PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

Kata kunci: bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok, keterampilan belajar siswa

ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP

NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

JELITA LAYONG SARI

Masalah penelitian ini adalah keterampilan belajar siswa. Permasalahannya adalah “apakah keterampilan belajar pada siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 dapat dikembangkan melalui layanan bimbingan kelompok?”. Tujuan penelitian untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok.

Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain nonequievalent control group design. Subjek penelitian sebanyak 20 orang siswa yang dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, masing-masing terdiri dari 10 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan AUM PTSDL - keterampilan belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan belajar siswa dapat dikembangkan melalui layanan bimbingan kelompok, terbukti dari hasil analisis data keterampilan belajar siswa menggunakan uji wilcoxon, dimana diperoleh nilai probabilitas pada kelompok eksperimen diperoleh sebesar 0.005 < sig. 0.05 sehingga Ha1 diterima dan Ho1 ditolak, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh angka probabilitas sebesar 0.465 pada Asymp. Sig (2-tailed) hal ini menunjukkan bahwa angka probabilitas > sig. 0,05 sehingga Ha2 ditolak dan Ho2 diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat peningkatan keterampilan belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok, dan tidak terdapat peningkatan keterampilan belajar yang signifikan pada kelompok kontrol yang tanpa diberi layanan bimbingan kelompok, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat mengembangkan keterampilan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

Saran yang diberikan adalah kepada (1) Siswa hendaknya mengikuti kegiatan bimbingan kelompok untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa, (2) Guru bimbingan dan konseling hendaknya mengadakan kegiatan bimbingan kelompok secara rutin untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa (3) Peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang keterampilan belajar siswa dengan bimbingan kelompok hendaknya dapat menggunakan subjek berbeda dan meneliti variabel lain dengan mengontrol variabel yang sudah diteliti sebelumnya.


(2)

Oleh

Jelita Layong Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

Peningkatan Keterampilan Belajar Menggunakan Layanan

Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

Jelita Layong Sari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

Halaman Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian... 11 Gambar 3.1Nonequifalent control group design... 41 Gambar 4.1 Grafikpretestposttestketerampilan belajar yang signifikan pada

kelompok eksperimen ... 79 Gambar 4.2 Grafik skorpretestposttestketerampilan belajar pada kelompok


(5)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang dan Masalah……… 1

B. Tujuan danKegunaan penelitian……….. 6

C.Ruang Lingkup Penelitian……… 7

D.Kerangka Pemikiran………. 8

E. Hipotesis………... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Belajar………... 13

1. Teori Belajar Behavioristik………..…….. 13

2. ProsesPembelajaran…..…………...………... 14

2.1.Pengertian Belajar………... 14

2.2.Tujuan Belajar………... 16

2.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar………. 18

2.4.Proses Belajar..……..……….. 19

2.5.Kondisi-Kondisi Belajar………..……… 20

2.6.Strategi Belajar………..……….. 21

3. Keterampilan Belajar………..……….. 23

3.1.Pengertian Keterampilan Belajar………..……….. 23

3.2.Prinsip-Prinsip Belajar……… 24

3.3.Tahap-Tahap Belajar Keterampilan………... 25

B. Bimbingan Kelompok………. 26


(6)

4. Peranan Pemimpin Kelompok dan Anggota Kelompok……… 29

5. Dinamika Kelompok………. 31

6. Tahap Bimbingan Kelompok……… 32

7. Evaluasi Layanan Bimbingan Kelompok………. 38

C. Keterkaitan Antara Keterampilan Belajar Siswa dengan Layanan BimbinganKelompok……… 39

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian……….. 41

B. Metode Penelitian……….. 41

C. Subjek Penelitian……… 43

D. Variable Penelitian dan Devinisi Operasional……… 44

E. Metode Pengumpulan Data……… 46

F. Teknik Analisis Data………. 49

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

1. Gambaran Umum Pra Bimbingan Kelompok ... 51

2. Deskripsi Data ... 52

3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ... 54

4. Data Skor Subyek Sebelum dan Setelah Mengikuti Layanan Bimbingan Kelompok (PretestdanPosttest) ... 61

5. Analisis Data Hasil Penelitian ... 77

6. Uji Hipotesis ... 80

B. Pembahasan ... 82

I. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 87

B. Saran ………. 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Komposisi AUM PTSDL–keterampilan belajar SMP ... 47

Tabel 4.1 Kriteria kemampuan keterampilan belajar siswa ... 53

Tabel 4.2 Data siswa kelompok eksperimen... 53

Tabel 4.3 Data siswa kelompok kontrol... 54

Tabel 4.4 Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian... 54

Tabel 4.5 Skorpretestdanposttestketerampilan belajar siswa pada kelompok eksperimen……… 62

Tabel 4.6 Skorpretestdanposttestketerampilan belajar siswa pada kelompok kontrol... 74

Tabel 4.7 Analisis hasil penelitian menggunakan ujiwilcoxonpada datapretest-posttestkelompok eksperimen ... 78

Tabel 4.8 Analisis hasil penelitian menggunakan ujiwilcoxonpada datapretest-posttestkelompok kontrol ... 78


(8)

(9)

(10)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau

telah selesai (dari satu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang

lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap .

(Surat Asy-syahr :6-8)


(11)

PERSEMBAHAN

Dalam kebahagiaan serta haru dan, suka cita hati teriring doa syukur kupanjatkan kepada Allah S.W.T., dengan tulus dan, bangga kupersembahkan karya

kecilku(Skripsi)ini kepada:

1. Mama dan Papa tercinta, yang tak henti-hentinya mendo’akan, member dukungan, semangat, inspirasi, kasih sayang serta nasehat untukku dan selalu dengan sabar menunggu serta turut serta dalam keberhasilanku, terima kasih untuk semua itu.

2. Keluargaku tercinta Mbak Titis, Mas Adi (Terima kasih atas dukungan serta do’a dari kalian semua, semoga dengan segala keadaan ini kita semua bisa berhasil dan dapat membahagiakan orang tua kita).

3. Tak lupa untuk Bulik Nining (terima kasih atas dukungan, perhatian, nasihat, serta do’anyaselama ini).


(12)

Jelita Layong Sari lahir tanggal 17 November 1992 di Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Lampung. Penulis adalah putri ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Sugiarto Sugeng dan Ibu Nani Utami.

Jenjang pendidikan formal yang ditempuh dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK) Aisyah Bustanul Athfal Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur diselesaikan pada tahun 1998, penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Taman Fajar, Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2004.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Purbolinggo, Lampung Timur kembali diselesaikan pada tahun 2007 dan, kemudian melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Purbolinggo, Lampung Timur yang akhirnya diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai Mahasiswa di Fakultas Keguruan, Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung.


(13)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat, hidayah serta karunia-Nya , penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Belajar Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung yang telah memberikan bimbingan, kritikan dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Drs. Muswardi Rosra, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

5. Drs. Syaifuddin Latif, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak

memberikan motivasi, bantuan, bimbingan dan arahan kepada penulis selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;


(14)

terselesaikan;

7. Dosen-dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mencurahkan segala ilmunya;

8. Ibu Dra. Hj. Rita Ningsih, M.M, selaku Kepala SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya membantu penulis dalam mengadakan penelitian.

9. Ibu Dra. Hj. Rukiyah, Ibu Dra. Anita Subiyanti, dan Ibu Hadisah, S.Pd, selaku guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 22 Bandar Lampung yang telah memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis dalam mengadakan penelitian.

10. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Sugiarto Sugeng dan Ibu Nani Utami yang selalu mendoakanku, memberi nasehat, memberikan semangat, serta selalu mengingatkanku agar selalu berdo’a kepada Allah agar selalu diberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Papah dan Mamah selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin;

11. Terimakasih untuk Ntus, Mas Adi, Mas Ganjar, Bulek Ning, Didit, Vinky, Mas Aji, Gobel, Mbak Pika, dan Goviatas do’a dan dukungannya;

12. Sahabat–sahabatku tersayang : Bunda Fatwa, Bibeh Dyah, Nyenil, Despong, Ajeng, dan Dina, kalian adalah sahabat terbaik yang menemani masa-masa perkuliahanku;

13. Sahabat kampusku : Ayu, Natalia, Mbak Lulu, Nita, Efril, Wella, Uni Erni, Aan Pur, Desi, Eva, Mbak Dita, Meylin, Noprita, Mami Evi, Sefti, Wiwit,


(15)

Adit, Mbul (Galuh), Elisabeth, Desty, Lusi, Ivana, Megga, Amel Nanang, Irsan, Nai, Putri, Ncesvita, Ara, Dewi, Emil, Gustari, Kak Boy, Febri, Tiwi, Edo, Dendra, Aan Edian, dan Nana;

14. Teman– teman KKN-PPL : Shela, Uni Fertilia, Teh Nesi, Santi, Reni, Mbak Nuning, Rio, dan Anwar. Pengalaman yang tak terlupakan selama 3 bulan bersama kalian sehingga kita bisa saling akrab seperti keluarga.

15. Mbak Pau, Bebby, Ajeng (Yulandhita), Icut, dan Leo, terimakasih sudah menemani hari-hariku, dukungan kalian sangat berarti untukku;

16. Terimakasih kepada adik tingkat yang sudah seperti adikku sendiri, Catur dan Fitri semoga kalian diberi kelancaran dalam perkuliahan.

17. Almamaterku tercinta.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis,


(16)

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

1. Latar Belakang

Pendidikan tidak hanya sebuah kewajiban, tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Pendidikan telah dirasakan masyarakat sebagai salah satu sarana yang dapat mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa. Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.

Tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989 berbunyi bahwa:

“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.


(18)

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan bangsa, melalui pendidikan bangsa Indonesia dapat mencapai tujuannya seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989 di atas. Sejatinya pendidikan harus dapat memberikan sumbangsih bagi kehidupan bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia dapat merubah kebiasaan tingkah lakunya, pikiran, dan sikapnya ke arah yang lebih baik.

Belajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam pendidikan. Dengan belajar manusia dapat memperoleh pengetahuan yang luas, sehingga tujuan pendidikanpun akan tercapai. Pada dasarnya, semua pandangan yang berbeda tentang belajar dalam proses pendidikan tersebut bertemu dalam semacam kesimpulan awal, pendidikan adalah suatu proses penyiapan generasi muda melalui pembelajaran untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Menurut Dalyono (2009:49) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan menurut Syah (2009:63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Belajar merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mendukung setiap orang dalam meraih keberhasilan. Seperti halnya untuk memperoleh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, siswa harus mampu memahami dan menguasai


(19)

3

materi yang diberikan dalam proses belajar sehingga ia akan mampu melanjutkan ke tahap berikutnya.

Biasanya dalam proses belajar juga ditemukan hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa, aktivitas belajar bagi setiap siswa tidak selamanya berlangsung secara wajar. Kadang lancar, kadang tidak, kadang cepat menangkap materi yang dijelaskan oleh guru, dan terkadang terasa amat sulit. Pencapaian hasil belajar yang baik harus didukung oleh cara belajar yang baik pula. Salah satunya dengan peningkatan keterampilan belajar. Keterampilan belajar merupakan salah satu solusi alternatif bagi siswa untuk dapat menyerap dan memahami materi pelajaran yang diberikan sehingga ia akan mampu mengaplikasikan pemahaman yang diperoleh ke dalam kehidupannya sehari-hari. Keterampilan belajar harus dimiliki oleh setiap siswa agar siswa tersebut dapat mencapai keberhasilan. Keterampilan belajar yang dimiliki ditingkatkan agar dapat berkembang secara optimal. Tidak semua siswa dapat menguasai keterampilan belajar, hal itulah yang dapat menghambat dalam proses belajar. Kurangnya penguasaan keterampilan belajar akan menghasilkan dampak yang kurang baik dalam pengembangan intelektualitas, prestasi belajar, kemampuan analisis ataupun kemampuan mengelola waktu ketika individu-individu (siswa) tersebut keluar dari dunia pendidikan dan memasuki lapangan pekerjaan.

Berdasarkan studi pendahuluan di SMP Negeri 22 Bandar Lampung terdapat siswa kelas VII yang belum menguasai keterampilan belajar, misalnya seperti, kurang mampu memanfaatkan waktu yang tersedia, kurang mampu


(20)

berkonsentrasi, membuat ringkasan atau rangkuman, dan kurang mampu menerapkan cara belajar yang baik.

Oleh karena itu salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan memberikan layanan bimbingan kelompok kepada siswa yang dapat membantu meningkatkan keterampilan belajar.

Bimbingan diberikan untuk membantu siswa mengatasi permasalahan dalam proses belajar, dan juga untuk meningkatkan siswa menguasai keterampilan belajar, agar siswa mampu belajar lebih efektif. Layanan bimbingan diberikan untuk membantu siswa mengatasi permasalahan dalam proses belajar. Layanan tersebut dapat diberikan melalui layanan klasikal ataupun layanan kelompok. Sekolah sebagai lembaga pendidikan menyediakan layanan yang berkesinambungan. Salah satu layanan yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan belajar adalah dengan bimbingan kelompok, karena dalam bimbingan kelompok siswa dapat berinteraksi satu sama lain dan beroperasi bersama.

Berdasarkan uraian tersebut, dirasa perlu untuk memberikan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa.

Dengan demikian skripsi ini berjudul “Peningkatan Keterampilan Belajar Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”.


(21)

5

2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat siswa yang belum bisa menerapkan cara belajar yang baik 2. Terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat ringkasan

dari buku pelajaran

3. Terdapat siswa yang tidak mampu menyelesaikan tugas

4. Terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami isi bahan-bahan yang dibaca

3. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian dan agar tidak terjadi penyimpangan dalam penelitian ini, maka perlu diadakan pembatasan masalah dengan tujuan agar pada penggunaan layanan bimbingan kelompok dalam mengembangkan keterampilan belajar pada siswa tidak mengalami kekaburan pengertian serta tidak mengalami penyimpangan.

Berdasarkan identifikasi masalah yang timbul, untuk lebih efektif penulis membatasi masalah dengan mengkaji mengenai “Peningkatan Keterampilan Belajar Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”.

4. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “keterampilan belajar siswa rendah” maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Apakah keterampilan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 22


(22)

Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 dapat ditingkatkan melalui

layanan bimbingan kelompok?”

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan belaja siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok.

2. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah khasanah keilmuan Bimbingan dan Konseling serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan praktis

Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan peningkat keteranmpilan belajar siswa sehingga dapat membantu guru untuk mengatasi siswa-siswa yang belum mampu menguasai keterampilan belajar. Serta memberikan inspirasi kepada guru untuk menggunakan metode yang


(23)

7

lainnya dalam hal mengembangkan keterampilan belajar siswa ataupun hal lainnya

C. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak meyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah:

1. Ruang lingkup ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup bimbingan dan konseling.

2. Ruang lingkup objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah mengembnagkan keterampilan belajar siswa melalui penggunaan layanan bimbingan kelompok yang diberikan konselor sekolah.

3. Ruang lingkup subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

4. Ruang lingkup wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

5. Ruang lingkup waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2014/2015.


(24)

D. KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran adalah dasar dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta hasil observasi dan telaah kepustakaan yang memuat mengenai teori, dalil atau konsep-konsep.

Dalam belajar terdapat beberapa permasalahan yang dapat mengganggu proses belajar siswa, seperti misalnya, cara belajar siswa. Cara belajar siswa diperoleh dari tahapan pendidikan sebelumnya. Siswa yang sejak sekolah dasar mampu mengoptimalkan cara belajar yang baik akan membawa kebiasaan tersebut ke tahap pendidikan yang selanjutnya, sehingga siswa akan lebih mudah memahami pelajaran dan memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Salah satu cara untuk membantu siswa dalam proses belajarnya adalah dengan meningkatkan keterampilan belajar. Keterampilan belajar merupakan strategi atau metode belajar yang dapat membantu siswa memahami isi materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah. Jika siswa dapat meningkatkan keterampilan belajarnya secara optimal maka tujuan belajar akan tercapai yaitu memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Keterampilan belajar mencakup kegiatan seperti membuat ringkasan, membuat ikhtisar, membaca, menghafal, mengatur waktu belajar dan sebagainya. Semua itu merupakan kegiatan yang dapat dilatih. Tidak semua siswa mampu menerapkan kegiatan-kegiatan belajar tersebut. Penggunaan metode ataupun strategi yang kurang tepat, serta kurangnya latihan


(25)

9

pengulangan akan menghambat siswa dalam kegiatan belajar. Keterampilan belajar merupakan keahlian yang didapatkan oleh seorang siswa melalui proses latihan yang berkesinambungan dan mencakup aspek optimalisasi cara-cara belajar. Keterampilan belajar dapat disebut sebagai kecakapan melakukan aktivitas yang merupakan modalitas utama penunjang keberhasilan belajar dan mengarahkan perhatian tinggi dan latihan terus-menerus.

Pada dasarnya kemampuan siswa berbeda-beda, siswa yang kurang mampu meningkatkan keterampilan belajarnya secara optimal akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Hambatan-hambatan seperti siswa kurang mampu membaca efektif, meringkas, membuat ikhtisar, maupun menghafal dapat diatasi dengan melatihnya secara kontinyu, agar siswa menjadi terbiasa melakukan kegiatan tersebut, kemudian siswa akan dapat meningkatkannya.

Masalah tersebut perlu mendapatkan perhatian serta penanganan yang khusus dari guru bimbingan dan konseling sebagai pendidik yang mempunyai peran penting dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No. 20 tahun 2003).

Dalam bimbingan dan konseling terdapat berbagai layanan yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan belajar, salah satunya dengan layanan bimbingan kelompok.


(26)

Menurut Smith, dalam McDaniel 1959 (dalam Prayitno dan Erman Amti, 1999:94) bimbingan adalah proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.

Bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan yang dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa, dengan alasan karena seperti yang disebutkan dalam tujuan bimbingan kelompok yaitu bimbingan kelompok memeberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan seperti, mempelajari secara kelompok dan menetapkan metode-metode belajar yang efisien.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan dalam hal belajar perlu dikuasai oleh siswa agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Maka dari itu, keterampilan belajar bagi siswa perlu ditingkatkan. Layanan bimbingan kelompok dirasa cukup efisien digunakan dalam mengembangkan keterampilan belajar siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik, karena dapat mencakup sekelompok siswa dalam satu bentuk layanan bimbingan kelompok.


(27)

11

Gambar 1.1: Kerangka Pemikiran Penelitian

Dari gambar di atas pada awalnya siswa memiliki keterampilan belajar rendah, hal ini disebabkan karena siswa belum bisa menerapkan cara belajar yang baik, siswa mengalami kesulitan dalam membuat ringkasan, siswa tidak mampu menyelesaikan tugas, siswa mengalami kesulitan dalam memahami isi materi yang dibaca, dan kurang mampu mengatur waktu belajar. Kemudian peneliti mencoba mengatasi hal tersebut dengan penggunaan layanan bimbingan kelompok dengan tujuan agar siswa yang memiliki keterampilan belajar rendah dapat diatasi sehingga mampu menguasai keterampilan belajar dan dapat lebih baik lagi dalam belajar.

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono,2010:64).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian yang Keterampilan

belajar rendah

Layanan Bimbingan

Kelompok

Keterampilan belajar meningkat


(28)

kebenarannya harus diuji secara empiris melalui data-data yang terkumpul. Maka hipotesis penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar lampung tahun pelajaran 2014/2015.

Sedangkan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah :

Ha1 : Terdapat peningkatan kemampuan keterampilan belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

Ho1 : Tidak terdapat peningkatan kemampuan keterampilan belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

Ha2 : Terdapat peningkatan kemampuan keterampilan belajar yang signifikan pada kelompok kontrol tanpa diberi layanan bimbingan kelompok.

Ho2 : Tidak terdapat peningkatan kemampuan keterampilan belajar yang signifikan pada kelompok kontrol tanpa diberi layanan bimbingan kelompok.

Untuk menguji hipotesis ini peneliti menggunakan uji statistic dengan uji wilcoxon . Dengan ketentuan jika hasil probabilitas <0.05 maka hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak, tetapi jika probabilitas >0.05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang objek yang akan diteliti. Dengan demikian, dalam penelitian ini diperlukan teori-teori yang mendukung variabel yang akan diteliti. Berikut akan dibahas mengenai (1) Belajar, (2) Layanan bimbingan kelompok, (3) Keterkaitan antara keterampilan belajar siswa dengan layanan bimbingan kelompok.

A. Belajar

1. Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik, yaitu Thorndike, Pavlov, Watson, Guthrie, dan Skinner (Dalyono, 2009: 30). Para tokoh berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh reward atau reinforcement dari lingkungannya. Belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.


(30)

Dalam belajar yang terpenting pada teori ini adalah stimulus dan respon. stimulus (S-R) adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Jadi menurut teori belajar behaviorisme ini suatu perubahan tingkah laku (belajar) dipengaruhi adanya stimulus – respon, yang juga dikendalikan dengan penghargaan dan penguatan. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Sebaliknya jika penguatan dihentikan (negative reinforcement) maka akan terjadi probablitas respon.

Teori belajar behavioristik ini menunjukkan bahwa perubahan perilaku dapat terjadi disebabkan oleh terjadinya reaksi dari stimulus yang diberikan. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberi penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang (siswa) dianggap telah belajar sesuatu jika ia sudah menunjukkan perubahan perilakunya.

2. Proses Pembelajaran

2.1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Siswa yang belajar akan menyadari perubahan yang terjadi dalam dirinya


(31)

15

seperti menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, maupun kebiasaannya bertambah. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada siswa berlangsung secara berkesinambungan, artinya satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan yang berikutnya dan akan berguna bagi proses belajar selanjutnya.

Gagne (dalam Slameto, 2010:13) mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan tersebut diperoleh dari intruksi. Bertambahnya pengetahuan, keterampilan, serta kebiasaan dan tingkah laku yang baik diperoleh siswa dari belajar, bukan hanya dalam situasi di kelas tapi juga dalam kehidupan sehari-hari dilingkungannya. Seperti mulai dari mengenal huruf abjad, mengucapkan huruf, menulis, mengeja, kemudian sampai dapat membaca kalimat. Kesanggupan dari mengenal huruf sampai dapat membaca ini penting artinya untuk belajar.

Skinner (dalam Syah, 2009:64) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif. Proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguat (reinforcer). Teori dari Skinner ini diperkuat dengan dugaan bahwa timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus dengan respons. Jadi, untuk mencapai hasil yang optimal dari perubahan tingkah laku dalam


(32)

proses belajar diperlukan adanya penguat sebagai bentuk dari rangsangan atau stimulus.

Pernyataan Skinner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar perlu adanya penguat untuk mendukung atau memotivasi proses belajar pada tahap berikutnya.

2.2. Tujuan Belajar

Setiap manusia di manapun berada tentu melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan pasti menginginkan suatu hasil dan tujuan yang baik. Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.

Dalyono (2009:49-50) menjelaskan tentang beberapa tujuan belajar bahwa : 1) Belajar adalah suatu usaha. Perbuatan yang dilakukan secara

bersungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, dan juga aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat, dan sebagainya.

2) Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku, misalnya seorang anak kecil yang tadinya sebelum memasuki sekolah bertingkah laku manja, egois, cengeng, dan sebagainya, tetapi setelah beberapa bulan masuk sekolah dasar, tingkah lakunya berubah menjadi anak yang baik, tidak lagi cengeng dan sudah mau bergaul dengan teman-temannya.

3) Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik. Kebiasaan yang buruk adalah penghambat menuju jalan kebahagiaan.


(33)

17

Cara menghilangkannya ialah belajar melatih diri menjauhkan kebiasaan buruk dengan modal keyakinan dan tekad bulat harus berhasil.

4) Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya. 5) Dengan belajar dapat mengubah keterampilan, misalnya olahraga,

kesenian, jasa, teknik, pertanian, perikanan, dan sebagainya.

6) Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu. Misalnya dari tidak bisa membaca, menulis, berhitung menjadi bisa semuanya.

Belajar bertujuan merubah perilaku yang buruk menjadi baik, siswa yang melakukan kegiatan belajar akan dapat memahami apa yang sedang ia lakukan, siswa akan mengerti perilaku mana yang harus dirubah, dan perilaku mana yang harus ditingkatkan.

Dapat diketahui dari uraian di atas bahwa belajar merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yang dilakukan selama masa hidup, karena dalam belajar manusia juga melakukan perbaikan-perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidupnya.

Dimyati dan Mujiono (2006:22) :

“Tujuan belajar dapat pula menjadi sasaran dalam belajar. Sasaran belajar tersebut merupakan panduan belajar. Sasaran belajar tersebut diketahui oleh siswa sebagai akibat adanya informasi guru. Panduan belajar tersebut harus diikuti sebab mengisyaratkan criteria keberhasilan belajar.”

Dari pernyataan di atas diketahui bahwa tujuan belajar merupakan sasaran yang menuju pada keberhasilan belajar. Jika siswa mengetahui tujuan belajarnya, maka dalam pencapaian keberhasilan belajarnya akan maksimal.


(34)

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Berhasil atau tidakanya siswa dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan juga dari luar dirinya.

Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar menurut Dalyono (2009:55-60), diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, misalnya dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

“Kesehatan terdiri dari jasmani dan rohani, keduanya sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa. Bila siswa belajar dalam keadaan sakit, maka kegiatan belajarnya akan terganggu. Begitupun jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, ini juga dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.

Intelegensi dan bakat merupakan faktor yang penting terhadap kemampuan belajar siswa. Keduanya dapat mendukung keberhasilan belajar siswa.

Minat merupakan daya tarik yang dapat berasal dari dalam hati sanubari maupun dari luar. Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu pekerjaan yang bisa berasal dari luar ataupun dari dalam diri.

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi keberhasilannya. Siswa perlu memperhatikan teknik-tenik belajar untuk membantunya dalam proses kegiatan belajar.”


(35)

19

Selain dari faktor-faktor internal yang telah dijelaskan di atas, Dalyono juga menyebutkan beberapa faktor eksternal antara lain adalah keluarga, sekolah, serta masyarakat dan lingkungan sekitar.

Dalyono (2009: 59-60) menjelaskan bahwa:

“Pertama, hubungan keluarga yang harmonis akan berpengaruh baik dalam pencapaian hasil belajar siswa, dukungan dari keluarga akan sangat berpengaruh dalam kelancaran siswa mengikuti kegiatan belajar. Kedua adalah sekolah. Sekolah merupakan tempat belajar bagi siswa. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya merupakan faktor pendukung kegiatan belajar bagi siswa.

Ketiga adalah masyarakat dan lingkungang sekitar. Keadaan lingkungan tempat tinggal juga berpengaruh dalam proses belajar maupun pencapaian hasil belajar. Jika siswa tinggal di lingkungan yang terdiri dari orang-orang berpendidikan, memiliki moral yang baik, maka hal ini akan mendukung kegitan siswa dalam belajar.”

Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar siswa, jika salah satu faktor tidak mendukung kegiatan belajar siswa, maka akan berpengaruh kurang baik pada hasil belajarnya. Sebaliknya, jika faktor-faktor tersebut dapat mendukung proses belajar siswa, maka hasil belajar yang diperoleh siswa akan optimal.

2.4. Proses Belajar

Proses belajar menurut Bruner (dalam Nasution, 2008:9-10) dibedakan atas tiga tahap yaitu informasi, transformasi, dan evaluasi.


(36)

Pada setiap pelajaran siswa memperoleh informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah siswa miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah siswa ketahui sebelumnya

b. Tahap transformasi

Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.

c. Tahap evaluasi

Pada tahap ini siswa menilai sampai manakah pengetahuan yang siswa peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Pada tahap informasi merupakan tahap penerimaan materi, informasi yang diterima tersebut ada yang belum pernah diterima dan ada pula yang sudah pernah diterima. Kemudian tahap yang kedua adalah transformasi, pada tahap ini diperlukan bimbingan guru karena tahap ini akan berlangsung sulit, maka dari itu diperlukan metode atau strategi yang tepat. Selanjutnya siswa akan menilai sendiri sampai dimanakah informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan, ini yang dinamakan tahap evaluasi.

2.5. Kondisi-Kondisi Belajar

Kondisi-kondisi belajar penting artinya dalam rangka mempelajari keterampilan. Ada tiga kondisi pokok menurut Hamalik (2010:175), yaitu kontinguitas, latihan(practice), dan balikan (feedback).

Kontinguitas adalah kejadian yang kondisi simultan tentang stimulus dan respons. Belajar keterampilan tingkat dasar yang menjadi kontinguitasnya


(37)

21

adalah unit-unit S-R dalam rangkaian. Pada tingkat yang lebih tinggi adalah rangkaian-rangkaian yang menyusun pola keterampilan yang menyeluruh.

Latihan (practice) adalah suatu kondisi eksternal, yaitu pengulangan suatu respons dalam penyajian suatu stimuli. Latihan berfungsi sebagai balikan dan sebagai penguatan, dan merupakan kondisi yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan yang kompleks. Latihan merupakan suatu cara untuk:

a) Menyajikan kembali subtugas-subtugas yang telah dipelajari secara sebagian.

b) Mengkoordinasikan subtugas-subtugas agar tersusun dalam urutan dan timingyang tepat.

c) Mencegah agar subtugas tidak terlupakan,

d) Mengembangkan sampai pada tahap autonomous.

Balikan (feedback), menitik beratkan pada aspek informasional, yaitu pengetahuan tentang hasil. Jadi, balikan adalah informasi yang ada pada siswa yang memungkinkannya membandingkan performance nyata dengan standarperformancedari suatu keterampilan.

2.6. Strategi Belajar

Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Keterampilan belajar yang baik harus pula didukung dengan strategi belajar yang tepat agar mencapai hasil yang semaksimal


(38)

mungkin. Ada beberapa strategi belajar yang tepat menurut Slameto (2010:76-80) yaitu sebagai berikut:

“(a) keadaan jasmaniah, (b) keadaan emosional dan sosial, (c) memulai belajar, (d) membagi pekerjaan, (e) adakan control, (f) pupuk sikap optimis, (g) buat suatu rencana kerja, (h) cara mempelajari buku, dan (i) jangan membaca belaka.”

Belajar memerlukan tenaga dan keadaan jasmani yang sehat. Dalam kegiatan belajar, emosi siswa perlu dijaga kestabilannnya agar kegiatan belajarnya tidak terganngu. Memulai belajar juga memerlukan keyakinan pada diri sendiri agar dapat bersungguh-bersungguh dalam belajar. Sebelum memulai kegiatan terlebih dulu siswa menentukan kegiatan mana yang lebih mudah agar dapat diselesaikan lebih cepat sehingga akan berdampak baik pada kegiatan yang berikutnya. Sikap optimis juga harus dimiliki siswa agar dapat meningkatkan semangat belajar dalam diri.

Membuat suatu rencana kerja akan mempermudah dalam pembagian waktu untuk belajar sehingga siswa tidak akan kebingungan dengan kegiatan apa yang harus dilakukan. Mengetahui isi buku dapat dilihat dengan melihat atau membaca terlebih dulu judul buku atau kepala bagian-bagiannya, serta perhatikan daftar indeksnya untuk mengetahui suatu bagian tertentu mengeani suatu masalah. Membaca tidak hanya sekedar mengetahui kata-katanya, tetapi mengikuti jalan pikiran penulisnya, jadi sebisa mungkin setelah membaca siswa perlu mengemukakan kembali isi bacaan dalam


(39)

23

bentuk kata-kata sendiri. Hal ini dapat membantu siswa dalam kegiatan belajarnya secara mandiri.

3. Keterampilan Belajar

3.1. Pengertian Keterampilan Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang paling mendasar bagi siswa agar siswa mengetahui, maupun mampu memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Proses belajar memiliki unsur yang penting yang dapat berpengaruh pada hasil belajar, maka dari itu dalam proses belajar perlu didukung oleh cara belajar yang efektif, salah satunya dengan keterampilan belajar.

Keterampilan belajar merupakan keahlian yang didapatkan oleh individu memalaui proses latihan yang berkesinambungan dan mencakup aspek optimalisasi cara-cara belajar baik dalam domain kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Kegiatan belajar yang melibatkan gerakan otot-otot motorik memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Gerakan ini memerlukan latihan atau dilakukan secara berulang-ulang agar terbentuk suatu keterampilan belajar yang optimal.

Reber 1988 (dalam Syah, 2009:121) menjelaskan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan


(40)

tersusun rapi secara mulus dan sesuai keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan belajar ditujukan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam hal belajar, untuk lebih memahami konsep belajar agar mencapai hasil tertentu.

“Rangkaian respons suatu perilaku keterampilan melibatkan serangkaian respons-respons motorik. Respons motorik adalah gerakan otot (muscular movement). Setiap gerakan disebut Stimulus-Respons (S-R) individual. Suatu keterampilan adalah serangkaian gerakan-gerakan, tiap ikatan unit S-R bertindak sebagai stimulus terhadap ikatan berikutnya. Jadi, respons-respons itu dilaksanakan dalam urutan tertentu (Hamalik, 2006:173).”

Keterampilan belajar berkaitan dengan suatu rangkaian dari stimulus yang diterima kemudian menimbulkan rangkaian respons yang kompleks berupa gerakan otot motorik. Seperti keterampilan perseptual motorik yang menitik beratkan pada koordinasi persepsi (mata) dan tindakan motorik (tangan), misalnya seperti saat siswa membaca materi pelajaran kemudian mencatat bagian yang penting.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar merupakan suatu gerakan motorik yang dapat dikembangkan melalui latihan-latihan secara berkesinambungan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

3.2. Prinsip-Prinsip Belajar

Ada beberapa prinsip belajar menurut Dalyono (2009:51-54) yang dapat mengembangkan potensi siswa dalam proses belajar, antara lain sebagai berikut:


(41)

25

a. Kematangan jasmani dan rohani

Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kemampuan berpikir, ingatan, fantasi, dan sebagainya.

b. Memiliki kesiapan

Kesiapan yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti kegiatan belajar adalah kemampuan cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar.

c. Memahami tujuan

Prinsisp ini sangat penting dimiliki oleh siswa agar proses belajar yang dilakukannya dapat cepat selesai dan berhasil. Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan kebingungan, hilang kegairahan, atau tidak sistematis.

d. Memiliki kesungguhan

Siswa yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar dengan sungguh-sungguh serta tekun akan memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang lebih efektif.

e. Ulangan dan latihan

Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dapat dikuasai sepenuhnya. Latihan juga diperlukan agar sesuatu yang sudah dipelajari dapat bertahan lama dalam ingatan.

3.3. Tahap-Tahap Belajar Keterampilan

Mempelajari keterampilan terutama keterampilan yang kompleks melalui tiga tahap, yaitu kognitif, fiksasi, dan autonomous. Tahap-tahap tersebut berlangsung secara berkesinambungan (Hamalik, 2006:174):

a. Kognitif. Dalam tahap kognitif siswa berusaha mengintelektualisasikan kemampuan yang akan dilakukan. Siswa merencanakan keterampilan. Guru dan siswa mencoba mengkaji keterampilan dan memverbalisasikan apa yang sedang dipelajari. Guru menentukan apa yang akan dilakukan, serta menentukan prosedur dan memberikan informasi tentang kekeliruan yang terjadi dalam tahap ini.


(42)

b. Fiksasi. Pada tahap ini pola-pola tingkah laku yang betul dilatih sampai tidak terjadi lagi kekeliruan mendasar. Siswa belajar merangkaikan unit-unit rangkaian dasar. Selanjutnya siswa belajar mengorganisasi rangkaian-rangkaian menjadi suatu pola yang menyeluruh.

c. Autonomous. Tahap ini ditandai oleh peningkatan kecepatan perilaku dalam keterampilan-keterampilan yang benar maknanya untuk memperbaiki kecermatan. Dalam hal itu, siswa juga menambah perintang terhadap tekanan dan gangguan dari luar. Usaha penambahan dan peningkatan dilakukan melalui latihan-latihan frekuensi yang tinggi.

B. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam suatu kelompok. Gazda (dalam Prayitno dan Erman Amti, 1999:309) mengemukakan bahwa :

“bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial.”

Dalam layanan bimbingan kelompok terdapat informasi yang diterima oleh masing-masing siswa sebagai anggota kelompok. Dari informasi yang diperoleh diharapkan siswa mampu menyusun rencana dan keputusan yang tepat untuk dirinya.


(43)

27

Romlah (2006:3),

“Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.”

Dalam bimbingan kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan potensi, atau pemecahan masalah siswa yang menjadi peserta kegiatan kelompok.

2. Tujuan bimbingan kelompok

Tujuan bimbingan kelompok menurut Bennet (dalam Romlah, 2006:14-15): 1) Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting

yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial.

2) Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok. 3) Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan

efektif daripada melalui kegiatan bimbingan individual.

4) Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara efektif. Dengan mempelajari masalah-masalah yang umum dialami oleh individu dan dengan meredakan atau menghilangkan hambatan-hambatan emosional melalui kegiatan kelompok, maka pemahaman terhadap masalah individu menjadi lebih mudah.

Bimbingan kelompok membantu siswa agar dapat mengungkap hal-hal yang terjadi pada dirinya, mengungkapkan masalah yang mengganggu perkembangannya serta menciptakan hubungan harmonis terhadap sesama anggota kelompok.


(44)

3. Asas-asas bimbingan kelompok

Keberhasilan bimbingan kelompok sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas dalam bimbingan kelompok. Munro, Manthei & Small (dalam Prayitno, 2004:13) berpendapat bahwa dalam layanan bimbingan kelompok terdapat beberapa asas yang digunakan yaitu asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas kekinian, asas kegiatan, asas kenormatifan, dan asas keahlian.

a. Asas kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibicarakan siswa kepada guru pembimbing tidak boleh disampaikan kepada orang lain. Asas ini akan mendasari kepercayaan siswa kepada guru pembimbing.

b. Asas kesukarelaan

Pelaksanaan bimbingan dan konseling berlangsung atas dasar sukarela dari kedua belah pihak.

c. Asas keterbukaan

Bimbingan dan konseling dapat berhasil dengan baik jika siswa yang bermasalah mau menyampaikan masalah yang dihadapi kepada guru pembimbing dan guru pembimbing mau membantunya.

d. Asas kekinian

Masalah yang ditangani dalam bimbingan dan konseling adalah masalah sekarang walaupun ada kaitannya dengan masalah yang lampau dan yang akan datang.

e. Asas kegiatan

Bimbingan dan konseling harus dapat membantu siswa agar berusaha melakukan kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

f. Asas kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling harus sesuai dengan norma yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum, Negara, ilmu, dan kebiasaan sehari-hari. g. Asas Keahlian

Asas keahlian diperlihatkan oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan kelompok dalam mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa asas-asas dalam bimbingan kelompok hampir sama dengan asas-asas dalam bimbingan dan


(45)

29

konseling, karena bimbingan kelompok merupakan bagian dari bimbingan dan konseling. Asas-asas tersebut bertujuan untuk mencapai tujuan layanan bimbingan kelompok dalam bimbingan dan konseling.

4. Peranan pemimpin kelompok dan anggota kelompok

Jhonson dan Jhonson 1987 (dalam Romlah, 2006:42) menyatakan bahwa pemimpin adalah seorang anggota kelompok yang menunjukkan lebih dapat mempengaruhi anggota kelompok lainnya daripada dipengaruhi oleh mereka. Pemimpin kelompok berperan penting dalam mengarahkan anggota kelompoknya pada pencapaian tujuan. Dalam bimbingan kelompok tugas pemimpin kelompok adalah memimpin kelompok yang bernuansa layanan bimbingan dan konseling melalui bahasa konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling.

Prayitno (1995:35-36) menjelaskan beberapa peranan pemimpin kelompok ialah sebagai berikut:

1) Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi, baik hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakan mupun yang mengenai proses kegiatan itu sendiri.

2) Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami itu.

3) Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kea rah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu.

4) Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.

5) Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok, pemegang aturan permainan (menjadi


(46)

wasit), pendamai dan pendorong kerja sama serta susasan kebersamaan. Disamping itu pemimpin kelompok diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota kelompok sehingga ia/mereka itu menderita karenanya.

6) Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dari segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.

Kegiatan layanan bimbingan kelompok sebagian besar juga didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan pemimpin kelompok tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok tersebut. Karena dapat dikatakan bahwa anggota kelompok merupakan badan dan jiwa kelompok tersebut. Agar dinamika kelompok selalu berkembang, maka peranan yang dimainkan para anggota kelompok (Prayitno, 1995:32) adalah:

1) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antaranggota kelompok.

2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.

3) Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.

4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.

5) Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.

6) Mampu berkomunikasi secara terbuka. 7) Berusaha membantu anggota lain.

8) Member kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalakan peranannya.

9) Menydari pentingnya kegiatan kelompok itu.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemimpin kelompok dan anggota kelompok sama-sama memiliki peranan yang penting untuk menjalankan kegiatan kelompok agar mengarah pada tujuan yang diinginkan.


(47)

31

5. Dinamika kelompok

Kegiatan bimbingan kelompok sengaja menumbuhkembangkan dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah hubungan interpersonal yang ditandai dengan kerjasama antara anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta semangat untuk mencapai tujuan kelompok. Hubungan interpersonal inilah yang nantinya akan mewujudkan rasa kebersamaan di antara anggota kelompok, menyatukan kelompok, lebih saling mendukung dan cenderung untuk membentuk hubungan yang berarti dan bermakna di dalam kelompok.

Prayitno (1995 : 23) mengemukakan pengertian dinamika kelompok adalah:

“Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam suatu kelompok; artinya merupakan pengarahan secara serentak semua faktor yang dapat digerakkan dalam kelompok itu. Dengan demikian, dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok.”

Kehidupan kelompok dijiwai oleh dinamika kelompok yang akan menentukan gerak dan arah pencapaian tujuan kelompok. Dinamika kelompok ini dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya membimbing anggota kelompok guna mencapai tujuan


(48)

Para anggota melalui bimbingan kelompok memanfatkan dinamika kelompok untuk mengambangkan diri, yaitu mengembangkan kemampuan-kemapuan sosial secara umum yang dikuasai oleh individu yang berkepribadian mantap. Keterampilan berkomunikasi secara efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan menerima toleransi, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat dengan sikap demokratis, dan memiliki tanggung jawab sosial seiring dengan kemandirian yang kuat, merupakan arah pengembangan pribadi yang dapat dijangkau melalui diaktifkannya dinamika kelompok itu.

6. Tahap bimbingan kelompok

Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok diantaranya yaitu tahap pembentukan, peralihan, pembahasan, dan pengakhiran. Keempat tahap tersebut merupakan sebuah kesatuan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok. Tahap-tahap bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40-60) adalah sebagai berikut:

a. Tahap pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibata diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini biasanya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing anggota. Pemimpin juga menjelaskan tata cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok. Selain itu


(49)

33

pemimpin kelompok juga memberikan permainan agar suasana yang terbentuk dalam kelompok menjadi akrab.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pembentukan antara lain : 1) Pengenalan dan pengungkapan tujuan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan atau diri tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota.

Dalam tahap pembentukan ini peranan pemimpin kelompok hendaknya memunculkan dirinya sehingga tertangkap oleh para anggota sebagai orang yang benar-benar bisa dan bersedia membantu para anggota kelompok mencapai tujuan mereka.

2) Terbangunnya kebersamaan

Pemimpin kelompok harus mampu menumbuhkan sikap kebersamaan dan perasaan sekelompok. Jika pada awalnya sebagian besar anggota kelompok tidak berkehendak mengambil peranan dan tanggung jawab dalam keterlibatan kelompok, tugas pemimpin kelompok ialah membalikkan keadaan tersebut dengan merangsang dan menggairahkan seluruh anggota kelompok untuk mampu ikut serta secara bertanggung jawab dalam kegiatan kelompok. Penjelasan tentang asas kerahasiaan, kesukarelaan, kegiatan, keterbukaan, dan kenormatifan akan membantu


(50)

masing-masing anggota untuk mengarahkan peranan diri sendiri terhadap anggota lainnya dan pencapaian tujuan bersama.

3) Keaktifan pemimpin kelompok

Peranan pemimpin kelompok dalam tahap pembentukan hendaknya benar-benar aktif. Hal tersebut tidak berarti bahwa pemimpin kelompok berceramah atau mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok. Pemimpin kelompok memusatkan usahanya pada : a) Penjelasan tentang tujuan kegiatan

b) Penumbuhan rasa saling mengenal antar anggota c) Penumbuhan sikap saling mempercayai dan menerima

d) Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok.

4) Teknik pada tahap awal

Teknik-teknik pada tahap awal berguna untuk pengembangan sikap anggota kelompok yang semula tumbuh secara lamban.

Teknik yang dapat dilakukan antara lain: a) Teknik pertanyaan dan jawaban

Salah satu teknik tersebut ialah para anggota menulis jawaban atas suatu pertanyaan pada selembar kertas yang disediakan oleh pemimpin kelompok.

b) Teknik perasaan dan tanggapan

Teknik ini mempersilakan atau meminta masing-masing anggota kelompok mengemukakan perasaan dan tanggapannya atas suatu


(51)

35

masalah atau suasana yang mereka rasakan pada saat pertemuan itu berlangsung.

c) Teknik permainan kelompok

Tujuan teknik permainan kelompok ini adalah penghangatan dan pengakraban. Oleh karena itu, permainan kelompok yang layak diselenggarakan dalam tahap ini ialah permainan yang mengandung cirri sebagai berikut:

i. Dilakukan oleh seluruh anggota kelompok (termasuk pemimpin kelompok)

ii. Bersifat gembira atau lucu

iii. Tidak memakan tenaga atau melelahkan iv. Sederhana

v. Waktunya singkat. 5) Pola keseluruhan

Pada tahap ini digambarkan adanya rangsangan dari anggota agar mereka dapat mengenali diri dan perasaanya yang mungkin akan menjadi pokok bahasan selanjutnya.

b. Tahap peralihan

Setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamis, kelompok sudah mulai tumbuh dan kegiatan kelompok hendaknya dibawa lebih jauh oleh pemimpin kelompok menuju kepada kegiatan kelompok yang sebenarnya. Pada tahap peralihan pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh


(52)

pada tahap selanjutnya, menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya. Selain itu juga dalam tahap ini kelompok membahas suasanan yang terjadi.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap peralihan antara lain:

1) Penjelasan kegiatan kelompok

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para anggota kelompok.

2) Pengenalan suasana

Anggota kelompok berusaha mengenali suasana yang berkembang dalam kelompok untuk mengetaui apakah anggota kelompok telah siap untuk melakukan kegiatan atau belum. Jika belum siap seperti ragu-ragu, tidak mengetahui apa dan bagaimana melakukan kegiatannya atau belum yakin akan keraguannya, maka pimpinan kelompok harus menjelaskan kembali hal-hal yang belum dimengerti oleh anggota kelompok.

3) Jembatan antara tahap I dan tahap III

Tahap kedua menetapkan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar. Dan ada kalanya jembatan itu ditempuh dengan susah payah. Maka dari itu pemimpin kelompok dengan gaya kepemimpinan yang khas, membawa para anggota melewati jembatan itu dengan selamat.


(53)

37

c. Tahap kegiatan

Tahap ketiga merupakan tahap inti dari kegiatan kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini sangat tergantung dari dua tahap sebelumnya. Pada tahap ini prinsiptut wuri handayanidapat diterapkan. Pada tahap ketiga, hubungan antaranggota kelompok tumbuh dengan baik. Saling tukar pengalaman, pengutraan, penyajian, dan pembukaan diri berlangsung dengan bebas. Selain itu, tanggap dan tukar pendapat berjalan dengan lancar. Dalam suasana ini kelompok membahas hal-hal yang bersifat nyata dan benar-benar sedang mereka alami. Pemimpin kelompok harus dapat melihat dengan baik dan dapat menentukan dengan tepat arah yang dituju dari setiap pembicaraan. Meskipun dalam tahap ketiga kelompok sudah dapat berjalan sendiri, peranan pemimpin kelompok tetap penting.

d. Tahap pengakhiran

Tahap keempat ini merupakan tahap akhri dari kegiatan. Pada tahap ini biasanya pemimpin kelompok akan menjelaskan bahwa kegiatan kelompok akan segera berakhir. Pemimpin dan anggota kelompok juga mengungkapkan kesan-kesan dan hasil kegiatan. Pemimpin kelompok juga menanyakan rencana kegiatan selanjutnya, serta para anggota mengungkapkan pesan dan harapan.


(54)

7. Evaluasi Layanan Bimbingan Kelompok

Setiap pelaksanaan suatu kegiatan pastilah ada evaluasi setelah kegiatan itu berakhir. Seperti yang dijelaskan Prayitno (1995:81), penilaian kegiatan bimbingan kelompok tidak ditujukan kepada “hasil belajar” yang berupa

penguasaan pengetahuan ataupun keterampilan yang diperoleh para peserta, melainkan diorientasikan kepada perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang dirasakan oleh mereka berguna.

Penilaian atau evaluasi dan hasil dari kegiatan layanan bimbingan kelompok ini

bertitik tolak bukan pada kriteria “benar atau salah”,tetapi berorientasi pada

perkembangan, yakni mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri anggota kelompok.

Prayitno (1995: 81) mengemukakan bahwa penilaian terhadap layanan bimbingan kelompok lebih bersifat dalam proses, hal ini dapat dilakukan melalui:

a. Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung. b. Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas

c. Mengungkapkan kegunaan layanan bagi anggota kelompok, dan perolehan anggota sebagai hasil dari keikutsertaan mereka.

Mengungkapkan minat dan sikap anggota kelompok tentang kemungkinan kegiatan lanjutan.


(55)

39

C. Keterkaitan Antara Keterampilan Belajar Siswa dengan Layanan Bimbingan Kelompok

Keterampilan belajar adalah suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan, mempertahankan, dan mengungkapkan pengetahuan serta merupakan cara untuk menyelesaikan masalah. Untuk memperoleh keterampilan dalam belajar, siswa akan menyadari bagaimana cara belajar yang baik sehingga menjadi lebih bertanggungjawab pada kegiatan belajarnya, serta siswa akan mencapai hasil yang baik dalam belajarnya. Seperti yang dikatakan Reber 1988 (dalam Dalyono, 2009:214) bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.

Keterampilan belajar merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik dan merupakan usaha mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya agar dapat berhasil dalam mencapai tujuan yang diinginkan dalam pendidikannya.

Kurangnya kemampuan menguasai keterampilan belajar pada siswa dapat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya, maka hal tersebut perlu mendapat perhatian dari guru bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran, serta seluruh pendidik di sekolah. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberikan layanan bimbingan kelompok.


(56)

(Romlah, 2006:3) Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.

Layanan bimbingan kelompok dapat membantu meningkatkan potensi belajar siswa. Keterampilan belajar merupakan salah satu potensi belajar siswa, jika keterampilan belajar dapat ditingkatkan secara optimal maka siswa dapat mencapai keberhasilan dalam belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan belajar. Hal itu berarti peningkatan keterampilan belajar siswa dapat dibantu dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok.


(57)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2014/2015.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan memberikan layanan bimbingan kelompok kepada subjek penelitian.

Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah desain nonequivalent control group design, yaitu suatu teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah perlakuan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono 2010). Dalam desain ini subjek dikenakan perlakuan dengan dua kali pengukuran. Pengukuran yang pertama dilakukan sebelum diberi layanan bimbingan kelompok dan pengukuran kedua dilakukan setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

Desain penelitian yang digunakan peneliti digambanrkan sebagai berikut :

Gambar 3.1nonequivalent control group design(Sugiyono,2010) E O1 X O2


(58)

O1 : Pengukuran pertama berupa pretest untuk mengukur tingkat kemampuan keterampilan belajar siswa dilakukan dengan menggunakan instrument keterampilan belajar.

X : Treatment dilakukan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok untuk mengembangkankan keterampilan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

O2 : Pengukuran kedua berupa posttest untuk mengukur tingkat kemampuan keterampilan belajar siswa sesudah diberi perlakuan terhadap kelompok eksperimen, dalam posttest akan didapatkan data hasil dari pemberian perlakuan dimana kemampuan keterampilan belajar siswa meningkat atau tidak meningkat sama sekali. Pengukuran juga dilakukan dengan menggunakan instrument keterampilan belajar.

O3 : Pengukuran pertama berupa pretest untuk mengukur tingkat kemampuan keterampilan belajar siswa yang diukur melalui instrument keterampilan belajar terhadap kelompok kontrol. O4 : Pengukuran kedua berupa posttest untuk mengukur tingkat

keterampilan belajar siswa yang diukur melalui instrument keterampilan belajar terhadap kelompok kontrol.

Untuk memperjelas eksperimen dalam penelitian ini disajikan tahap-tahap rancangan eksperimen yaitu :

1. Melakukan pretest yaitu meminta siswa untuk mengisi instrument keterampilan belajar sebelum diadakan perlakuan yaitu keterampilan belajar.


(59)

✂ ✄

2. Memberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan memberi perlakuan pada siswa dengan memeberikan layanan bimbingan kelompok.

3. Melakukan posttest setelah pemberian perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui hasil apakah pemberian layanan bimbingan kelompok efektif untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa.

4. Prosedur analisis data, yaitu dengan menggunakan Ujiwilcoxon.

C. Subjek Penelitian

Menurut Musfiqon (2012:97) subjek penelitian adalah individu yang terlibat dalam penelitian dan keberadaanya menjadi sumber data penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 yang kurang menguasai keterampilan belajar. Hal ini dilakukan karena siswa kelas VII merupakan siswa yang baru memasuki Sekolah Menengah Pertama, sehingga diperkirakan keterampilan belajarnya perlu dikembangkan. Awalnya dilakukan penyebaran instrumen keterampilan belajar, dari situ akan dipilih siswa yang kurang menguasai keterampilan belajar kemudian akan diberi perlakuan layanan bimbingan kelompok. Dari hasil penyebaran instrument akan dipilih 20 siswa yang akan dijadikan 2 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 siswa. Satu kelompok akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan satu yang lain akan dijadikan sebagai kelompok kontrol. Agar dalam pemberian treatment layanan bimbingan kelompok lebih efektif jadi anggota kelompok lebih baik heterogen.


(60)

D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2006:118) variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independen) dan variabel terikat(dependen), yaitu :

a. Variabel bebas(independen)adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu layanan bimbingan kelompok.

b. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan belajar.

2. Definisi Opersional Variabel

a. Keterampilan Belajar

Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisikan tentang sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasi variabel atau konsep yang digunakan.

Keterampilan belajar merupakan keahlian yang didapatkan oleh siswa melalui proses latihan yang berkesinambungan dan mencakup optimalisasi cara-cara belajar baik yang meliputi keterampilan menulis, membaca, mengelola waktu, berbicara, meningat atau menghafal,


(61)

✆ ✝

menghadapi tes atau ujian, konsentrasi, mengerjakan tugas, belajar kelompok, menggunakan fasilitas belajar, dan keterampilan menyiapkan bahan pelajaran. Keterampilan belajar yang baik pada dasarnya merupakan salah satu perilaku yang dapat dibentuk melalui proses pembiasaan. Demi mencapai hasil belajar yang baik siswa harus memiliki keahlian yang diperoleh dari proses latihan yang kontinyu. Keterampilan belajar yang baik akan berdampak pada peningkatan daya serap terhadap materi yang dipelajari, kecepatan memahami materi yang dipelajari, dan peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pengertian keterampilan belajar, maka indikator siswa yang menguasai keterampilan belajar adalah sebagai berikut:

a) Menguasai keterampilan membaca, menulis, dan berbicara;

b) Menguasai keterampilan menghadapi ujian, mengingat, berpikir kritis, dan konsentrasi;

c) Menguasai keterampilan mengelola waktu, mengerjakan tugas, dan belajar kelompok;

d) Terampil dalam menggunakan fasilitas belajar dan mampu menyiapkan bahan pelajaran.

b. Bimbingan Kelompok

Secara operasional, layanan bimbingan kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah program layanan bantuan yang disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan keterampilan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.


(62)

Program layanan bimbingan kelompok ini disusun untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa yang mencakup aspek: tingkatan aspirasi, frekuensi waktu, tujuan kegiatan belajar, keterampilan kognitif, pengelolaan durasi kegiatan belajar, fasilitas belajar, kelompok belajar, menghadapi tantangan, dan rasa pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.

Layanan bimbingan kelompok ini diupayakan dapat membantu mengembangkan keterampilan belajar siswa dengan struktur program yang memuat unsur-unsur : dasar pemikiran, dasar kebutuhan, tujuan, standar kompetensi, sasaran intervensi, pengembangan tema, langkah-langkah kegiatan, media dan alat pendukung, serta evaluasi dan indikator keberhasilan.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena dalam penelitian tujuan utamanya adalah mendapatkan data. Jika peneliti tidak mengetahui metodenya maka tidak akan terkumpul data yang memenuhi criteria atau standard data yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu AUM PTSDL dan wawancara.

1. AUM PTSDL

AUM PTSDL adalah alat untuk mengungkapkan masalah-masalah khusus yang berkaitan dengan upaya dan penyelenggaraan kegiatan belajar.


(63)

47

AUM PTSDL ini merupakan alat ungkap untuk mendapatkan gambaran tentang berbagai aspek yang dapat mempengaruhi proses keberhasilan belajar, khususnya yang menyangkut prasyarat penguasaan materi pelajaran, keterampilan belajar, saranan belajar, keadaan diri pribadi, dan keadaan lingkungan fisik dan sosio-emosional. AUM PTSDL ini dikembangkan oleh Prayitno.

AUM PTSDL terdiri dari 4 format diantaranya yaitu format 1 untuk mahasiswa, format 2 untuk SMA, format 3 untuk SMP, dan format 4 untuk SD. Dalam penelitian ini penulis menggunakan AUM PTSDL format 3, untuk Sekolah Menengah Pertama dengan jumlah keseluruhan item yaitu 145 item, dengan jumlah item pada kategori keterampilan belajar sebanyak 75 item.

Tabel 3.1: komposisi AUM PTSDL–Keterampilan Belajar SMP

Variabel Indikator Deskriptor Item

Ketera-mpilan belajar 1. Keterampilan membaca, menulis, berbicara

1) Mampu membaca efektif 2) Mampu mengerti isi bacaan 3) Mampu membuat catatan 4) Mampu membuat ringkasan 5) Berani mengemukakan

pendapat

1, 2, 3, 7, 10, 23, 26, 28, 34, 38, 42, 44, 45, 50, 65, 72, 74. 2. Keterampilan mengingat, menghadapi ujian, berpikir kritis,

1) Sikap terhadap hafalan 2) Kemampuan mengerjakan

ujian

3) Sikap dalam menghadapi ujian

4, 5, 8, 9, 15, 17, 18, 20, 21, 24, 25, 27, 29, 30, 35, 37, 39, 40, 43, 46, 47, 49, 52, 54, 55, 56,


(64)

konsentrasi 4) Ketelitian mengerjakan soal 5) Keyakinan tentang hasil ujian 6) Kesiapan dalam menghadapi

ujian

7) Sikap terhadap materi yang dipelajari

8) Mampu berkonsentrasi 9) Sikap terhadap lingkungan

belajar

57, 62, 64, 69, 75.

3. Keterampilan mengelola waktu, mengerjakan tugas, belajar kelompok

1) Sikap terhadap jam kosong 2) Waktu yang digunakan untuk

belajar

3) Kemampuan mengatur waktu 4) Sikap terhadap pekerjaan

rumah

5) Ketelitian membuat tugas 6) Sikap terhadap kelompok

belajar

6, 12, 13, 14, 16, 22, 33, 41, 48, 51, 53, 58, 59, 60, 61, 63, 66, 67, 70, 73.

4. Keterampilan menggunaka n fasilitas belajar dan keterampilan menyiapkan bahan pelajaran

1) Sikap terhadap posisi belajar di kelas

2) Sikap terhadap fasilitas belajar yang tersedia

3) Ketelitian dalam menyiapkan bahan pelajaran

11, 19, 31, 36, 68, 71.


(65)

49

F. Teknik Analisis Data

Setelah semua data-data yang berkaitan dengan penelitian diperoleh, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengolahan data dan analisa data. Menurut Suharsimi (2002:136) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus uji wilcoxon. Alasan peneliti menggunakan uji Wilcoxon karena subjek penelitian kurang dari 25, distribusi datanya dianggap tidak normal. Maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test.Penelitian ini akan mengujiPretestdan posttestantara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan demikian peneliti dapat melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui uji Wilcoxon ini. Pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui bantuan program SPSS(Statistical Package for Social Science)16.

Adapun rumus ujiWilcoxonini adalah sebagai berikut Sudjana (2005:273):

Z= ( )

( )( )

Keterangan : Z : UjiWilcoxon

T : Total Jenjang (selisih) terkecil antara nilaipretestdanposttest N : Jumlah data sampel


(66)

Sedangkan kaidah pengambilan keputusan terhadap hipotesis dengan analisis data ujiwilcoxon ini dilakukan dengan berdasarakan angka probabilitas, dasar pengambilan keputusan yakni:

Jika probabilitas < sig. 0,05, maka Ha diterima Jika probabilitas > sig. 0,05, maka Ha ditolak


(67)

87

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 22 Bandar lampung diperoleh kesimpulan statistik dan kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan hasil pretest keterampilan belajar siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari hasil analisis data dengan menggunakanuji wilcoxon, dimana nilai probabilitas pada kelompok eksperimen diperoleh sebesar 0.005 < sig. 0.05 sehingga Ha1 diterima dan Ho1 ditolak, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh angka probabilitas sebesar 0.465 padaAsymp. Sig (2-tailed)hal ini menunjukkan bahwa angka probabilitas > sig. 0,05 sehingga Ha2 ditolak dan Ho2diterima.

Hal ini berarti bahwa terdapat peningkatan keterampilan belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok, dan tidak terdapat peningkatan keterampilan belajar yang


(68)

signifikan pada kelompok kontrol yang tanpa diberi layanan bimbingan kelompok, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa kelas VII SMP 22 Negeri Bandar Lampung.

2. Kesimpulan Penelitian

Layanan bimbingan kelompok meningkatkan keterampilan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Hal ini ditunjukkan dari adanya perkembangan skor keterampilan belajar secara signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

B. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah diperoleh berkenaan dengan peningkatan keterampilan belajar menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung, maka dengan ini penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung hendaknya mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan keterampilan belajar, serta keterampilan manajemen pribadi, dan juga keterampilan kerja sama tim untuk mendukung terjadinya peningkatan pembelajaran dan prestasi belajar siswa di dekolah.

2. Kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok secara rutin karena hal ini dapat membantu


(1)

Jika probabilitas < sig. 0,05, maka Ha diterima Jika probabilitas > sig. 0,05, maka Ha ditolak


(2)

87

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 22 Bandar lampung diperoleh kesimpulan statistik dan kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan hasil pretest keterampilan belajar siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari hasil analisis data dengan menggunakanuji wilcoxon, dimana nilai probabilitas pada kelompok eksperimen diperoleh sebesar 0.005 < sig. 0.05 sehingga Ha1 diterima dan Ho1 ditolak, sedangkan pada kelompok kontrol

diperoleh angka probabilitas sebesar 0.465 padaAsymp. Sig (2-tailed)hal ini menunjukkan bahwa angka probabilitas > sig. 0,05 sehingga Ha2

ditolak dan Ho2diterima.

Hal ini berarti bahwa terdapat peningkatan keterampilan belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok, dan tidak terdapat peningkatan keterampilan belajar yang


(3)

kelas VII SMP 22 Negeri Bandar Lampung.

2. Kesimpulan Penelitian

Layanan bimbingan kelompok meningkatkan keterampilan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Hal ini ditunjukkan dari adanya perkembangan skor keterampilan belajar secara signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

B. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah diperoleh berkenaan dengan peningkatan keterampilan belajar menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung, maka dengan ini penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung hendaknya mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan keterampilan belajar, serta keterampilan manajemen pribadi, dan juga keterampilan kerja sama tim untuk mendukung terjadinya peningkatan pembelajaran dan prestasi belajar siswa di dekolah.

2. Kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok secara rutin karena hal ini dapat membantu


(4)

89

meningkatkan keterampilan belajar siswa secara efektif dan signifikan, setra membantu memecahkan masalah terkait belajar lainnya.

3. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang peningkatan keterampilan belajar siswa dengan layanan bimbingan kelompok hendaknya dapat menggunakan subjek yang berbeda dan meneliti variabel lain seperti penyebab rendahnya keterampilan belajar dan cara mengatasi keterampilan belajar yang rendah.


(5)

Dalyono. 2009.Psikologi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati, dan Mujiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2010. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Jakarta: Bumi Aksara.

Kasan, Tholib. 2005.Dasar-Dasar pendidikan. Jakarta: Studia Press.

Musfiqon. 2012.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Prayitno. 1995.Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan profil). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prayitno, dan Erman Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarata: Rineka Cipta.

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang.

Romlah, Tatiek. 2006.Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukardi, dan Nila Kusumawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Jakarta:Rineka Cipta.


(6)

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 82

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 76

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 4 62

PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 LIWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 36

PENINGKATAN ACADEMIC SELF MANAGEMENT DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 6 70

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 84

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWADENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

1 9 104

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 11 71

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 01 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

1 5 93

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 21 95