PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN COPING ADAPTIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ABSTRAK
PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN
COPING ADAPTIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 BANDAR
LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh
ERLIANI PRATIWI
Masalah penelitian ini adalah coping adaptif siswa yang rendah. Permasalahannya
adalah “apakah konseling kelompok dapat meningkatkan coping adaptif pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015?.
Tujuan penelitian untuk mengetahui penggunaan konseling kelompok dalam
meningkatkan coping adaptif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar
Lampung.
Metode penelitian adalah metode pre-eksperimetal dengan one-group pretestposttest design. Subjek penelitian sebanyak 10 orang siswa. Teknik pengumpulan
data menggunakan skala coping adaptif dan observasi coping adaptif sebagai
pendukungnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling kelompok dapat meningkatkan
coping adaptif pada siswa, terbukti dari hasil analisis data menggunakan uji
Wilcoxon, dari hasil pretest dan posttest diperoleh zhitung = –2,807 < ztabel = 1,645
maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya konseling kelompok dapat
meningkatkan coping adaptif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar
Lampung. Kemudian, berdasarkan hasil perhitungan rata-rata peningkatan secara

keseluruhan adalah sebesar 43,99%. Peningkatan ini juga sesuai dengan hasil
observasi perilaku siswa dalam kegiatan sekolah sehari-hari yang semakin
berperilaku adaptif dan semakin berkembang menjadi lebih baik.
Kesimpulannya adalah konseling kelompok dapat meningkatkan coping adaptif
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2014/2015.
Saran yang diberikan adalah (1) Kepada siswa, siswa yang memiliki masalah
hendaknya mengikuti kegiatan konseling kelompok yang diberikan oleh guru
bimbingan dan konseling (2) Kepada guru bimbingan dan konseling, dapat
meningkatkan frekuensi dalam menggunakan konseling kelompok untuk
membantu coping adaptif siswa. (3) Para peneliti lain hendaknya mempersiapkan
diri dengan baik untuk melakukan berbagai bentuk layanan bimbingan dan
konseling khususnya konseling kelompok.
Kata kunci: bimbingan dan konseling, coping adaptif, konseling kelompok

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN
COPING ADAPTIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 BANDAR
LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

ERLIANI PRATIWI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 28 Maret 1992 yang merupakan putri kedua dari
lima bersaudara, pasangan Bapak Erpendi dan Ibu Rismayanti.


Penulis menempuh pendidikan formal yang diawali dari: TK YMB (Yayasan
Mencerdaskan Bangsa) lulus tahun 1998; SD Negeri 09 Pagi Jakarta sampai kelas
IV SD, kemudian dilanjutkan SD 1 Sarirejo lulus tahun 2004; SMP Swadhipa 1
Natar lulus tahun 2007; kemudian melanjutkan ke SMA Swadhipa Natar lulus
tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan
dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Penerimaan
Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selanjutnya, pada tahun 2013
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMP Negeri 3 Sukau, kedua
kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Jagaraga, Kecamatan Sukau, Kabupaten
Lampung Barat, Lampung.

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas terselesaikannya
penulisan skripsi ini, kupersembahkan
karya kecilku ini kepada :

Ayah dan ibuku tersayang, Erpendi dan Rismayanti
yang selalu menyertaiku dalam do anya.
Terimakasih atas kasih sayang dan cintanya
yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat
untuk keberhasilan putra-putrinya.
1.

OTO

Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan
surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang
beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang
diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia
yang besar.
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri,
semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami
mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.
Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan
tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan
Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.

(QS Al-Hadid : 21-23)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirrabbil’aalamin, segala puji dan syukur penulis persembahkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta
kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan
rintangan serta kesulitan yang dihadapi, namun berkat bantuan, dukungan dan
motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Konseling Kelompok
untuk Meningkatkan Coping Adaptif pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015” ini. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada :
1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ijin bagi penulis
untuk mengadakan penelitian.


2.

Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Lampung.

3.

Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si selaku ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling FKIP Universitas Lampung serta selaku Pembimbing Utama yang
telah memberikan masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi
ini.

4.

Bapak Drs. Giyono, M. Pd. selaku pembahas yang telah membimbing dan
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

5.


Ibu Diah Utaminingsih, S.Psi., M.A., Psi. selaku Pembimbing Kedua yang
telah memberikan masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi
ini.

6.

Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling FKIP UNILA terima kasih
untuk semua bimbingan dan pelajaran yang begitu berharga yang telah kalian
berikan untukku selama perkuliahan.

7.

Ibu Dra. Hj. Agustina sebagai kepala SMP Negeri 9 Bandar Lampung yang
telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8.

Ibu Hj. Sri Tanjung, S. Pd selaku guru bimbingan dan konseling, serta staf
tata usaha, seluruh dewan guru dan siswa-siswi SMP Negeri 9 Bandar
Lampung yang telah bersedia membantu penulis dalam mengadakan

penelitian ini.

9.

Siswa-siswi SMP Negeri 5 Bandar Lampung yang telah bersedia menjadi
subyek uji coba instrumen dalam mengadakan penelitian ini.

10. Adikku tersayang Erlita Aisyah, Erika Nur Afiah, dan M. Reynaldi Effendi
serta seluruh keluarga besarku, terima kasih atas kasih sayang, doa, dan
dukungan yang telah diberikan disetiap hariku.
11. Keluargaku SNETS Lampung, Mbak Susi, Uni Diana, Mbak Wisni, Mbak
Indah, Ibu Fatih, Ibu Opik, Ibu Deri, Ibu Tyas, Ibu Suryadi, Ibu Lovina, Ibu
Junaidi, Ibu Amara dan Tika, Ibu Ahmad, Ibu Daffa, Ibu Dani, Ibu Adel, Ibu
Qiqi, dan Nenek Wahyu dan semuanya terima kasih untuk do’a dan semangat
kalian yang selalu hadir bersamaku.
12. Keluarga YCHI Autism Center, Ibu Shinta, Ibu Aji, Pak Kholid, Pak Zulfikar,
Ibu Nila, dan semuanya yang mendo’akan keberhasilanku.
13. Teman-teman seperjuangan BK 2010, Dina, Efril, Dyah, Ika, Bebby, Nai,
Aan Pur, Agus, Nces, Mbak Dita, Bebet, Ayu, Mami, Amel, Mpus, Mbul,
Lusi, Desti, Ivana, Ara, Dewi, Suspa, Emil, Mbak Lulu, Natalia, Mei, Putri,

Wiwit, Nita, Rani, Nanang, Kak boy, Irsan, Adit, dan semuanya terima kasih
untuk kebersamaannya selama ini. Semoga kekeluargaan kita takkan luntur.
14. Sahabat-sahabat seperjuanganku di Desa Jagaraga, Uwo Dian, Ngah Rika,
Rere, Kak Angga, Pandu, Bety, Rani, Hanni, Marlin dan semuanya terima

kasih atas canda tawa kalian, kebersamaan itu membuat KKN dan PLBK
begitu menyenangkan.
15. Sahabat-sahabat KUMON Pagar Alam, Ibu Halida, Pak Tezar, Pak Dodi,
Miss Vivi, Miss Okti, Miss Heni, Miss Merry, Miss Hani, Miss Umi, Miss
Dani, dan semuanya yang telah memberikan semangat serta motivasinya.
16. Teman – teman mahasiswa Bimbingan dan Konseling (2005-2013) yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas masukan, saran,
motivasi, serta semangatnya.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.

Hanya harapan dan doa semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat
ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan segalanya dalam

mengharapkan keridhaan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat
umumnya dan bagi penulis khususnya, anak dan keturunan penulis kelak. Aamiin.

Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis

Erliani Pratiwi

DAFTAR ISI
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN
PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
MOTO
PERSEMBAHAN
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
I.

PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang dan Masalah .............................................................. 1
1. Latar Belakang .............................................................................. 1
2. Identifikasi Masalah ...................................................................... 7
3. Pembatasan Masalah ..................................................................... 7
4. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 8
1. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
2. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 9
D. Hipotesis ............................................................................................. 13

II.

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
A. Coping Adaptif dalam Bimbingan dan Konseling .............................
1. Bidang Bimbingan Pribadi ..........................................................
2. Pengertian Coping Adaptif ...........................................................
3. Jenis Coping Adaptif ....................................................................
a. Problem-focused coping .........................................................
b. Emotional-focused coping ......................................................
4. Faktor yang Mempengaruhi Coping Adaptif................................
5. Mekanisme Coping Adaptif..........................................................
B. Konseling Kelompok .........................................................................
1. Pengertian Konseling Kelompok .................................................
2. Tujuan Konseling Kelompok .......................................................
3. Fungsi Konseling Kelompok .......................................................

14
14
15
17
19
19
21
22
25
26
26
28
29

III.

4. Komponen Konseling Kelompok ................................................
5. Asas-asas Konseling Kelompok ...................................................
6. Kegiatan dalam Konseling Kelompok …………………………..
7. Tahapan dalam Penyelenggaraan Konseling Kelompok………...
C. Penggunaan Konseling Kelompok untuk Meningkatkan Coping
Adaptif Pada Siswa ............................................................................

30
33
34
34

METODE PENELITIAN ......................................................................
A. Desain Penelitian ...............................................................................
B. Subyek Penelitian ..............................................................................
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .....................
1. Variabel Penelitian .......................................................................
2. Definisi Operasional Variabel .....................................................
D. Fokus Penelitian .................................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................
1. Skala Coping Adaptif (Teknik Pokok) .........................................
2. Observasi Coping Adaptif (Teknik Pelengkap) ...........................
F. Pengujian Instrumen Penelitian ..........................................................
1. Uji Validitas .................................................................................
2. Analisis Butir Soal .......................................................................
3. Uji Reliabilitas .............................................................................
G. Teknik Analisis Data .........................................................................

44
44
46
46
46
47
47
48
48
49
50
50
50
51
52

40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 54
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 54
1. Subyek Penelitian .......................................................................... 54
2. Observasi ....................................................................................... 55
3. Pemilihan dan Pengarahan Observer ............................................ 55
4. Pretest ........................................................................................... 56
5. Kegiatan Konseling kelomppok .................................................... 58
6. Pelaksanaan Kegiatan Konseling kelompok ................................. 59
7. Deskripsi Data Coping Adaptif Siswa Sebelum dan Setelah
Diberikan Perlakuan Konseling kelompok .................................... 61
8. Deskripsi Hasil ............................................................................... 67
9. Uji Hipotesis ................................................................................ 102
B. Pembahasan ....................................................................................... 103
V.

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 109
A. Kesimpulan ................................................................................ 109
1. Kesimpulan Statistik ............................................................ 109
2. Kesimpulan Penelitian .......................................................... 109
B. Saran ......................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Kriteria bobot nilai pada skala psikologi ............................................

49

4.1 Daftar Subyek Penelitian .....................................................................

54

4.2 Data Observer.......................................................................................

56

4.3 Kriteria Coping Adaptif .......................................................................

57

4.4 Hasil Rata-Rata Pretest .......................................................................

57

4.5 Hasil Rata-Rata Posttest.......................................................................

62

4.6 Hasil Perhitungan Rata-Rata Pretest dan Posttest Keseluruhan .........

63

4.7 Tabel Hasil Perubahan Coping Adaptif Subyek Setelah Perlakuan.....

64

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Daftar Pertanyaan Wawancara ............................................................

111

2. Data Masalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar Lampung .....

113

3. Kesimpulan Masalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar Lampung 118
4. Kisi-kisi Skala Coping Adaptif ..........................................................

121

5. Blue Print Skala Coping Adaptif .........................................................

124

6. Skala Coping Adaptif ..........................................................................

125

7. Hasil Penilaian Uji Ahli ......................................................................

127

8. Kisi-Kisi Observasi Coping Adaptif ...................................................

132

9. Lembar Observasi ...............................................................................

133

10. Hasil Observasi .................................................................................

134

11. Uji Reliabilitas ..................................................................................

154

12. Uji Validitas Item ...............................................................................

155

13. Laporan Proses dan Hasil Uji Coba Instrumen ..................................

156

14. Data Pretest .......................................................................................

159

15. Data Posttest ......................................................................................

160

16. Uji Wilcoxon ......................................................................................

161

17. Tabel Distribusi z (Normal Baku)......................................................

162

18. Modul ................................................................................................

164

19. Narasi Konseling Kelompok .............................................................

184

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.1 Kerangka pemikiran penelitian .............................................................. 12
2.1 Tahap Pembentukan ............................................................................... 36
2.2 Tahap Peralihan ...................................................................................... 37
2.3 Tahap Kegiatan ...................................................................................... 38
2.4 Tahap Pengakhiran ................................................................................. 39
3.1 One-Group Pretest-Posttest Design .......................................................... 44
4.1 Diagram Hasil Rata-Rata Pretest Coping Adaptif ................................. 58
4.2 Diagram Hasil Rata-Rata Posttest Coping Adaptif ................................ 62
4.3 Diagram Perubahan Coping Adaptif Subyek ......................................... 64

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah
1. Latar Belakang

Remaja (adolescense) adalah masa perkembangan transisi antara masa
anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosial emosional. Perubahan secara biologis maksudnya adalah
perubahan yang mencakup perkembangan fisik, perubahan secara kognitif
maksudnya adalah perubahan yang meliputi pikiran, inteligensi dan
bahasa, kemudian perubahan secara sosio emosional maksudnya adalah
perubahan dalam berhubungan dengan orang lain, dalam emosi,
kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003).

Menurut Mappiare (Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja
berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita, dan 13-22 tahun bagi
pria. Hal ini juga didukung oleh Desmita (2013), bahwa rentang waktu
usia remaja dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun merupakan masa remaja
awal, 15-18 tahun merupakan masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun
adalah masa remaja akhir. Oleh karena itu siswa Sekolah Menengah
Pertama termasuk remaja.

2

Individu dalam rentang kehidupannya akan selalu berhadapan dengan
berbagai masalah. Hanya saja masalah yang dihadapi oleh individu satu
akan memiliki bentuk dan tingkat kesulitan yang berbeda dengan yang
lainnya. Begitupun dengan siswa SMP Negeri 9 Bandar Lampung yang
memiliki masalah dalam hidupnya.

Ragam dari masalah yang timbul pada siswa sangatlah banyak,
sebagaimana yang peneliti temukan pada SMP Negeri 9 Bandar Lampung
yaitu Ada siswa yang sering membolos sekolah, beberapa siswa yang
sering membolos dari mata pelajaran, terdapat siswa yang sering tidak
mengerjakan tugas sekolah, ada siswa yang sering merokok di sekolah,
beberapa siswa memilih untuk tidak memikirkan dan mencari jalan keluar,
terdapat siswa yang sering melawan guru, beberapa siswa mencari hiburan
jika memiliki masalah, ada siswa merasa minder dengan teman sekolah,
terdapat siswa sering merasa pusing saat memiliki masalah, beberapa
siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, terdapat siswa
yang pesimis dengan masalahnya, dan beberapa siswa tidak mencari solusi
untuk hasil belajarnya yang rendah.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 15-16
Agustus 2014 kepada 10 siswa yang sedang mengalami masalah tersebut,
ternyata penyebab dari masalah yang timbul pada diri mereka adalah
pengaruh lingkungan, yaitu beberapa siswa mengaku merokok karena
merasa tertekan dengan ketidaknyamanan dirinya sehingga mudah untuk
terpengaruh ajakan teman. Hingga saat ini menjadi kecanduan merokok.

3

Adapun faktor hubungan antar keluarga yang tidak harmonis. Siswa
mengaku bahwa orang tua sering bertengkar di rumah dan sering kali
mendapat perlakuan fisik dari ayah seperti, dipukul. Hal itu membuat
mereka tidak nyaman berada di rumah. Sehingga mereka melampiaskan
kekesalan dengan merokok, bermain PS, dan bermain internet diluar.

Keutuhan

dalam

struktur

keluarga

berperan

penting

terhadap

perkembangan sosial anak. Menurut Gerungan, 2004 bahwa apabila orang
tuanya sering berselisih dan menyatakan sikap saling bermusuhan dengan
disertai tindakan-tindakan yang agresif, keluarga tersebut tidak dapat
dikatakan utuh. Mereka juga tidak pernah mengungkapkan apa yang
sedang mereka alami atau mereka rasakan kepada orang tua mereka.

Kemudian faktor ekonomi keluarga, dimana beberapa siswa minder
dengan kondisi ekonomi keluarga yang lemah dan belum bisa menerima
keadaan saat ini. Faktor lainnya yaitu hubungan dengan guru yang kurang
baik. Siswa mengaku seringkali dimarahi karena tidak mengerjakan tugas.
Saat itu, mereka tidak menyukai gurunya dan sering menghindari tugas
pelajaran dengan membolos.

Konselor sekolah dan salah satu guru mata pelajaran mengatakan bahwa
siswa-siswi tersebut seringkali dipanggil oleh guru Bimbingan dan
Konseling karena berbagai macam masalah seperti bolos sekolah, bolos
dari mata pelajaran tertentu, merokok, berkelahi, ribut di kelas, tidak
mengerjakan tugas dan sering berperilaku kurang sopan terhadap guru
seperti, melawan saat dinasihati gurunya.

4

Dilihat dari beberapa penyebab masalah yang terjadi pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 9 Bandar Lampung tersebut dikarenakan coping adaptif yang
rendah dimana siswa belum mampu untuk mengatasi masalah dan kondisi
stresnya secara adaptif sehingga berpengaruh pada perilaku dan prestasi
akademik mereka. Siswa yang tidak mampu mengatasi masalah mereka
lama-kelamaan akan semakin terpuruk dan stress sehingga harus mulai
menghadapi dan menyesuaikan diri dengan stres yang ia alami.

Pengertian coping menurut Lazarus dan Folkman (Santrock, 2003) adalah
usaha individu baik secara kognitif maupun tingkah laku dalam
mengurangi tuntutan internal maupun eksternal yang dinilai melebihi
kapasitas individu tersebut. Oleh sebab itu, coping adaptif tidak memiliki
pengertian secara tersendiri. Coping adaptif merupakan indikator dari
coping itu sendiri, dimana terdapat dua indikator yang barkaitan satu sama
lain yaitu problem-focused coping dan emotional-focused coping (Lazarus
dan Folkman, dalam Santrock, 2003).

Coping yang adaptif merujuk pada indikator problem-focused coping
karena siswa akan berorientasi pada masalahnya. Oleh karena itu, coping
adaptif adalah usaha untuk mengurangi stressor, dengan mempelajari caracara atau keterampilan-keterampilan yang baru untuk digunakan
mengubah situasi, keadaan, atau pokok permasalahan.

Untuk itu, coping adaptif bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 9 bandar
Lampung sangatlah penting, mengingat hal tersebut dapat berpengaruh
pada sikap dan perilakunya. Ketika siswa menghadapi masalah dalam

5

hidupnya diperlukan sebuah bantuan yang dapat membuat mereka mampu
mecari solusi dan cara yang tepat untuk permasalahan diri mereka. Sebagai
lembaga yang mengakomodir peran remaja sebagai siswa atau peserta
didik, sekolah memiliki peran sentral dalam mendukung perkembangan
siswa. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses
pendidikan di sekolah. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa layanan
bimbingan dan konseling di sekolah juga turut bertanggung jawab dalam
mendukung pengembangan karakteristik yang mendukung peningkatan
coping adaptif.

Berkenaan dengan hal tersebut, konselor sekolah memiliki tanggungjawab
etis untuk memfasilitasi perkembangan pribadi, sosial dan akademik
seluruh siswa di sekolah tersebut sampai level tertinggi melalui layanan
bimbingan dan konseling yang bermutu dan tepat sasaran. Oleh karena itu,
perlunya guru Bimbingan dan Konseling atau konselor membantu siswa
untuk dapat meningkatkan coping adaptif mereka yang dapat diberikan
melalui bimbingan dan konseling. Dalam hal ini bimbingan dan konseling
pada bidang pribadi.

Menurut Aqib (2012) mengatakan bahwa tujuan bimbingan dan konseling
adalah agar siswa dengan kemampuan yang dimilikinya dapat:
1) Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri
2) Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya yaitu
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat
3) Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan
masalahnya
4) Mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuannya, minat,
bakat, dalam bidang pendidikan dan pekerjaan

6

5) Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di
sekolah

Siswa dituntut untuk tidak hanya bertahan dalam kondisi atau situasi yang
tertekan, tetapi mencari cara untuk mengatasi masalahnya secara adaptif
yang dalam hal ini sebagai coping adaptif. Untuk meningkatkan coping
adaptif dapat diberikan bantuan melalui bimbingan dan konseling dimana
didalamnya terdapat konseling kelompok.

Menurut Prayitno (2004), melalui konseling kelompok, hal-hal yang
mengganggu

atau

menghimpit

perasaan

dapat

diungkapkan,

dilongggarkan, diringankan melalui berbagai cara; pikiran yang suntuk,
buntu, atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui berbagai masukkan
dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang menyimpang atau sempit
dapat diluruskan dan diperluas melalui pencairan, penyadaran dan
penjelasan; sikap yang tidak objektif, terkukung dan tidak terkendali, serta
tidak efektif digugat dan didobrak; kalau perlu diganti dengan yang baru
yang lebih efektif.

Dengan memberikan konseling kelompok, diharapkan dapat meningkatkan
coping adaptif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2014/2015. Dalam

pelaksanaan konseling kelompok

tersebut, digunakan dinamika kelompok sebagai media kegiatannya.
Apabila dinamika kelompok dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara
baik dan efektif, maka layanan tersebut dapat berjalan dengan baik
sehingga coping adaptif pada siswa meningkat.

7

2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah:
1. Beberapa siswa yang sering membolos sekolah untuk mengihindari
tugas sekolah
2. Terdapat siswa yang sering membolos dari mata pelajaran untuk
menghindari guru tertentu
3. Ada siswa yang sering tidak mengerjakan tugas sekolah
4. Beberapa siswa sering merokok di sekolah
5. Terdapat siswa yang sering melawan guru
6. Beberapa siswa bermain game jika memiliki masalah
7. Ada siswa tidak mau bergabung dengan teman sebayanya
8. Terdapat siswa sering merasa pusing saat memiliki masalah
9. Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran

3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah penggunaan konseling kelompok untuk meningkatkan
coping adaptif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2014/2015.

4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah maka
masalah dalam penelitian ini adalah terdapat anak yang memiliki coping
adaptif rendah. Permasalahannya adalah apakah konseling kelompok dapat

8

meningkatkan coping adaptif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015?

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka dapat tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui penggunaan konseling kelompok dalam meningkatkan
coping adaptif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini secara umum terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Kegunaan teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah khasanah
keilmuan

Bimbingan

dan

Konseling

serta

diharapkan

dapat

memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai referensi bagi peneliti
lain yang akan melakukan penelitian serupa yang dapat dijadikan
sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan praktis
Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan inspirasi kepada calon guru dan guru Bimbingan
Konseling dalam mengefektifkan kegiatan bimbingan dan konseling
khususnya dalam konseling kelompok untuk mengatasi permasalahan
siswa.

9

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah dasar dari penelitian yang disintesiskan dari faktafakta hasil observasi dan telaah kepustakaan yang memuat mengenai teori,
dalil atau konsep-konsep. Ragam masalah yang dihadapi oleh siswa semakin
banyak baik itu yang berhubungan dengan pribadi, sosial, belajar maupun
masalah karir. Apabila masalah tersebut tidak dapat diatasi oleh siswa, maka
akan timbul rasa ketidaknyamanan, kecemasan, stress, dan sebagainya
sehingga akan mempengaruhi prestasi akademik dan tugas perkembangan
mereka.

Siswa yang tidak mampu mengatasi masalah mereka lama-kelamaan akan
semakin terpuruk dan stress sehingga harus mulai menghadapi dan
menyesuaikan diri dengan stres yang ia alami. Segala macam bentuk tuntutan
baik secara eksternal maupun internal membutuhkan respon yang adaptif dari
remaja. Ketidak berhasilan individu dalam mengatasi masalah atau stressor
mengakibatkan gangguan gangguan psikologis yaitu perubahan fungsi tubuh,
muncul reaksi maladatif, menjadi tidak bergairah, tidak bersemangat sehingga
dapat mempengaruhi kesehatannya. (Smet 1994).

Remaja, khususnya siswa SMP tidak akan akan dapat menyelesaikan
masalahnya dengan hanya menghindar atau bertahan pada masalah yang
dihadapinya tanpa mencari cara atau strategi untuk menyelesaikan
masalahnya. Strategi yang dimaksud merupakan upaya untuk mengelola
situasi yang membebani, memperluas usaha untuk memecahkan masalah dan

10

berusaha untuk mengatasi stress yang mereka alami secara adaptif yang
disebut dengan coping adaptif.

Pengertian coping menurut Lazarus dan Folkman (Santrock, 2003) adalah
usaha individu baik secara kognitif maupun tingkah laku dalam mengurangi
tuntutan internal maupun eksternal yang dinilai melebihi kapasitas individu
tersebut. Oleh sebab itu, coping adaptif tidak memiliki pengertian secara
tersendiri. Coping adaptif merupakan indikator dari coping itu sendiri, dimana
terdapat dua indikator yang barkaitan satu sama lain yaitu problem-focused
coping dan emotional-focused coping (Lazarus dan Folkman, dalam Santrock,
2003).

Coping yang adaptif merujuk pada indikator problem-focused coping karena
siswa akan berorientasi pada masalahnya. Oleh karena itu, coping adaptif
adalah usaha untuk mengurangi stressor, dengan mempelajari cara-cara atau
keterampilan-keterampilan yang baru untuk digunakan mengubah situasi,
keadaan, atau pokok permasalahan. Dengan coping adaptif, siswa akan
berorientasi pada pemecahan masalah dengan keterampilan yang baru dan
mencari solusi dari masalahnya sehingga siswa menjalani hidup dengan
optimis dan lebih percaya diri dalam mengahapi masa depan.

Untuk membantu siswa dalam meningkatkan coping adaptif dirinya
diperlukan bantuan dari sekolah yang dapat melalui guru Bimbingan dan
Konseling. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, guru bimbingan dan konseling sangat
dibutuhkan dalam rangka membantu menyelesaikan permasalahan tersebut

11

karena secara umum tujuan penyelenggaraan bimbingan dan konseling adalah
membantu siswanya menemukan pribadinya dalam hal mengenal kekuatan
dan kelemahan dirinya serta menerima dirinya secara positif dan dinamis
sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut (Sukardi. 2008).

Dalam bimbingan dan konseling terdapat beberapa bidang salah satunya
bidang pribadi, dimana guru bimbingan dan konseling membantu siswa agar
memiliki

pemahaman

tentang

karakteristik

dirinya,

kemampuan

mengembangkan potensi dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang
dialaminya (Sukardi, 2008). Sedangkan jenis layanan yang dapat digunakan
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan layanan konseling
kelompok. Di dalam konseling kelompok terdapat komunikasi interaksi antara
kawan sebaya yang menjadi salah satu sumber dukungan untuk meningkatkan
coping adaptif siswa.

Menurut Mahler, Dinkmeyer & Munro (Wibowo, 2005) menyatakan bahwa:
Kemampuan yang dikembangkan melalui konseling kelompok yaitu:
a. pemahaman tentang diri sendiri yang mendorong penerimaan diri
dan perasaan diri berharga,
b. interaksi sosial, khususnya interaksi antarpribadi serta menjadi
efektif untuk situasi-situasi sosial,
c. pengambilan keputusan dan pengarahan diri,
d. sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan empati,
e. perumusan komitmen dan upaya mewujudkannya.

Menurut Santrock (2007) ketika berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya,
anak-anak belajar untuk merumuskan dan menyatakan pendapat mereka
sendiri, menghargai cara pandang kawan-kawan lain, melakukan negoisasi

12

secara kooperatif terhadap perbedaan pendapat sehingga memperoleh solusi,
melibatkan standar-standar perilaku yang dapat diterima bersama. Interaksi
dan komunikasi tersebut juga terdapat dalam konseling kelompok. Dimana,
mereka akan saling berinteraksi, berkomunikasi, memberikan pendapat satu
sama lain, dan memecahkan masalah secara bersama-sama.

Hal ini sesuai dengan pendapat Prayitno (2004) yang mengatakan bahwa
melalui konseling kelompok, hal-hal yang mengganggu atau menghimpit
perasaan dapat diungkapkan, dilongggarkan, diringankan melalui berbagai
cara; pikiran yang suntuk, buntu, atau beku dicairkan dan didinamikkan
melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang
menyimpang atau sempit dapat diluruskan dan diperluas melalui pencairan,
penyadaran dan penjelasan; sikap yang tidak objektif, terkukung dan tidak
terkendali, serta tidak efektif digugat dan didobrak; kalau perlu diganti dengan
yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir,
berpersepsi dan berwawasan yang terarah, luwes dan luas serta dinamis
kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat dikembangkan
dalam konseling kelompok sehingga coping adaptif meningkat

Dengan demikian pola pikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Coping Adaptif
rendah

Konseling
Kelompok

Coping Adaptif
meningkat

Gambar 1: Kerangka pemikiran penelitian

13

D. Hipotesis

Arikunto (2006) menyebutkan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Maka hipotesis statistik dalam
penelitian ini adalah:
Ha : Konseling kelompok dapat meningkatkan coping adaptif pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2014/2015.
Ho : Konseling kelompok tidak dapat meningkatkan coping adaptif pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2014/2015.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini
maka dapat dijelaskan bawah tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan
yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang objek yang akan diteliti. Dengan
demikian, dalam penelitian ini diperlukan teori-teori yang mendukung variabel
yang akan diteliti. Berikut akan dibahas mengenai (1) coping adaptif dalam
bimbingan dan konseling (2) konseling kelompok, (3) penggunaan konseling
kelompok untuk meningkatkan coping adaptif pada siswa.

A. Coping Adaptif dalam Bimbingan dan Konseling

Sebagai lembaga yang mengakomodir peran remaja sebagai siswa atau peserta
didik, sekolah memiliki peran sentral dalam mendukung perkembangan
berbagai karakter remaja khususnya siswa SMP.Bimbingan dan konseling
merupakan bagian integral dari proses pendidikan di sekolah. Dengan
demikian dapat dipastikan bahwa layanan bimbingan dan konseling di sekolah
juga turut bertanggung jawab dalam mendukung pengembangan karakteristik
yang mendukung peningkatan coping adaptif. Berkenaan dengan hal tersebut,
konselor

sekolah

memiliki

tanggungjawab

etis

untuk

memfasilitasi

perkembangan pribadi, sosial dan akademik seluruh siswa di sekolah tersebut

15

sampai level tertinggi melalui layanan bimbingan dan konseling yang bermutu
dan tepat sasaran.

1) Bidang Bimbingan Pribadi

Salah satu bidang bimbingan dalam bimbingan dan konseling adalah
bimbingan pribadi. Bimbingan pribadi bisa dimaknai sebagai suatu
bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (individu) agar dapat
mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan
pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara baik (Tohirin, 2014). Hal ini sejalan dengan
permasalahan siswa dengan coping adaptif yang rendah. Dimana siswa
tidak dapat memecahkan masalahnya yang berakibat pada sikap dan
perilakunya di sekolah.

Menurut Wibowo (2005) bimbingan pribadi berarti bimbingan dalam
memahami keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan
dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri dibidang kerohanian,
perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan
sebagainya. Prayitno (1995) mengartikan bimbingan pribadi adalah
membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mantap dan mandiri serta sehat jasmani
dan rohani. Pendapat tersebut didukung oleh Sukardi (2008) menjelaskan
bahwa bimbingan pribadi berarti membantu siswa menemukan dan
mengembangkan pribadi yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.

16

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi
adalah salah satu kegiatan layanan bimbingan untuk siswa agar dapat
mengembangkan dirinya sehingga mantap dan mandiri serta mampu
mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk membantu konseling atau
siswa dalam memahami keadaan dirinya baik fisik maupun psikis,
memahami akan makna diri sebagai makhluk Tuhan serta pemahaman
akan segala kelebihan dan potensi diri yang dimiliki demi tercapainya
kualitas hidup yang lebih baik.

Masalah atau problema individu yang berhubungan dengan tuhannya
seperti sulit untuk menghadirkan rasa takut (takwa), rasa taat, dan rasa
bahwa dia selalu mengawasi perbuatan individu. Akibat selanjutnya dari
problem itu adalah timbul rasa malas dan enggan melakukan ibadah dan
ketidakmampuan untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang
dan dimurkai Allah Swt. Problem individu yang berkenaan dengan dirinya
sendiri misalnya kegagalan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati
nuraninya sendiri, yakni hati nurani yang selalu mengajak, menyeru dan
membimbing kepada kebaikan dan kebenaran Tuhannya. Akibat lanjutnya
adalah timbul sikap was-was, ragu-ragu, prasangka buruk, lemah motivasi,
dan tidak mampu bersikap mandiri dalam melakukan segala hal.Menurut
Winkel (dalam Aqib, 2012), aspek-aspek persoalan individu yang
membutuhkan layanan bimbingan pribadi adalah: (a) kemampuan individu
memahami dirinya sendiri, (b) kemampuan individu mengambil keputusan
sendiri, (c) kemampuan individu memecahkan masalah yang menyangkut

17

keadaan batinnya sendiri, misalnya persoalan-persoalan yang menyangkut
hubungannya dengan Tuhan.

Prayitno (1995) bahwa tujuan bimbingan pribadi adalah membantu siswa
menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.
Dilanjut dengan Sukardi (2008) menyatakan bahwa bimbingan pribadi
bertujuan membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri
serta sehat jasmani dan rohani.

Dari pendapat tersebut bimbingan pribadi bisa diarahkan juga untuk
membantu seseorang dalam memahami keadaan dirinya, baik kekurangan
maupun kelebihan atau potensi-potensi yang bisa dikembangkan untuk
mencapai kualitas hidup yang lebih baik dan membantu anak didik agar
dapat menguasai tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap
perkembangannya secara optimal.

2) Pengertian Coping Adaptif

Tidak semua remaja dan orang yang beranjak dewasa memberikan respon
yang sama terhadap stres yang dialami. Ada remaja yang dapat
menyelesaikan permasalahan dirinya dengan baik, ada pula yang
mengabaikan masalahnya. Remaja yang tidak mampu mengatasi
permasalahannya dan tidak dapat menangani stress yang dihadapinya akan

18

semakin terpuruk. Oleh karena itu dibutuhkan copingyang adptif pada
dirinya.

Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2007), coping adalah perubahan
kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi
tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi
sumber individu.Coping merupakan semua usaha secara kognitif dan
prilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan tahan terhadap tuntutantuntutan (distres demands).Coping adaptif pada dasarnya menggambarkan
proses aktivitas kognitif yang disertai dengan aktivitas perilaku.

Hal tersebut didukung oleh Stone (dalam Putrianti, 2007) yang
mengatakan bahwa copingadaptif adalah proses dinamik dari suatu pola
perilaku atau pikiran-pikiran seseorang yang secara sadar digunakan untuk
mengatasi

tuntutan-tuntutan

dalam

situasi

yang

menekan

atau

menegangkan. Lebih lanjut Murphy (dalam Passer, 2007) menyatakan
bahwa tingkah laku copingadaptif sebagai segala usaha mengatasi suatu
situasi baru yang secara potensial dapat mengancam, menimbulkan
frustasi, dan tantangan.

Berdasarkan uraian diatas coping merupakan upaya yang dilakukan oleh
individu dalam memecahkan masalah dari situasi yang menekan untuk
mengurangi dan mengatasi stress melalui aktivitas kognitif yang disertai
dengan aktivitas perilaku.

19

3) Jenis Coping Adaptif
Menurut Lazarus (Santrock, 2007) coping memiiki dua fungsi umum, yaitu
fungsinya dapat berupa fokus ketitik permasalahan, serta melakukan
regulasi emosi dalam merespon masalah.
a.

Problem-focused coping
Problem-focused copingadalah usaha untuk mengurangi stressor,
dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang
baru untuk digunakan mengubah situasi, keadaan, atau pokok
permasalahan. Individu akan cendrung menggunakan stategi ini apabila
dirinya yakin akan dapat mengubah situasi. Smet (1994).

Lazarus & Folkman (Sarafino,2006) menyatakan bahwa individu
cenderung untuk menggunakan Problem-focused coping dalam
menghadapi masalah yang menurut individu itu dapat dikontrolnya.
Problem-focused coping, dimana individu secara aktif mencari
penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi
yang menimbulkan stress, dan dipaparkan oleh Folkman dan Lazurus
(Safaria dan Nofrans, 2009) bahwa aspek-aspek yang digunakan
individu di bagi menjadi tiga, yaitu:
a) Confrontative coping; usaha untuk mengubah keadaan yang
dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan
yang cukup tinggi, dan pengambilan resiko.
b) Seeking social support; yaitu usaha untuk mendapatkan
kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain.
c) Planful problem solving; usaha untuk mengubah keadaan yang
dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan
analitis.

20

Menurut Lazarus, indikator yang menunjukan strategi yang berorientasi
padaproblem-focused coping yaitu :
a) Instrumental action (tindakan secara langsung)
Individu melakukan usaha dan merencanakan langkah-langkah yang
mengarah pada penyelesaian masalah secara langsung serta
menyusun rencana untuk bertindak dan melakukannya.
b) Cautiousness (kehati-hatian)
Individu berfikir, meninjau, dan mempertimbangkan beberapa
alternatif pemecahan masalah, hati-hati dalam merumuskan
masalah, meminta pendapat orang lain, dan mengevaluasi strategi
yang pernah diterapkan sebelumnya.
c) Negotiation
Individu melakukan beberapa usaha untuk membicarakan serta
mencari cara penyelesaian masalah dengan orang lainyang terlibat
didalamnya dengan harapan masalah dapat terselesaikan. Usaha
yang dapat dilakukan mengubah pikiran dan pendapat seseorang
melakukan perundingan atau kompromi untukmendapatkan sesuatu
yang positif dari situasi.

Problem-focused coping dianggap sebagai strategi yang adaptif dan
lebih efisien. Hal ini sesuai dengan sebuah rangkuman yang diberikan
akhir-akhir ini terhadap 39 riset menyatakan bahwa Problem-focused
coping berkaitan dengan perubahan ke arah positif setelah individu
mengalami trauma dan kesulitan (Linley & Joseph, 2004 dalam
Santrock, 2007).

Pada penelitian ini, coping yang adaptif akan cenderung menggunakan
Problem-focused coping.Oleh karena itu, siswa yang memiliki coping
adaptif yang tinggi akan cenderung berusaha menghadapi masalah
dengan mencari solusi dengan cara-cara dan keterampilan yang lebih
adaptif.

21

b.Emotional-focused coping
Emotional-focusedcoping adalah suatu masalah suatu usaha untuk
mengontrol respon emosional terhadap situasi yang sangat menekan.
Emotional-focusedcopingcendrung dilakukan apabila individu tidak
mampu atau merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful,
yang dilakukan individu adalah mengatur emosinya. Folkman dan
Lazarus (dalam Hurlock, 2002) mengidentifikasikan beberapa aspek
Emotional-focusedcopingyang didapat dari penelitian-penelitiannya.
Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut :
a) Seeking social emotional support, yaitu mencoba untuk memperoleh
dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain.
b) Distancing, yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan
diri dari masalah atau membuat sebuah harapan positif.
c) Escape avoidance, yaitu mengkhayal mengenai situasi atau
melakukan tindakan atau menghindar dari situasi yang tidak
menyenangkan.
Individu
melakukan
fantasi
andaikan
permasalahannya pergi dan dan mencoba untuk tidak memikirkan
mengenai masalah dengan tidur atau menggunakan alkohol yang
berlebihan.
d) Self control, yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri
atau tindakan dalam hubungannya untuk menyeesaikan masalah.
e) Accepting responsibility, yaitu menerima untuk menjalankan
masalah yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan
jalan keluarnya.
f) Positive reappraisal, yaitu mencoba untuk membuat suatu arti
positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadangkadang dengan sifat yang religius.

Berdasarkan uraian diatas individu dapat mengatur respon emosinya
dengan beberapa cara, antara lain adalah dengan mencari dukungan
emosi dari sahabat, keluarga, melakukan aktivitas yang disukai seperti
olahraga atau nonton film untuk mengalihkan perhatian dari
masalah.Menurut Lazarus (dalam Hurlock, 2002). Indikator yang

22

menunjukan strategi yang berorientasi pada Emotional focused coping
yaitu :
a) Escapism (pelarian dari masalah)
Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan
cara berkhayal atau membayangkan hasil yang akan terjadi atau
menghayal seandainya ia berada dalam situasi yang lebih baik dari
situasi yang dialaminya.
b) Minimalization (meringankan beban masalah)
Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan
cara menolak memikirkan masalah dan menganggap seakan-akan
masalah tersebut tidak ada dan menekan masalah menjadi seringan
mungkin.
c) Self blame (menyalahkan diri sendiri)
Perasaan menyesal, menghukum dan menyalahkan diri sendiri atas
tekanan masalah yang terjadi atau strategi lainnya yang bersifat
pasif yang ditujukan kedalam dirinya sendiri.
d) Seeking meaning (mencari arti)
Usaha individu untuk mencari makna atau hikmah dari kegagalan
yang dialami dan melihat hal-hal lain yang penting dalam
kehidupan.

4) Faktor yang mempengaruhi copingadaptif
Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan
oleh sumber daya individu (Mu’tadin, 2002) yaitu:
a.

Kesehatan Fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha
mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang
cukup besar. Oleh karena itu, ketika seseorang bermasalah haruslah
tetap menjaga kesehatan sehingga menjadi siap untuk mencari jalan
keluar dari permasalahannya.

b.

Perkembangan kognitif
yaitu bagaimana subjek berpikir dan memahami kondisinya, dan
menemukan jalan keluar atas permasalahannya.

23

c.

Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting,
seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang
mengerahkan

individu

(helplessness) yang

akan

pada

penilaian

menurunkan

ketidakberdayaan

kemampuan

strategi

copingtipe: problem-solving focused coping.
d.

Keterampilan Memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk
menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan
alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan
pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu
tindakan yang tepat.

e.

Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berko

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN AJARAN 2012/2013

0 7 59

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 48 69

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 84

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN COPING ADAPTIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 73

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 1 WAY TENONG LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 8 70

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 11 71

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 01 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

1 5 93

PENGGUNAAN TEKNIK MODELING DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 18 71

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 21 95

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 NATAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 18 81