Perbandingan Efektifitas Pemberian ASI dan Non-Nutritive Sucking untuk Mengurangi Rasa Nyeri saat Prosedur Invasif Minor pada Bayi Baru Lahir

(1)

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN ASI DAN

NON-NUTRITIVE SUCKING UNTUK MENGURANGI RASA NYERI SAAT

PROSEDUR INVASIF MINOR PADA BAYI BARU LAHIR

TESIS

SEVINA MARISYA 077103014/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

Judul Tesis : Perbandingan Efektifitas Pemberian ASI dan Non-Nutritive Sucking untuk Mengurangi Rasa Nyeri saat Prosedur Invasif Minor pada Bayi Baru Lahir Nama Mahasiswa : SEVINA MARISYA

Nomor Induk Mahasiswa : 077103014

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing:

Ketua

Prof. Dr.Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K)

Anggota

Dr. Supriatmo, SpA(K)

Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS

dr. Melda Deliana, SpA(K) dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K)


(3)

PERNYATAAN

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN ASI DAN NON-NUTRITIVE

SUCKING UNTUK MENGURANGI RASA NYERI SAAT PROSEDUR

INVASIF MINOR PADA BAYI BARU LAHIR

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Desember 2010


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 26 Maret 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. H. Guslihan Das Tjipta, SpA(K) ... Anggota : 1. dr. Supriatmo SpA(K) ...

2. Prof. dr. Sabaroeddin Loebis, SpA(K) ... 3. dr. Muhammad Ali, SpA(K) ... 4. Prof. dr. H. Darwin Dalimunthe, SpPD ...


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Pembimbing utam Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) dan dr Supriamo, SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Speialis Anak FK-USU, dan dr. Hj. Melda Delyana, SpA(K), sebagai Sekertaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. DR. dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K) dan Prof. dr. H. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K) selaku rektor Universitas Sumatera Utara periode


(6)

tahun 1995 sampai 2010 dan dekan FK-USU yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK-USU.

4. Dr. H. Ridwan Daulay, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan bantuan penyelesaian tesis ini.

5. Dr. Emil Azlin SpA(K), dr. Pertin Sianturi SpA(K), dr. Bugis Mardina Lubis SpA(K) dan dr. Beby Sofyani Hasibuan, M.Ked.Ped, SpA yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

7. Bagian Perinatologi dan Bagian Obstetri Ginekologi RSHAM

8. Teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, Rizky Adriansyah, Suprapto, Ade Rachmad Yudiyanto, Badai Buana Nasution, Naomi Riahta, Karina Sugiharto, Olga Rasyianti, Fastralina, Inke Nadia Lubis, Schenni Regina Lubis, Widyastuti dan Fereza Amalia. Terima kasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.


(7)

9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orang tua saya dr. Syafrizal Bustami, SpA, Maryati Nasution, Wirman Tabat BSc, Farida Bakar BA, terima kasih atas pengertian serta dukungan yang sangat besar serta selalu bersama saya melalui pendidikan ini. Jasa-jasanya tidak akan saya lupakan dalam membimbing saya. Kepada seluruh keluarga besar saya, terima kasih atas seluruh bantuan moril, materil, do’a dan dorongan selama mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada suami saya tercinta Fahrul Azmi Tanjung yang telah ikhlas menerima istri separuh waktu dan telah setia bersama sampai akhir bersama-sama menyelesaikan pendidikan ini. Kepada buah hati bunda Kayla Aisyah Namira, terima kasih sedalam-dalamnya karena selalu setia menunggu bunda sampai akhir pendidikan ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Desember 2010


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing i

Lembar Pernyataan ii

Ucapan Terima Kasih iv

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Singkatan xi

Daftar Lambang xii

Abstrak xiii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 3

1.3. Hipotesis 3

1.4. Tujuan 4

1.5. Manfaat 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi nyeri 5

2.2. Dampak nyeri pada bayi baru lahir 7

2.3. Skala nyeri 9

2.4. Manajemen nyeri pada bayi baru lahir 11

2.5. Air Susu Ibu (ASI) 13

2.6. Non-nutritive sucking(NNS) 14

2.7. Kerangka Konseptual 16

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain 17

3.2. Tempat dan Waktu 17

3.3. Populasi dan Sampel 17

3.4. Perkiraan Besar Sampel 18

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 19

3.6. Persetujuan / Informed Consent 19

3.7. Alur Penelitian 20

3.8. Etika Penelitian 20

3.9. Cara Kerja 21

3.10. Identifikasi Variabel 22

3.11. Definisi Operasional 23


(9)

BAB 4. HASIL 27

BAB 5. DISKUSI 34

BAB 6. KESIMPULAN 38

BAB 7. RINGKASAN 39

Daftar Pustaka 42

Lampiran

1. Lembar informasi orang tua 46

2. Lembar Persetujuan Orang Tua 48

3. Premature Infant Pain Profile(PIPP) 49

4. Nilai Ballard 50

5. Formulir Pelaporan Penelitian 51

6. Riwayat Hidup 52


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Respon nyeri pada bayi 7

Tabel 2.2. Skala nyeri yang digunakan pada bayi 10 Tabel 2.3. Premature Infant Pain Profile (PIPP) 11 Tabel 2.4. Tabel rekomendasi prossedur terapi untuk mengurangi nyeri 12 Tabel 4.1. Karakteristik responden penelitian 28 Tabel 4.2. Kesesuaian penilaian skala nyeri PIPP antara dua penilai 29 Tabel 4.3. Perbedaan nilai skala nyeri PIPP dan lamanya tangisan pada kelompok bayi yang mendapat ASI dan NNS 31 Tabel 4.4. Perbedaan nilai skala nyeri PIPP dan lamanya tangisan

berdasarkan jenis kelamin 31

Tabel 4.5. Perbedaan nilai skala nyeri PIPP dan lama tangisan


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema diagram perkembangan persepsi sensori kulit, mielinisasi jalur nyeri, maturasi neokortek dan pola EEG pada fetus

dan neonatus 6

Gambar 2.2. Foto wajah bayi cukup bulan yang diambil dari empat situasi yang berbeda: istirahat (A), stimulus cahaya (B), heel friction (C), punksi vena (D) 9

Gambar 2.3. Kerangka konsep penelitian 16

Gambar 3.1. Alur penelitian 19

Gambar 4.1. Profil penelitian 27

Gambar 4.2. Penilaian skala nyeri PIPP oleh dua penilai 30

Gambar 4.3. Grafik frekuensi denyut jantung pada kelompok ASI dan NNS 33


(12)

DAFTAR SINGKATAN

IASP : The International Association for the Study of Pain NNS : Non-Nutritive Sucking

ASI : Air Susu Ibu

PIPP : Premature Infant Pain Profile NMDA : N-methyl-D-aspartate

NFCS : Neonatal Facial Coding System IBCS : Infant Body Coding System NIPS : Neonatal Infant Pain Scale

PAIN : Pain Assesment of Pain Inventory LIDS : Liverpool Infant Distress Scale

NAPI : Neonatal Assesment of Pain Inventory CRIES : Neonatal Postoperative Scale

PAT : Pain Assesment Tool SUN : Scale for Use in Newborn NICU : Neonatal Intensive Care Unit RSHAM : Rumah Sakit Haji Adam Malik USG : Ulta Sonography


(13)

DAFTAR LAMBANG

IK : Interval kepercayaan SD : Standar deviasi % : persen

ml : milliliter

zα : deviasi baku normal untuk α P : Proporsi

d : Tingkat ketepatan absolut N : Jumlah subjek / sampel α : Kesalahan tipe I


(14)

ABSTRACT

Background Newborns endure many heel pricks and other uncomfortable invasive minor procedures during their first hospital stay.

Objective To compare the effectiveness of breast-milk and non-nutritive sucking (NNS) in reducing pain in newborns undergoing invasive minor procedure as measured by behavioral and physiological observation.

Methode This randomized open trial was perfomed at Haji Adam Malik Hospital on September to Desember 2009. Subjects were 98 healthy term infants who received intramuscular Hepatitis B immunization or vitamin K injection. Subjects were randomly allocated into two groups: breast milk group (N=48); NNS group (N=48). Two minutes before injection, 48 babies received two ml of breastmilk and 48 babies received NNS; and recorded by video recorder. Transcutan hearth rate, oxygen saturation, crying time were recorder, and than two observers modified PIPP scale in defferent time.

Result Baseline characteristics of the newborns were same in both groups. In breastmilk group, there was significant reduction in PIPP scale (P=0.001), crying times (P=0.03) compared to NNS group. There were no significant difference in PIPP scale and crying time due to gender (P=0.4; P=0.5), but there was significant due to injection type (P=0.002; P=0.06) between both group. There were significant difference in elevated oxygen saturation level after 30 second of injection between both groups (P=0.001), but there was not significant in heart rate.

Conclusion Two milliliters of breastmilk was given for two minutes before invasive minor procedure effectively in reduction pain in term neonates, shown as reduction of PIPP scale, crying time, and increased of oxygen saturation compared by NNS.

Keywords: breastmilk, non-nutritive sucking, pain, invasive minor procedure,


(15)

ABSTRACT

Background Newborns endure many heel pricks and other uncomfortable invasive minor procedures during their first hospital stay.

Objective To compare the effectiveness of breast-milk and non-nutritive sucking (NNS) in reducing pain in newborns undergoing invasive minor procedure as measured by behavioral and physiological observation.

Methode This randomized open trial was perfomed at Haji Adam Malik Hospital on September to Desember 2009. Subjects were 98 healthy term infants who received intramuscular Hepatitis B immunization or vitamin K injection. Subjects were randomly allocated into two groups: breast milk group (N=48); NNS group (N=48). Two minutes before injection, 48 babies received two ml of breastmilk and 48 babies received NNS; and recorded by video recorder. Transcutan hearth rate, oxygen saturation, crying time were recorder, and than two observers modified PIPP scale in defferent time.

Result Baseline characteristics of the newborns were same in both groups. In breastmilk group, there was significant reduction in PIPP scale (P=0.001), crying times (P=0.03) compared to NNS group. There were no significant difference in PIPP scale and crying time due to gender (P=0.4; P=0.5), but there was significant due to injection type (P=0.002; P=0.06) between both group. There were significant difference in elevated oxygen saturation level after 30 second of injection between both groups (P=0.001), but there was not significant in heart rate.

Conclusion Two milliliters of breastmilk was given for two minutes before invasive minor procedure effectively in reduction pain in term neonates, shown as reduction of PIPP scale, crying time, and increased of oxygen saturation compared by NNS.

Keywords: breastmilk, non-nutritive sucking, pain, invasive minor procedure,


(16)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefenisikan

nyeri sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan secara sensorik dan emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan baik yang telah ataupun yang akan terjadi.1-4 The International Association for the Study of

Pain juga menetapkan bahwa nyeri bersifat subjektif dan dipelajari melalui

pengalaman yang berhubungan dengan luka pada awal kehidupan.

Bayi baru lahir mengalami nyeri yang berasal dari pemeriksaan darah dari tumit, pengambilan darah melalui vena untuk pemeriksaan darah, injeksi vitamin K intramuskular atau vaksinasi.

1

5

Beberapa prosedur menyakitkan yang paling sering dilakukan di bagian perawatan intensif pada neonatal yaitu pemeriksaan darah dari tumit, intubasi endotrakeal, suction nasal, trakeal dan lambung.2

Bayi tidak dapat mengungkapkan dan memberikan respon pada rasa nyeri.6 Sasaran penatalaksanaan nyeri pada bayi baru lahir yaitu untuk meminimalkan intensitas lamanya nyeri dan kerugian fisiologis dari rasa nyeri serta untuk memaksimalkan kemampuan neonatus dalam mengatasi rasa nyeri dari pengalaman yang menyakitkan.1


(17)

Setelah terjadi stimulus nyeri yang akut, bayi baru lahir akan menunjukkan perubahan berbagai parameter fisiologis, tingkat stres hormon, tahapan perilaku, lama menangis, ekspresi wajah, tahapan tidur, dan respon terhadap penatalaksanaan suportif. Respon autonomik yang terjadi yaitu peningkatan tekanan darah, nadi, pernafasan, dan keringat pada telapak tangan, dan sebagainya.

Nyeri dapat ditatalaksana dengan intervensi farmakologi dan non farmakologi berdasarkan lama dan beratnya.

7

1

Intervensi non-farmakologi yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir untuk mengurangi respon sakit selama prosedur invasif yaitu dengan cara membedung, mengayun-ayun,

skin-to-skin contact, pemberian sukrosa, pemberian ASI, dan non-nutritive sucking (NNS).

Suatu penelitian yang dilakukan tahun 2002 pada 30 bayi cukup bulan yang membandingkan efek analgesik membedung dan pemberian ASI selama prosedur pengambilan darah, dihasilkan lamanya menangis berkurang 91% pada bayi yang diberi ASI.

1,8

Pada suatu penelitian bulan September 2008 yang meneliti 150 bayi cukup bulan yang membandingkan efek pemberian sukrosa, glukosa dan kempeng untuk analgesik bayi baru lahir menunjukkan kompeng lebih efektif dari pada larutan yang lainnya.

9

10


(18)

Pada penelitian lain yang meneliti 40 bayi kurang bulan membandingkan efek pemberian glukosa dengan kempeng untuk analgesik bayi baru lahir dihasilkan 30% glukosa oral lebih efektif.

Nyeri akan menimbulkan respon fisiologis, perilaku, dan biokimia. 11

5 Hal ini menjadi dasar penilaian nyeri (skala nyeri) pada neonatus. Sebuah

systematic review menemukan 17 skala nyeri namun hanya 11 yang

dipublikasikan. Pemilihan skala nyeri berdasarkan validitas, realibilitas, kegunaan klinis dan kemampuan pada saat penggunaan. Skala nyeri pada bayi baru lahir cukup bulan ataupun kurang bulan yang paling banyak digunakan yaitu Premature Infant Pain Profile (PIPP).

1.2. Rumusan masalah

1

Uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Metode non-farmakologi manakah yang paling efektif sebagai efek analgesik pada bayi baru lahir saat dilakukan prosedur invasif minor antara pemberian ASI dengan NNS?

1.3. Hipotesis

Rerata skala nyeri PIPP dan lamanya tangisan berbeda antara yang diberi ASI dan NNS saat dilakukan tindakan invasif minor pada bayi baru lahir.


(19)

1.4. Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membandingkan intervensi non-farmakologi mana yang paling efektif sebagai analgesik dalam tindakan invasif minor pada bayi baru lahir antara pemberian ASI dengan NNS.

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perubahan skala nyeri PIPP pada bayi baru lahir saat dilakukan tindakan prosedur invasif minor untuk setiap kelompok metode.

1.5. Manfaat

1. Di bidang pengembangan penelitian: sebagai landasan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

2. Di bidang akademik/ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang perinatologi tentang metode mana yang lebih efektif untuk analgesik pada prosedur pengambilan darah tumit pada bayi baru lahir antara pemberian ASI dengan NNS.

3. Di bidang pelayanan kesehatan: meningkatkan pelayanan kesehatan baik itu perawat dan dokter agar metode yang lebih efektif dapat digunakan dalam praktek sehari-hari antara pemberian ASI dan NNS.


(20)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi Nyeri

Guide to Physical Therapist Practice menyatakan nyeri adalah sensasi yang

mengganggu yang disebabkan penderitaan atau sakit.3 Sejak awal tahun 1980, pemahaman fetus dan bayi baru lahir dapat merasakan nyeri meningkat. Nyeri pada bayi baru lahir merupakan suatu hal komplek yang berasal dari perbedaan sumber dan tipe nyeri yang mempengaruhi berbagai reseptor dan mekanisme yang berhubungan dengan sistem syaraf.

Pada usia gestasi 20 sampai 24 minggu jumlah dan tipe nosiseptor perifer telah sama dengan dewasa sehingga densitas nosiseptor bayi per satuan luas kulit lebih tinggi dibanding dewasa. Mielinisasi yang belum sempurna baik pada serat saraf A delta dan C di perifer maupun saraf spinalis pernah diajukan sebagai dasar pendapat bahwa neonatus tidak merasakan nyeri. Namun pada orang dewasa impuls nyeri juga paling banyak dibawa oleh serat C yang tidak bermielin dan serat A yang bermielin tipis.

5

12


(21)

Gambar 2.1. Skema diagram perkembangan persepsi sensori kulit, mielinisasi jalur nyeri, maturasi neokorteks dan pola EEG pada fetus dan neonatus

Setelah suatu stimulus nyeri, impuls dari serabut saraf aferen akan diteruskan ke korda spinalis yang dapat menyebabkan spasme otot sehingga timbul withdrawal reflex.

7

12

Sensitisasi sentral dapat terjadi pada korda spinalis imatur.7,12 Stimulasi reseptor N-methyl D-aspartate (NMDA) akan meningkatkan eksitabilitas neuron di sekitarnya (wind-up phenomena).1,7,12 Hal ini akan menyebabkan bayi mengalami penurunan ambang nyeri (hiperalgesia) dan peningkatan respons nyeri jaringan sekitar (alodynia). Pada daerah yang mengalami nyeri terjadi pertumbuhan jumlah saraf sensoris baru (hiperinervasi). Hiperinervasi akan lebih nyata dan lebih lama bila terjadi pada periode perkembangan awal dibandingkan apabila terjadi pada usia yang lebih dewasa.

Bayi baru lahir telah mampu mensekresi katekolamin dan kortisol pada keadaan stres. Peningkatan kadar kortisol setelah suatu stimulus nyeri juga


(22)

terlihat di saliva. Bahkan janin dalam kandungan yang mengalami prosedur invasif menunjukkan peningkatan kadar kortisol dan beta-endorfin. Perubahan fisiologi dan biokimia yang terjadi memungkinkan respon nyeri diukur secara obyektif.

2.2. Dampak nyeri pada bayi baru lahir

7

Beberapa tahun yang lalu dipercaya bahwa bayi tidak merasa sakit karena sistem syaraf mereka yang belum sempurna.4

Tabel 2.1. Respon nyeri pada bayi

Bayi baru lahir dapat menunjukkan nyeri secara non verbal. Hal ini terlihat pada tabel berikut:

Perubahan fisiologis

4

Perubahan perilaku Perubahan Biokimia Peningkatan:

Denyut jantung Tekanan darah Pernafasan Konsumsi oksgen

Mean airway pressure

Kekuatan otot Tekanan intrakranial Perubahan autonom Midriasis Berkeringat Merona Pucat

Perubahan ekspresi wajah Meringis

Screwing up of eyes Nasal flaring

Lekuk nasolabial yang dalam

Lidah membelok Pipi bergetar Pergerakan tubuh Jari mengepal

Trashing of limbs Arching of back

Mengangkat kepala Peningkatan sekresi Kortisol Katekolamin Glukagon Hormon pertumbuhan Renin Aldosteron Hormon antidiuretik Penurunan sekresi: Insulin

Ekspresi wajah merupakan suatu parameter yang paling sensitif untuk menyatakan nyeri. Penelitian menunjukkan bahwa ekspresi ini dapat dibaca bahkan oleh orang awam. Ekspresi wajah yang diperlihatkan bayi yang mengalami nyeri yaitu kerutan di dahi dan di antara alis, mata terpejam rapat, lipatan naso-labial menjadi lebih dalam, bibir terbuka, mulut terbuka, mulut


(23)

tertarik secara horizontal dan vertikal, lidah terjulur kaku (taut tounge), pipi bergetar (chin quiver).7,12

Ekspresi ini dipengaruhi oleh usia gestasi dan keadaan bayi saat stimulus nyeri diberikan. Perubahan ekspresi wajah segera terlihat apabila sebelumnya bayi berada dalam keadaan tenang dan waspada, dan menjadi kurang jelas apabila bayi sedang tidur tenang. Satu penelitian menyatakan bahwa ekspresi wajah bayi perempuan lebih nyata dibandingkan laki-laki walaupun hasil pengukuran skala nyeri multi-dimensionalnya tidak berbeda.12

Ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi dan respon nyeri pada bayi baru lahir antara lain: usia gestasi, jenis kelamin, kesadaran, jenis stimulus, status kesehatan, jenis kelahiran, berat penyakit, dan sebagainya.1,4

Suatu penelitian tahun 1994 menyatakan bahwa bayi yang lahir kurang bulan menunjukkan respon terhadap nyeri lebih sedikit dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Bayi dengan tahapan tidur dalam akan kurang menunjukkan ekspresi wajah dibandingkan bayi yang sadar saat prosedur invasif minor.13


(24)

2.3. Skala nyeri

Ada banyak metode untuk menilai beratnya nyeri pada bayi baru lahir (lihat tabel 2.2). Respon fisiologis dan perilaku merupakan indikator yang sangat sensitif namun tidak spesifik. Respon tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan bayi sesaat sebelum nyeri dirasakan, apakah bayi tidur atau terjaga, berapa lama setelah makan, usia gestasi.4 Meskipun demikian penilaian respon fisiologis dan perilaku tetap merupakan metode yang paling mudah dan dapat diandalkan untuk menilai tingkat nyeri pada neonatus.12

Gambar 2.2. Foto wajah bayi cukup bulan yang diambil dari 4 situasi yang berbeda: istirahat (A), stimulus cahaya (B), heel friction (C), punksi vena (D)14

C

A B


(25)

Tabel 2.2. Skala nyeri yang digunakan pada bayi.4

Berdasarkan perubahan perilaku

Neonatal Facial Coding System (NFCS)

Infant Body Coding System (IBCS)

Neonatal Infant Pain Scale (NIPS)

Pain Assestment in Neonates (PAIN) Kombinasi fisiologis dan perubahan perilaku

Neonatal Postoperative Scale (CRIES)

Premature Infant Pain Profile (PIPP)

Penggunaan suatu skala nyeri pada berbagai jurnal menunjukkan bahwa skala nyeri tersebut merupakan skala nyeri yang sahih. American

Academy of Pediatrics menyatakan PIPP, NFCS, CRIES, NIPS sebagai skala

nyeri yang dapat diandalkan.15,16

Premature Infant Pain Profile merupakan skala nyeri yang banyak

digunakan pada bayi usia nol sampai tiga bulan, baik bayi kurang bulan maupun cukup bulan.17,18 Premature Infant Pain Profile memiliki tujuh indikator yang merupakan skala nyeri multidimensional karena menilai parameter fisiologis, perilaku, dan usia gestasi. Nilai PIPP berkisar antara nol sampai 21 yaitu kurang dari enam menunjukkan tidak nyeri atau nyeri minimal, nilai antara tujuh sampai 12 menunjukkan nyeri sedang, dan nilai lebih dari 12 menunjukkan nyeri hebat yang biasanya membutuhkan intervensi farmakologi dan non-farmakologi. Nilai tertinggi untuk bayi kurang bulan yaitu 21 dan untuk cukup bulan 18.17

Cara melakukan penilaian skala nyeri PIPP yaitu pertama dengan menentukan usia gestasi, kemudian nilai tahapan perilaku 15 detik sebelum prosedur invasif dimulai, dicatat data dasar laju jantung dan saturasi oksigen. Observasi bayi selama 30 detik setelah prosedur invasif, jumlahkan seluruh skor perubahan ekspresi wajah dan parameter fisiologis.17

Liverpool Infant Distress Scale (LIDS)

Neonatal Assesment of Pain Inventory

Behavioral Pain Score

Clinical scoring system

Pain Assessment Tool (PAT)


(26)

Tabel 2.3. Premature Infant Pain Profile (PIPP)17

Proses Indikator Deskripsi nyeri Nilai

0 1 2 3

Usia Gestasi

>36 minggu

32 minggu – 35 minggu 6 hari

28minggu – 31 minggu 6 hari

< 28 minggu -

Skor 15 detik sebelum mulai Tahapan perilaku Aktif/bang un, mata terbuka, ada gerakan wajah Tenang/terban gun, mata terbuka, tidak ada gerakan wajah Aktif/tertidur mata tertutup, ada gerakan wajah Tenang/terti dur, mata tertutup, tidak ada gerakan wajah - Rekam rerata laju jantung: Evaluasi bayi setelah 30 detik

Laju jantung maksimal Meningkat 0-4 denyut per menit Meningkat 5-14 denyut per menit Meningkat 15 - 24 denyut per menit

Meningkat > 25 denyut per menit

-

Rekam rerata oksigen saturasi Evaluasi bayi setelah 30 detik

Saturasi oksigen minimal

Turun 0 - 2,4 %

Turun 2,5 - 4,9 %

Turun 5 - 7,4 %

Turun > 7,5 %

-

Observasi bayi setelah 30 detik

Kerutan dahi Tidak ada (< 9% waktu observasi) Minimal (10-39% waktu observasi) Sedang (40-69% waktu observasi) Maksimal (> 70% waktu observasi) - Observasi bayi setelah 30 detik

Mata tertutup rapat Tidak ada (< 9% waktu observasi) Minimal (10-39% waktu observasi) Sedang (40-69% waktu observasi) Maksimal ( > 70% waktu observasi)

-

Observasi bayi setelah 30 detik

Lipatan nasolabial mendalam Tidak ada (< 9% waktu observasi) Minimal (10-39% waktu observasi) Sedang (40-69% waktu observasi) Maksimal ( > 70% waktu observasi)

-

2.4. Manajemen nyeri pada bayi baru lahir

Tujuan tatalaksana nyeri pada bayi baru lahir yaitu untuk mengurangi intensitas, durasi nyeri dan membantu bayi mengendalikan rasa nyeri.1,4

Berbagai intervensi farmakologi dan non-farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Intervensi farmakologi yang


(27)

diberikan meliputi pemberian opioid, sedatif, anastesi regional, anastesi topikal, dan analgesik-non-steroid.17

Semua intervensi yang digunakan untuk mengendalikan rasa nyeri tanpa obat-obatan disebut intervensi farmakologi. Intervensi non-farmakologi lebih disukai untuk prosedur invasif ringan dengan efek samping yang minimal.1,4

Intervensi non-farmakologi yang diteliti dan efektif mengurangi rasa nyeri antara lain: posisi, metode kangguru, larutan sukrosa, ASI, dan

non-nutritive sucking (NNS).4,19

Berikut ini merupakan rekomendasi terapi saat prosedur yang menimbulkan nyeri dilakukan (tabel 2.4.):

Tabel 2.4. Tabel rekomendasi prosedur terapi untuk mengurangi nyeri2

PROSEDUR TERAPI

Heel lance sukrosa dengan NNS, dibedung, containment, metode kangguru, lancet

Punksi vena sukrosa dengan NNS, dibedung, containment, facilitated tucking, farmakologi (EMLA)

Punksi arteri sukrosa dengan NNS, dibedung, containment, facilitated tucking, farmakologi (EMLA, lidokain)

Punksi lumbal sukrosa dengan NNS, farmakologi (EMLA dan lidokain) Intubasi farmakologi(opioid, sedasi, pelumpuh otot, lidokain topikal)

Injeksi hindari injeksi subkutan dan intramuskular, sukrosa dengan NNS, dibedung,

containment, farmakologi (EMLA)

Chest tube sukrosa dengan NNS, farmakologi (lidokain subkutan, opioid)

Kateter umbilikus sukrosa dengan NNS, dibedung, containment, facilitated tucking

Central line sukrosa dengan NNS, dibedung, containment, facilitated tucking, farmakologi (EMLA,

lidokain subkutan, opioid)

Suction

endotrakel

sukrosa dengan NNS, dibedung, containment, facilitated tucking, farmakologi (opioid)

Pipa nasogaster sukrosa dengan NNS, dibedung, containment, facilitated tucking Sirkumsisi sukrosa dengan NNS, farmakologi (EMLA, lidokain)


(28)

2.5. Air Susu Ibu (ASI)

Pada beberapa penelitian sebelumnya mengatakan bahwa beberapa rasa tertentu mengurangi nyeri pada bayi baru lahir.20 Air Susu Ibu telah terbukti memiliki efek analgetik untuk mengurangi rasa nyeri pada bayi baru lahir.4,9,19,21

Suatu penelitian mengatakan bahwa 2 ml susu yang mengandung lemak, komponen protein, atau rasa manis dapat mengurangi nyeri dengan berkurangnya tangisan bayi.22

Penelitian tahun 2002 pada 30 neonatus sehat, cukup bulan dimana 15 bayi diberikan ASI dan 15 bayi sebagai kontrol dilakukan pembedungan. Dari penelitian ini dihasilkan pemberian ASI selama prosedur pengambilan darah dapat mengurangi tangisan, meringis, dan mencegah kenaikan denyut nadi pada bayi baru lahir.9

Suatu uji acak klinis pada 180 bayi baru lahir yang dilakukan punksi vena dibagi atas kelompok yang diberi ASI, dipeluk ibunya tanpa pemberian ASI, diberi 1 ml air steril dan diberi 1 ml 30% glukosa dengan kompeng . Dari penelitian ini dibandingkan dan dihasilkan pemberian ASI efektif mengurangi rangsang nyeri selama prosedur invasif pada bayi baru lahir.23

Suatu systematic review menyimpulkan bahwa menyusui atau pemberian ASI lebih baik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri saat prosedur invasif dibandingkan dengan plasebo, posisi atau tanpa intervensi.


(29)

Penggunaan glukosa/sukrosa sama efektifnya, namun ASI tetap lebih dianjurkan karena lebih mudah dalam pemakaian.24

Suatu penelitian pada 101 bayi baru lahir yang membandingkan kelompok menyusui dan sukrosa 25% sebanyak 1 cc selama prosedur invasif dan dihasilkan menyusui lebih efektif mengurangi rasa nyeri.25

2.6. Non-nutritive sucking (NNS)

Non-nutritive sucking yaitu memasukkan dot ke mulut supaya bayi

menghisap, tanpa ASI atau susu formula untuk nutrisi. Non-nutritive sucking yang diberikan pada bayi biasanya berupa kompeng yang dapat mengurangi lama tangisan.4

Pada suatu penelitian dinyatakan bahwa NNS merupakan pilihan pertama di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) untuk mengurangi nyeri. NNS dapat mengurangi nyeri karena stimulasi dari orotaktil dan mekanoreseptor ketika kompeng dimasukkan ke dalam mulut bayi. Hal ini terjadi karena NNS dapat mentranmisi proses nosiseptik dengan sistem endogen nonopioid namun hal ini belum diketahui secara pasti.1

Kompeng yang digunakan pada 354 bayi di Brazil dapat mengurangi stres pada bayi dan tidak menghasilkan pengaruh negatif terhadap pemberian makan.26 Pada tahun 1997 suatu penelitian menyatakan bahwa penggunaan kompeng dan botol susu selama 5 hari pertama kehidupan tidak mempengaruhi berkurangnya lama menyusui selama 6 bulan kehidupan.27


(30)

Suatu meta analisis menyatakan bahwa penggunaan kompeng sebelum prosedur invasif dapat mengurangi denyut jantung secara signifikan.28

Suatu penelitian di Prancis tahun 2002 pada 150 bayi baru lahir cukup bulan yang akan dilakukan punksi vena, dimana dibandingkan pemberian glukosa 30%, sukrosa 30%, dan kompeng. Dari penelitian ini dihasilkan efek analgesik kompeng lebih efektif daripada larutan yang lainnya.11 Namun pada penelitiannya yang lain pada bayi kurang bulan dihasilkan glukosa lebih bermanfaat dibandingkan kompeng.10


(31)

2.5. Kerangka Konseptual

Keterangan:

Iv : intravena Im : intramuscular

ROP : Retinopathy of Prematurity NMDA : N-methyl-D-aspartate ASI : Air Susu Ibu

PIPP : Premature Infant Pain Profile

Gambar 2.3. Kerangka konsep penelitian : Variabel yang diteliti

MENURUNKAN AMBANG NYERI MENINGKATKAN RESPON NYERI

NYERI AKUT Prosedur invasif minor:

- pengambilan sampel - suntikan iv,im darah melalui tumit - pemeriksaan ROP

- dll

EKSITABILITAS NEURON MENINGKAT AKTIVASI SPINAL,

AKTIVASI NMDA

inflamasi

Aktivasi takinin

ASI

NON-NUTRITIVE SUCKING

SUKROSA ORAL METODE KANGGURU

POSISI

PIPP

• Usia gestasi • Respon perilaku • Laju jantung • Saturasi O2

• Mimik muka BAYI BARU LAHIR

PIPP

Lama Tangisan


(32)

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain

Desain penelitian ini adalah penelitian uji klinis terbuka (open trial) untuk membandingkan NNS dan pemberian ASI terhadap rerata skala nyeri PIPP dan lamanya menangis sebagai analgesik saat prosedur invasif minor pada bayi baru lahir.

3.2. Tempat dan Waktu

Pengambilan data dilakukan pada bulan September 2009 sampai dengan bulan November 2009 di ruang rawat perinatologi RS. Haji Adam Malik Medan (RSHAM).

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target penelitian ini adalah semua bayi baru lahir, sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah bayi baru lahir atau dirawat di ruang perinatologi RSHAM selama kurun waktu penelitian. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel dipilih secara konsekutif kemudian dilakukan randomisasi sederhana dengan menggunakan amplop.


(33)

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Untuk menjawab tujuan khusus metode mana yang efektif apakah pemberian ASI atau NNS, besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi independen, yaitu:3029

(

)

(

)

2 2 1 2 2 2 1 1 β α 2 1 P P Q P Q P Z 2PQ Z n n − + + = =

n1 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok A n2 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok B α = 0,05 = kesalahan tipe I → Tingkat kepercayaan 95% Zα = 1,96 = nilai baku normal

β = 0,2 = kesalahan tipe II → Power (kekuatan penelitian) 80% Zβ = 0,842

P1 Q

= 0,05 = proporsi skala nyeri pada kelompok yang diberi ASI21

1 = 1 – P1 = P

0,94

2 = Q

0,25 = proporsi skala nyeri pada kelompok NNS

2 = 1 – P2

P =

= 0,75

2 P

P1+ 2 = 0,15 Q = 1 – P = 0,85

Dari rumus di atas didapat besar sampel minimal untuk masing-masing kelompok sebanyak 48 orang.


(34)

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria inklusi :

- bayi baru lahir cukup bulan (usia gestasi 37-41 minggu)

- tidak ada kontraindikasi pemberian minum per oral

- nilai APGAR menit 1 dan 5 > 7

- Mendapat persetujuan dari orang tua 3.5.2. Kriteria eksklusi :

- ibu resiko tinggi saat hamil

- kelahiran dengan anastesi umum dengan nalokson atau metadon

- ibu yang menggunakan opioid

- bayi yang menggunakan naloxon dan phenobarbital dalam 48 jam

- bayi dengan kelainan kongenital termasuk gangguan neurologis

- bayi sepsis

3.6. Persetujuan (Informed Consent)

Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan mengenai kondisi anak dan tindakan yang akan dilakukan. Formulir persetujuan setelah penjelasan (PSP) dan naskah penjelasan kepada orang tua sebagaimana terlampir.


(35)

3.7. Alur Penelitian

Gambar 3.1. Alur penelitian

Bayi baru lahir sesuai kriteria inklusi

Skala PIPP, lama tangisan oleh 2 peneli dalam 2 waktu yang berbeda

Randomisasi

Dinilai tahapan perilaku Dilakukan rekaman video dengan

kamera SONY 2 menit sebelum, selama, dan 3 menit setelah

penusukan jarum

Monitor laju jantung dan saturasi oksigen tiap 30 detik

Dua menit

Diberi ASI NNS

Prosedur invasif minor


(36)

3.8. Etika Penelitian

Izin dari Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran USU.

3.9. Cara Kerja

1. Peneliti menjelaskan pada orang tua bahwa bayi baru lahir akan menjalani prosedur invasif minor berdasarkan indikasi medis dokter yang merawat. Peneliti menjelaskan mengenai NNS dan pemberian ASI sebagai analgesik pada prosedur invasif minor pada bayi baru lahir, juga mengenai penelitian yang akan dilakukan. Kemudian orangtua diminta menandatangani formulir persetujuan penelitian.

2. Peneliti kemudian memasang sensor pulse oxymetri pada telapak kaki yang tidak dilakukan tindakan prosedur invasif minor. Laju jantung dan saturasi oksigen transkutan dipantau dengan monitor. Pencatatan keduanya dilakukan dengan interval tiap 30 detik selama seluruh fase penelitian.

3. Tahapan perilaku bayi dinilai dengan skala Prechtl dua menit sebelum prosedur invasif minor dilakukan.

4. Peneliti membuka amplop berurutan yang berisi metode yang akan diberikan pada setiap bayi baru lahir.

5. Bayi diletakkan pada setiap kelompok metode: pada kelompok pertama diberikan dua milliliter ASI dengan menggunakan jarum suntik satu milliliter yang dimulai dua menit sebelum prosedur dan kelompok kedua bayi diletakkan di atas meja dengan pemberian kompeng dimulai dua menit sebelum prosedur.


(37)

6. Bayi direkam dengan kamera video (SONY Cyber-shot 10.1 Mega Pixels) oleh peneliti selama dua menit sebelum prosedur invasif minor dilakukan (fase pertama), selama prosedur invasif minor (fase kedua) dan hingga tiga menit setelah prosedur invasif minor dilakukan (fase ketiga). Awal setiap fase akan ditandai dengan suara peneliti yang menyebutkan setiap fase dimaksud.

7. Prosedur invasif minor dilakukan oleh perawat yang bertugas. Cara dan tempat melakukan prosedur invasif minor sesuai dengan prosedur yang berlaku di Divisi Perinatologi saat penelitian ini berlangsung.

8. Penilaian skala nyeri PIPP dilakukan 15 detik sebelum fase kedua dimulai, saat antara bayi mulai dipegang dan penusukan jarum dilakukan, dan tiga puluh detik setelah penusukan jarum melalui rekaman video. Penilaian skor nyeri dan lamanya tangisan dilakukan oleh dua orang peneliti dengan melihat rekaman video dalam dua waktu yang berbeda.

3.10. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

- pemberian ASI Nominal Dikotom

- Non nutritive sucking Nominal Dikotom

Variabel tergantung Skala

- Nilai skala nyeri PIPP Interval


(38)

3.11. Definisi Operasional

1. Bayi baru lahir

Bayi yang lahir atau dirawat di RSHAM dengan usia kronologis kurang dari 28 hari.

2. Penentuan masa gestasi

Masa gestasi ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir Ibu dan bila ada dengan USG pranatal, kemudian dikonfirmasi dengan kriteria Ballard oleh peneliti. Apabila ibu lupa hari pertama haid terakhir dan tidak ada USG pranatal, maka masa gestasi ditentukan dengan kriteria Ballard. Kriteria Ballard dapat dilihat pada lampiran.

3. Usia kronologis

Usia sejak bayi dilahirkan hingga tindakan dilakukan, dinyatakan dalam jam. 4. Anastesi umum

Pembiusan pada ibu yang mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran dan sensasi nyeri di seluruh tubuh. Pembiusan dapat dilakukan secara inhalasi, intravena, intramuskular, ataupun intrarektal.

5. Kelainan kongenital mayor

Kelainan bawaan yang mempengaruhi harapan hidup bayi secara langsung termasuk kelainan neurologis seperti hidrosefalus, mikrosefali, palatoschizis, atresia esofagus, dan lain-lain.


(39)

Suatu tindakan rutin yang dilakukan pada bayi baru lahir dapat berupa injeksi vitamin K, pengambilan darah dari tumit untuk pemeriksaan kadar gula darah, imunisasi, dan sebagainya.

7. Non-nutritive sucking

Memasukkan kompeng ke mulut supaya bayi menghisap tanpa ASI atau susu formula sebagai nutrisi.

8. Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu adalah susu yang berasal dari ibu bayi dimanan bayi disusui langsung oleh ibunya.

9. Pengukuran suhu

Suhu tubuh diukur dengan menggunakan termometer air raksa di aksila selama 5 menit.

10. Pengukuran berat badan

Berat badan bayi ditimbang dengan menggunakan timbangan bayi merek Miyaki dengan ketepatan 50 gram. Bayi ditimbang tanpa menggunakan pakaian. Timbangan diletakkan pada tempat datar dan alas keras.

11. Pengukuran skala nyeri

Skala nyeri ditentukan berdasarkan kriteria PIPP oleh peneliti dengan menggunakan rekaman video. Skala PIPP dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: nyeri minimal atau tidak nyeri (skor nol sampai enam), nyeri sedang (skor tujuh sampai 12), dan nyeri hebat (skor 13 sampai 21).


(40)

Laju jantung dan saturasi oksigen perkutan diukur secara otomatis dengan menggunakan monitor Ultraview SL. Sensor berupa plastik elastis seperti cincin berisi lempeng logam kecil dilekatkan di telapak kaki yang tidak dilakukan prosedur invasif minor. Pemasangan sensor ini tidak menimbulkan rasa sakit.

13. Pengukuran lama prosedur

Lama prosedur dihitung sejak bayi dipegang hingga pengambilan darah selesai (detik) dengan menggunakan stopwatch.

14. Lama tangisan

Lama suara tangisan yang diukur sejak mulai menangis hingga tangisan berhenti sama sekali yang dihitung dengan menggunakan stopwatch (detik). 15. Rekaman video

Rekaman video bayi dilakukan dengan kamera video (SONY Cyber-shot 10.1

Mega Pixels) oleh peneliti dua menit sebelum prosedur invasif minor

dilakukan hingga tiga menit setelah prosedur invasif minor selesai. Rekaman dalam bentuk digital dilihat oleh peneliti untuk menentukan skala nyeri pada waktu yang berbeda.

16. Tahapan Perilaku

Tingkat kewaspadaan bayi sebelum intervensi dinilai berdasarkan skala Precthl, yaitu (1) mata terpejam, pernafasan teratur, tidak ada gerakan, (2) mata terpejam, pernafasan tidak teratur, gerakan kasar, (3) mata terbuka,


(41)

tidak ada gerakan kasar tubuh, (4) mata terbuka, ad gerakan kasar tubuh, tidak menangis, (5) mata terbuka atau tertutup, bayi rewel atau menangis.

3.12. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan program komputer (SPSS Versi 13.0 dan Microsoft Excell tahun 2003). Disain analitik dipakai untuk menganalisis variabel yang berperan. Uji statistik yang dipakai dalam penelitian ini adalah x2 untuk kelompok independen. Dikatakan bermakna bila nilai P < 0.05. Kesesuaian antar dua penilai dihitung dengan strength of agreement yaitu Koefisien Kappa.


(42)

BAB 4. HASIL

Pada penelitian terdapat 96 bayi baru lahir yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada yang hilang dalam pemantauan. Bayi tersebut dibagi menjadi dua kelompok responden yaitu kelompok bayi yang mendapat ASI dan kelompok bayi yang mendapatkan NNS (Gambar 4.1).

Gambar 4.1. Profil penelitian

Bayi baru lahir sesuai kriteria inklusi (N=96)

ASI (n=48)

NNS (n=48)

Bayi yang mengikuti penelitian dari

awal hingga akhir (n=48)

Bayi yang mengikuti penelitian dari

awal hingga akhir (n=48)


(43)

Pada kelompok bayi yang memperoleh ASI, mayoritas berjenis kelamin perempuan (62.5%) sedangkan pada kelompok NNS jumlah bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir sama banyak yaitu 52.1% dan 47.9% (Tabel 4.1).

Prosedur invasif minor pada kedua kelompok bayi mayoritas adalah jenis suntikan Hepatitis B, masing-masing 28 bayi (58.3%) pada kelompok yang mendapat ASI dan 33 bayi (68.8%) pada kelompok NNS. Pada kelompok bayi yang mendapat NNS, yang terbanyak dilahirkan secara spontan (56.3%) sedangkan pada kelompok yang memperoleh ASI yang dilahirkan secara spontan dan dengan sectio cessaria jumlahnya sama yaitu sebanyak 24 bayi (tabel 4.1).

Tabel 4.1. Karakteristik responden penelitian

KARAKTERISTIK ASI NNS

(n=48) (n=48)

Jenis Kelamin n (%)

- Laki-laki 18 (37.5) 25 (52.1)

- Perempuan 30 (62.5) 23 (47.9)

Jenis Suntikan n (%)

- Vitamin K 20 (41.7) 15 (31.2)

- Hepatitis B 28 (58.3) 33 (68.8)

Partus n (%)

- Spontan 24 (50) 27 (56.3)

- Sectio cessaria 24 (50) 21 (43.7)

Usia gestasi (minggu), rerata (SD) 36.3 (3.7) 36.9 (4.1) Usia kronologis (hari), rerata (SD) 1.9 (1.2) 1.7 (1.0) Berat badan lahir (gram), rerata (SD) 3134.6 (356.3) 3165.4 (467.8) Berat badan sekarang (gram), rerata (SD) 3115.6 (361.2) 3133.8 (469.9) APGAR 1, rerata (SD) 8 (0.9) 8.4 (0.8) APGAR 5, rerata (SD) 9.8 (1.6) 10 (1.5)

Usia gestasi ditentukan dengan kriteria BALLARD, dimana kedua kelompok ASI dan NNS menunjukkan usia gestasi yang cukup bulan yaitu masing-masing 36.3 (3.7) minggu dan 36.9 (4.1) minggu. Usia kronologis untuk


(44)

kedua kelompok juga tidak jauh berbeda yaitu 1.9 (1.2) hari dan 1.7 (1.0) hari. Untuk kedua kelompok juga menunjukkan berat lahir dan berat saat penelitian berlangsung tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (P > 0.05).

Nilai Apgar 1 pada kelompok bayi yang memperoleh ASI berbeda bermakna dengan nilai Apgar 1 pada kelompok bayi yang memperoleh NSS (P = 0.04). Namun untuk nilai Apgar 5 tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (P = 0.52) dengan nilai masing-masing 9.8 (1.6) dan 10 (1.5).

Skala PIPP

Dari tabel 4.2 dapat dilihat kesesuaian antara kedua penilai yang digunakan dalam menghitung koefisien Kappa. Nilai kosefisien Kappa untuk skala PIPP adalah 0,8 (p = 0,0001), yang menunjukkan bahwa kekuatan kesesuaian (strength of agreement) antara dua penilai sangat baik. Dengan menggunakan korelasi Pearson diperoleh nilai r = 0,9 (p = 0,01), artinya korelasi antara penilai pertama dan kedua sangat kuat.

Tabel 4.2. Kesesuaian penilaian skala nyeri PIPP antara 2 penilai

PIPP II ** Total

Nyeri minimal

Nyeri

sedang Nyeri hebat

PIPP I * Nyeri minimal 15 0 0 15

Nyeri sedang 0 42 0 42

Nyeri hebat 0 0 39 39

Total 15 42 39 96

Keterangan: PIPP I : Skala PIPP peneliti pertama PIPP II : Skala PIPP peneliti kedua


(45)

PIPP I

20 10

0 -10

PI

PP I

I

30

20

10

0

-10

Gambar 4.2. Penilaian skala nyeri PIPP oleh kedua penilai

Terdapat perbedaan yang bermakna skala PIPP antara kelompok bayi yang mendapat ASI dengan kelompok bayi yang mendapat NNS dengan P = 0.01. Skala PIPP pada kelompok bayi yang mendapat ASI jauh lebih rendah dibandingkan kelompok bayi yang menggunakan NNS (Tabel 4.3). Selain itu, terdapat perbedaan bermakna (P = 0.03) pada lama tangisan kelompok bayi yang mendapat ASI dengan kelompok bayi yang mendapat NNS dengan nilai rata-rata 19.1 (17.1) dan 29.4 (28.1). Dengan hasil ini diketahui lama tangisan pada bayi yang mendapat ASI jauh lebih singkat dibandingkan kelompok bayi yang mendapat NNS, dengan selisih sebesar 10.1 detik.


(46)

Tabel 4.3. Perbedaan nilai skala nyeri PIPP dan lama tangisan pada kelompok bayi yang mendapat ASI dan NNS

Karakteristik

Kelompok*

IK 95% P

ASI NNS

(n=48) (n=48)

Skala nyeri (PIPP) 9.3 (3.6) 12.5 (3.3) -4.6 - -1.8 0,001 Lama Tangisan (detik) 19.1 (17,1) 29,4 (28.1) -19.7 - -0.9 0,03 *nilai berupa rerata (SD)

Pada tabel 4.4 tidak terdapat perbedaan yang bermakna skala PIPP dan lamanya tangisan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan nilai P = 0.4 dan P = 0.4.

Tabel 4.4. Perbedaan nilai skala PIPP dan lama tangisan berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik

Kelompok*

IK 95% P

Laki-Laki Perempuan

(n=43) (n=53)

Skala nyeri (PIPP) 11.3 (3.8) 10.6 (3.9) -4.0 – - 0.9 0.4 Lama Tangisan (detik) 22.3 (23.6) 25.9 (23.7) -4.1 – - 0.9 0.5 *nilai berupa rerata (SD)

Pada tabel 4.5 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna skala PIPP antara jenis suntikan vitamin K dan Hepatitis B dengan nilai P = 0.002. Namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna lama tangisan responden antara suntikan vitamin K dan Hepatitis B (P = 0.06). Sehingga disimpulkan jenis suntikan Hepatitis B lebih nyeri dibandingkan vitamin K, meskipun lama tagisan tidak berbeda bermakna.


(47)

Tabel 4.5. Perbedaan nilai skala PIPP dan lama tangisan berdasarkan jenis suntikan

Karakteristik

Kelompok*

IK 95% P

Vitamin K Hepatitis B

(n=35) (n=61)

Skala nyeri (PIPP) 9.3 (3.9) 11.8 (3.5) -19.3 – 0.4 0.002 Lama Tangisan (detik) 18.3 (17.7) 27.7 (26.0) -18.3 – 0.6 0.06 *nilai berupa rerata (SD)

Parameter Fisiologis

Frekuensi denyut jantung pada pengamatan detik ke-150 atau 30 detik setelah tindakan invasif minor antara kedua kelompok metode tidak ada perbedaan yang bermakna dengan uji T independen (p = 0.4) dengan IK (-4,03 – 9,22) (Gambar 4.3). Tapi, pada saturasi oksigen terdapat perbedaan yang bermakna dari pengamatan detik ke-150 untuk kedua kelompok studi (p = 0,001) pada IK 95% (2,3-7.4) (Gambar 4.4).


(48)

Gambar 4.3. Grafik frekuensi denyut jantung tiap kelompok ASI dan NNS


(49)

BAB 5. DISKUSI

Penelitian ini merupakan uji klinis terbuka untuk membandingkan efek anagesik ASI dan NNS pada bayi baru lahir saat prosedur invasif minor berupa injeksi vitamik K dan Hepatitis B.

Karakteristik demografi kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Pada kelompok bayi yang memperoleh ASI, mayoritas berjenis kelamin perempuan (62,5%) sedangkan pada kelompok NSS jumlah bayi berjenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir berimbang yaitu 52.1% dan 47.9%. Suatu penelitian tahun 1997 menemukan tidak terdapat perbedaan bermakna pada skala nyeri antara laki-laki dan perempuan meskipun ekspresi wajah lebih jelas terlihat pada bayi perempuan.30 Hal ini sesuai pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna skala nyeri PIPP dan lamanya tangisan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Sampai saat ini belum ada skala nyeri yang menjadi baku emas pada bayi baru lahir.31,32 Pembacaan skala nyeri dilakukan oleh 2 orang secara tersamar. Kedua penilai tidak mendapat pelatihan khusus mengenai skala PIPP, namun kesesuaian penilaian skala PIPP oleh keduanya memiliki nilai yang sangat baik. Hasil yang baik ini menunjukkan bahwa penilai memiliki keandalan yang baik.

Skala nyeri yang digunakan yaitu skala nyeri PIPP, skala ini merupakan skala yang banyak digunakan dalam penelitian. Universitas


(50)

Federal de Sao Paulo menyimpulkan dalam satu penelitiannya bahwa dari 7 skala nyeri yang diteliti, skala nyeri NFCS, NIPS dan PIPP merupakan skala nyeri yang valid untuk mengevaluasi nyeri32 maupun mengevaluasi gerakan ekspresi muka terhadap stimulus nyeri.33

Pada salah satu penelitian tahun 2007 yang membandingkan skala PIPP dan NIPS menyimpulkan bahwa kedua skala tersebut sangat baik untuk penelitian karena peneliti tidak memerlukan pembacaan skala nyeri saat itu juga, melainkan data direkam dan dilihat pada waktu yang berbeda dan dapat di ulang melalui video rekaman.34

Penelitian di Universitas Indonesia yang membandingkan glukosa oral dan plasebo pada 80 bayi saat pengambilan darah dengan menggunakan skala nyeri PIPP dan DAN menyimpulkan bahwa skala PIPP memberikan hasil yang bermakna dibandingkan DAN. Penelitian ini menyatakan skala DAN lebih subjektif dari PIPP,35 hal ini berbeda dengan penelitian lainnya di Prancis dimana kedua skala DAN dan PIPP memiliki hasil yang serupa.23 Namun suatu penelitian NICU di Iceland menyimpulkan bahwa skala PIPP merupakan suatu skala yang sensitif untuk menilai suatu nyeri dan direkomendasikan digunakan oleh klinisi dan penelitian.36

Penelitian ini menggunakan skala PIPP karena skala ini merupakan salah satu skala yang valid menurut konsensus nyeri internasional. Hasilnya ASI memiliki skala PIPP lebih rendah dibanding NNS sesaat setelah prosedur invasif minor. Hal ini sesuai dengan suatu penelitian yang membandingkan


(51)

menyusui, pelukan ibu, air steril dan 30% glukosa dengan kompeng namun lebih baik penggunaan menyusui karena lebih mudah.22

Pada penelitian tahun 2006 yang membandingkan kompeng dan menyusui pada 20 bayi baru lahir dan disimpulkan bahwa mengisap dengan kompeng baik digunakan untuk mengurangi nyeri namun menyusui jauh lebih baik dalam mengurangi rasa nyeri pada bayi baru lahir saat prosedur invasif.37 Penelitian ini menguatkan penelitian tersebut bahwa ASI benar-benar memiliki efek lebih baik dibandingkan NNS bukan karena efek pelukan dari ibunya.

Perubahan parameter fisiologis yang bermakna pada penelitian ini ialah penurunan saturasi oksigen. Hal ini sesuai dengan tahun 1997 dimana colostrum dapat menurunkan peningkatan denyut jantung dan penurunan saturasi oksigen.31

Suatu penelitian di Turki menemukan tidak ada perbedaan bermakna dengan pemberian ASI selama proses imunisasi. Namun hal ini disebabkan karena kurangnya sensitifitas alat yang digunakan.38 Beberapa penelitian yang membandingkan pemberian 5 ml ASI dengan 5 ml plasebo menghasilkan ASI lebih diterima dan toleransi oleh bayi dengan berkurangnya peningkatan denyut jantung, penurunan saturasi oksigen, dan lama tangisan,39 dan merupakan suatu prosedur yang mudah dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.40


(52)

Hal ini sesuai dengan penelitian ini dimana ada penurunan saturasi oksigen secara bermakna, namun tidak terdapat penurunan peningkatan denyut jantung yang mungkin disebabkan kurangnya sensitifitas alat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI merupakan suatu prosedur yang mudah dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi nyeri saat prosedur invasif minor.

Penelitian tahun 2001 menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna lama tangisan bayi antara kelompok yang diberi kolostrum dengan NNS.41 Namun pada penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan antara bayi yang diberikan ASI dibandingkan NNS dimana lamanya tangisan signifikan lebih rendah pada bayi yang diberi ASI. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa ASI efektif untuk mengurangi rasa nyeri saat prosedur invasif minor dimana lamanya tangisan berkurang secara spontan dibandingkan plasebo42,43,44 dan dapat direkomendasikan untuk mengurangi stres pada neonatus saat prosedur invasif minor.45


(53)

BAB 6. KESIMPULAN

Dari penelitian ini didapati bahwa dua milliliter ASI yang diberikan dua menit sebelum prosedur invasif minor efektif mengurangi nyeri pada bayi baru lahir yang tampak pada berkurangnya skala PIPP dan lamanya tangisan dan peningkatan saturasi oksigen dibandingkan NNS.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

1. Walden M. Pain in the newborn and infant. Dalam Kenner C, Lott JW. Comprehensive neonatal care an interdisciplinary approach: edisi ke empat. St Louis: Saunders elsevier; 2007.h.360-71

2. Khurana S, Hall RW, Anand KJS. Treatment of Pain and stress in the neonatal: when and how. Neoreviews. 2005; 6:e76-87

3. O’rourke D. The measurement of pain in infants, children, and adolescents: from policy and practice. Physical therapy. 2004; 84:560-70

4. Derebent E, Yigit R. Non-pharmacological pain management in newborn. Firat university. 2008; 22:113-8

5. Anand KJS, Aranda JV, Berde CB, Buckman S, Capparelli EV, dkk. Summary Proceedings from the neonatal pain-control group. Pediatrics. 2005; 117:S9-22

6. Hummel P, Puchalski M, Creech SD, Weiss MG. Clinical reliability ang validity of N-PASS: neonatal pain, agitation, and sedation scale with prolonged pain. Journal of perinatology. 2008; 28:55-60

7. Hall RW, Anand KJS. Physiology of Pain and Stress in the Newborn. Neoreview. 2005; 6:e61-8

8. Koeppel R. Assessment and management of acute pain in the

newborn. AWHONN. Diunduh dari: www.awhonn.org/awhonn/binary.content.do?name=resources.html.

Diakses November 2008

9. Gray L, Miller LW, Phillip BL, Blass EM. Breastfeeding is analgesic in healthy newborn. Pediatrics. 2002; 109:590-3

10. Carbajal R, Lenclen R, Gajdos V, Jugie M, Paupe A. Crossover trial of analgesic efficacy of glucose and pacifier in very preterm neonates during subcutanteous injections. Pediatrics. 2002; 110:389-93

11. Carbajal R, Chauvet X, Couders S, Martin MO. Randomised trial of analgesic effects of sucrose, glucose, and pacifiers in term neonates. BMJ. 1999; 319:1393-7

12. Hall RW, Anand KJS. Short-and Long-term impact of neonatal pain and stress: more than an ouchie. Neoreviews 2005;6:e69-e75

13. Steven BJ. Factors that influence the behavioral pain renponses of premature infants. Pain. 1994; 59(1):101-9

14. Balda RC, Guinsburg R, Almeida MF, Peres CA, Miyoshi MH, Kopelman BI. The recognition of facial expression of pain in full-term newborn by parents and health professional.Arch Pediatr Adolesc Med.2000; 154:1009-16


(55)

15. Anand KJS. Consensus statement for the prevention and management of pain in the newborn. Arch Pediatrics. 2008; 155:173-80

16. Committee on fetus and newborn, committee on drugs, section on anaesthesiology, section on surgery and Canadian paediatric society, fetus and newborn committee. Prevention and management of pain and stress in the neonates. Pediatrics. 2000; 105:454-61

17. Maggio TJ, Gibbons MAE. Neonatal pain management in the 21st century. Dalam Taeusch HW, Ballard RA, Gleason CA. Avery’s Diseases of the newborn: edisi ke delapan. Elsevier saunders; 2004. h. 438-46

18. Bellieni CV, Burroni A, Perrone S, Cordelli DM, Nenci A, Lunghi A, dkk. Intracranial pressure during procedural pain. Biol Neonate. 2003; 8:202-5

19. Johnston CC, Filion F, Campbell-Yeo M, Goulet C, Bell L, McNaughton K, dkk. Kangaroo mother care diminishes pain from heel lance in very preterm neonates: A crossover trial. Pediatrics. 2008; 8:1-9

20. American Academy of Pediatrics, Committee on Fetus and Newborn, Canadian Paediatric society, Fetus and Newborn Committe. Prevention and management of pain in the neonates: an update. Pediatrics. 2006; 118:2231-41

21. Barret T, Kent S, Voudouris N. Does melatonin modulate beta-endorphin, cortecosteron, and pain threshold?. Life Sci. 2000; 66:467-76

22. Blass EM. Milk-induced hypoalgesia in human newborns. Pediatrics. 1997; 99:825-9

23. Carbajal R, Veerapen S, Couderc S, Jugie M, Ville Y. Analgesic effect of breast feeding in term neonates: randomised controlled trial. 2003; 326:73-9

24. Shah PS, Aliwalas L, Shah V. Breastfeeding or breasmilk to alleviate procedural pain in neonates: systematic review. Breastfeeding medicine. 2007; 2:74-82

25. Codipietro L, Ceccarelli M, Ponzone A. Breastfeeding or oral sucrose solution in term neonates receiving heel lance: a randomized, controlled trial. Pediatrics. 2008; 122:e716-21

26. Stevens B, Yamada J, Ohlsson A. Sucrose for analgesia in newborn infants undergoing painful prosedures. Cochrane database of systemic review. 2004; 3:1-39

27. Schubiger G, Schward U, Tonz O. UNICEF/WHO baby-friendly hospital initiative: does the use of bottles and pacifiers in the neonatal nursery prevent successful breastfeeding?. Eur J Pediatr. 1997; 156:874-7

28. Shiao SY, Chang YJ, Lannon H, Yarandi H. Meta-analysis of the effects of nonnutritive sucking on heart rate and peripheral


(56)

oxygenation: research from the past 30 years. Issues Compr Pediatr Nurs. 1997; 20:11-24

29. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam Sastoasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis: edisi ke tiga. Jakarta: Sagung Seto; 2008.h.302-30

30. Guinsburg R, Peres CA, Almeida MFB, Balda R, Berenguel RC, Toneletto J, dkk. Differences in pain expression between male and female newborn infant. Pain 2000; 85:127-33

31. Anand KJS. Pain assesment in preterm neonates. J Pediatrics. 2007; 119:605-7

32. Serpa ABM, Guinsburg R, Balda RCX, Santos AMN, Areco KCN, Peres CA. Multidimensional pain assessment of preterm newborns at the 1st, 3rd, and 7th days of life. Sao Paulo Med J. 2007; 125(1):29-33 33. Dijk M, Simon S, Tibboel D. Pain assessment in neonates. Paed

Perinatal Drig Ther. 2004; 83:549-52

34. Bellienni CV, Cordelli DM, Caliani C, Camila P, Franci N, Perrone S, dkk. Inter-observer reliability of two pain scale for newborns. J Earl Hum Dev. 2007; 83:549-52

35. Devaera Y. Larutan glukosa oral sebagai analgesik pada prosedur pengambilan darah tumit bayi baru lahir: suatu uji klinis acak tersamar ganda. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia; 2006.h.1-39

36. Jonsdottir RB, Kristjansdottir G. The sensitivity of premature infant pain profile-PIPP to measure pain in hospitalized neonates. J of Evaluation in Clin Pract. 2005; 11(6):598-605

37. Abdulkader HM, Freer Y, Walker SM, Mcintosh N. Effect of suckling on the peripheral sensitivity of full-term newborn infants. Arch Dis Child Fetal Neonatal. 2007; 92:F130-1

38. Efe E, Ozer ZC. The use of breastfeeding for pan relief during neonatal immunization injections. Applied Nursing Research. 2007; 20:10-6 39. Upadhyay A, Aggarwal R, Narayan S, Joshi M, Paul VK, Deorari AK.

Analgesic effect of expressed breast milk in procedural pain in term neonates: randomized, placebo-controlled, double-blind trial. Acta Pediatr. 2004; 93:518-22

40. Uga E, Candriella M, Perino A, Alloni V, Angilella G, Trada M, dkk. Heel lance in newborn during breastfeeding: an evaluation of analgesic effect of this procedure. Italian J of Pediatr. 2008; 34(3):1-5

41. Blass EM, Miller LW. Effect of colostrum in newborn humans: dissociation between analgesic and cardiac effect. JDBP. 2001; 22(6):385-91


(57)

42. Phillips RM, Chantry CJ, Gallagher MP. Analgesic effects of breastfeeding or pacifieruse with maternal holding in term infant. Ambul Pediatr. 2005; 5:359-64

43. Uyan ZS, Ozek E, Bilgen H, Cebecf D, Akman I. Effect of foremilk and hindmilk on simple procedural pain in newborns. Pediatrics International. 2005; 47:252-7

44. Gradin M, Finnstrom O,Schollin J. Feeding and oral glucose-addictive effects on pain reduction in newborns. Early Human Development. 2004; 77:57-65

45. Corbo MG, Mansi G, Stagni A, Romano A, Heuvel JV, Capasso L, dkk. Nonnutritive sucking during heelstick procedure decreases behavioral distress in the newborn infant. Biol Neonate. 2000; 77:162-7

46. Ballard JL, Khoury JC, Wedig K. New ballard score, expanded to include extremely premature infants. J Pediatrics. 1991; 119:417-23


(58)

Lampiran 1.

LEMBAR INFORMASI ORANG TUA

Bapak/Ibu Yang Terhormat,

Saat ini sub bagian perinatologi anak RSHAM sedang melakukan penelitian mengenai “Perbandingan pemberian ASI dan NNS untuk mengurangi rasa nyeri saat prosedur invasif pada bayi baru lahir ”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode mana yang lebih efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada bayi cukup bulan apakah dengan cara pemberian ASI atau NNS pada saat prosedur invasif. Kami akan melakukan pemeriksaan fisik dan memberikan intervensi berupa penyuntikan vitamin K 1 mg atau imunisasi Hepatitis B dan di nilai metode mana yang paling efektif untuk mengurangi rasa nyeri apakah dengan cara pemberian ASI atau NNS.

Bayi Ibu/Bapak ialah bayi baru lahir dan dalam kondisi stabil, serta akan diinjeksi vitamin K yang merupakan permintaan dokter yang merawat, sebagai bagian dari perawatan bayi baru lahir. Karena itu diminta kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Pada saat diinjeksi, bayi baru lahir sudah dapat merasakan nyeri. Nyeri merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan, dan merupakan suatu hal yang manusiawi apabila nyeri tersebut dikurangi.


(59)

Salah satu untuk mengurangi rasa nyeri yaitu dengan memberikan ASI dan NNS yang merupakan cara yang aman dan efektif. Di Indonesia cara ini belum pernah dilakukan.

Bila bersedia ikut, bayi ibu akan diberi ASI atau NNS dengan cara dimasukkan ke mulut dua menit sebelum pengambilan darah. Kemudian dilakukan pemantauan terhadap denyut jantung, dan kadar oksigen dalam darah melalui alat monitor. Selama dua menit sebelum tindakan dan tiga menit setelah tindakan, bayi bapak dan ibu akan direkam dengan kamera video. Rekaman akan dilihat oleh peneliti untuk menilai ekspresi nyeri.

Penelitian ini diikuti dengan sukarela, tanpa dipungut biaya, dan Bapak/Ibu diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan putera/puteri Bapak/Ibu. Hal yang berhubungan dengan penelitian akan kami simpan sebagai rahasia.

Bila Bapak/Ibu masih membutuhkan penjelasan, dapat menghubungi Dokter Sevina Marisya di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, atau melalui telepon 06177291959 atau 081361325785.


(60)

Lampiran 2.

LEMBAR PERSETUJUAN ORANG TUA BAYI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat : Telepon :

selaku ayah/ibu (sebutkan...) dari bayi...

setelah mendapat keterangan secukupnya tentang manfaat pemberian ASI dan NNS sebelum dilakukan tindakan penyuntikan vitamin K 1 mg atau imunisasi Hepatitis B, maka saya bersedia dengan sukarela menyetujui / tidak menyetujui*) putera/puteri kami untuk diikutsertakan dalam penelitian ”Perbandingan pemberian ASI dan NNS untuk mengurangi rasa nyeri saat

prosedur invasif minor pada bayi baru lahir”.

Demikian surat pernyataan ini dibuat tanpa paksaan dan digunakan sebagaimana mestinya.

Medan, 2009

Penanggung jawab penelitian Orang tua

( dr. Sevina Marisya) (...) Saksi

( )

*)


(61)

Lampiran 3.

Premature Infant Pain Profile (PIPP)9

Proses Indikator Deskripsi nyeri Nilai

0 1 2 3

Usia Gestasi

>36 minggu

32 minggu – 35 minggu 6 hari

28minggu – 31 minggu 6 hari

< 28 minggu -

Skor 15 detik sebelum mulai Tahapan perilaku Aktif/bang un, mata terbuka, ada gerakan wajah Tenang/terban gun, mata terbuka, tidak ada gerakan wajah Aktif/tertidur mata tertutup, ada gerakan wajah Tenang/terti dur, mata tertutup, tidak ada gerakan wajah - Rekam rerata laju jantung: Evaluasi bayi setelah 30 detik

Laju jantung maksimal Meningkat 0-4 denyut per menit Meningkat 5-14 denyut per menit Meningkat 15 - 24 denyut per menit

Meningkat > 25 denyut per menit

-

Rekam rerata oksigen saturasi Evaluasi bayi setelah 30 detik

Saturasi oksigen minimal

Turun 0 - 2,4 %

Turun 2,5 - 4,9 %

Turun 5 - 7,4 %

Turun > 7,5 %

-

Observasi bayi setelah 30 detik

Kerutan dahi Tidak ada (< 9% waktu observasi) Minimal (10-39% waktu observasi) Sedang (40-69% waktu observasi) Maksimal (> 70% waktu observasi) - Observasi bayi setelah 30 detik

Mata tertutup rapat Tidak ada (< 9% waktu observasi) Minimal (10-39% waktu observasi) Sedang (40-69% waktu observasi) Maksimal ( > 70% waktu observasi)

-

Observasi bayi setelah 30 detik

Lipatan nasolabial mendalam Tidak ada (< 9% waktu observasi) Minimal (10-39% waktu observasi) Sedang (40-69% waktu observasi) Maksimal ( > 70% waktu observasi)


(62)

Nilai Ballard 46

Maturitas neuromuskular

Nilai -1 0 1 2 3 4 5

Sikap tubuh Square Window Rekoil lengan Sudut lutut Tanda Scarf Tumit ke telinga Maturitas fisik

NILAI TOTAL USIA GESTASI

-10 20

-5 22

0 24

5 26

10 28

15 30

NILAI TOTAL USIA GESTASI

20 32

25 34

30 36

35 38

40 40

45 42

50 44

Tanda -1 0 1 2 3 4 5

Kulit lengket, rapuh, tembus pandang Seperti agar merah, tembus cahaya Merah jambu lembut, tampak gambaran vena Permukaan terkelupas, kemerahan, beberapa vena pecah daerah gundul, pucat vena sangat sedikit parchement terbelah dalam, tidak tampak vena kasar, pecah, keriput

Lanugo Tidak ada Jarang Banyak Halus Daerah

kebotakan Umumnya tanpa lanugo Permukaan plantar Tumit-jari kaki 40-50 mm = -1,

<40 mm = -2

>50 mm, tanpa jari kaki

faint, bercak

kemerahan

garis kaki hanya di anterior

garis kaki sampai 2/3

anterior

garis kaki di seluruh tapak payudara Tidak teraba Hampir tidak

teraba

Areola rata, tanpa bantalan

areola agak menonjol, bantalan 1-2 mm

Areola menonjol,bantal

an 3-4 mm

Areola sangat menonjol,bantal

an 5-10 mm mata &

telinga

Kerapatan kelopak longgar = -1,

rapat = -2

Kelopak terbuka, daun telinga

rata, masih terlipat

Daun telinga sedikit melengkung, lunak dengan rekoil yang

lambat

Lengkung terbentuk baik, lunak, tapi rekoil

cepat Bentuk dan kekerasan baik, segera rekoil Tulang rawan cukup tebal, daun telinga sudah kaku Jenis Kelamin, laki-laki Skrotum rata, halus Skrotum kosong, guratan kulit halus

Testis di bagian atas kanal, guratan

kulit jarang Testes turun, guratan terlihat cukup jelas Testes jelas dalam skrotum

turun, ruga cukup jelas Testes sudah bergelayut, ruga cukup dalam Jenis Kelamin, Perempuan Klitoris menonjol, labia rata Klitoris menonjol, labia minor kecil

Klitoris menonjol, labia minor lebih

besar

Labia Mayor and minor sama-sama menonjol Labia mayor besar, labia minor kecil Labia mayor menutupi klitoris dan minor Lampiran 4.


(63)

Y T KRITERIA INKLUSI

Rencana pemeriksaan darah melalui tumit sesuai instruksi dokter yang merawat

Berat lahir > 1500 gram

Nilai Apgar menit ke-1 dan ke-5 >6 Boleh minum peroral

Tidak mendapat sedasi Usia kronologis < 28 hari

Y T KRITERIA INKLUSI

Ibu pengguna narkotika/zat adiftif lainnya

Ibu mendapat anastesi umum, nalokson atau metadon

Kelainan kongenital mayor/neurologis Bayi sepsis

Skala Prectl 5

Lama prosedur > 7 menit Menolak ikut penelitian

DATA DASAR

Indikasi pengambilan sampel darah: Usia gestasi: minggu

Usia kronologis: hari jam BBL: gram. BBS: gram Persalinan:

Nilai Apgar: menit 1: menit 5: Suhu: 0C

Minum terakhir: jam TAHAPAN PERILAKU:

1. Mata terpejam, pernapasan teratur, tidak ada gerakan

2. Mata terpejam, pernapasan tidak teratur, ada gerakan kasar 3. Mata terbuka, tidak ada gerakan

kasar tubuh

4. Mata terbuka, ada gerakan kasar tubuh, tidak menangis

5. Mata terbuka atau tertutup, bayi rewel atau menangis

MONITOR Fase 1 Fase 2 Fase 3

Waktu 0 30” 60” 90” 120”

FN SaO2

Waktu 150” 180” 210” 240” 270”

FN SaO2

Waktu 300” 330” 360” 390” 420”

FN SaO2

Waktu 450” 480” 510” 540” 570”

FN SaO2

Waktu 600” 630” 660” 690” 720”

FN SaO2

SKALA NYERI

PIPP Penilai Usia gestasi Tahapan perilaku HR max Saturasi min Brow bulge Eye squeeze Nasolabial furrow TOTAL PROSEDUR DAN HASIL

Lama prosedur : menit Jumlah tusukan : kali Petugas : _

KGD Ad :

EFEK SAMPING : _ BAYI PULANG TANGGAL:

FORMULIR PELAPORAN PENELITIAN PERBANDINGAN PEMBERIAN ASI DAN NON-NUTRITIVE SUCKING

PADA PROSEDUR INVASIF PADA BAYI BARU LAHIR

No. Urut : No. MR :


(64)

Lampiran 6.

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Dr. Sevina Marisya

Tempat/ tanggal lahir : Medan/ 22 September 1982

Alamat : Jl M. Basyir no 72 Medan

Nama suami : Dr. Fahrul Azmi Tanjung

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar Harapan 1 Medan, selesai tahun 1994.

2. Sekolah Menengah Pertama Harapan 1 Medan, selesai tahun 1997. 3. Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Medan, selesai tahun 2000. 4. S1 Sarjana Kedokteran (S.Ked), Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, selesai tahun 2004.

5. Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, selesai tahun 2006.

6. S2 Magister Kedokteran Klinik Bidang Pediatrik (M.Ked-Ped) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak (PPDSA) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tahun 2007 sampai sekarang.


(1)

Salah satu untuk mengurangi rasa nyeri yaitu dengan memberikan ASI dan NNS yang merupakan cara yang aman dan efektif. Di Indonesia cara ini belum pernah dilakukan.

Bila bersedia ikut, bayi ibu akan diberi ASI atau NNS dengan cara dimasukkan ke mulut dua menit sebelum pengambilan darah. Kemudian dilakukan pemantauan terhadap denyut jantung, dan kadar oksigen dalam darah melalui alat monitor. Selama dua menit sebelum tindakan dan tiga menit setelah tindakan, bayi bapak dan ibu akan direkam dengan kamera video. Rekaman akan dilihat oleh peneliti untuk menilai ekspresi nyeri.

Penelitian ini diikuti dengan sukarela, tanpa dipungut biaya, dan Bapak/Ibu diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan putera/puteri Bapak/Ibu. Hal yang berhubungan dengan penelitian akan kami simpan sebagai rahasia.

Bila Bapak/Ibu masih membutuhkan penjelasan, dapat menghubungi Dokter Sevina Marisya di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, atau melalui telepon 06177291959 atau 081361325785.


(2)

Lampiran 2.

LEMBAR PERSETUJUAN ORANG TUA BAYI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat : Telepon :

selaku ayah/ibu (sebutkan...) dari bayi...

setelah mendapat keterangan secukupnya tentang manfaat pemberian ASI dan NNS sebelum dilakukan tindakan penyuntikan vitamin K 1 mg atau imunisasi Hepatitis B, maka saya bersedia dengan sukarela menyetujui / tidak menyetujui*) putera/puteri kami untuk diikutsertakan dalam penelitian ”Perbandingan pemberian ASI dan NNS untuk mengurangi rasa nyeri saat prosedur invasif minor pada bayi baru lahir”.

Demikian surat pernyataan ini dibuat tanpa paksaan dan digunakan sebagaimana mestinya.

Medan, 2009

Penanggung jawab penelitian Orang tua

( dr. Sevina Marisya) (...) Saksi

( )

*)


(3)

Lampiran 3.

Premature Infant Pain Profile (PIPP)9

Proses Indikator Deskripsi nyeri Nilai

0 1 2 3

Usia Gestasi

>36 minggu

32 minggu – 35 minggu 6 hari

28minggu – 31 minggu 6 hari

< 28 minggu -

Skor 15 detik sebelum mulai Tahapan perilaku Aktif/bang un, mata terbuka, ada gerakan wajah Tenang/terban gun, mata terbuka, tidak ada gerakan wajah Aktif/tertidur mata tertutup, ada gerakan wajah Tenang/terti dur, mata tertutup, tidak ada gerakan wajah - Rekam rerata laju jantung: Evaluasi bayi setelah 30 detik

Laju jantung maksimal Meningkat 0-4 denyut per menit Meningkat 5-14 denyut per menit Meningkat 15 - 24 denyut per menit

Meningkat > 25 denyut per menit

-

Rekam rerata oksigen saturasi Evaluasi bayi setelah 30 detik

Saturasi oksigen minimal

Turun 0 - 2,4 %

Turun 2,5 - 4,9 %

Turun 5 - 7,4 %

Turun > 7,5 %

-

Observasi bayi setelah 30 detik

Kerutan dahi Tidak ada (< 9% waktu observasi) Minimal (10-39% waktu observasi) Sedang (40-69% waktu observasi) Maksimal (> 70% waktu observasi) - Observasi bayi setelah 30 detik

Mata tertutup rapat Tidak ada (< 9% waktu observasi) Minimal (10-39% waktu observasi) Sedang (40-69% waktu observasi) Maksimal ( > 70% waktu observasi)

-

Observasi bayi setelah 30 detik

Lipatan nasolabial mendalam Tidak ada (< 9% waktu observasi) Minimal (10-39% waktu observasi) Sedang (40-69% waktu observasi) Maksimal ( > 70% waktu observasi)


(4)

Nilai Ballard 46

Maturitas neuromuskular

Nilai -1 0 1 2 3 4 5

Sikap tubuh Square Window Rekoil lengan Sudut lutut Tanda Scarf Tumit ke telinga Maturitas fisik

NILAI TOTAL USIA GESTASI

-10 20

-5 22

0 24

5 26

10 28

15 30

NILAI TOTAL USIA GESTASI

20 32

25 34

30 36

35 38

40 40

45 42

50 44

Tanda -1 0 1 2 3 4 5

Kulit lengket, rapuh, tembus pandang Seperti agar merah, tembus cahaya Merah jambu lembut, tampak gambaran vena Permukaan terkelupas, kemerahan, beberapa vena pecah daerah gundul, pucat vena sangat sedikit parchement terbelah dalam, tidak tampak vena kasar, pecah, keriput Lanugo Tidak ada Jarang Banyak Halus Daerah

kebotakan Umumnya tanpa lanugo Permukaan plantar Tumit-jari kaki 40-50 mm = -1,

<40 mm = -2

>50 mm, tanpa jari kaki

faint, bercak

kemerahan

garis kaki hanya di anterior

garis kaki sampai 2/3

anterior

garis kaki di seluruh tapak payudara Tidak teraba Hampir tidak

teraba

Areola rata, tanpa bantalan

areola agak menonjol, bantalan 1-2 mm

Areola menonjol,bantal

an 3-4 mm

Areola sangat menonjol,bantal

an 5-10 mm mata &

telinga

Kerapatan kelopak longgar = -1,

rapat = -2

Kelopak terbuka, daun telinga

rata, masih terlipat

Daun telinga sedikit melengkung, lunak dengan rekoil yang

lambat

Lengkung terbentuk baik, lunak, tapi rekoil

cepat Bentuk dan kekerasan baik, segera rekoil Tulang rawan cukup tebal, daun telinga sudah kaku Jenis Kelamin, laki-laki Skrotum rata, halus Skrotum kosong, guratan kulit halus

Testis di bagian atas kanal, guratan

kulit jarang Testes turun, guratan terlihat cukup jelas Testes jelas dalam skrotum

turun, ruga cukup jelas Testes sudah bergelayut, ruga cukup dalam Jenis Kelamin, Perempuan Klitoris menonjol, labia rata Klitoris menonjol, labia minor kecil

Klitoris menonjol, labia minor lebih

besar

Labia Mayor and minor sama-sama menonjol Labia mayor besar, labia minor kecil Labia mayor menutupi klitoris dan minor Lampiran 4.


(5)

Y T KRITERIA INKLUSI Rencana pemeriksaan darah melalui tumit sesuai instruksi dokter yang merawat

Berat lahir > 1500 gram

Nilai Apgar menit ke-1 dan ke-5 >6 Boleh minum peroral

Tidak mendapat sedasi Usia kronologis < 28 hari

Y T KRITERIA INKLUSI

Ibu pengguna narkotika/zat adiftif lainnya

Ibu mendapat anastesi umum, nalokson atau metadon

Kelainan kongenital mayor/neurologis Bayi sepsis

Skala Prectl 5

Lama prosedur > 7 menit Menolak ikut penelitian DATA DASAR

Indikasi pengambilan sampel darah: Usia gestasi: minggu

Usia kronologis: hari jam BBL: gram. BBS: gram Persalinan:

Nilai Apgar: menit 1: menit 5:

Suhu: 0C

Minum terakhir: jam TAHAPAN PERILAKU:

1. Mata terpejam, pernapasan teratur, tidak ada gerakan

2. Mata terpejam, pernapasan tidak teratur, ada gerakan kasar 3. Mata terbuka, tidak ada gerakan

kasar tubuh

4. Mata terbuka, ada gerakan kasar tubuh, tidak menangis

5. Mata terbuka atau tertutup, bayi rewel atau menangis

MONITOR Fase 1 Fase 2 Fase 3

Waktu 0 30” 60” 90” 120”

FN

SaO2

Waktu 150” 180” 210” 240” 270”

FN

SaO2

Waktu 300” 330” 360” 390” 420”

FN

SaO2

Waktu 450” 480” 510” 540” 570”

FN

SaO2

Waktu 600” 630” 660” 690” 720”

FN

SaO2

SKALA NYERI

PIPP Penilai

Usia gestasi Tahapan perilaku HR max

Saturasi min

Brow bulge Eye squeeze Nasolabial furrow

TOTAL PROSEDUR DAN HASIL

Lama prosedur : menit

Jumlah tusukan : kali

Petugas : _

KGD Ad :

EFEK SAMPING : _ BAYI PULANG TANGGAL:

FORMULIR PELAPORAN PENELITIAN PERBANDINGAN PEMBERIAN ASI DAN NON-NUTRITIVE SUCKING

PADA PROSEDUR INVASIF PADA BAYI BARU LAHIR

No. Urut : No. MR :


(6)

Lampiran 6.

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Dr. Sevina Marisya

Tempat/ tanggal lahir : Medan/ 22 September 1982 Alamat : Jl M. Basyir no 72 Medan Nama suami : Dr. Fahrul Azmi Tanjung

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar Harapan 1 Medan, selesai tahun 1994.

2. Sekolah Menengah Pertama Harapan 1 Medan, selesai tahun 1997. 3. Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Medan, selesai tahun 2000. 4. S1 Sarjana Kedokteran (S.Ked), Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, selesai tahun 2004.

5. Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, selesai tahun 2006.

6. S2 Magister Kedokteran Klinik Bidang Pediatrik (M.Ked-Ped) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak (PPDSA) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tahun 2007 sampai sekarang.