference) (Winarno, 1992)

Kadar karbohidrat ditentukan dengan metode by difference yaitu dengan perhitungan melibatkan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam menghitung kadar karbohidrat dengan metode by difference.

Kadar karbohidrat (%) = 100% – (% kadar air + %kadar abu + %kadar protein + % kadar lemak)

Kandungan energi (Almatsier, 2003)

Nilai energi didapat dari jumlah kandungan protein, lemak, dan karbohidrat yang dikalikan dengan koefisiennya. Satu gram karbohidrat dan protein akan menghasilkan 4 kkal energi, sedangkan satu gram lemak akan menghasilkan 9 kkal energi.

Uji organoleptik (Rampengan, dkk., 1985)

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau kelayakan suatu produk agar dapat diterima oleh panelis (konsumen). Metode pengujian yang dilakukan adalah metode hedonik (uji kesukaan) meliputi: warna, aroma, rasa, dan tekstur setelah bahan diseduh dengan air hangat. Dalam metode hedonik ini, panelis (konsumen) diminta memberikan penilaian berdasarkan tingkat kesukaan. Skor yang digunakan adalah 4 (sangat suka), 3 (suka), 2 (agak suka), dan 1 (tidak suka).


(39)

Densitas kamba (Muchtadi, 1989)

Gelas ukur 10 ml ditimbang, kemudian sampel dimasukkan ke dalamnya sampai volumenya mencapai 10 ml. Usahakan pengisian tepat tanda tera dan jangan dipadatkan. Gelas ukur berisi sampel ditimbang dan selisih berat menyatakan berat sampel. Densitas kamba dinyatakan dalam g/ml.


(40)

Hasil Analisis Sifat Kimia Tepung Tempe dan Tepung Labu Kuning

Pada awal penelitian dilakukan tahap pembuatan tepung tempe dan tepung labu kuning. Pada kedua jenis tepung ini selanjutnya dilakukan analisis proksimat untuk mengetahui kandungan protein, lemak, karbohidrat, serat, kadar air dan kadar abu yang terdapat di dalam tepung. Hasil analisis dari kedua tepung tersebut dapat kita lihat dari Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Hasil analisis proksimat tepung tempe dan tepung labu kuning

Parameter yang diuji Tepung Tempe Tepung Labu Kuning

Kadar Air (%bk) 6,279±0,159 7,786±0,042

Kadar Abu (%bk) 2,350±0,211 5,030±0,606

Kadar Protein (%bk) 46,00±0,208 5,164±1,031

Kadar Lemak (%bk) 7,888±0,465 4,700±0,363

Karbohidrat (%bk) 52,523±0,145 77,320±0,460

Serat kasar (%bk) 7,509±1,186 5,925±1,905

Hasil Analisis Sifat Kimia dan Sifat Fisik Bubur Bayi Instan

Pada penelitian ini dibuat tujuh perlakuan dengan satu faktor yaitu perbandingan tepung tempe dan tepung labu yang digunakan dalam pembuatan bubur bayi instan. Ketujuh perlakuan dibedakan dari perbandingan tepung tempe dan tepung labu serta tepung beras dan tepung susu skim yang digunakan sementara bahan penyusun seperti minyak nabati, tepung gula, dan air tetap. Kandungan nutrisi yang terutama ingin dicapai pemenuhannya terhadap standar produk ini adalah protein dan kandungan energi. Kandungan protein selain diharapkan sesuai dengan standar MP ASI juga mempertimbangkan AKG


(41)

(Angka Kecukupan Gizi) yang dianjurkan untuk bayi usia 6-12 bulan, karena protein adalah nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhannya.

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 memperlihatkan bahwa kadar air tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 6,520% dan terendah pada formulasi satu yaitu sebesar 4,268%. Kadar abu tertinggi terdapat pada formulasi satu yaitu sebesar 4,1888% dan terendah pada formulasi tujuh yaitu sebesar 2,6691%. Kadar protein tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 17,582% dan terendah pada formulasi satu yaitu sebesar 11,507%. Kadar lemak tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 17,195% dan terendah pada formulasi satu yaitu sebesar 4,791%. Kadar karbohidrat tertinggi terdapat pada formulasi satu yaitu sebesar 81,286% dan terendah pada formulasi tujuh yaitu sebesar 59,514%. Kadar serat kasar tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 7,288% dan terendah terdapat pada formulasi satu yaitu sebesar 2,521%. Uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 2,79% dan terendah terdapat pada formulasi satu yaitu sebesar 2,35%. Uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada formulasi satu yaitu sebesar 2,75% dan terendah terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 2,3%. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada formulasi satu yaitu sebesar 1,91% dan terendah pada formulasi tujuh yaitu sebesar 1,42%. Uji organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 2,92 dan terendah terdapat formulasi satu yaitu sebesar 2,72. Kandungan energi tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 443,141 kkal dan terendah pada formulasi dua yaitu sebesar 395,670 kkal.


(42)

Parameter yang diuji Formulasi bubur bayi instan

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

Kadar air (%bk) 4,268±0,036 4,799±0,338 4,884±0,404 4,896±0,565 5,006±0,279 5,626±0,247 6,520±0,289

Kadar abu (%bk) 4,189±0,092 4,031±0,031 3,904±0,049 3,450±0,054 3,213±0,079 2,908±0,208 2,669±0,0892

Kadar protein (%bk) 11,507±0,296 13,198±0,786 13,601±0,815 14,041±0,651 14,219±0,275 14,804±1,629 17,582±1,098

Kadar lemak (%bk) 4,791±0,728 5,300±0,331 9,076±0,646 9,353±0,613 10,898±0,790 14,569±0,443 17,195±0,432

Kadar karbohidrat (%bk) 81,288±0,144 78,549±0,532 73,654±1,669 73,374±1,464 70,906±1,333 65,746±1,560 59,514±0,781 Kadar serat kasar (%bk) 2,521±0,100 3,628±0,266 4,004±0,446 4,340±0,206 4,919±0,225 5,571±0,120 7,2883±0,366

Densitas kamba (g/ml) 0,62±0,012 0,63±0,006 0,64±0,015 0,65±0,010 0,65±0,010 0,66±0,066 0,67±0,012

Uji organoleptik warna 2,35±0,039 2,62±0,139 2,69±0,168 2,76±0,204 2,74±0,102 2,77±0,214 2,±0,115

Uji organoleptik aroma 2,75±0,154 2,73±0,067 2,67±0,133 2,66±0,267 2,55±0,315 2,44±0,192 2,33±0,067

Uji organoleptik rasa 1,91±0,077 1,82±0,252 1,78±0,077 1,71±0,039 1,56±0,039 1,49±0,102 1,42±0,038

Uji organoleptik tekstur 2,72±0,126 2,73±0,033 2,76±0,058 2,77±0,051 2,80±0,058 2,87±0,033 2,92±0,069

Kandungan energi (kkal) 396,207±5,132 395,67±1,673 411,567±4,129 414,367±3,851 419,294±3,311 434,221±2,708 443,141±2,485 28


(43)

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Air Bubur Bayi Instan

Daftar sidik ragam (Lampiran 1) memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar air dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji LSR efek utama formulasi bubur bayi instan terhadap kadar air bubur bayi instan (%)

Jarak

LSR

Formulasi bubur bayi instan Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - F1 4,268 c C

2 0,643 0,893 F2 4,799 c BC

3 0,674 0,931 F3 4,884 c BC

4 0,693 0,956 F4 4,896 c BC

5 0,706 0,974 F5 5,006 bc BC

6 0,715 0,987 F6 5,626 b AB

7 0,722 0,998 F7 6,520 a A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 9 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda tidak nyata dengan

F2, F3, F4, F5, namun berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F2 berbeda

tidak nyata dengan F3, F4, F5, berbeda nyata dengan F6, dan berbeda sangat nyata

dengan F7. Formulasi F3 berbeda tidak nyata dengan F4, F5, berbeda nyata dengan F6,

dan berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F4 tidak berbeda nyata dengan F5,

berbeda nyata F6, dan berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F5 berbeda nyata

tidak dengan F6 dan berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F6 berbeda nyata

dengan F7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar air dapat


(44)

Gambar 4. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar air Gambar 4 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar air. Kadar air tertinggi diperoleh dari formulasi ketujuh yaitu sebesar 6,520% dan terendah diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 4,268%. Dalam spesifikasi MP-ASI bubuk instan, disyaratkan kandungan air dalam 100 g MP-ASI maksimal 4 g. Semua formula bubur bayi instan dengan formulasi bubur bayi instan memiliki kadar air lebih tinggi dibanding persyaratan sehingga diduga memiliki masa simpan lebih pendek dibandingkan bubur bayi instan komersial. Berdasarkan hasil tersebut terdapat kemungkinan tingginya kadar air disebabkan kadar air tepung labu kuning yang jauh lebih besar. Selain itu juga dipengaruhi oleh kandungan protein pada bahan. Kadar protein yang tinggi pada bahan makanan meningkatkan daya ikat terhadap air. Semakin tinggi kadar protein maka kadar air juga akan semakin tinggi (Winarno, 2004).

4,268

4,799 4,884 4,896 5,006

5,626

6,520

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

K

ad

ar

a

ir

(%)

Formulasi bubur bayi instan


(45)

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi terhadap Kadar Abu Bubur Bayi Instan

Daftar sidik ragam (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar abu dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Uji LSR efek utama formulasi bayi instan terhadap kadar abu bubur bayi instan (%)

Jarak

LSR

Formulasi bubur bayi instan Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - F1 4,1888 a A

2 0,1773 0,2461 F2 4,0306 ab AB

3 0,1857 0,2566 F3 3,9039 b B

4 0,1910 0,2635 F4 3,4499 c C

5 0,1945 0,2683 F5 3,2125 d C

6 0,1970 0,2720 F6 2,9084 e D

7 0,1989 0,2749 F7 2,6691 f D

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 10 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda tidak nyata dengan

F2, namun berbeda sangat nyata dengan F3, F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F2 berbeda

tidak nyata dengan F3, namun berbeda sangat nyata dengan F4, F5, F6,dan F7.

Formulasi F3 berbeda sangat nyata dengan F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F4 berbeda

nyata dengan F5, namun berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F5

berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F6 berbeda nyata dengan F7.

Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar abu dapat dilihat pada Gambar 5.


(46)

Gambar 5. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan terhadap kadar abu Gambar 5 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar abu. Kadar abu tertinggi diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 4,189% dan terendah diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 2,669%. Penentuan kadar abu dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral pada bahan. Di samping itu, kadar abu juga menyatakan kemurnian dan kebersihan bahan yang kita hasilkan (Andarwulan, 2011). Berdasarkan analisis proksimat tepung tempe, kadar abu yang dihasilkan adalah sekitar 2,350%. Selain itu, menurut daftar komposisi bahan makanan dari Departemen Kesehatan RI (2004), jumlah mineral yang terdapat dalam susu skim juga cukup tinggi dibandingkan bahan penyusun lainnya yang terdiri dari kalsium, fosfor, dan besi yaitu masing-masing sebesar 1300 mg, 1030 mg, dan 0,6 mg pada susu skim. Oleh karena itu, formulasi satu memiliki kadar abu tertinggi karena penambahan jumlah susu skim paling banyak.

4,1888 4,0306

3,9039

3,4499

3,2125

2,9084 2,6691

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

K

ada

r

abu

(%)

Formulasi bubur bayi instan


(47)

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Protein Bubur Bayi Instan Daftar sidik ragam (Lampiran 3) memperlihatkan bahwa substitusi tepung tempe dan tepung labu memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar protein dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar protein bubur bayi instan (%)

Jarak

LSR

Formulasi bubur bayi instan Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - F1 11,507 c C

2 1,841 2,555 F2 13,198 bc BC

3 1,929 2,665 F3 13,601 b BC

4 1,983 2,736 F4 14,041 b BC

5 2,020 2,786 F5 14,219 b BC

6 2,046 2,824 F6 14,804 b B

7 2,065 2,854 F7 17,582 a A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 11 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda tidak nyata

dengan F2, berbeda nyata dengan F3, F4, dan F5, dan berbeda sangat nyata dengan F6

dan F7. Formulasi F2 berbeda tidak nyata dengan F3,F4, F5, F6, namun berbeda sangat

nyata dengan F7. Formulasi F3 berbeda tidak nyata dengan F4, F5, dan F6, namun

berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F4 berbeda tidak nyata dengan F5 dan F6,

tetapi berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F5 berbeda tidak nyata dengan F6,

namun berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F6 berbeda sangat nyata dengan

F7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar protein dapat dilihat


(48)

Gambar 6. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan terhadap kadar protein Gambar 6 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar protein. Kadar protein tertinggi diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 17,582% dan terendah diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 11,507%. Kandungan protein dalam bubur bayi yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi di mana disyaratkan kandungan protein MP-ASI sebesar 8-22 g dalam 100 g MP-ASI. Kadar protein tertinggi terdapat pada formulasi dengan jumlah tepung tempe paling besar sebagai substitusi dari tepung susu skim. Analisis proksimat pada tepung tempe menunjukkan kadar protein pada tepung tersebut yaitu sebesar 46%. Nilai tersebut lebih tinggi dari kadar protein yang terdapat pada susu skim. Berdasarkan daftar komposisi bahan makanan oleh Departemen Kesehatan RI (2004), kadar protein dari susu skim yaitu sebesar 36,50 g dalam 100 g bahan.

11,507

13,198 13,601 14,041 14,219

14,804

17,582

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

K

ad

ar

p

ro

te

in

(%)

Formulasi bubur bayi instan


(49)

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Lemak Bubur Bayi Instan

Daftar sidik ragam (Lampiran 4) memperlihatkan bahwa substitusi tepung tempe dan tepung labu memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar lemak dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh formulasi bubur bayi instan dengan kadar lemak bubur bayi instan (%)

Jarak

LSR

Formulasi bubur bayi instan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - F1 4,791 e E

2 1,034 1,435 F2 5,300 e E

3 1,083 1,497 F3 9,076 d D

4 1,114 1,536 F4 9,353 d D

5 1,134 1,565 F5 10,898 c C

6 1,149 1,586 F6 14,569 b B

7 1,159 1,603 F7 17,195 a A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 12 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda tidak nyata

dengan F2, namun berbeda sangat nyata dengan F3, F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F2

berbeda sangat nyata dengan F3,F4, F5, F6,dan F7. Formulasi F3 berbeda tidak nyata

dengan F4, namun berbeda sangat nyata dengan F5, F6, dan F7. Formulasi F4 berbeda

sangat nyata dengan F5, F6, dan F7. Formulasi F5 berbeda sangat nyata dengan F6 dan

F7. Formulasi F6 berbeda sangat nyata dengan F7. Hubungan antara formulasi bubur


(50)

Gambar 7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar lemak Gambar 7 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar lemak. Kadar lemak tertinggi diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 17,195% dan terendah diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 4,791%. Spesifikasi MP-ASI bubur instan mensyaratkan kandungan lemak sebesar 6-15 g dalam 100 g MP-ASI. Oleh karena itu kadar lemak bubur bayi instan dengan formulasi bubur bayi instan pada formulasi satu dan dua belum memenuhi standar tetapi keempat formulasi bubur bayi instan selanjutnya sudah mengandung lemak dalam rentang yang disyaratkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingginya kadar lemak pada beberapa formulasi disebabkan kadar lemak tepung tempe sebagai substitusi dari tepung susu skim yang jauh lebih tinggi. Berdasarkan analisis proksimat, kadar lemak dari tepung tempe adalah sebesar 7,8887%. Sementara itu, menurut daftar komposisi bahan makanan, kadar lemak dari susu skim hanya 1,0 g dalam 100 g bahan (Departemen Kesehatan RI, 2004). 4,791 5,30 9,076 9,353 10,898 14,569 17,195 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

K ad ar l em ak (%)

Formulasi bubur bayi instan


(51)

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Serat Bubur Bayi Instan

Daftar sidik ragam (Lampiran 5) memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar serat dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh formulasi bubur bayi instan dengan kadar serat bubur bayi instan (%)

Jarak

LSR

Formulasi bubur bayi instan Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - F1 2,521 f E

2 0,478 0,663 F2 3,628 e D

3 0,501 0,692 F3 4,004 de CD

4 0,515 0,710 F4 4,334 d C

5 0,524 0,723 F5 4,919 c BC

6 0,531 0,733 F6 5,571 b B

7 0,536 0,741 F7 7,288 a A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 13 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda sangat nyata dengan

F2, F3, F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F2 berbeda tidak nyata dengan F3, namun berbeda

sangat nyata dengan F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F3 berbeda tidak nyata dengan F4,

berbeda nyata dengan F5, dan berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F4

berbeda nyata dengan F5, namun berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi

F5 berbeda nyata dengan F6, namun berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F6

berbeda sangat nyata dengan F7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan


(52)

Gambar 8. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar serat Gambar 8 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar serat. Kadar serat tertinggi diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 7,288% dan terendah diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 2,521%. Kandungan serat kasar dalam makanan bayi dan balita harus rendah, tidak lebih dari 5 g per 100 makanan. Formulasi ketujuh dengan kadar serat kasar 6,8416% merupakan formula bubur bayi instan yang tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa semakin tinggi jumlah tepung tempe dan tepung labu yang digunakan maka kadar serat bubur bayi tersebut juga semakin tinggi. Hal ini terjadi karena berdasarkan analisis proksimat, kadar serat dari tepung tempe dan tepung labu juga lebih tinggi dibanding kadar serat pada bahan penyusun lain yaitu masing-masing sebesar 7,5092% dan 5,9245%.

2,521

3,628 4,004

4,334

4,919

5,571

7,288

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

K

ad

ar

s

er

at

(%)

Formulasi bubur bayi instan


(53)

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Karbohidrat Bubur Bayi Instan

Daftar sidik ragam (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar karbohidrat bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar karbohidrat bubur bayi instan (%)

Jarak

LSR

Formulasi bubur bayi instan Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - F1 81,288 a A

2 2,099 2,913 F2 78,549 b A

3 2,199 3,038 F3 73,654 c B

4 2,261 3,119 F4 73,374 c B

5 2,303 3,177 F5 70,906 d B

6 2,332 3,220 F6 65,746 e C

7 2,355 3,254 F7 59,514 f D

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 14 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda nyata dengan F2,

namun berbeda sangat nyata dengan F3, F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F2 berbeda

sangat nyata dengan F3, F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F3 berbeda tidak nyata dengan

F4, berbeda nyata dengan F5, dan berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi

F4 berbeda nyata dengan F5, namun berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7.

Formulasi F5 berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F6 berbeda sangat

nyata dengan F7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar


(54)

Gambar 9. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar karbohidrat Gambar 9 mempelihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar karbohidrat. Kadar karbohidrat tertinggi diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 81,288% dan terendah diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 59,514%. Tidak ada persyaratan mengenai kisaran kandungan karbohidrat dalam spesifikasi MP-ASI, akan tetapi kadar karbohidrat pada bubur bayi instan yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan bubur bayi instan komersial (66,8-70,8 g/100 g). Bubur bayi instan formulasi tujuh memiliki kadar karbohidrat terendah dibanding formulasi lainnya. Hal ini dapat disebabkan tingginya persentase kadar protein dan lemak dalam bubur bayi instan yang dihasilkan. Menurut Winarno (2004), kadar karbohidrat sangat dipengaruhi oleh kandungan zat gizi lain seperti air, abu, serat, protein, dan lemak. Semakin tinggi jumlah kandungan gizi tersebut maka kadar karbohidratnya akan semakin menurun.

81,288 78,546

73,654 73,374 70,906

65,746

59,514

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

K

ad

ar

k

ar

bohi

dr

at

(%)

Formulasi bubur bayi instan


(55)

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Densitas Kamba Bubur Bayi Instan

Daftar sidik ragam (Lampiran 7) memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap densitas kamba bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap densitas kamba dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap densitas kamba bubur bayi instan (g/ml)

Jarak LSR Formulasi bubur bayi instan Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - F1 0,62 c B

2 0,0183 0,0254 F2 0,63 bc B

3 0,0192 0,0265 F3 0,64 bc B

4 0,0197 0,0272 F4 0,65 ab AB

5 0,0201 0,0277 F5 0,65 ab AB

6 0,0204 0,0281 F6 0,65 a AB

7 0,0206 0,0284 F7 0,66 a A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 15 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda tidak nyata

dengan F2, F3, berbeda nyata dengan F4, F5, F6, dan berbeda sangat nyata dengan F7.

Formulasi F2 berbeda tidak nyata dengan F3, F4, F5, berbeda nyata dengan F6, dan

berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F3 berbeda tidak nyata dengan F4 dan F5,

berbeda nyata dengan F6, dan berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F4 berbeda

tidak nyata dengan F5, F6, dan F7. Formulasi F5 berbeda tidak nyata dengan F6 dan F7.

Formulasi F6 berbeda tidak nyata dengan F7. Hubungan antara formulasi bubur bayi


(56)

Gambar 10. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan densitas kamba Gambar 10 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap densitas kamba. Densitas kamba tertinggi diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 0,66 g/ml dan terendah diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 0,62 g/ml. Bahan pangan yang memiliki densitas kamba tinggi menunjukkan kepadatan gizi yang tinggi juga. MP-ASI yang memiliki densitas kamba rendah (voluminous), bisa menyebabkan bayi cepat kenyang sementara asupan gizinya belum terpenuhi. Menurut Wiratakusumah, dkk.,(1992), nilai densitas kamba dari berbagai makanan berbentuk bubuk umumnya antara 0,3-0,8 g/cm3. Adanya perbedaan nilai densitas kamba disebabkan sifat fisik dan kimia bahan seperti ukuran dan bentuk partikel, gaya tarik menarik antar partikel bubuk dan penyebaran partikel, kadar air dan jumlah lemak yang ditambahkan atau diperkaya pada bubuk MP-ASI. Tepung tempe yang digunakan dalam formulasi bubur bayi memiliki kadar air dan jumlah lemak tertinggi. Oleh karena itu, semakin tinggi jumlah tepung tempe yang ditambahkan, semakin besar densitas kamba bubur bayi instan tersebut.

0,62

0,63 0,64

0,65 0,65 0,65

0,66 0,60 0,61 0,62 0,63 0,64 0,65 0,66 0,67

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

D en si ta s k am b a (g / m l)

Formulasi bubur bayi instan


(57)

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Uji Organoleptik Warna Bubur Bayi Instan

Daftar sidik ragam (Lampiran 8) memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap uji organoleptik warna bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap uji organoleptik warna dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Uji LSR efek utama pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap uji organoleptik warna bubur bayi instan

Jarak

LSR

Formulasi bubur bayi instan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - F1 2,35 b A

2 0,265 0,368 F2 2,62 a A

3 0,277 0,383 F3 2,69 a A

4 0,285 0,394 F4 2,76 a A

5 0,291 0,401 F5 2,76 a A

6 0,294 0,406 F6 2,77 a A

7 0,297 0,411 F7 2,80 a A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 16 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda nyata dengan F2,

F3, F4, dan F5, namun berbeda nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F2 berbeda tidak

nyata dengan F3, F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F3 berbeda tidak nyata dengan F4, F5,

F6, dan F7. Formulasi F4 berbeda tidak nyata dengan F5, F6, dan F7. Formulasi F5

berbeda tidak nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F6 berbeda tidak nyata dengan F7.

Hubungan antara formulasi bubur bayi instan terhadap uji organoleptik warna dapat dilihat pada Gambar 11.


(58)

Gambar 11. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan terhadap uji organoleptik warna

Gambar 11 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap uji organoleptik warna. Uji organoleptik warna tertinggi diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 2,80 dan terendah diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 2,35. Formulasi bubur bayi instan menghasilkan warna kuning cerah yang dapat diterima panelis dengan tingkat kesukaan agak suka. Statistik menunjukkan tidak ada tingkat kesukaan warna MP-ASI bubur bayi instan antar formulasi. Hal ini disebabkan warna ketujuh bubur bayi instan sekilas hampir sama. Menurut Oktavia (2012), warna kuning cerah yang dihasilkan berasal dari substitusi tepung labu kuning serta penambahan minyak kelapa sawit. Tepung labu kuning dan minyak kelapa kelapa sawit mengandung beta karoten yang berwarna oranye.

2,35

2,62

2,69

2,76 2,76 2,77 2,80

2,10 2,20 2,30 2,40 2,50 2,60 2,70 2,80 2,90

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

N il ai o rg an o le p ti k w ar n a

Formulasi bubur bayi instan


(59)

Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Uji Organoleptik Aroma Bubur Bayi Instan

Daftar sidik ragam (Lampiran 9) memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap uji organoleptik aroma bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap uji organoleptik aroma dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Uji LSR efek utama pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap uji organoleptik aroma bubur bayi instan

Jarak

LSR

Formulasi bubur bayi instan Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - F1 2,73 a A

2 0,333 0,462 F2 2,75 a A

3 0,349 0,482 F3 2,66 ab A

4 0,359 0,495 F4 2,66 ab A

5 0,366 0,504 F5 2,55 ab A

6 0,370 0,511 F6 2,44 ab A

7 0,374 0,517 F7 2,33 b A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 17 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda tidak nyata

dengan F2, F3, F4, F5, F6, tetapi berbeda nyata dengan F7. Formulasi F2 berbeda tidak

nyata dengan F3, F4, F5, F6, tetapi berbeda nyata dengan F7. Formulasi F3 berbeda

tidak nyata dengan F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F4 berbeda tidak nyata dengan F5, F6,

dan F7. Formulasi F5 berbeda tidak nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F6 berbeda

tidak nyata dengan F7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan terhadap uji

organoleptik aroma dapat dilihat pada Gambar 12. .


(60)

Gambar 12. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan terhadap uji organoleptik aroma

Gambar 12 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbedasangat nyata terhadap uji organoleptik aroma. Uji organoleptik aroma tertinggi diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 2,75 dan terendah diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 2,33. Formulasi bubur bayi instan tersebut dapat diterima panelis dengan tingkat kesukaan agak suka karena adanya aroma dari susu skim. Akan tetapi, semakin banyak tepung tempe yang ditambahkan, panelis kurang menyukai formulasi bubur bayi tersebut karena aroma langu yang timbul semakin nyata. Menurut Koswara (1995), timbulnya aroma langu disebabkan adanya aroma khas dan kuat dari tempe oleh kapang R. Oligosporus, spesies kapang yang utama dalam pembuatan tempe yang mempengaruhi aktivitas protease dan lipase yang tinggi.

2,75 2,73 2,66 2,66 2,55 2,44 2,33 2,10 2,20 2,30 2,40 2,50 2,60 2,70 2,80

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

N il ai o rg an o le p ti k a ro m a

Formulasi bubur bayi instan


(1)

Data pengamatan densitas kamba

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

F1 0,64 0,62 0,62 1,880 0,627

F2 0,64 0,63 0,63 1,900 0,633

F3 0,64 0,65 0,62 1,910 0,637

F4 0,65 0,66 0,64 1,950 0,650

F5 0,65 0,64 0,66 1,950 0,650

F6 0,65 0,66 0,65 1,960 0,653

F7 0,66 0,68 0,66 2,000 0,667

Total 13,550

Rataan 0,645

Daftar sidik ragam densitas kamba

SK db JK KT Fhitung Ftabel

0,05 0,01

Perlakuan 6 0,003 0,001 5,159 ** 2,85 4,46

Galat 14 0,002 0,000

Total 20 0,005

Keterangan

FK 8,743

KK 1,622%

Sx 0,006

** = sangat nyata


(2)

Lampiran 8.

Data pengamatan uji organoleptik warna

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

F1 2,33 2,40 2,33 7,07 2,36

F2 2,67 2,47 2,73 7,87 2,62

F3 2,87 2,67 2,53 8,07 2,69

F4 2,53 2,93 2,80 8,27 2,76

F5 2,87 2,67 2,73 8,27 2,76

F6 2,93 2,87 2,53 8,33 2,78

F7 2,87 2,67 2,87 8,40 2,80

Total 56,27

Rataan 2,68

Daftar sidik ragam uji organoleptik warna

SK db JK KT Fhitung Ftabel

0,05 0,01

Perlakuan 6 0,43 0,07 3,15 * 2,85 4,46

Galat 14 0,32 0,02

Total 20 0,75

Keterangan

FK 150,754

KK 5,643%

Sx 0,087

* = nyata

64


(3)

Lampiran 9.

Data pengamatan uji organoleptik aroma

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

F1 2,67 2,67 2,93 8,27 2,76

F2 2,73 2,67 2,80 8,20 2,73

F3 2,67 2,80 2,53 8,00 2,67

F4 2,40 2,93 2,67 8,00 2,67

F5 2,80 2,67 2,20 7,67 2,56

F6 2,33 2,33 2,67 7,33 2,44

F7 2,40 2,33 2,27 7,00 2,33

Total 47,47

Rataan 2,64

Daftar sidik ragam uji organoleptik aroma

SK db JK KT Fhitung Ftabel

0,05 0,01

Perlakuan 6 18,088 3,015 83,301 ** 2,85 4,46

Galat 14 0,507 0,036

Total 20 18,594

Keterangan

FK 107,287

KK 7,214%

Sx 0,110 ** = sangat nyata


(4)

Lampiran 10.

Data pengamatan uji organoleptik rasa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

F1 2,00 1,87 1,87 5,73 1,91

F2 2,00 1,93 1,53 5,47 1,82

F3 1,73 1,73 1,87 5,33 1,78

F4 1,67 1,73 1,73 5,13 1,71

F5 1,53 1,53 1,60 4,67 1,56

F6 1,60 1,47 1,40 4,47 1,49

F7 1,47 1,40 1,40 4,27 1,42

Total 29,33

Rataan 1,63

Daftar sidik ragam uji organoleptik rasa

SK db JK KT Fhitung Ftabel

0,05 0,01

Perlakuan 6 7,231 1,205 99,891 ** 2,85 4,46

Galat 14 0,169 0,012

Total 20 7,400

Keterangan

FK 40,972

KK 6,740%

Sx 0,063

** = sangat nyata

66


(5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

F1 2,67 2,63 2,87 8,17 2,72

F2 2,70 2,77 2,73 8,20 2,73

F3 2,73 2,73 2,83 8,30 2,77

F4 2,73 2,77 2,83 8,33 2,78

F5 2,73 2,83 2,83 8,40 2,80

F6 2,87 2,83 2,90 8,60 2,87

F7 2,87 3,00 2,90 8,77 2,92

Total 58,77

Rataan 2,80

Daftar sidik ragam uji organoleptik tekstur

SK db JK KT Fhitung Ftabel

0,05 0,01

Perlakuan 6 0,094 0,016 3,418 * 2,85 4,46

Galat 14 0,064 0,005

Total 20 0,159

Keterangan

FK 164,449

KK 2,425 %

Sx 0,039 * = nyata


(6)

Lampiran 12.

Data pengamatan kandungan energi

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

F1 402,115 392,860 393,645 1188,620 396,207

F2 393,826 396,097 397,089 1187,011 395,670

F3 416,220 408,338 410,144 1234,702 411,567

F4 410,000 415,823 417,277 1243,100 414,367

F5 418,302 422,987 416,592 1257,881 419,294

F6 432,097 433,296 437,271 1302,664 434,221

F7 441,167 442,323 445,931 1329,422 443,141

Total 8743,400

Rataan 416,352

Daftar sidik ragam kandungan energi

SK db JK KT Fhitung Ftabel

0,05 0,01

Perlakuan 6 5.718,003 953,000 78,037 ** 2,85 4,46

Galat 14 170,969 12,212

Total 20 5.888,972

Keterangan

FK 3.640.335,521

KK 0,839%

sx 2,018

** = sangat nyata