DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN ZAT GIZI BISKUIT BAYI SEBAGAI MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING (CUCURBITA MOSHCHATA) DAN TEPUNG IKAN PATIN (PANGASIUS SPP)
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
...
Research
Article
DAYA
TERIMA
DAN
KANDUNGAN
ZAT
GIZI
BISKUIT
BAYI
SEBAGAI
MAKANAN
PENDAMPING
ASI
DENGAN
SUBSTITUSI
TEPUNG
LABU
KUNING
(CUCURBITA
MOSHCHATA)
DAN
TEPUNG
IKAN
PATIN
(PANGASIUS
SPP)
N.
Rustanti,
E.
R.
Noer
dan
Nurhidayati
ABSTRAK:
Pemberian
makanan
pendamping
ASI
(MP-‐ASI)
dalam
bentuk
biskuit
diharapkan
dapat
mendampingi
ASI
untuk
memenuhi
kebutuhan
gizi
bayi
dan
merangsang
keterampilan
makan
bayi.
Biskuit
bayi
dapat
disubstitusi
dengan
bahan
yang
kaya
betakaroten
yaitu
labu
kuning
dan
bahan
yang
kaya
protein
seperti
ikan
patin
untuk
mendapatkan
MP-‐ASI
yang
tinggi
protein
dan
betakaroten.
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
pengaruh
perbandingan
tepung
labu
kuning
dan
tepung
ikan
patin
yang
disubstitusikan
pada
biskuit
bayi
terhadap
daya
terima
meliputi
warna,
rasa,
tekstur,
aroma,
serta
kandungan
zat
gizi
meliputi
lemak,
protein,
air,
abu,
karbohidrat,
serat
total
dan
betakaroten.Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental
rancangan
acak
lengkap
satu
faktor
yaitu
perbandingan
substitusi
tepung
labu
kuning
dan
tepung
ikan
patin
(1:3,
1:1,
3:1)
dengan
3
ulangan.
Analisis
statistik
menggunakan
uji
One
Way
ANOVA
CI
95%
dilanjutkan
dengan
uji
Tukey.
Hasil
penelitian
menunjukkan
perbandingan
tepung
labu
kuning
dan
tepung
ikan
patin
yang
disubstitusikan
pada
biskuit
bayi
berpengaruh
nyata
terhadap
kadar
lemak,
protein,
air,
karbohidrat,
dan
betakaroten,
tetapi
tidak
berpengaruh
nyata
terhadap
daya
terima
meliputi
warna,
rasa,
tekstur,
aroma
serta
kadar
abu
dan
serat
total.
Konsumsi
satu
takaran
saji
(60
g)
biskuit
bayi
yang
disubstitusi
dengan
perbandingan
tepung
labu
kuning
dan
tepung
ikan
patin
1:3
dapat
memenuhi
241,6%
AKG
protein
dan
67,9%
AKG
vitamin
A.
Kata
kunci:
Biskuit
bayi,
labu
kuning,
tepung
ikan
patin
PENDAHULUAN
Konsumsi
makanan
dalam
jumlah
dan
kandungan
gizi
yang
cukup
sangat
diperlukan
untuk
tumbuh
kembang
bayi
dan
balita.
Sesudah
bayi
berusia
enam
bulan,
kandungan
gizi
ASI
tidak
lagi
mencukupi
sementara
kebutuhan
energi
bayi
meningkat
sebesar
24-‐30%
dibandingkan
dengan
kebutuhan
saat
usia
3-‐5
bulan
(World
Health
Organization,
2000;
Trahms
et
al.,
2008).
Untuk
memenuhi
kebutuhan
zat
gizi
yang
meningkat,
Makanan
Pendamping
ASI
(MP-‐ASI)
perlu
diberikan
pada
bayi
sesudah
berusia
6
bulan.
Masyarakat
mengenal
adanya
dua
jenis
MP-‐ASI,
yaitu
MP-‐ASI
tradisional
dan
pabrikan.
Pengolahan
MP-‐ASI
tradisional
seringkali
tidak
memenuhi
prinsip
higiene
sanitasi
makanan
sehingga
memungkinkan
terjadinya
kontaminasi
mikroorganisme
penyebab
diare
pada
bayi
(Kusumawardani,
2010).
Sementara
itu
MP-‐ASI
pabrikan
menghasilkan
makanan
bayi
yang
relatif
lebih
higienis
dan
praktis
disajikan.
Kandungan
gizi
dalam
MP-‐ASI
pabrikan
juga
dapat
diformulasikan
berdasarkan
angka
kecukupan
gizi
bayi
(Hadiningsih,
2004).
Salah
satu
bentuk
MP-‐ASI
pabrikan
yang
dikenal
masyarakat
adalah
bubur
bayi
instan.
Zat
gizi
yang
penting
untuk
dipenuhi
pada
masa
bayi
diantaranya
protein
dan
vitamin
A.
Protein
untuk
bayi
berperan
dalam
pertumbuhan
dan
pemeliharaan
sel,
sedangkan
vitamin
A
berperan
dalam
fungsi
sistem
imun,
melindungi
integritas
sel-‐sel
epitel
lapisan
kulit,
permukaan
Dikirim
12/5/2012,
diterima
6/7/2012.
Para
Penulis
adalah
dari
Program
Studi
Ilmu
Gizi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro
Semarang.
Kontak
langsung
melalui
email:
N.
Rustanti
(ninik.rustanti@yahoo.com).
mata,
bagian
dalam
mulut,
serta
saluran
pencernaan
dan
pernafasan
(Trahms
et
al.,
2008;
Parizkova,
2010).
Departemen
Kesehatan
RI
menetapkan
persyaratan
kandungan
gizi
yang
harus
dipenuhi
dalam
100
g
bubur
bayi
instan,
antara
lain
kandungan
energi
minimal
400
Kkal,
kandungan
protein
sebesar
15-‐22
g,
dan
vitamin
A
sebesar
250-‐350
µg
(MenKes,
2007). Pemilihan
bahan
MP-‐ASI
penting
untuk
memenuhi
persyaratan
tersebut.
Pada
umumnya
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
terbuat
dari
campuran
tepung
beras,
susu
skim,
gula
halus,
dan
minyak
nabati
(Yoanasari,
2003;
Andarwulan
et
al.,
2004;
Larasati
et
al.,
2008).
Untuk
meningkatkan
kandungan
gizi,
bahan-‐bahan
tersebut
dapat
disubstitusi
dengan
bahan
pangan
sumber
protein
dan
vitamin
A.
Salah
satu
bahan
pangan
lokal
sumber
protein
yang
dapat
dimanfaatkan
sebagai
bahan
MP-‐ASI
adalah
ikan
patin
(Pangasius
spp).
Ikan
patin
merupakan
ikan
air
tawar
yang
mudah
dijumpai
dan
mempunyai
kandungan
protein
sebesar
68,6
%
(Khairuman
et
al.,
2009).
Salah
satu
bentuk
pengolahan
ikan
patin
yang
sesuai
untuk
MP-‐ASI
adalah
penepungan.
Dalam
100
g
tepung
ikan
terkandung
60-‐75
g
protein,
sementara
kandungan
protein
dalam
100
g
susu
skim
hanya
sebesar
30
g
(Andarwulan
et
al.,
2004;
Moeljanto,
1994).
Bahan
pangan
yang
kaya
akan
vitamin
A
juga
perlu
digunakan
untuk
memenuhi
persyaratan
kandungan
vitamin
A
pada
MP-‐ASI.
Labu
kuning
(Cucurbita
moschata)
merupakan
salah
satu
bahan
pangan
lokal
yang
mengandung
betakaroten
cukup
tinggi
yaitu
sebesar
1.569
µg/100
g
(Mien
59
Vol.
1
No.
3,
2012
–
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
...
Kandungan
zat
gizi
yang
dianalisis
antara
lain
kadar
et
al.,
2009).
Labu
kuning
dapat
diolah
menjadi
tepung
sehingga
dapat
digunakan
sebagai
bahan
MP-‐ASI.
Sebuah
protein
dengan
metode
Kjeldahl,
kadar
lemak
dengan
penelitian
di
Malaysia
menunjukkan
bahwa
bubur
bayi
metode
soxhlet,
kadar
air
dengan
metode
oven,
kadar
serat
berbahan
dasar
beras
yang
diperkaya
dengan
kombinasi
kasar
dengan
metode
gravimetri,
dan
kadar
abu
dengan
tepung
pisang
dan
labu
kuning
mengandung
betakaroten
metode
drying
ash.
Selanjutnya
dilakukan
analisis
kadar
tertinggi
dibanding
bubur
bayi
yang
diperkaya
tepung
karbohidrat
dengan
metode
perhitungan
karbohidrat
by
kacang-‐kacangan,
tepung
kacang-‐kacangan
yang
difference.
Kadar
betakaroten
dianalisis
dengan
dikecambahkan
selama
48
jam,
atau
tepung
susu
skim
menggunakan
metode
spektrofotometri. Penilaian
daya
(Hashim
et
al,.
2000).
Selain
itu,
protein
yang
terkandung
terima
warna,
aroma,
tekstur,
dan
rasa
menggunakan
uji
dalam
tepung
labu
kuning
memiliki
daya
cerna
sebesar
99%
hedonik.
Data
yang
terkumpul
dianalisis
menggunakan
program
SPSS
11.5
for
Windows.
Pengaruh
variasi
sehingga
sesuai
untuk
dikonsumsi
bayi
(Hendrasty,
2003).
Berdasarkan
sifat
fisiknya,
MP-‐ASI
tidak
boleh
bersifat
persentase
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kamba
agar
lambung
bayi
yang
berkapasitas
kecil
tidak
kuning
terhadap
kandungan
zat
gizi,
densitas
kamba,
dan
penuh
dengan
bahan
kurang
bergizi
(Hadiningsih,
daya
terima
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
diuji
dengan
one
way
2004;Yoanasari,
2003;Larasati
et
al.,
2008
).
Komposisi
serta
Anova
dengan
derajat
kepercayaan
95%
yang
dilanjutkan
metode
pengolahan
yang
tepat
diharapkan
akan
dengan
posthoc
test
Tukey
untuk
mengetahui
beda
nyata
menghasilkan
MP-‐ASI
yang
bergizi
tinggi
dan
dapat
diterima
antar
perlakuan.
oleh
konsumen.
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut
maka
dilakukan
HASIL
DAN
PEMBAHASAN
penelitian
mengenai
kandungan
zat
gizi,
densitas
kamba,
Kandungan
Zat
Gizi
Bahan
Baku
Tepung
ikan
yang
bermutu
memiliki
kandungan
dan
daya
terima
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
untuk
lemak
sebesar
5-‐12%
dan
protein
sebanyak
60-‐75%
menghasilkan
bubur
bayi
instan
yang
tinggi
protein
dan
(Moeljanto,
1994).
Tepung
ikan
patin
yang
dihasilkan
mengandung
lemak
lebih
tinggi
yaitu
sebesar
20,10%.
vitamin
A.
Kandungan
protein
tepung
ikan
patin
lebih
tinggi
dibandingkan
susu
skim
sehingga
substitusi
susu
skim
MATERI
DAN
METODE
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental
dengan
tepung
ikan
patin
dapat
meningkatkan
kandungan
dengan
rancangan
acak
lengkap
satu
faktor
untuk
protein
MP-‐ASI.
Tepung
labu
kuning
selain
mengandung
mengetahui
perbedaan
kandungan
zat
gizi,
densitas
kamba,
betakaroten
yang
tinggi,
juga
mengandung
karbohidrat
yang
dan
daya
terima
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
pada
berbagai
mendekati
tepung
beras
tergelatinisasi..
Hasil
analisis
bahan
variasi
persentase
substitusi
tepung
ikan
patin
(Pangasius
baku
dapat
dilihat
pada
Tabel
1.
Berdasarkan
perhitungan
dari
hasil
analisis
spp)
dan
tepung
labu
kuning
(Cucurbita
moschata).
Terdapat
empat
perlakuan
berupa
kombinasi
substitusi
susu
skim
kandungan
zat
gizi
bahan
baku,
ditentukan
substitusi
tepung
dengan
tepung
ikan
patin
dan
substitusi
tepung
beras
ikan
patin
sebesar
15%
dan
20%
serta
substitusi
tepung
labu
tergelatinisasi
dengan
tepung
labu
kuning.
Substitusi
yang
kuning
sebesar
10%
dan
15%
dari
total
seluruh
bahan.
Pada
dilakukan
bertujuan
untuk
meningkatkan
nilai
gizi
MP-‐ASI
Tabel
2,
persentase
susu
skim
pada
formula
A1B1
dan
A1B2
sehingga
persentase
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
berkurang
dari
50%
menjadi
35%
dengan
adanya
substitusi
labu
kuning
ditentukan
berdasarkan
hasil
analisis
zat
gizi
15%
tepung
ikan
patin,
sementara
substitusi
20%
tepung
bahan
baku.
Setiap
perlakuan
dilakukan
3
kali
pengulangan
ikan
patin
pada
formula
A2B1
dan
A2B2
menjadikan
dan
pengukuran
daya
terima
dilakukan
sebanyak
1
kali
persentase
susu
skim
berkurang
menjadi
30%.
pengujian.
Pembuatan
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
Kandungan
Zat
Gizi
Bubur
Bayi
Instan
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
dilakukan
dengan
Kadar
Protein
Dalam
spesifikasi
MP-‐ASI
bubuk
instan
untuk
bayi
metode
dry
mixing.
Komposisi
awal
bubur
bayi
instan
sebelum
disubstitusi
yaitu
35%
tepung
beras,
50%
susu
usia
6-‐12
bulan,
disyaratkan
kandungan
protein
sebesar
15-‐
skim,
10%
minyak
nabati,
dan
5%
gula
halus.
Pengolahan
22
g
dalam
100
g
MP-‐ASI
(MenKes
RI,
2007).
Rerata
pati
pada
tepung
beras
menjadi
bahan
yang
siap
pakai
kandungan
protein
dalam
bubur
bayi
instan
formula
A2B1
dilakukan
dengan
proses
gelatinisasi.
Tepung
ikan
patin
sedikit
melebihi
persyaratan
sementara
ketiga
formula
yang
digunakan
adalah
hasil
penepungan
ikan
patin
lainnya
telah
sesuai
dengan
spesifikasi.
Terdapat
perbedaan
(Pangasius
spp)
segar
yang
berasal
dari
Wonogiri,
Jawa
kadar
protein
antar
formula
bubur
bayi
instan
(p=0.007).
Tengah,
dengan
berat
250-‐350
g/ekor.
Sementara
tepung
Bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
20%
labu
kuning
yang
digunakan
merupakan
hasil
penepungan
memiliki
kandungan
protein
lebih
tinggi
dibandingkan
bubur
labu
kuning
(Cucurbita
moschata)
matang
segar
yang
berasal
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
15%.
Adapun
dari
Gunungpati
Semarang.
Tepung
beras
tergelatinisasi,
kandungan
protein
bubur
bayi
instan
formula
A2B1
dan
A2B2
tepung
ikan
patin,
dan
tepung
labu
kuning
diayak
dengan
yang
disubstitusi
tepung
ikan
patin
20%
tidak
berbeda
nyata
ayakan
60
mesh
dan
pengeringan
dilakukan
dengan
cabinet
(Tabel
3).
0
dryer
pada
suhu
±50 C
selama
±12
jam.
60
Vol.
1
No.
3,
2012
–
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
...
Tabel
1.
Hasil
Analisis
Kandungan
Zat
Gizi
Bahan-‐bahan
MP-‐ASI
Bubur
Bayi
Instan
Kandungan
Zat
Gizi
Bahan
Air
Abu
Lemak
Protein
Karbohidrat
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Tepung
beras
6,92
0,59
0,63
8,93
82,94
tergelatinisasi
Tepung
labu
kuning
11,57
4,47
2,11
6,82
75,03
Susu
skim
5,24
5,99
1,18
24,72
62,87
Tepung
ikan
patin
3,58
Serat
kasar
(%)
Betakaroten
(mg/100
g)
3,63
-‐
5,15
44,05
4,11
-‐
5,37
20,10
68,12
2,83
-‐
4,65
-‐
-‐
0,48
100*
0,43
-‐
98,99
-‐
0,72
-‐
-‐
1,58
Gula
halus
0,11
Minyak
kelapa
sawit
-‐
*berdasarkan
kemasan
produk
Tabel
2.
Komposisi
Formula
MP-‐ASI
Bubur
Bayi
Instan
Komposisi
awal
(%)
Bahan
Formula
Tepung
beras
tergelatinisasi
Tepung
labu
kuning
Susu
skim
35
-‐
50
A1B1
(%)
25
10
35
A1B2
(%)
20
15
35
A2B1
(%)
25
10
30
A2B2
(%)
20
15
30
Tepung
ikan
patin
Minyak
kelapa
sawit
Gula
halus
-‐
10
5
15
10
5
15
10
5
20
10
5
20
10
5
Jumlah
100
100
100
100
100
Tabel
3.
Hasil
Analisis
Kandungan
Zat
Gizi
Bubur
Bayi
Instan
dengan
Substitusi
Tepung
Ikan
Patin
dan
Tepung
Labu
Kuning
Rerata
Kandungan
Zat
Gizi
Formula
Protein
Betakaroten
Lemak
Air
Abu
Serat
Kasar
Karbohidrat
(%)
(mg/100
g)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
b
d
c
b
b
a
a
A1B1
19,72
±
0,20
9,22
±
0,11
11,34
±
0,03
5,44
±
0,11
2,76
±
0,18
5,18
±
0,10
60,74
±
0,09
b
b
b
ab
a
a
a
A1B2
19,28
±
0,81
14,79
±
0,05
12,02
±
0,13
5,62
±
0,22
3,30
±
0,12
5,93
±
0,69
59,78
±
0,93
a
c
a
b
b
a
b
A2B1
22,45
±
1,20
9,69
±
0,05
14,97
±
0,15
5,36
±
0,05
2,87
±
0,08
5,24
±
0,12
54,34
±
0,97
ab
a
c
a
b
b
a
A2B2
21,47
±
0,97
19,62
±
0,21
11,41
±
0,40
5,81
±
0,03
2,84
±
0,11
1,69
±
1,24
58,48
±
1,43
Keterangan:
Angka
yang
diikuti
dengan
huruf
superscript
berbeda
(a,b,c,
d)
menunjukkan
beda
nyata.
Tabel
4.
Hasil
Perhitungan
Kandungan
Energi
Bubur
Bayi
Instan
dengan
Substitusi
Tepung
Ikan
Patin
dan
Tepung
Labu
Kuning
Formula
Kandungan
Energi
(Kkal/100
g)
A1B1
A1B2
423,90±0,65
424,42±1,74
A2B1
441,89±0,57
A2B2
422,49±1,70
Keterangan:
Diperoleh
dengan
perhitungan
4
Kkal/g
protein
+
9
Kkal/g
lemak
+
4
Kkal/g
karbohidrat
Tabel
5.
Hasil
Analisis
Densitas
Kamba
MP-‐ASI
Bubur
Bayi
Instan
dengan
Substitusi
Tepung
Ikan
Patin
dan
Tepung
Labu
Kuning
Formula
Densitas
Kamba
(g/ml)
A1B1
A1B2
A2B1
0,47
±
0,02
0,46
±
0,02
0,48
±
0,02
A2B2
0,48
±
0,01
61
Vol.
1
No.
3,
2012
–
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
...
Kadar
Betakaroten
Kadar
betakaroten
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
berkisar
antara
9,22-‐19,62
mg/100
g.
Kadar
betakaroten
antar
formula
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
berbeda
secara
nyata
(p=0.000).
Bubur
bayi
instan
formula
A2B2
dengan
substitusi
20%
tepung
ikan
patin
dan
15%
tepung
labu
kuning
mengandung
betakaroten
tertinggi
secara
signifikan
dibandingkan
tiga
formula
lainnya.
Kadar
Lemak
Bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
memiliki
kadar
lemak
sebesar
11,34-‐
14,97%.
Keempat
formulasi
bubur
bayi
instan
yang
dihasilkan
mengandung
lemak
dalam
rentang
yang
disyaratkan
yaitu
10-‐15
g
dalam
100
g
MP-‐ASI
(MenKes
RI,
2007).
Terdapat
perbedaan
kadar
lemak
antar
formula
MP-‐
ASI
bubur
bayi
instan
(p=0.000).
Bubur
bayi
instan
formula
A2B1
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
20%
dan
tepung
labu
kuning
10%
mengandung
lemak
tertinggi
secara
nyata.
Kadar
Air
Kadar
air
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
berkisar
antara
5,36-‐
5,81%.
Kadar
air
keempat
formula
lebih
tinggi
dibandingkan
persyaratan,
yaitu
4
g/100
g
MP-‐ASI.6
Kadar
air
berbagai
formula
bubur
bayi
instan
berbeda
secara
nyata
(p=0.009).
Formula
A1B2
dan
A2B2
dengan
substitusi
15%
tepung
labu
kuning
memiliki
kadar
air
lebih
tinggi
dibandingkan
formula
A1B1
dan
A2B1
yang
disubstitusi
dengan
10%
tepung
labu
kuning
.
Tabel
6.
Rekapitulasi
Hasil
Penelitian
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
•
Protein
(%)
19,72
•
Betakaroten
(mg/100
g)
9,22
14,79
9,69
19,62
•
Lemak
(%)
11,34
12,02
14,97
11,41
•
Air
(%)
5,44*
5,62*
5,36*
5,81*
•
Abu
(%)
2,76
3,30
2,87
2,84
•
Serat
Kasar
(%)
5,18*
5,93*
5,24*
1,69
•
Karbohidrat
(%)
60,74
59,78
54,34
58,48
•
Energi
(Kkal/100
g)
423,9
424,42
441,89
422,49
Kandungan
Zat
Gizi
Sifat
Fisik
19,28
22,45
21,47
0,81
0,82
0,81
0,87
Daya
Terima
•
Warna
Aroma
Agak
suka
Netral
Agak
suka
Netral
Agak
suka
Netral
Agak
suka
Agak
tidak
suka
Agak
suka
Agak
suka
Netral
Agak
suka
•
•
Densitas
Kamba
(g/ml)
Tekstur
•
Rasa
Netral
Netral
Netral
Netral
Keterangan:
*tidak
sesuai
dengan
spesifikasi
MP-‐ASI
bubuk
instan
untuk
bayi
usia
6-‐12
bulan,
kadar
air
maksimal
4
g/100
g,
kadar
serat
kasar
maksimal
5
g/100
g
Kadar
Abu
Tabel
7.
Sumbangan
Kecukupan
Gizi
per
Takaran
Saji
Bubur
Bayi
Kadar
abu
suatu
bahan
pangan
mempunyai
Instan
dengan
Substitusi
Tepung
Ikan
Patin
dan
Tepung
Labu
hubungan
dengan
kadar
mineral.
Bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
Kuning
mengandung
abu
2,76-‐3,30%.
Dalam
SNI
01-‐7111.4-‐2005,
Kandungan
per
AKG
%
AKG
Takaran
Saji
kadar
abu
disyaratkan
tidak
lebih
dari
3,5
g
per
100
gram
(25
g)
produk
MP-‐ASI
(Gallagher,
2008).
Keempat
formula
yang
Energi
(Kkal)
105,62
625
16,90
dihasilkan
masih
memenuhi
persyaratan
tersebut.
Tabel
5
Protein
(g)
Vitamin
A
(µg)
5,37
16
33,56
408,75
400
102,2
Keterangan:
Berdasarkan
kecukupan
energi,
protein,
dan
vitamin
A
2
bayi
usia
9
bulan
dengan
BB
8,5
Kg
dan
TB
71
cm
menunjukkan
adanya
perbedaan
kadar
abu
antar
formula
bubur
bayi
instan
(p=0.004).
Bubur
bayi
instan
formula
A1B2
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
15%
dan
tepung
labu
kuning
15%
memiliki
kadar
abu
tertinggi
secara
signifikan
diantara
keempat
formula.
62
Vol.
1
No.
3,
2012
–
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
...
Kadar
Serat
Kasar
Kadar
serat
kasar
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
berkisar
antara
1,69-‐5,93%.
Kandungan
serat
kasar
dalam
makanan
bayi
dan
balita
disyaratkan
tidak
lebih
dari
5
g
per
100
g
makanan
(Hadiningsih,
2004)
. Formula
A2B2
merupakan
satu-‐satunya
formula
yang
mengandung
serat
kasar
sesuai
persyaratan.
Terdapat
perbedaan
kadar
serat
kasar
antar
formula
bubur
bayi
instan
seperti
terlihat
pada
Tabel
5
(p=0.000).
Bubur
bayi
instan
formula
A2B2
dengan
kandungan
tepung
beras
tergelatinisasi
20%,
susu
skim
30%,
dan
tepung
labu
kuning
15%
memiliki
kadar
serat
kasar
terendah
secara
signifikan
dibandingkan
tiga
formula
lainnya.
Kadar
Karbohidrat
Kadar
karbohidrat
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
berkisar
antara
54,34-‐60,74%.
Kadar
karbohidrat
antar
formula
bubur
bayi
instan
berbeda
secara
nyata
(p=0.000)
di
mana
bubur
bayi
instan
formula
A2B1
yang
mengandung
25%
tepung
beras
tergelatinisasi,
10%
tepung
labu
kuning,
dan
30%
susu
skim
memiliki
kadar
karbohidrat
terendah
secara
signifikan.
Kandungan
Energi
Setelah
diperoleh
data
kandungan
karbohidrat,
protein,
dan
lemak,
maka
kandungan
energi
dapat
ditentukan
dengan
perhitungan.
Tabel
4
menunjukkan
bahwa
kandungan
energi
dalam
100
g
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
berkisar
antara
422,49-‐441,89
Kkal.
Kandungan
energi
minimal
yang
disyaratkan
dalam
spesifikasi
adalah
400
kkal/100g
sehingga
semua
formula
bubur
bayi
instan
telah
memenuhi
syarat
tersebut
(MenKes
RI,
2007).
Densitas
Kamba
Densitas
kamba
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
berkisar
antara
0,46-‐0,48
g/ml
seperti
pada
tabel
5.
Nilai
tersebut
berada
pada
rentang
densitas
kamba
bubur
komersial,
yaitu
0,37-‐
4
0,50
g/ml. Variasi
persentase
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
tidak
berpengaruh
pada
densitas
kamba
bubur
bayi
instan
(p=0.287).
Daya
Terima
Bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
yang
dihasilkan
berupa
bubuk
halus
berwarna
kuning
dan
siap
santap
setelah
diseduh
dengan
air
0
panas
±60 C
dengan
perbandingan
1:1.
Warna
semua
formula
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
dinilai
agak
suka
oleh
panelis.
Demikian
juga
dengan
rasa
bubur
bayi
instan,
semua
formula
dapat
diterima
panelis
dengan
tingkat
kesukaan
netral.
Sementara
itu
aroma
bubur
bayi
instan
formula
A2B2
dengan
kandungan
tepung
ikan
patin
20%
dan
tepung
labu
kuning
15%
mendapat
penilaian
agak
tidak
suka
dari
panelis.
Tekstur
bubur
bayi
instan
formula
A2B1
yang
mengandung
20%
tepung
ikan
patin
dan
15%
tepung
labu
kuning
dapat
diterima
panelis
dengan
tingkat
kesukaan
netral.
Variasi
persentase
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
pada
berbagai
formula
bubur
bayi
instan
tidak
mempengaruhi
tingkat
kesukaan
panelis
baik
pada
warna
(p=0.861),
aroma
(p=0.747),
tekstur
(p=0.662),
maupun
rasa
(p=0.759).
Kontribusi
Terhadap
Kecukupan
Gizi
Keempat
formula
bubur
bayi
instan
yang
dihasilkan
memiliki
kandungan
protein,
lemak,
karbohidrat,
dan
energi
yang
sesuai
dengan
spesifikasi
(Tabel
8).
Rerata
kandungan
protein
yang
tinggi
ada
pada
formula
yang
disubstitusi
tepung
ikan
patin
20%,
yaitu
formula
A2B1
dan
A2B2.
Kandungan
betakaroten
tertinggi
ada
pada
formula
A2B2.
Sementara
itu
kandungan
air
keempat
formula
tersebut
lebih
tinggi
dibanding
dengan
persyaratan.
Demikian
juga
dengan
kandungan
serat,
hanya
formula
A2B2
yang
mengandung
serat
kasar
kurang
dari
5
g/100
g.
Adapun
densitas
kamba
dan
daya
terima
keempat
formula
bubur
bayi
instan
tidak
berbeda
bermakna
secara
statistik
sehingga
formula
manapun
dapat
dipilih.
Berdasarkan
pertimbangan
tersebut,
bubur
bayi
instan
yang
disarankan
untuk
dikonsumsi
adalah
bubur
bayi
formula
A2B2.
Berdasarkan
data
kandungan
zat
gizi
yang
telah
diperoleh,
dapat
ditentukan
takaran
saji
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
formula
A2B2.
Pada
penentuan
takaran
saji,
yang
menjadi
pertimbangan
utama
adalah
pemenuhan
kecukupan
protein
bayi.
Penentuan
takaran
saji
bertujuan
untuk
menentukan
besar
porsi
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
yang
dapat
memenuhi
1/3
kecukupan
protein
bayi
dalam
satu
kali
konsumsi
(Andarwulan
et
al.,
2004). Kecukupan
protein
untuk
bayi
usia
9
bulan
dengan
berat
badan
8,5
kg
sebesar
16
g
(1,9
g/Kg
BB).(Deweyat
et
al.,
2003;
LIPI,
2004).
Berdasarkan
perhitungan
dengan
menggunakan
acuan
formula
A2B2,
diperoleh
takaran
saji
sebesar
25
g.
Konsumsi
satu
takaran
saji
bubur
bayi
instan
formula
A2B2
dapat
memenuhi
33,75%
kecukupan
protein
dan
102,2%
kecukupan
vitamin
A
bayi
usia
9
bulan
dengan
berat
badan
8,5
Kg.
Berdasarkan
penelitian
WHO,
pemberian
ASI
yang
cukup
pada
bayi
usia
6-‐12
bulan
menyumbang
energi
sebesar
413
Kkal
sehingga
kebutuhan
energi
bayi
dapat
terpenuhi
dengan
pemberian
ASI
dan
konsumsi
dua
takaran
saji
bubur
bayi
instan
formula
A2B2
(Dewey
et
al.,
2003).
KESIMPULAN
Keempat
formula
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
telah
memenuhi
persyaratan
kandungan
zat
gizi
berdasarkan
spesifikasi
MP-‐ASI
bubuk
instan
dan
SNI
01-‐7111.4-‐2005.
Kandungan
protein
yang
tinggi
terdapat
pada
formula
yang
disubstitusi
tepung
ikan
patin
20%,
yaitu
formula
A2B1
dan
A2B2.
Kandungan
betakaroten
tertinggi
dan
serat
kasar
terendah
terdapat
pada
formula
A2B2.
1. Densitas
kamba
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
sesuai
dengan
rentang
densitas
kamba
bubur
bayi
komersial.
63
Vol.
1
No.
3,
2012
–
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
...
2. Warna,
aroma,
tekstur,
dan
rasa
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
dapat
diterima
oleh
panelis
dewasa.
3. Konsumsi
satu
takaran
saji
bubur
bayi
instan
formula
A2B2
sebesar
25
g
dapat
memberikan
kontribusi
33,56%
kecukupan
protein
dan
102,2%
kecukupan
vitamin
A
bayi
usia
9
bulan
dengan
berat
badan
8,5
Kg.
Bubur
bayi
instan
yang
direkomendasikan
untuk
dikonsumsi
adalah
bubur
bayi
instan
formula
A2B2
dengan
kandungan
protein
dan
betakaroten
yang
tinggi
serta
kadar
serat
kasar
yang
rendah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ambarsari
I,
Sarjana,
Choliq
A.
Rekomendasi
dalam
Penetapan
Standar
Mutu
Tepung
Ubi
Jalar.
Ungaran:
Balai
Pengkajian
Teknologi
Pertanian
(BPTP).
2009.
Amirullah,
TC.
Fortifikasi
Tepung
Ikan
Tenggiri
(Scomberomorus
Sp.)
dan
Tepung
Ikan
Swangi
(Priacanthus
Tayenus)
dalam
Pembuatan
Bubur
Bayi
Instan
[Skripsi].
2008.
Bogor:
Institut
Pertanian
Bogor.
Andarwulan
N,
Fatmawati
S.
Formulasi
Bubur
Bayi
Berprotein
Tinggi
dan
Kaya
Antioksidan
dari
Tepung
Kecambah
Kacang
Tunggak
(Vigna
unguilucata)
untuk
Makanan
Pendamping
ASI.
Prosiding
Seminar
Nasional
dan
Kongres
Perhimpunan
Ahli
Teknologi
Pangan
Indonesia.
2004.
Badan
Standardisasi
Nasional.
SNI
01-‐7111.4-‐2005
Makanan
Pendamping
Air
Susu
Ibu
(MP-‐ASI)
Bagian
4:
Siap
Santap
[Serial
Online].
2005.
[Dikutip
12
Februari
2011].
Available
from
URL
http://websisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/d
etail_sni/7105.
Baxter
SD.
Introducing
Solid
Foods
to
Infants.
In
Bhatia
J,
Perinatal
Nutrition
Optimizing
Infant
Health
and
Development.
New
York:
Marcel
Dekker.
2005.
Britton
G,
Liaaen-‐Jensen
S,
Pfander
H.
Carotenoids
Volume
5:
Nutrition
and
Health.
Switzerland:
Birkhäuser
Verlag.
2009.
Dewey
KG,
Brown
KH.
Update
on
Technical
Issues
Concerning
Complementary
Feeding
of
Young
Children
in
Developing
Countries
and
Implications
for
Intervention
Programs.
Food
and
Nutrition
Bulletin,
vol.
24,
no.
1.
The
United
Nations
University.
2003.
Gallagher
ML.
The
Nutrients
and
Their
Metabolism.
In:
Mahan
LK,
Escott-‐Stump
S.
Krause’s
Food
and
th
Nutrition
Theraphy
12
ed.
Canada:
Elsevier.
2008.
Hadiningsih
N.
Optimasi
Formula
Makanan
Pendamping
ASI
dengan
Menggunakan
Response
Surface
Methodology
[Tesis].
Sekolah
Pascasarjana
Institut
Pertanian
Bogor.
2004.
Hashim
N,
Pongjata
J.
Vitamin
A
Activity
of
Rice-‐based
Weaning
Foods
Enriched
with
Germinated
Cowpea
Flour,
Banana,
Pumpkin
and
Milk
Powder.
Mal
J
Nutr
6
:
65-‐73,
2000.
Hendrasty
HK.
Tepung
Labu
Kuning:
Pembuatan
dan
Pemanfaatannya.
Yogyakarta:
Kanisius;
2003.
Husain
H,
Muchtadi
TR,
Sugiyono,
Haryanto
B.
Pengeringan
Santan
Menggunakan
Pengering
Drum
dan
Pengering
Semprot.
Forum
Pascasarjana
Vol.
29
No.3
Juli
2006:249·∙260.
Bogor.
Khairuman,
Sudenda
D.
Budidaya
Patin
Secara
Intensif.
Jakarta:
Agromedia
Pustaka.
2009.
Kusumawardani
B.
Hubungan
Praktik
Higiene
Sanitasi
Makanan
Pendamping
Air
Susu
Ibu
(MP-‐ASI)
Tradisional
Dengan
Kejadian
Diare
Pada
Anak
Usia
6-‐
24
Bulan
Di
Kota
Semarang
[Skripsi].
Universitas
Diponegoro.
2010.
Larasati
D,
Wahjuningsih
SB,
Pratiwi
E.
Kajian
Formulasi
Bubur
Bayi
Instan
Berbahan
Dasar
Pati
Garut
(Maranta
arundinaceae
L)
Sebagai
Makanan
Pendamping
ASI
Terhadap
Sifat
Fisik
dan
Organoleptik.
Jurnal
Teknologi
Pangan
dan
Hasil
Pertanian
Vol.
5
No.2
Halaman
112-‐118.
Semarang:
Universitas
Negeri
Semarang.
LIPI.
Angka
Kecukupan
Gizi
yang
Dianjurkan.
Widyakarya
Nasional
Pangan
dan
Gizi.
2004.
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor:
224/Menkes/SK/II/2007
Tentang
Spesifikasi
Teknis
Makanan
Pendamping
Air
Susu
Ibu
(MP-‐ASI).
Jakarta.
2007.
Mien
K.
Mahmud,
Hermana,
Nils
Aria
Z,
Rossi
Rozanna
A,
Iskari
Ngadiarti,
Budi
Hartati.
Tabel
Komposisi
Pangan
Indonesia
(TKPI).
Jakarta:
PT
Elex
Media
Komputindo.
2009.
Moeljanto.
Pengawetan
dan
Pengolahan
Hasil
Perikanan.
Jakarta:
Penebar
Swadaya.
1994.
Parízková
J.
Nutrition,
Physical
Activity,
and
Health
in
Early
nd
Life
2
edition.
USA:
CRC
Press.
2010.
PJ
Fellows.
Food
Processing
Technology
Principle
and
Practice.
Cambridge
England:
Wood
Publishing
in
Food
Science
and
Technology.
2000.
Soekarto,
Soewarno
T.
Penilaian
Organoleptik,
untuk
Industri
Pangan
dan
Hasil
Pertanian.
Bogor:
PUSBANGTEPA
/
Food
Technology
Development
Center,
Institut
Pertanian
Bogor.
1981
Trahms
CM,
McKean
KN.
Nutrition
During
Infancy.
In:
Mahan
LK,
Escott-‐Stump
S.
Krause’s
Food
and
Nutrition
th
Theraphy
12
ed.
Canada:
Elsevier.
2008.
Whitney
EN,
Rolfes
SR.
Understanding
Nutrition.
USA:
Wadsworth
Publishing.
2004.
Winarno.
Kimia
Pangan
dan
Gizi.
Jakarta:
PT
Gramedia
Pustaka
Utama;
2002.
World
Health
Organization.
Complementary
Feeding:
Family
Foods
for
Breastfed
Children.
Department
of
Nutrition
and
Development.
Geneva:
WHO.
2000.
Yoanasari
QT.
Pembuatan
Bubur
Bayi
Instan
dari
Pati
Garut
[skripsi].
2003.
Bogor:
Institut
Pertanian
Bogor.
64
Vol.
1
No.
3,
2012
–
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
...
Research
Article
DAYA
TERIMA
DAN
KANDUNGAN
ZAT
GIZI
BISKUIT
BAYI
SEBAGAI
MAKANAN
PENDAMPING
ASI
DENGAN
SUBSTITUSI
TEPUNG
LABU
KUNING
(CUCURBITA
MOSHCHATA)
DAN
TEPUNG
IKAN
PATIN
(PANGASIUS
SPP)
N.
Rustanti,
E.
R.
Noer
dan
Nurhidayati
ABSTRAK:
Pemberian
makanan
pendamping
ASI
(MP-‐ASI)
dalam
bentuk
biskuit
diharapkan
dapat
mendampingi
ASI
untuk
memenuhi
kebutuhan
gizi
bayi
dan
merangsang
keterampilan
makan
bayi.
Biskuit
bayi
dapat
disubstitusi
dengan
bahan
yang
kaya
betakaroten
yaitu
labu
kuning
dan
bahan
yang
kaya
protein
seperti
ikan
patin
untuk
mendapatkan
MP-‐ASI
yang
tinggi
protein
dan
betakaroten.
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
pengaruh
perbandingan
tepung
labu
kuning
dan
tepung
ikan
patin
yang
disubstitusikan
pada
biskuit
bayi
terhadap
daya
terima
meliputi
warna,
rasa,
tekstur,
aroma,
serta
kandungan
zat
gizi
meliputi
lemak,
protein,
air,
abu,
karbohidrat,
serat
total
dan
betakaroten.Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental
rancangan
acak
lengkap
satu
faktor
yaitu
perbandingan
substitusi
tepung
labu
kuning
dan
tepung
ikan
patin
(1:3,
1:1,
3:1)
dengan
3
ulangan.
Analisis
statistik
menggunakan
uji
One
Way
ANOVA
CI
95%
dilanjutkan
dengan
uji
Tukey.
Hasil
penelitian
menunjukkan
perbandingan
tepung
labu
kuning
dan
tepung
ikan
patin
yang
disubstitusikan
pada
biskuit
bayi
berpengaruh
nyata
terhadap
kadar
lemak,
protein,
air,
karbohidrat,
dan
betakaroten,
tetapi
tidak
berpengaruh
nyata
terhadap
daya
terima
meliputi
warna,
rasa,
tekstur,
aroma
serta
kadar
abu
dan
serat
total.
Konsumsi
satu
takaran
saji
(60
g)
biskuit
bayi
yang
disubstitusi
dengan
perbandingan
tepung
labu
kuning
dan
tepung
ikan
patin
1:3
dapat
memenuhi
241,6%
AKG
protein
dan
67,9%
AKG
vitamin
A.
Kata
kunci:
Biskuit
bayi,
labu
kuning,
tepung
ikan
patin
PENDAHULUAN
Konsumsi
makanan
dalam
jumlah
dan
kandungan
gizi
yang
cukup
sangat
diperlukan
untuk
tumbuh
kembang
bayi
dan
balita.
Sesudah
bayi
berusia
enam
bulan,
kandungan
gizi
ASI
tidak
lagi
mencukupi
sementara
kebutuhan
energi
bayi
meningkat
sebesar
24-‐30%
dibandingkan
dengan
kebutuhan
saat
usia
3-‐5
bulan
(World
Health
Organization,
2000;
Trahms
et
al.,
2008).
Untuk
memenuhi
kebutuhan
zat
gizi
yang
meningkat,
Makanan
Pendamping
ASI
(MP-‐ASI)
perlu
diberikan
pada
bayi
sesudah
berusia
6
bulan.
Masyarakat
mengenal
adanya
dua
jenis
MP-‐ASI,
yaitu
MP-‐ASI
tradisional
dan
pabrikan.
Pengolahan
MP-‐ASI
tradisional
seringkali
tidak
memenuhi
prinsip
higiene
sanitasi
makanan
sehingga
memungkinkan
terjadinya
kontaminasi
mikroorganisme
penyebab
diare
pada
bayi
(Kusumawardani,
2010).
Sementara
itu
MP-‐ASI
pabrikan
menghasilkan
makanan
bayi
yang
relatif
lebih
higienis
dan
praktis
disajikan.
Kandungan
gizi
dalam
MP-‐ASI
pabrikan
juga
dapat
diformulasikan
berdasarkan
angka
kecukupan
gizi
bayi
(Hadiningsih,
2004).
Salah
satu
bentuk
MP-‐ASI
pabrikan
yang
dikenal
masyarakat
adalah
bubur
bayi
instan.
Zat
gizi
yang
penting
untuk
dipenuhi
pada
masa
bayi
diantaranya
protein
dan
vitamin
A.
Protein
untuk
bayi
berperan
dalam
pertumbuhan
dan
pemeliharaan
sel,
sedangkan
vitamin
A
berperan
dalam
fungsi
sistem
imun,
melindungi
integritas
sel-‐sel
epitel
lapisan
kulit,
permukaan
Dikirim
12/5/2012,
diterima
6/7/2012.
Para
Penulis
adalah
dari
Program
Studi
Ilmu
Gizi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro
Semarang.
Kontak
langsung
melalui
email:
N.
Rustanti
(ninik.rustanti@yahoo.com).
mata,
bagian
dalam
mulut,
serta
saluran
pencernaan
dan
pernafasan
(Trahms
et
al.,
2008;
Parizkova,
2010).
Departemen
Kesehatan
RI
menetapkan
persyaratan
kandungan
gizi
yang
harus
dipenuhi
dalam
100
g
bubur
bayi
instan,
antara
lain
kandungan
energi
minimal
400
Kkal,
kandungan
protein
sebesar
15-‐22
g,
dan
vitamin
A
sebesar
250-‐350
µg
(MenKes,
2007). Pemilihan
bahan
MP-‐ASI
penting
untuk
memenuhi
persyaratan
tersebut.
Pada
umumnya
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
terbuat
dari
campuran
tepung
beras,
susu
skim,
gula
halus,
dan
minyak
nabati
(Yoanasari,
2003;
Andarwulan
et
al.,
2004;
Larasati
et
al.,
2008).
Untuk
meningkatkan
kandungan
gizi,
bahan-‐bahan
tersebut
dapat
disubstitusi
dengan
bahan
pangan
sumber
protein
dan
vitamin
A.
Salah
satu
bahan
pangan
lokal
sumber
protein
yang
dapat
dimanfaatkan
sebagai
bahan
MP-‐ASI
adalah
ikan
patin
(Pangasius
spp).
Ikan
patin
merupakan
ikan
air
tawar
yang
mudah
dijumpai
dan
mempunyai
kandungan
protein
sebesar
68,6
%
(Khairuman
et
al.,
2009).
Salah
satu
bentuk
pengolahan
ikan
patin
yang
sesuai
untuk
MP-‐ASI
adalah
penepungan.
Dalam
100
g
tepung
ikan
terkandung
60-‐75
g
protein,
sementara
kandungan
protein
dalam
100
g
susu
skim
hanya
sebesar
30
g
(Andarwulan
et
al.,
2004;
Moeljanto,
1994).
Bahan
pangan
yang
kaya
akan
vitamin
A
juga
perlu
digunakan
untuk
memenuhi
persyaratan
kandungan
vitamin
A
pada
MP-‐ASI.
Labu
kuning
(Cucurbita
moschata)
merupakan
salah
satu
bahan
pangan
lokal
yang
mengandung
betakaroten
cukup
tinggi
yaitu
sebesar
1.569
µg/100
g
(Mien
59
Vol.
1
No.
3,
2012
–
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
...
Kandungan
zat
gizi
yang
dianalisis
antara
lain
kadar
et
al.,
2009).
Labu
kuning
dapat
diolah
menjadi
tepung
sehingga
dapat
digunakan
sebagai
bahan
MP-‐ASI.
Sebuah
protein
dengan
metode
Kjeldahl,
kadar
lemak
dengan
penelitian
di
Malaysia
menunjukkan
bahwa
bubur
bayi
metode
soxhlet,
kadar
air
dengan
metode
oven,
kadar
serat
berbahan
dasar
beras
yang
diperkaya
dengan
kombinasi
kasar
dengan
metode
gravimetri,
dan
kadar
abu
dengan
tepung
pisang
dan
labu
kuning
mengandung
betakaroten
metode
drying
ash.
Selanjutnya
dilakukan
analisis
kadar
tertinggi
dibanding
bubur
bayi
yang
diperkaya
tepung
karbohidrat
dengan
metode
perhitungan
karbohidrat
by
kacang-‐kacangan,
tepung
kacang-‐kacangan
yang
difference.
Kadar
betakaroten
dianalisis
dengan
dikecambahkan
selama
48
jam,
atau
tepung
susu
skim
menggunakan
metode
spektrofotometri. Penilaian
daya
(Hashim
et
al,.
2000).
Selain
itu,
protein
yang
terkandung
terima
warna,
aroma,
tekstur,
dan
rasa
menggunakan
uji
dalam
tepung
labu
kuning
memiliki
daya
cerna
sebesar
99%
hedonik.
Data
yang
terkumpul
dianalisis
menggunakan
program
SPSS
11.5
for
Windows.
Pengaruh
variasi
sehingga
sesuai
untuk
dikonsumsi
bayi
(Hendrasty,
2003).
Berdasarkan
sifat
fisiknya,
MP-‐ASI
tidak
boleh
bersifat
persentase
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kamba
agar
lambung
bayi
yang
berkapasitas
kecil
tidak
kuning
terhadap
kandungan
zat
gizi,
densitas
kamba,
dan
penuh
dengan
bahan
kurang
bergizi
(Hadiningsih,
daya
terima
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
diuji
dengan
one
way
2004;Yoanasari,
2003;Larasati
et
al.,
2008
).
Komposisi
serta
Anova
dengan
derajat
kepercayaan
95%
yang
dilanjutkan
metode
pengolahan
yang
tepat
diharapkan
akan
dengan
posthoc
test
Tukey
untuk
mengetahui
beda
nyata
menghasilkan
MP-‐ASI
yang
bergizi
tinggi
dan
dapat
diterima
antar
perlakuan.
oleh
konsumen.
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut
maka
dilakukan
HASIL
DAN
PEMBAHASAN
penelitian
mengenai
kandungan
zat
gizi,
densitas
kamba,
Kandungan
Zat
Gizi
Bahan
Baku
Tepung
ikan
yang
bermutu
memiliki
kandungan
dan
daya
terima
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
untuk
lemak
sebesar
5-‐12%
dan
protein
sebanyak
60-‐75%
menghasilkan
bubur
bayi
instan
yang
tinggi
protein
dan
(Moeljanto,
1994).
Tepung
ikan
patin
yang
dihasilkan
mengandung
lemak
lebih
tinggi
yaitu
sebesar
20,10%.
vitamin
A.
Kandungan
protein
tepung
ikan
patin
lebih
tinggi
dibandingkan
susu
skim
sehingga
substitusi
susu
skim
MATERI
DAN
METODE
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental
dengan
tepung
ikan
patin
dapat
meningkatkan
kandungan
dengan
rancangan
acak
lengkap
satu
faktor
untuk
protein
MP-‐ASI.
Tepung
labu
kuning
selain
mengandung
mengetahui
perbedaan
kandungan
zat
gizi,
densitas
kamba,
betakaroten
yang
tinggi,
juga
mengandung
karbohidrat
yang
dan
daya
terima
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
pada
berbagai
mendekati
tepung
beras
tergelatinisasi..
Hasil
analisis
bahan
variasi
persentase
substitusi
tepung
ikan
patin
(Pangasius
baku
dapat
dilihat
pada
Tabel
1.
Berdasarkan
perhitungan
dari
hasil
analisis
spp)
dan
tepung
labu
kuning
(Cucurbita
moschata).
Terdapat
empat
perlakuan
berupa
kombinasi
substitusi
susu
skim
kandungan
zat
gizi
bahan
baku,
ditentukan
substitusi
tepung
dengan
tepung
ikan
patin
dan
substitusi
tepung
beras
ikan
patin
sebesar
15%
dan
20%
serta
substitusi
tepung
labu
tergelatinisasi
dengan
tepung
labu
kuning.
Substitusi
yang
kuning
sebesar
10%
dan
15%
dari
total
seluruh
bahan.
Pada
dilakukan
bertujuan
untuk
meningkatkan
nilai
gizi
MP-‐ASI
Tabel
2,
persentase
susu
skim
pada
formula
A1B1
dan
A1B2
sehingga
persentase
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
berkurang
dari
50%
menjadi
35%
dengan
adanya
substitusi
labu
kuning
ditentukan
berdasarkan
hasil
analisis
zat
gizi
15%
tepung
ikan
patin,
sementara
substitusi
20%
tepung
bahan
baku.
Setiap
perlakuan
dilakukan
3
kali
pengulangan
ikan
patin
pada
formula
A2B1
dan
A2B2
menjadikan
dan
pengukuran
daya
terima
dilakukan
sebanyak
1
kali
persentase
susu
skim
berkurang
menjadi
30%.
pengujian.
Pembuatan
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
Kandungan
Zat
Gizi
Bubur
Bayi
Instan
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
dilakukan
dengan
Kadar
Protein
Dalam
spesifikasi
MP-‐ASI
bubuk
instan
untuk
bayi
metode
dry
mixing.
Komposisi
awal
bubur
bayi
instan
sebelum
disubstitusi
yaitu
35%
tepung
beras,
50%
susu
usia
6-‐12
bulan,
disyaratkan
kandungan
protein
sebesar
15-‐
skim,
10%
minyak
nabati,
dan
5%
gula
halus.
Pengolahan
22
g
dalam
100
g
MP-‐ASI
(MenKes
RI,
2007).
Rerata
pati
pada
tepung
beras
menjadi
bahan
yang
siap
pakai
kandungan
protein
dalam
bubur
bayi
instan
formula
A2B1
dilakukan
dengan
proses
gelatinisasi.
Tepung
ikan
patin
sedikit
melebihi
persyaratan
sementara
ketiga
formula
yang
digunakan
adalah
hasil
penepungan
ikan
patin
lainnya
telah
sesuai
dengan
spesifikasi.
Terdapat
perbedaan
(Pangasius
spp)
segar
yang
berasal
dari
Wonogiri,
Jawa
kadar
protein
antar
formula
bubur
bayi
instan
(p=0.007).
Tengah,
dengan
berat
250-‐350
g/ekor.
Sementara
tepung
Bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
20%
labu
kuning
yang
digunakan
merupakan
hasil
penepungan
memiliki
kandungan
protein
lebih
tinggi
dibandingkan
bubur
labu
kuning
(Cucurbita
moschata)
matang
segar
yang
berasal
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
15%.
Adapun
dari
Gunungpati
Semarang.
Tepung
beras
tergelatinisasi,
kandungan
protein
bubur
bayi
instan
formula
A2B1
dan
A2B2
tepung
ikan
patin,
dan
tepung
labu
kuning
diayak
dengan
yang
disubstitusi
tepung
ikan
patin
20%
tidak
berbeda
nyata
ayakan
60
mesh
dan
pengeringan
dilakukan
dengan
cabinet
(Tabel
3).
0
dryer
pada
suhu
±50 C
selama
±12
jam.
60
Vol.
1
No.
3,
2012
–
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
...
Tabel
1.
Hasil
Analisis
Kandungan
Zat
Gizi
Bahan-‐bahan
MP-‐ASI
Bubur
Bayi
Instan
Kandungan
Zat
Gizi
Bahan
Air
Abu
Lemak
Protein
Karbohidrat
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Tepung
beras
6,92
0,59
0,63
8,93
82,94
tergelatinisasi
Tepung
labu
kuning
11,57
4,47
2,11
6,82
75,03
Susu
skim
5,24
5,99
1,18
24,72
62,87
Tepung
ikan
patin
3,58
Serat
kasar
(%)
Betakaroten
(mg/100
g)
3,63
-‐
5,15
44,05
4,11
-‐
5,37
20,10
68,12
2,83
-‐
4,65
-‐
-‐
0,48
100*
0,43
-‐
98,99
-‐
0,72
-‐
-‐
1,58
Gula
halus
0,11
Minyak
kelapa
sawit
-‐
*berdasarkan
kemasan
produk
Tabel
2.
Komposisi
Formula
MP-‐ASI
Bubur
Bayi
Instan
Komposisi
awal
(%)
Bahan
Formula
Tepung
beras
tergelatinisasi
Tepung
labu
kuning
Susu
skim
35
-‐
50
A1B1
(%)
25
10
35
A1B2
(%)
20
15
35
A2B1
(%)
25
10
30
A2B2
(%)
20
15
30
Tepung
ikan
patin
Minyak
kelapa
sawit
Gula
halus
-‐
10
5
15
10
5
15
10
5
20
10
5
20
10
5
Jumlah
100
100
100
100
100
Tabel
3.
Hasil
Analisis
Kandungan
Zat
Gizi
Bubur
Bayi
Instan
dengan
Substitusi
Tepung
Ikan
Patin
dan
Tepung
Labu
Kuning
Rerata
Kandungan
Zat
Gizi
Formula
Protein
Betakaroten
Lemak
Air
Abu
Serat
Kasar
Karbohidrat
(%)
(mg/100
g)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
b
d
c
b
b
a
a
A1B1
19,72
±
0,20
9,22
±
0,11
11,34
±
0,03
5,44
±
0,11
2,76
±
0,18
5,18
±
0,10
60,74
±
0,09
b
b
b
ab
a
a
a
A1B2
19,28
±
0,81
14,79
±
0,05
12,02
±
0,13
5,62
±
0,22
3,30
±
0,12
5,93
±
0,69
59,78
±
0,93
a
c
a
b
b
a
b
A2B1
22,45
±
1,20
9,69
±
0,05
14,97
±
0,15
5,36
±
0,05
2,87
±
0,08
5,24
±
0,12
54,34
±
0,97
ab
a
c
a
b
b
a
A2B2
21,47
±
0,97
19,62
±
0,21
11,41
±
0,40
5,81
±
0,03
2,84
±
0,11
1,69
±
1,24
58,48
±
1,43
Keterangan:
Angka
yang
diikuti
dengan
huruf
superscript
berbeda
(a,b,c,
d)
menunjukkan
beda
nyata.
Tabel
4.
Hasil
Perhitungan
Kandungan
Energi
Bubur
Bayi
Instan
dengan
Substitusi
Tepung
Ikan
Patin
dan
Tepung
Labu
Kuning
Formula
Kandungan
Energi
(Kkal/100
g)
A1B1
A1B2
423,90±0,65
424,42±1,74
A2B1
441,89±0,57
A2B2
422,49±1,70
Keterangan:
Diperoleh
dengan
perhitungan
4
Kkal/g
protein
+
9
Kkal/g
lemak
+
4
Kkal/g
karbohidrat
Tabel
5.
Hasil
Analisis
Densitas
Kamba
MP-‐ASI
Bubur
Bayi
Instan
dengan
Substitusi
Tepung
Ikan
Patin
dan
Tepung
Labu
Kuning
Formula
Densitas
Kamba
(g/ml)
A1B1
A1B2
A2B1
0,47
±
0,02
0,46
±
0,02
0,48
±
0,02
A2B2
0,48
±
0,01
61
Vol.
1
No.
3,
2012
–
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
...
Kadar
Betakaroten
Kadar
betakaroten
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
berkisar
antara
9,22-‐19,62
mg/100
g.
Kadar
betakaroten
antar
formula
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
berbeda
secara
nyata
(p=0.000).
Bubur
bayi
instan
formula
A2B2
dengan
substitusi
20%
tepung
ikan
patin
dan
15%
tepung
labu
kuning
mengandung
betakaroten
tertinggi
secara
signifikan
dibandingkan
tiga
formula
lainnya.
Kadar
Lemak
Bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
memiliki
kadar
lemak
sebesar
11,34-‐
14,97%.
Keempat
formulasi
bubur
bayi
instan
yang
dihasilkan
mengandung
lemak
dalam
rentang
yang
disyaratkan
yaitu
10-‐15
g
dalam
100
g
MP-‐ASI
(MenKes
RI,
2007).
Terdapat
perbedaan
kadar
lemak
antar
formula
MP-‐
ASI
bubur
bayi
instan
(p=0.000).
Bubur
bayi
instan
formula
A2B1
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
20%
dan
tepung
labu
kuning
10%
mengandung
lemak
tertinggi
secara
nyata.
Kadar
Air
Kadar
air
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
berkisar
antara
5,36-‐
5,81%.
Kadar
air
keempat
formula
lebih
tinggi
dibandingkan
persyaratan,
yaitu
4
g/100
g
MP-‐ASI.6
Kadar
air
berbagai
formula
bubur
bayi
instan
berbeda
secara
nyata
(p=0.009).
Formula
A1B2
dan
A2B2
dengan
substitusi
15%
tepung
labu
kuning
memiliki
kadar
air
lebih
tinggi
dibandingkan
formula
A1B1
dan
A2B1
yang
disubstitusi
dengan
10%
tepung
labu
kuning
.
Tabel
6.
Rekapitulasi
Hasil
Penelitian
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
•
Protein
(%)
19,72
•
Betakaroten
(mg/100
g)
9,22
14,79
9,69
19,62
•
Lemak
(%)
11,34
12,02
14,97
11,41
•
Air
(%)
5,44*
5,62*
5,36*
5,81*
•
Abu
(%)
2,76
3,30
2,87
2,84
•
Serat
Kasar
(%)
5,18*
5,93*
5,24*
1,69
•
Karbohidrat
(%)
60,74
59,78
54,34
58,48
•
Energi
(Kkal/100
g)
423,9
424,42
441,89
422,49
Kandungan
Zat
Gizi
Sifat
Fisik
19,28
22,45
21,47
0,81
0,82
0,81
0,87
Daya
Terima
•
Warna
Aroma
Agak
suka
Netral
Agak
suka
Netral
Agak
suka
Netral
Agak
suka
Agak
tidak
suka
Agak
suka
Agak
suka
Netral
Agak
suka
•
•
Densitas
Kamba
(g/ml)
Tekstur
•
Rasa
Netral
Netral
Netral
Netral
Keterangan:
*tidak
sesuai
dengan
spesifikasi
MP-‐ASI
bubuk
instan
untuk
bayi
usia
6-‐12
bulan,
kadar
air
maksimal
4
g/100
g,
kadar
serat
kasar
maksimal
5
g/100
g
Kadar
Abu
Tabel
7.
Sumbangan
Kecukupan
Gizi
per
Takaran
Saji
Bubur
Bayi
Kadar
abu
suatu
bahan
pangan
mempunyai
Instan
dengan
Substitusi
Tepung
Ikan
Patin
dan
Tepung
Labu
hubungan
dengan
kadar
mineral.
Bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
Kuning
mengandung
abu
2,76-‐3,30%.
Dalam
SNI
01-‐7111.4-‐2005,
Kandungan
per
AKG
%
AKG
Takaran
Saji
kadar
abu
disyaratkan
tidak
lebih
dari
3,5
g
per
100
gram
(25
g)
produk
MP-‐ASI
(Gallagher,
2008).
Keempat
formula
yang
Energi
(Kkal)
105,62
625
16,90
dihasilkan
masih
memenuhi
persyaratan
tersebut.
Tabel
5
Protein
(g)
Vitamin
A
(µg)
5,37
16
33,56
408,75
400
102,2
Keterangan:
Berdasarkan
kecukupan
energi,
protein,
dan
vitamin
A
2
bayi
usia
9
bulan
dengan
BB
8,5
Kg
dan
TB
71
cm
menunjukkan
adanya
perbedaan
kadar
abu
antar
formula
bubur
bayi
instan
(p=0.004).
Bubur
bayi
instan
formula
A1B2
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
15%
dan
tepung
labu
kuning
15%
memiliki
kadar
abu
tertinggi
secara
signifikan
diantara
keempat
formula.
62
Vol.
1
No.
3,
2012
–
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
...
Kadar
Serat
Kasar
Kadar
serat
kasar
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
berkisar
antara
1,69-‐5,93%.
Kandungan
serat
kasar
dalam
makanan
bayi
dan
balita
disyaratkan
tidak
lebih
dari
5
g
per
100
g
makanan
(Hadiningsih,
2004)
. Formula
A2B2
merupakan
satu-‐satunya
formula
yang
mengandung
serat
kasar
sesuai
persyaratan.
Terdapat
perbedaan
kadar
serat
kasar
antar
formula
bubur
bayi
instan
seperti
terlihat
pada
Tabel
5
(p=0.000).
Bubur
bayi
instan
formula
A2B2
dengan
kandungan
tepung
beras
tergelatinisasi
20%,
susu
skim
30%,
dan
tepung
labu
kuning
15%
memiliki
kadar
serat
kasar
terendah
secara
signifikan
dibandingkan
tiga
formula
lainnya.
Kadar
Karbohidrat
Kadar
karbohidrat
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
berkisar
antara
54,34-‐60,74%.
Kadar
karbohidrat
antar
formula
bubur
bayi
instan
berbeda
secara
nyata
(p=0.000)
di
mana
bubur
bayi
instan
formula
A2B1
yang
mengandung
25%
tepung
beras
tergelatinisasi,
10%
tepung
labu
kuning,
dan
30%
susu
skim
memiliki
kadar
karbohidrat
terendah
secara
signifikan.
Kandungan
Energi
Setelah
diperoleh
data
kandungan
karbohidrat,
protein,
dan
lemak,
maka
kandungan
energi
dapat
ditentukan
dengan
perhitungan.
Tabel
4
menunjukkan
bahwa
kandungan
energi
dalam
100
g
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
berkisar
antara
422,49-‐441,89
Kkal.
Kandungan
energi
minimal
yang
disyaratkan
dalam
spesifikasi
adalah
400
kkal/100g
sehingga
semua
formula
bubur
bayi
instan
telah
memenuhi
syarat
tersebut
(MenKes
RI,
2007).
Densitas
Kamba
Densitas
kamba
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
berkisar
antara
0,46-‐0,48
g/ml
seperti
pada
tabel
5.
Nilai
tersebut
berada
pada
rentang
densitas
kamba
bubur
komersial,
yaitu
0,37-‐
4
0,50
g/ml. Variasi
persentase
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
tidak
berpengaruh
pada
densitas
kamba
bubur
bayi
instan
(p=0.287).
Daya
Terima
Bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
yang
dihasilkan
berupa
bubuk
halus
berwarna
kuning
dan
siap
santap
setelah
diseduh
dengan
air
0
panas
±60 C
dengan
perbandingan
1:1.
Warna
semua
formula
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
dinilai
agak
suka
oleh
panelis.
Demikian
juga
dengan
rasa
bubur
bayi
instan,
semua
formula
dapat
diterima
panelis
dengan
tingkat
kesukaan
netral.
Sementara
itu
aroma
bubur
bayi
instan
formula
A2B2
dengan
kandungan
tepung
ikan
patin
20%
dan
tepung
labu
kuning
15%
mendapat
penilaian
agak
tidak
suka
dari
panelis.
Tekstur
bubur
bayi
instan
formula
A2B1
yang
mengandung
20%
tepung
ikan
patin
dan
15%
tepung
labu
kuning
dapat
diterima
panelis
dengan
tingkat
kesukaan
netral.
Variasi
persentase
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
pada
berbagai
formula
bubur
bayi
instan
tidak
mempengaruhi
tingkat
kesukaan
panelis
baik
pada
warna
(p=0.861),
aroma
(p=0.747),
tekstur
(p=0.662),
maupun
rasa
(p=0.759).
Kontribusi
Terhadap
Kecukupan
Gizi
Keempat
formula
bubur
bayi
instan
yang
dihasilkan
memiliki
kandungan
protein,
lemak,
karbohidrat,
dan
energi
yang
sesuai
dengan
spesifikasi
(Tabel
8).
Rerata
kandungan
protein
yang
tinggi
ada
pada
formula
yang
disubstitusi
tepung
ikan
patin
20%,
yaitu
formula
A2B1
dan
A2B2.
Kandungan
betakaroten
tertinggi
ada
pada
formula
A2B2.
Sementara
itu
kandungan
air
keempat
formula
tersebut
lebih
tinggi
dibanding
dengan
persyaratan.
Demikian
juga
dengan
kandungan
serat,
hanya
formula
A2B2
yang
mengandung
serat
kasar
kurang
dari
5
g/100
g.
Adapun
densitas
kamba
dan
daya
terima
keempat
formula
bubur
bayi
instan
tidak
berbeda
bermakna
secara
statistik
sehingga
formula
manapun
dapat
dipilih.
Berdasarkan
pertimbangan
tersebut,
bubur
bayi
instan
yang
disarankan
untuk
dikonsumsi
adalah
bubur
bayi
formula
A2B2.
Berdasarkan
data
kandungan
zat
gizi
yang
telah
diperoleh,
dapat
ditentukan
takaran
saji
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
formula
A2B2.
Pada
penentuan
takaran
saji,
yang
menjadi
pertimbangan
utama
adalah
pemenuhan
kecukupan
protein
bayi.
Penentuan
takaran
saji
bertujuan
untuk
menentukan
besar
porsi
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
yang
dapat
memenuhi
1/3
kecukupan
protein
bayi
dalam
satu
kali
konsumsi
(Andarwulan
et
al.,
2004). Kecukupan
protein
untuk
bayi
usia
9
bulan
dengan
berat
badan
8,5
kg
sebesar
16
g
(1,9
g/Kg
BB).(Deweyat
et
al.,
2003;
LIPI,
2004).
Berdasarkan
perhitungan
dengan
menggunakan
acuan
formula
A2B2,
diperoleh
takaran
saji
sebesar
25
g.
Konsumsi
satu
takaran
saji
bubur
bayi
instan
formula
A2B2
dapat
memenuhi
33,75%
kecukupan
protein
dan
102,2%
kecukupan
vitamin
A
bayi
usia
9
bulan
dengan
berat
badan
8,5
Kg.
Berdasarkan
penelitian
WHO,
pemberian
ASI
yang
cukup
pada
bayi
usia
6-‐12
bulan
menyumbang
energi
sebesar
413
Kkal
sehingga
kebutuhan
energi
bayi
dapat
terpenuhi
dengan
pemberian
ASI
dan
konsumsi
dua
takaran
saji
bubur
bayi
instan
formula
A2B2
(Dewey
et
al.,
2003).
KESIMPULAN
Keempat
formula
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
telah
memenuhi
persyaratan
kandungan
zat
gizi
berdasarkan
spesifikasi
MP-‐ASI
bubuk
instan
dan
SNI
01-‐7111.4-‐2005.
Kandungan
protein
yang
tinggi
terdapat
pada
formula
yang
disubstitusi
tepung
ikan
patin
20%,
yaitu
formula
A2B1
dan
A2B2.
Kandungan
betakaroten
tertinggi
dan
serat
kasar
terendah
terdapat
pada
formula
A2B2.
1. Densitas
kamba
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
sesuai
dengan
rentang
densitas
kamba
bubur
bayi
komersial.
63
Vol.
1
No.
3,
2012
–
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
...
2. Warna,
aroma,
tekstur,
dan
rasa
MP-‐ASI
bubur
bayi
instan
dengan
substitusi
tepung
ikan
patin
dan
tepung
labu
kuning
dapat
diterima
oleh
panelis
dewasa.
3. Konsumsi
satu
takaran
saji
bubur
bayi
instan
formula
A2B2
sebesar
25
g
dapat
memberikan
kontribusi
33,56%
kecukupan
protein
dan
102,2%
kecukupan
vitamin
A
bayi
usia
9
bulan
dengan
berat
badan
8,5
Kg.
Bubur
bayi
instan
yang
direkomendasikan
untuk
dikonsumsi
adalah
bubur
bayi
instan
formula
A2B2
dengan
kandungan
protein
dan
betakaroten
yang
tinggi
serta
kadar
serat
kasar
yang
rendah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ambarsari
I,
Sarjana,
Choliq
A.
Rekomendasi
dalam
Penetapan
Standar
Mutu
Tepung
Ubi
Jalar.
Ungaran:
Balai
Pengkajian
Teknologi
Pertanian
(BPTP).
2009.
Amirullah,
TC.
Fortifikasi
Tepung
Ikan
Tenggiri
(Scomberomorus
Sp.)
dan
Tepung
Ikan
Swangi
(Priacanthus
Tayenus)
dalam
Pembuatan
Bubur
Bayi
Instan
[Skripsi].
2008.
Bogor:
Institut
Pertanian
Bogor.
Andarwulan
N,
Fatmawati
S.
Formulasi
Bubur
Bayi
Berprotein
Tinggi
dan
Kaya
Antioksidan
dari
Tepung
Kecambah
Kacang
Tunggak
(Vigna
unguilucata)
untuk
Makanan
Pendamping
ASI.
Prosiding
Seminar
Nasional
dan
Kongres
Perhimpunan
Ahli
Teknologi
Pangan
Indonesia.
2004.
Badan
Standardisasi
Nasional.
SNI
01-‐7111.4-‐2005
Makanan
Pendamping
Air
Susu
Ibu
(MP-‐ASI)
Bagian
4:
Siap
Santap
[Serial
Online].
2005.
[Dikutip
12
Februari
2011].
Available
from
URL
http://websisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/d
etail_sni/7105.
Baxter
SD.
Introducing
Solid
Foods
to
Infants.
In
Bhatia
J,
Perinatal
Nutrition
Optimizing
Infant
Health
and
Development.
New
York:
Marcel
Dekker.
2005.
Britton
G,
Liaaen-‐Jensen
S,
Pfander
H.
Carotenoids
Volume
5:
Nutrition
and
Health.
Switzerland:
Birkhäuser
Verlag.
2009.
Dewey
KG,
Brown
KH.
Update
on
Technical
Issues
Concerning
Complementary
Feeding
of
Young
Children
in
Developing
Countries
and
Implications
for
Intervention
Programs.
Food
and
Nutrition
Bulletin,
vol.
24,
no.
1.
The
United
Nations
University.
2003.
Gallagher
ML.
The
Nutrients
and
Their
Metabolism.
In:
Mahan
LK,
Escott-‐Stump
S.
Krause’s
Food
and
th
Nutrition
Theraphy
12
ed.
Canada:
Elsevier.
2008.
Hadiningsih
N.
Optimasi
Formula
Makanan
Pendamping
ASI
dengan
Menggunakan
Response
Surface
Methodology
[Tesis].
Sekolah
Pascasarjana
Institut
Pertanian
Bogor.
2004.
Hashim
N,
Pongjata
J.
Vitamin
A
Activity
of
Rice-‐based
Weaning
Foods
Enriched
with
Germinated
Cowpea
Flour,
Banana,
Pumpkin
and
Milk
Powder.
Mal
J
Nutr
6
:
65-‐73,
2000.
Hendrasty
HK.
Tepung
Labu
Kuning:
Pembuatan
dan
Pemanfaatannya.
Yogyakarta:
Kanisius;
2003.
Husain
H,
Muchtadi
TR,
Sugiyono,
Haryanto
B.
Pengeringan
Santan
Menggunakan
Pengering
Drum
dan
Pengering
Semprot.
Forum
Pascasarjana
Vol.
29
No.3
Juli
2006:249·∙260.
Bogor.
Khairuman,
Sudenda
D.
Budidaya
Patin
Secara
Intensif.
Jakarta:
Agromedia
Pustaka.
2009.
Kusumawardani
B.
Hubungan
Praktik
Higiene
Sanitasi
Makanan
Pendamping
Air
Susu
Ibu
(MP-‐ASI)
Tradisional
Dengan
Kejadian
Diare
Pada
Anak
Usia
6-‐
24
Bulan
Di
Kota
Semarang
[Skripsi].
Universitas
Diponegoro.
2010.
Larasati
D,
Wahjuningsih
SB,
Pratiwi
E.
Kajian
Formulasi
Bubur
Bayi
Instan
Berbahan
Dasar
Pati
Garut
(Maranta
arundinaceae
L)
Sebagai
Makanan
Pendamping
ASI
Terhadap
Sifat
Fisik
dan
Organoleptik.
Jurnal
Teknologi
Pangan
dan
Hasil
Pertanian
Vol.
5
No.2
Halaman
112-‐118.
Semarang:
Universitas
Negeri
Semarang.
LIPI.
Angka
Kecukupan
Gizi
yang
Dianjurkan.
Widyakarya
Nasional
Pangan
dan
Gizi.
2004.
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor:
224/Menkes/SK/II/2007
Tentang
Spesifikasi
Teknis
Makanan
Pendamping
Air
Susu
Ibu
(MP-‐ASI).
Jakarta.
2007.
Mien
K.
Mahmud,
Hermana,
Nils
Aria
Z,
Rossi
Rozanna
A,
Iskari
Ngadiarti,
Budi
Hartati.
Tabel
Komposisi
Pangan
Indonesia
(TKPI).
Jakarta:
PT
Elex
Media
Komputindo.
2009.
Moeljanto.
Pengawetan
dan
Pengolahan
Hasil
Perikanan.
Jakarta:
Penebar
Swadaya.
1994.
Parízková
J.
Nutrition,
Physical
Activity,
and
Health
in
Early
nd
Life
2
edition.
USA:
CRC
Press.
2010.
PJ
Fellows.
Food
Processing
Technology
Principle
and
Practice.
Cambridge
England:
Wood
Publishing
in
Food
Science
and
Technology.
2000.
Soekarto,
Soewarno
T.
Penilaian
Organoleptik,
untuk
Industri
Pangan
dan
Hasil
Pertanian.
Bogor:
PUSBANGTEPA
/
Food
Technology
Development
Center,
Institut
Pertanian
Bogor.
1981
Trahms
CM,
McKean
KN.
Nutrition
During
Infancy.
In:
Mahan
LK,
Escott-‐Stump
S.
Krause’s
Food
and
Nutrition
th
Theraphy
12
ed.
Canada:
Elsevier.
2008.
Whitney
EN,
Rolfes
SR.
Understanding
Nutrition.
USA:
Wadsworth
Publishing.
2004.
Winarno.
Kimia
Pangan
dan
Gizi.
Jakarta:
PT
Gramedia
Pustaka
Utama;
2002.
World
Health
Organization.
Complementary
Feeding:
Family
Foods
for
Breastfed
Children.
Department
of
Nutrition
and
Development.
Geneva:
WHO.
2000.
Yoanasari
QT.
Pembuatan
Bubur
Bayi
Instan
dari
Pati
Garut
[skripsi].
2003.
Bogor:
Institut
Pertanian
Bogor.
64
Vol.
1
No.
3,
2012
–
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan