MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN AJARAN 2012/2013

(1)

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 1 SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh KHAIRUNNISA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Bimbingan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 1 SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh KHAIRUNNISA

Masalah dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa rendah. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “apakah motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok?” Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini eksperimen semu dengan one-group pretest-posttest design. Subjek dalam penelitian sebanyak enam siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Skala Motivasi Belajar dan Observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok, terbukti dari hasil analisis data menggunakan uji beda wilcoxon, dari hasil pretest dan posttest diperoleh zoutput < ztabel (-2,207 < 0) maka Ha diterima, dan Ho ditolak.

Kesimpulan penelitian ini adalah motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukadana Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013.

Saran yang dapat diberikan (1) Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, hendaknya mengikuti layanan konseling kelompok (2) Guru Bimbingan Konseling hendaknya menggunakan konseling kelompok untuk membantu meningkatkan motivasi belajar (3) kepada peneliti lain, hendaknya melakukan penelitian mengenai masalah yang sama tetapi dengan subjek berbeda.


(3)

(4)

(5)

(6)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 4

3. Pembatasan Masalah ... 4

4. Perumusan Masalah ... 5

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

C. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

1. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 6

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 6

3. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian ... 7

D. Kerangka Pikir ... 7

E. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Motivasi Belajar ... 11

1. Motivasi Belajar dalam Bidang Bimbingan Belajar ... 11

2. Pengertian Motivasi Belajar ... 12

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 14

4. Macam-Macam Motivasi Belajar ... 15

5. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran ... 16

6. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah ... 17

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 18

B. Layanan Konseling Kelompok ... 20

1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok ... 20

2. Tujuan Layanan Konseling Kelompok ... 21

3. Isi Layanan Konseling Kelompok ... 21

4. Komponen Layanan Konseling Kelompok ... 22

a. Pemimpin Kelompok ... 22

b. Anggota Kelompok ... 23


(7)

6. Evaluasi Kegiatan ... 31

7. Analisis Tindak Lanjut ... 31

C. Keterkaitan antara Konseling Kelompok dengan Motivasi Belajar . 32 III. METODE PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian ... 35

C. Subjek Penelitian ... 37

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

1. Variabel Penelitian ... 37

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Skala Motivasi Belajar ... 40

2. Observasi ... 41

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 44

1. Uji Validitas Instrumen ... 44

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 49

1. Gambaran Hasil Pra Konseling Kelompok ... 49

2. Deskripsi Data ... 51

3. Pelaksanaan Kegiatan Layanan Konseling Kelompok ... 53

4. Data Hasil Penelitian ... 66

5. Deskripsi Hasil yang di Peroleh dari Setiap Pertemuan ………… 69

6. Uji Hipotesis ... 80

B. Pembahasan ... 82

V. KESIMPILAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

1. Kesimpulan Statistik ... 92

2. Kesimpulan Penelitian ... 92

B. Saran ... 93

1. Kepada Siswa SMP Negeri 1 Sukadana ... 93

2. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling (BK) ... 93

3. Kepada Tenaga Kependidikan Lain ... 93 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan jalan paling efektif dalam upaya pengembangan kemampuan manusia. Melalui pendidikan, peserta didik dibina untuk menjadi dirinya sendiri yaitu diri yang memiliki potensi yang luar biasa. Melalui kurikulum yang inovatif, peserta didik diarahkan untuk menjadi manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi tantangan dan perubahan jaman, bahkan mampu mengendalikannya.

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya (La Sulo, 2005:1). Manusia di ciptakan Tuhan sesungguhnya dibekali dengan berbagai potensi. Pada dasarnya manusia mempunyai kekuatan dan kemampuan luar biasa untuk menghadapi segala tantangan. Manusia dibekali kemampuan otak yang luar biasa hebatnya, kemampuan tersebut pada umumnya tidak disadari, sehinga manusia hanya sedikit sekali memanfaatkan potensi yang dimiliki, itupun telah optimal.


(9)

Pada diri seseorang terdapat penentuan tingkah laku yang bekerja untuk mempengaruhi tingkah laku itu. Faktor penentu itu adalah motivasi atau daya penggerak tingkah laku manusia. Misalnya, seseorang memiliki kemauan besar dalam belajar adanya penghargaan atas prestasinya. Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Persyaratan ahli tersebut, dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah, sehingga manusia akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu. Wahosumidjo (dalam Uno, 2007:8).

Banyak karakteristik dalam diri yang menyertai dalam proses belajar mengajar, seperti faktor intern yaitu faktor psikologis. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, motif, kematangan dan kelelahan. Namun, ada juga faktor ekstern yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar, seperti: faktor keluarga, faktor sekolah dan masyarakat. Semua faktor ini berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut dapat menyebabkan siswa mengalami masalah belajar pada siswa dan motivasi belajar siswa rendah.

Berdasarkan hasil observasi awal, khususnya pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukadana, Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013 didapatkan informasi mengenai siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Hal ini dapat diketahui dari banyak siswa yang menunda-nunda pekerjaan dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, beberapa


(10)

3

siswa mengobrol saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran sehingga mengganggu proses pembelajaran di kelas, beberapa siswa berada di luar kelas pada saat guru mata pelajaran tidak masuk pada saat jam pelajaran, banyak siswa yang sering tidak mengikuti pelajaran di kelas, beberapa siswa tidak membawa buku catatan, buku cetak atau buku tugas ke sekolah.

Dengan melihat faktor-faktor penyebab kurangnya motivasi dalam belajar pada siswa tersebut, cukup jelas menghambat proses pembelajaran di dalam kelas. Untuk itu meningkatkan motivasi belajar siswa yang rendah, diperlukan dukungan dari semua pihak yang terlibat, khususnya siswa itu sendiri. Selain itu, peran guru pembimbing juga sangat penting untuk memberikan rancangan layanan bimbingan bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal, kegiatan kelompok bimbingan/ konseling kelompok atau individual atau kegiatan lainnya. Salah satunya adalah layanan konseling kelompok.

Konseling kelompok adalah layanan yang menggunakan dinamika kelompok sebagai media kegiatannya, apabila dinamika kelompok dikembangkan dan dimanfaatkan secara efektif dalam layanan ini diharapkan tujuan yang ingin dicapai akan tercapai yakni meningkatkan motivasi belajar siswa, dinamika kelompok dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara baik dan efektif, maka layanan tersebut dapat berjalan dengan baik Prayitno (1999:1).


(11)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Meninggkatkan motivasi belajar siswa menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukadana Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Banyak siswa yang menunda-nunda pekerjaan dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

b. Beberapa siswa mengobrol saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran sehingga mengganggu proses pembelajaran di kelas.

c. Beberapa siswa tidak membawa buku catatan, buku cetak atau buku tugas ke sekolah.

d. Beberapa siswa kurang aktif di kelas saat diskusi kelompok atau presentasi kelompok.

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Meningkatkan motivasi belajar siswa menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukadana Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013”.


(12)

5

4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka dalam penelitian ini masalah sebagai berikut: “motivasi belajar siswa rendah”. Dan permasalahannya yaitu “Apakah motivasi belajar siswa dapat di tingkatkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukadana Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013?”.

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukadana Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan, manfaat penelitian ini adalah untuk menjelaskan kegunaan dari penelitian itu. Kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Sasaran teoritis penelitian ini untuk mengembangkan ilmu pendidikan, khususnya Bimbingan dan Konseling mengenai penggunaan layanan konseling kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.


(13)

b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran bagi siswa, orang tua, guru pembimbing dan tenaga kependidikan lainnya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan informasi tersebut, diharapkan guru pembimbing dapat memberikan perhatian lebih kepada siswa-siswa yang motivasi belajarnya rendah, sehingga siswa mau memanfaatkan dan menyadari akan pentingnya peran BK di sekolah, sehingga pelaksanaan konseling kelompok di sekolah menjadi lebih efektif dan optimal.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Agar lebih jelas dan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang telah di tetapkan maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah meningkatkan motivasi belajar siswa menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa SMP Negeri 1 Sukadana Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013

.

2. Ruang lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukadana Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013.


(14)

7

3. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah SMP Negeri 1 Sukadana kabupaten Lampung Timur. Waktu penelitian tahun ajaran 2012/2013.

D. Kerangka Pikir

Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran ynag merupakan hipotesis. Kerangaka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan Suriasumantri (dalam Sugiyono, 2010:92)

Berdasarkan judul penelitian yang telah peneliti ajukan maka dapat disusun kerangka pemikiran yang diuraikan dibawah ini:

Pada diri seseorang terdapat penentuan tingkah laku yang bekerja untuk mempengaruhi tingkah laku itu. Faktor penentu itu adalah motivasi atau daya penggerak tingkah laku manusia. Misalnya, seseorang memiliki kemauan besar dalam belajar adanya penghargaan atas prestasinya. Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Persyaratan ahli tersebut, dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah, sehingga manusia akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu Wahosumidjo (dalam Uno, 2007:8).


(15)

Banyak karakteristik dalam diri yang menyertai dalam proses belajar mengajar, seperti faktor intern yaitu faktor psikologis. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, motif, kematangan dan kelelahan. Namun, ada juga faktor ekstern yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar, seperti: faktor keluarga, faktor sekolah dan masyarakat. Semua faktor ini berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut dapat menyebabkan siswa mengalami masalah belajar pada siswa dan motivasi belajar siswa rendah.

Meningkatkan motivasi belajar siswa yang rendah, diperlukan dukungan dari semua pihak yang terlibat, khususnya siswa itu sendiri. Selain itu, peran guru pembimbing juga sangat penting untuk memberikan rancangan layanan bimbingan bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan konseling individual, bimbingan kelompok, bimbingan klasikal maupun konseling kelompok atau kegiatan lainnya.

Meninjau dari beberapa layanan di atas dan permasalahan yang akan dipecahkan, maka peneliti memilih untuk menggunakan layanan konseling kelompok Menurut, Warner & Smith (Wibowo, 2005:32) menyatakan bahwa: konseling kelompok merupakan cara yang baik untuk menangani konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu dalam pengembangan kemampuan pribadi mereka. Pandangan tersebut dipertegas oleh Natawidjaja (Wibowo, 2005:32) menyatakan bahwa:

“Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan pada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya”.


(16)

9

Dapat ditarik kesimpulan dari pendapat para ahli bahwa konseling kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan membantu individu mengembangkan kemampuan pribadi mereka dalam usaha mengembangkan tingkahlaku yang kurang mendukung menjadi mendukung dalam proses belajar sehingga siswa dapat termotivasi.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan usaha bantuan yang diberikan kepada individu dalam suasana kelompok agar dapat menjalani perkembangannya lebih optimal dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Penyelesaian masalah merupakan fungsi pokok dari layanan konseling kelompok itu sendiri.

Maka dapatlah timbul kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian Motivasi belajar

rendah

Layanan Konseling Kelompok

Motivasi belajar meningkat


(17)

E. Hipotesis

Sesuai dengan hipotesis penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut:

Ha: Motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan menggunakan layanan konseling kelompok dengan taraf signifikan 5% pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukadana Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013. Ho: Motivasi belajar siswa tidak dapat ditingkatkan menggunakan layanan

konseling kelompok dengan taraf signifikan 5% pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukadana Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

1. Motivasi Belajar dalam Bidang Bimbingan Belajar

Kegiatan bimbingan dan konseling secara keseluruhan mencakup empat bidang yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier. Penelitian ini membahas motivasi belajar siswa yang menyangkut pada layanan bimbingan dan konseling pada bimbingan belajar. Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk dapat membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Menurut Rahman (2003:42) Secara rinci materi pokok bimbingan belajar antara lain:

1. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar secara efektif dan efisien. 2. Pengembangan kemampuan membaca dan menulis (meringkas) secara

cepat.

3. Pemantapan penguasaan materi pelajaran di sekolah berupa remedial atau pengayaan.

4. Pemahaman tentang pemanfaatan teknologi (komputer, internet dan lain-lain) bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

5. Pemanfaat kondisi fisik, sosial dan budaya bagi pengembangan pengetahuan.

6. Pemahaman tentang pemanfaatan perpustakaan.


(19)

Jadi, materi pokok dalam bimbingan belajar diatas adalah materi yang harus dicapai dalam rangka menyiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi dan berperan serta dalam kehidupan masyarakat. Motivasi dalam belajar sangat dibutuhkan peserta didik untuk mencapai materi pokok diatas dengan baik.

2. Pengertian Motivasi Belajar

Wittaker (dalam Soemanto, 2006:205) memberikan pengertian secara umum mengenai pengguanaan istilah “motivation” di bidang psikologis. Ia mengatakan bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.

Menurut Mc. Donald (dalam Hamalik, 2004:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai sesuatu perbuatan yang apabila tercapai akan memuaskan individu. Adanya tujuan yang jelas dan disadari akan mempengaruhi kebutuhan dan ini akan mendorong timbulnya motivasi. Jadi, tujuan dapat juga membangkitkan timbul-timbulnya motivasi.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan


(20)

13

atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seesorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu dapat tercapai. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2001:73).

Menurut Uno (2007:23) motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan tertentu.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung Uno (2007:23). Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.


(21)

Unsur yang mendukung dalam motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut Uno (2007:23):

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d. Adanya penghargaan dalam belajar.

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Sardiman (2001:75) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

Sedangkan menurut Hakim (2005:26) Motivasi belajar adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan kekuatan atau energi penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan.

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Menurut Sardiman (2001:82-83) untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Jadi motivasi akan senantiasa


(22)

15

menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motorik yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatannya, yakni menentukkan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan sesuatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasaari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seesorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

4. Macam-Macam Motivasi Belajar

Motivasi belajar yang ada pada setiap siswa dalam melakukan kegiatan berbeda satu dengan yang lainnya. Selain itu, dalam melakukan suatu kegiatan, seseoenag siswa dapat mempunyai motivasi lebih dari satu macam motivasi dalam belajarnya. Karena motivasi terdiri dari berbagai macam. Menurut Sardiman (2001:87) macam-macam motivasi belajar adalah:

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.


(23)

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya adanya perangsang dari luar.

Macam-macam motivasi yang telah disebutkan diatas untuk mencapai apa yang menjadi tujuan memenuhi kebutuhan dengan adanya dorongan baik dari luar maupun dari dalam. Motivasi sangatlah diperlukan, karena dengan adanya motivasi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan intensitas, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam kegiatan belajar, yang terutama adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri.

5. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Menurut Uno (2007:27), motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan prilaku individu, termasuk prilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain:

a. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seseorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, seorang anak memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut, anak tidak dapat menyelesaikan tugas metematika. Dalam kaitan ini, anak berusaha mencari buku matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.

b. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak yang termotivasi belajar elektronik kerena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya, anak tersebut diminta membetulkan radio yang rusak, dan berkat pengalamannya dari bidang elektronik, maka radio tersebut


(24)

17

manjadi baik setelah diperbaikinya. Dengan pengalaman itu, anak makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena sedikit anak sudah mengetahui makna dari belajar itu.

c. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, motivasi belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memeiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

6. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah

Di dalam kegiatan belajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memlihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitan ini perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam.

Menurut Sardiman (2001:90-93), berikut ini ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.

1. Memberi angka

Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaanya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Peserta didik yang mendapat angkanya yang baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya murid yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.

2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.

3. Saingan/Kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa.


(25)

4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah-satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

5. Memberi ulangan

Pada siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.

6. Mengetahui hasil

Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7. Pujian

Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.

8. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi motivasi.

9. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesenjangan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasinya akan lebih baik.

10. Minat

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehinga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.

11. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasa sangat breguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam (motivasi intrinsik) maupun faktor dari luar (motivasi ekstrinsik). Menurut Hakim (2005:70) yang termasuk motivasi intrinsik antara lain:

1. Memahami manfaat yang dapat diperoleh dari setiap pelajaran.

2. Memilih bidang studi yang paling disenangi dan paling sesuai dengan minat.


(26)

19

3. Memilih jurusan bidang studi sesuai dengan bakat dan pengetahuan. 4. Memilih bidang studi yang paling menunjang masa depan.

Motivasi belajar juga dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik. Sebab, motivasi belajar siswa akan semakin kuat jika siswa memiliki motivasi ekstrinsik di samping motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik menurut Hakim (2005:70) sebagai berikut:

1. Keinginan mendapat nilai ujian yang baik. 2. Keinginan menjadi juara kelas atau juara umum. 3. Keinginan naik kelas atau lulus ujian.

4. Keinginan menjaga harga diri atau gengsi, misalnya ingin diaanggap sebagai orang pandai.

5. Keinginan untuk menang bersaing dengan orang lain. 6. Keinginan menjadi siswa teladan.

7. Keinginan untuk dapat memenuhi persyaratan dalam memasuki pendidikan lanjutan.

8. Keinginan untuk menjadi sarjana.

9. Keinginan untuk dikagumi sebagai orang yang berprestasi.

10. Keinginan untuk menutup diri atau mengimbangi kekurangan tertentu yang ada dalam diri sendiri. Misalnya, menderita cacat, miskin atau berwajah jelek dapat ditutupi atau dimbangi dengan pencapaian prestasi.

11. Keinginan untuk melaksanakan anjuran atau dorongan dari orang lain seperti orang tua, kakak, teman akrab, guru dan orang lain yang disegani serta mempunyai hubungan erat.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar. Motivasi ekstrinsik penting bagi siswa untuk memperoleh tujuan yang diinginkan, yaitu mendapatkan hasil yang baik dalam belajar. Siswa ingin berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai yang baik, siswa ingin membuat orang-orang yang menyayanginya bangga akan prestasi yang dicapai.


(27)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam (motivasi instrinsik) maupun faktor dari luar (ekstrinsik). Motivasi belajar baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat berguna dalam kegiatan belajar. Sedangkan motif intrinsik belajar menjadi kuat jika diiringi dengan motif ekstrinsik.

B. Layanan Konseling Kelompok

1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok

Apabila konseling individu atau perorangan menunjukkan layanan kepada individu atau klien secara perorangan, maka kelompok mengarahkan kepada sekelompok individu.

Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada sekelompok individu (Rahman, 2003:64). Layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah peserta yaitu siswa sebagai klien dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan. Dalam konseling kelompok dibahas masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok melalui suasana dinamika kelompok.


(28)

21

Sejalan pendapat yang di kemukakan Rahman, Prayitno (2004:1) juga mengemukakan:

“Konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan, pribadi dan/atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok”. Berdasarkan definisi tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan usaha pemberian bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) yang diselenggarakan dalam suasana kelompok agar dapat menjalani perkembangannya lebih optimal dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

2. Tujuan Layanan Konseling Kelompok

Konseling kelompok ditujukan untuk memecahkan masalah klien serta mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut Prayitno (dalam Tohirin, 2011:182) tujuan layanan konseling kelompok yaitu:

“Terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkahlaku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalh tersebut bagi individu- individu lain yang menjadi peserta layanan”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pencapaian tujuan yang jelas dalam suatu kegiatan layanan konseling menjadi suatu keharusan agar kegiatan dapat terarah dan dapat dilaksanakan secara optimal.

3. Isi Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok membahas masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan masalah pribadinya secara bebas, selanjutnya


(29)

dipilih mana yang akan dibahas dan dientaskan terlebih dahulu dan seterusnya (Tohirin, 2011:182).

4. Komponen Layanan Konseling Kelompok

Menurut Prayitno (2004:4) Dalam layanan konseling kelompok berperan dua pihak, yaitu pemimpin kelompok dan peserta atau anggota kelompok. a. Pemimpin kelompok

Pemimpin kelompok (PK) adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling proffesional.

1) Karakteristik Pemimpin Kelompok

Untuk menjalankan tugas dan kewajiban proffesionalnya pemimpin kelompok adalah seorang yang:

(a)Mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka dan demokratik, konstruktif, saling mendukung dan meringankan beban, menjelaskan, memberikan pencerahan, memberikan rasa nyaman, menggembirakan, dan membahagiakan; serta mencapai tujuan bersama kelompok.

(b)Berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas dan mensinergikan kontenbahasan yang tumbuh dalam aktifitas kelompok.

Konten yang dimaksudkan bukan hanya meliputi materi yang dibahas, melainkan termasuk di dalamnya fakta/data, konsep, proses, hukum dan aturan, nilai, persepsi, afeksi serta tindakan yang terkait baik langsung maupun tidak langsung.

(c)Memiliki kemampuan hubungan antar-personal yang hangat dan nyaman, sabar dan memberi kesempatan, demokratik dan tidak antagonistik dalam mengambil kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura, disiplin dan kerja keras.

Keseluruhan karakteristik di atas membentuk Pemimpin Kelompok yang berwibawa di hadapan dan di tengah-tengah kelompoknya. Kewibawaan ini harus dapat dirasakan secara langsung oleh para anggota kelompok. Dengan kewibawaan itu Pemimpin Kelompok, menjadi panutan bertingkah laku dalam kelompok, menjadi pengembang dan pensinergian konten bahasan, serta berkualitas yang


(30)

23

mendorong pengembangan dan pemecahan masalah yang dialami para peserta kelompok.

2) Peran Pemimpin Kelompok

Dalam mengarahkan suasana kelompok melaui dinamika kelompok, pemimpin kelompok berperan dalam:

(a)Pembentukan kelompok dari sekumpulan (calon) peserta (terdiri atas 6-10 orang), sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu: (1) Terjadinya hubungan antara-anggota kelompok, menuju

keakraban di antara mereka.

(2) Tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota kelompok, dalam suasana keakraban.

(3) Berkembangnya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok.

(4) Terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok, sehingga mereka masing-masing mampu berbicara dan tidak menjadi yes-man.

(5) Terbinanya kemandirian kelompok, sehingga kelompok ini berusaha dan mampu “tampil beda” dari kelompok lain.

Berbagai keterampilan, termasuk penggunaan permainan kelompok, perlu diterapkan pemimpin kelompok dalam pembentukan kelompok.

(b)Penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok apa, mengapa dan bagaimana layanan konseling kelompok dilaksanakan.

(c)Pentahapan kegiatan konseling kelompok.

(d)Penilaian segera (laiseg) hasil layanan konseling kelompok. (e)Tindak lanjut layanan.

b. Anggota Kelompok

Untuk terselenggaranya konseling kelompok seorang konselor perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok (jumlah anggota kelompok), dan homogenitas/heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok.

1) Besarnya Kelompok

Kelompok yang terlalu kecil, misalnya 2-3 orang akan mengurangi efektifitas konseling kelompok. Kedalaman dan variasi pembahasan menjadi terbatas, karena sumbernya (yaitu para anggota kelompok) memang terbatas. Disamping itu dampak layanan juga terbatas, karena hanya didapat oleh 2-3 orang saja. Kondisi seperti itu mengurangi makna keuntungan ekonomis konseling kelompok. Hal ini tidak berarti bahwa konseling kelompok yang beranggotakan 2-3


(31)

orang saja; dapat, tetapi kurang efektif. Sebaliknya kelompok yang terlalu besar juga kurang efektif. Karena jumlah peserta yang terlalu banyak, maka partisipasi aktif individual dalam dinamika kelompok menjadi kurang intensif; kesempatan berbicara, dan memberikan/menerima “sentuhan” dalam kelompok kurang, padahal melalui sentuhan-sentuhan dengan frekuensi tinggi itulah individu memperoleh manfaat langsung dalam layanan konseling kelompok. Kekurangan-kekurangan kelompok mulai terasa jika jumlah anggota kelompok melebihi 10 orang.

2) Homogenitas/Heterogenitas Kelompok

Perubahan yang intensif dan mendalam memerlukan sumber-sumber yang bervariasi. Dengan demikian, layanan konseling kelompok memerlukan anggota kelompok yang dapat menjadi sumber-sumber bervariasi untuk membahas suatu topik atau memecahkan masalah tertentu. Dalam hal ini anggota kelompok yang homogen kurang efektif dalam konseling kelompok. Sebaliknya anggota kelompok yang heterogen akan menjadi sumber yang lebih kaya untuk pencapaian tujuan layanan. Pembahasan dapat di tinjau dari berbagai sesi, tidak monoton, dan terbuka. Heterogenitas dapat mendobrak dan memecahkan kebekuan yang terjadi akibat heterogenitas anggota kelompok.

3) Peranan Anggota Kelompok (a)Aktifitas Mandiri

Peran anggota kelompok (AK) dalam layanan konseling kelompok bersifat dari, oleh, dan untuk para anggota kelompok itu sendiri. Masing-masing anggota kelompok beraktifitas langsung dan mandiri dalam bentuk:

(1)Mendengar, memahami, dan merespon dengan tepat dan positif (3-M).

(2)Berpikir dan berpendapat.

(3)Menganalisis, mengkritisi, dan beragumentasi. (4)Merasa, berempati dan bertindak.

(5)Berpartisipasi dalam kegiatan bersama.

(b)Aktifitas mandiri masing-masing anggota kelompok itu diorientasikan pada kehidupan bersama dalam kelompok. Kebersamaan ini mewujudkan melalui:

(1)Pembinaan keakraban dan keterlibatan secara emosional antar anggota kelompok.

(2)Kepatuhan terhadap aturan kegiatan dalam kelompok.

(3)Komunikasi jelas dan lugas dengan lembut dan bertatakrama. (4)Saling memahami, memberi kesempatan dan membantu. (5)Kesadaran bersama untuk menyukseskan kegiatan kelompok.


(32)

25

5. Pendekatan dan Teknik

Pendekatan dan teknik konseling kelompok menurut Prayitno (2004:16): a. Pembentukan Kelompok

Kelompok untuk layanan konseling kelompok dapat dibentuk melalui pengumpulan individu (siswa dan individu lainnya) yang berasal dari: 1) Satu kelas siswa yang dibagi ke dalam beberapa kelompok.

2) Kelas-kelas siswa yang berbeda dihimpun dalam satu kelompok. 3) Lokasi dan kondisi yang berbeda dikumpulkan menjadi satu

kelompok.

Pengelompokan individu itu dengan memperhatikan aspek-aspek relatif homogenitas dan heterogenitas sesuai dengan tujuan layanan. Data hasil instrumentasi, himpunan data dan sumber-sumber lainnya dapat menjadi pertimbangan dalam pembentukan kelompok. Penempatan seseorang dalam kelompok tertentu dapat merupakan penugasan, penetapan secara acak, ataupun pilihan bebas individu yang bersangkutan. Dalam pada itu, seseorang atau lebih dapat ditempatkan dalam kelompok tertentu untuk secara khusus memperoleh layanan konseling kelompok.

b. Tahap Penyelenggaraan

Layanan konseling kelompok diselenggarakan melalui empat tahap kegiatan, yaitu:

1) Tahap Pembentukan, yaitu tahapan untuk membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama.

2) Tahap Peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok.

3) Tahap Kegiatan, yaitu tahapan “kegiatan inti” untuk mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok.

4) Tahap pengakhiran, yaitu tahapan akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok, serta merencanakan kegiatan selanjutnya.


(33)

a. Tahap Peralihan

Bagan 2

Gambar 1. Tahap I : Pembentukan

TAHAP I PEMBENTUKAN

Tema : - Pengenalan diri

- Pelibatan diri

- Pemasukan diri

Tujuan:

1. Angggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangkan konseling kelompok.

2. Tumbuhnya suasana kelompok. 3. Tumbuhnya minat anggota

mengikuti kegiatan kelompok. 4. Tumbuhnya saling mengenal,

percaya, menerima, dan membantu diantara para anggota.

5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka.

6. Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok.

Kegiatan :

1. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan konseling kelompok.

2. Menjelaskan (a) cara-cara, dan (b) asas-asas kegiatan

kelompok.

3. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri.

4. Teknik khusus. 5. Permainan

penghangatan/pengakraban.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK: 1. Menampilkan doa untuk mengawali kegiatan.

2. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka.

3. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati.


(34)

27

Gambar 2. Tahap II : Tahap Peralihan TAHAP II PERALIHAN

Tema : Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga

Tujuan:

1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.

2. Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan. 3. Makin mantapnya minat untuk

ikut serta dalam kegiatan kelompok.

Kegiatan :

1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.

2. Menawarkan sambil mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga). 3. Membahas suasana yang

terjadi.

4. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota. 5. Kalau perlu kembali ke

beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan).

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK: 1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.

2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaan atau permasalahan.

3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.


(35)

Gambar 3. Tahap III : Kegiatan

TAHAP III KEGIATAN

(Dalam Konseling Kelompok) Pembahasan Masalah Klien

Tema : Kegiatan pencapaian tujuan, yaitu pembahasan masalah klien

Tujuan:

1. Terungkapnya secara bebas masalah/

topik dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. 2. Terbahasnya dan terentaskannya

masalah klien (yang menjadi anggota kelompok).

3. Ikutsertanya seluruh anggota kelompok dalam menganalisis masalah klien serta mencari jalan keluar dan pengentasannya.

Kegiatan :

1. Masing-masing anggota secara

bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan.

2. Menetapkan masalah atau topic

yang akan dibahas terlebih dahulu.

3. Anggota membahas

masing-masing topic secara mendalam dan tuntas.

4. Kegiatan selingan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK: 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka. 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara.

3. Mendorong, menjelaskan, memberi penguatanm menjembatani dan mensikronisasi, memberi contoh, (serta, jika perlu melatih klien) dalam rangka mendalami permasalahan klien dan mengentaskannya.


(36)

29

Gambar 4. Tahap IV : Pengakhiran

TAHAP IV PENGAKHIRAN

Tema : Penilaian dan Tindak Lanjut

Tujuan:

1. Terungkapnya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan. 2. Terungkapnya hasil kegiatan

kelompok yang telah dicapai. 3. Terumuskannya rencana

kegiatan lebih lanjut.

4. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa

kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri.

Kegiatan :

1. Pemimpin kelompok

mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

2. Peminpin kelompok dan anggota mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan. 3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan

harapan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK: 1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka.

2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota.

3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut. 4. Penuh rasa persahabatan dan empati.


(37)

a. Teknik dalam Kegiatan

1) Teknik Umum: Pengembangan Dinamika Kelompok

Secara umum, teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam menyelenggarakan layanan konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok, dalam rangka mencapai tujuan layanan. Teknik-teknik ini secara garis besar meliputi:

(a)Komunikasi multiarah secara efektif dinamis dan terbuka.

(b)Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, pengembangan argumentasi.

(c)Dorongan minimal untuk menetapkan respon dan aktivitas anggota kelompok.

(d)Penjelesan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih menetapkan analisis, argumentasi dan pembahasan.

(e)Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku (baru) yang dikehendak.

Teknik-teknik tersebut diawali dengan penstrukturan untuk memberikan penjelasan dan pengarahan pendahuluan tentang layanan kegiatan konseling kelompok. Dalam pada itu, berbagai kegiatan selingan ataupun permainan dapat diselenggarakan untuk memperkuat “jiwa” kelompok, menetapkan pembahasan, dan/atau relaksasi. Sebagai penutup, kegiatan pengakhiran dilaksanakan. Segenap teknik tersebut diterapkan oleh konseling kelompok secara tepat waktu, tepat isi, tepat sasaran, dan tepat cara, sehingga pemimpin kelompok sebagai pemimpin tampil berwibawa, bijaksana, bersemangat, aktif, berwawasan luas, dan terampil.

2) Permainan Kelompok

Dalam penyelenggaraan konseling kelompok seringkali dilakukan permainan kelompok, baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok yang efektif bercirikan: sederhana, menggebirakan, menimbulkan suasana relaks dan tidak melelahkan, meningkatkan keakraban, dan diikuti oleh semua anggota kelompok.

3) Waktu dan tempat

Layanan konseling kelompok dapat diselenggarakan pada sembarang waktu, sesuai dengan kesepakatan antara konseling kelompok dengan anggota kelompok, baik terjadwal maupun tidak terjadwal. Seiring dengan waktunya, konseling kelompok diselenggarakan di


(38)

tempat-31

tempat yang cukup nyaman bagi para peserta, bak di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Mereka duduk (biasanya membentuk melingkar) di kursi atau bersila mengikuti kondisi yang ada. Waktu penyelenggaraan untuk setiap kali penyelenggaraan (satu sesi) layanan konseling kelompok sekitar 1-2 jam. Pertemuan pertama (sesi pertama) konseling kelompok biasanya memakan waktu yang lebih lama untuk tahap pembentukan, dan sesi-sesi berikutnya lebih disominasi oleh tahap kegiatan.

4) Penilaian

Hasil dari proses layanan konseling kelompok perlu dinilai. Pada tahap pengakhiran untuk setiap sesi dilakukan tinjauan terhadap kualitas kegiatan kelompok dan hasil-hasilnya melalui pengungkapan kesan-kesan peserta.

6. Evaluasi Kegiatan

Penilaian kegiatan konseling kelompok tidak ditujukan pada “hasil belajar” yang berupa penguasaan pengetahuan ataupun keterampilan yang diperoleh para peserta, melainkan diorientasikan pada pengembangan pribadi klien dan hal-hal yang dirasakan oleh mereka berguna. Dalam konseling kelompok, penilaian hasil kegiatan dapat diarahkan secara khusus kepada peserta yang masalahnya dibahas. Peserta tersebut diminta mengungkapkan sampai seberapa jauh kegiatan kelompok telah membantunya memecahkan masalah yang dialaminya.

7. Analisis Tindak Lanjut

Analisis dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk penyelenggara layanan. Dari sini akan dikaji apakah hasil pembahasan/pemecahan masalah sudah tuntas atau masih ada aspek yang belum dijangkau dalam pembahasan tersebut. Dalam analisis, konselor sebagai pemimpin kelompok perlu meninjau kembali secara cermat hal-hal tertentu yang perlu diperhatikan seperti: penumbuhan dan


(39)

jalannya dinamika kelompok, peranan dan aktivitas sebagai peserta, homogenitas/heterogenitas anggota kelompok, kedalaman dan keluasan pembahasan, kemungkinan keterlaksanaan alternatif pemecahan masalah yang dimunculkan dalam kelompok, dampak pemakaian teknik tertentu oleh pemimpin kelompok, dan keyakinan penerapan teknik-teknik baru, masalah waktu, tempat, dan bahan acuan, perlu narasumber lain dan sebagainya. Dengan demikian, analisis tersebut dapat tolehan kebelakang dapat pula tinjauan kedepan.

C. Keterkaitan antara Konseling Kelompok dengan Motivasi Belajar

William burton (dalam Hamalik, 2004:157) mengemukakan “Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai dan akan memuaskan individu. Adanya tujuan akan mempengaruhi kebutuhan dan akan membangkitkan motivasi didalam diri”. Sehingga seorang haruslah diberikan penguatan tentang tujuan dari apa yang ia lakukan untuk dapat meningkatkan motivasi pada dirinya. Seorang pelajar harus diberi sebuah pemahaman tentang tujuan belajar yang sedang ia tempuh untuk dapat meningkakan motivasi belajarnya.

Pemberian pemahaman tentang pentingnya tujuan belajar masih sangat sulit untuk dipahami oleh siswa pada umumnya. Sehingga dibutuhkan layanan-layanan yang bisa membantu siswa dalam menyelesaikan konflik yang ada pada dirinya. Salah satunya ada pada layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan Konseling memiliki sembilan layanan yang merupakan kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada


(40)

33

umumnya dan siswa sekolah pada khususnya dalam rangka meningkatkan mutunya.

Dari pengamatan yang ada peneliti menggunakan layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan masalah siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Apabila dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok akan saling menolong, menerima dan berempati dengan tulus. Konseling kelompok merupakan wahana untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, menemukan alternatif cara penyelesaian masalah dan mengambil keputusan yang tepat dari konflik yang dialamimya dan untuk meningkatkan tujuan diri, otonomi dan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain.

Menurut Natawidjaja (dalam Wibowo, 2005:32) menyatakan bahwa:

“Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan pada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya”.

Menurut Mahler, Dinkmeyer & Munro (dalam Wibowo, 2005:32) menyatakan bahwa:

Kemampuan yang dikembangkan melalui konseling kelompok yaitu:

a. pemahaman tentang diri sendiri yang mendorong penerimaan diri dan perasaan diri berharga,

b. interaksi sosial, khususnya interaksi antarpribadi serta menjadi efektif untuk situasi-situasi sosial,

c. pengambilan keputusan dan pengarahan diri,

d. sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan empati, e. perumusan komitmen dan upaya mewujudkannya.


(41)

Motivasi belajar memegang peranan yang penting dalam proses pembelajaran bagi siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, kemampuan dalam belajarnya juga akan tinggi sebaliknya siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah, kemampuan dalam belajar juga rendah. Motivasi dapat timbul dari dalam diri sendiri dan juga dapat dirangsang dari luar, siswa diharapkan memiliki kesadaran dari dalam dirinya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan harapan tujuan belajar yang diinginkan dapat tercapai.

Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, guru pembimbing dapat memberikan bantuan melalui pelaksanaan layanan konseling kelompok agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri yang mendorong penerimaan diri dan perasaan diri berharga serta pengambilan keputusan dan pengarahan diri dan hal tersebut akan mendorong siswa memiliki optimisme serta motivasi dalam belajarnya, oleh sebab itu konseling kelompok dapat digunakan dalam meningkatkan motivasi belajar.


(42)

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:3).

Menurut kamus Webster’s New International, reseach (penelitian) adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prisip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cermat untuk menetapkan sesuatu (dalam Fathoni, 2006:27).

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah lokasi tertentu yang digunakan untuk objek dan subjek yang akan diteliti dalam penelitian. Sesuai dengan judul penelitian ini, maka peneliti melakukan penelitian dengan mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Sukadana Lampung Timur. Waktu penelitian ini adalah semester genap tahun ajaran 2012/2013.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian pendidikan menurut Sugiyono (2010:6) dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu


(43)

sehingga pada giliranya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena pada penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol dan subjek tidak dipilih secara random. Peneliti melihat hasil dari pemberian konseling kelompok pada siswa kelas VIII menggunakan satu kelompok eksperimen dan subjek didapat dari hasil penyebaran skala motivasi belajar yaitu siswa yang motivasi belajarnya rendah di SMP Negeri 1 Sukadana kabupaten Lampung Timur.

Bentuk penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Group Pretest-Posttest Design karena penelitian ini tanpa menggunakan kelompok kontrol, sehingga satu kelompok tersebut mendapatkan pelatihan yang intens dan terencana, sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal, dengan menggunakan desain O1 X O2. Pelaksanaan penelitian dengan desain ini dilakukan dengan memberikan perlakuan (X) terhadap satu kelompok, yaitu kelompok eksperimen. Sebelum diberi perlakuan, kelompok tersebut diberi pretes (O1), dan setelahnya diberikan postes (O2).

Hasil kedua tes itu dibandingkan, untuk menguji apakah perlakuan memberi pengaruh kepada kelompok tersebut.


(44)

37

Desain ini dapat digambarkan seperti berikut: Pretest Treatment Posttest

O1 X O2 Gambar 3.1 One Group Pretest-Posttest Design Keterangan :

O1 : motivasi belajar (sebelum diberikan perlakuan) X : tindakan/perlakuan

O2 : motivasi belajar (setelah diberikan perlakuan) C. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik subjek penelitian karena dalam penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan antara subjek yang satu dengan subjek yang lain. Salah satu langkah yang harus dilakukan oleh peneliti adalah menentukan subjek penelitian. Subjek penelitian adalah individu yang ikut serta dalam penelitian. Subyek penelitian dalam penelitian ini diketahui berdasarkan penyebaran skala motivasi belajar, di SMP Negeri 1 Sukadana. Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar rendah adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 6 siswa yang tersebar dalam satu kelas.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam suatu penelitian.

Menurut Sugiyono (2012:61) “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi


(45)

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Penelitian ini akan dilaksanakan pada dua variabel yaitu:

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu layanan konseling kelompok. b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar. 2. Definisi Oprasional Variabel Penelitian

Definisi oprasional merupakan uraian yang berisi perincian sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasi variabel atau konsep yang digunakan.

a. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah dorongan kekuatan atau energi penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan. Dilandasi adanya (1) hasrat dan keinginan berhasil, (2) dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) harapan dan cita-cita masa depan, (4) penghargaan dalam belajar, (5) kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) lingkungan belajar yang kondusif, sehingga tmemungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.


(46)

39

b. Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok merupakan suatu usaha pemberian bantuan yang diberikan kepada sekelompok individu yang membutuhkan agar individu tersebut mandiri, mampu mengatasi masalahnya dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu wawancara konseling antar konselor dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok. Konseling kelompok ini bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah anggota kelompok. Adapun tahap-tahap pelaksanaan konseling kelompok, yaitu: (1) tahap pembentukan, (2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan, (4) tahap pengakhiran. Konseling kelompok dilaksanakan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data untuk memperoleh data yang sejelas-jelasnya. Menurut Riduwan (2011:69), Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Peneliti akan menggunakan beberapa metode atau cara untuk memperoleh data-data yang diperlukan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini penulis menggunakan, skala motivasi belajar digunakan untuk mendapatkan subjek penelitian dan alat pengumpul data yang pokok dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi dalam penelitian ini digunakan saat pre-test dan post-test.


(47)

1. Skala Motivasi Belajar

Skala motivasi belajar digunakan untuk mendapatkan subjek penelitian, peneliti akan menyebarkan skala agar diketahui siswa yang motivasi belajarnya rendah. Pada penelitian ini menggunakan skala likert. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

Instrumen penelitian menggunakan skala model likert dapat dibuat dalam bentuk check list atau pilihan ganda. Arikunto (2006:52) mengatakan bahwa “check list”, sebuah daftar, responden tinggal menbubuhkan tanda (√) pada kolom yang sesuai. Dimana dalam skala likert, responden akan di berikan pernyataan-pernyataan dengan alternatif, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Tabel 3.1 Alternatif Pilihsn Jawaban Skala

Pernyataan Favorable

(Positif)

Unfavorable (Negatif)

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-Ragu (RR) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5


(48)

41

Kriteria skala motivasi belajar siswa dikategorikan menjadi 3 yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besarnya interval dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

: interval 2NT : nilai tertinggi NR : nilai terendah K : jumlah kategori

Semakin besar skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi pula tingkat motivasi belajar dan sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan motivasi belajar yang rendah pada siswa.

2. Observasi

Pedoman observasi berisi daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, observer (pengamat) tinggal memberikan tanda checklist (√) pada kolom tempat munculnya peristiwa. Cara bekerja seperti ini disebut system tanda (sign system).

Alat pengumpul data yang pokok dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi dalam penelitian ini digunakan saat pre-test dan post-test. Hal ini dikarenakan yang diteliti adalah perilaku siswa, sehingga pengamatan terhadap perubahan perilakunya akan lebih mudah dilakukan. Observasi dilakukan oleh dua orang observer, agar peneliti dapat membandingkan


(49)

hasil observasi antara observer satu (I) dengan observer dua (II). Untuk mengurangi adanya penilaian subjektivitas saat observasi.

Saat pelaksanaan observasi peneliti dan observer lain yaitu guru bimbingan konseling SMP Negeri 1 Sukadana Ibu Sri Hartitik, S.Pd. mengamati perilaku siswa dalam satu hari saat jam sekolah berlangsung. Dalam pengamatan tersebut akan diperhatikan beberapa kali perilaku-perilaku yang menjadi target pengamatan muncul pada siswa (sesuai dengan lembar observasi).


(50)

43

Tabel 3.2 Kisi- kisi Skala Motivasi Belajar

Variabel Indikator Deskriptor No. Item

Motivasi Belajar

1. Hasrat dan

keinginan berhasil

1.1 Mempunyai rasa tertarik terhadap pelajaran

1, 2, 3, 4, 5

1.2 Mempunyai keinginan yang kuat terhadap sesuatu

6, 7, 8 2. Adanya kebutuhan

dalam belajar

2.1 Mempunyai keinginan melaksanakan tugas yang di berikan oleh guru di sekolah

9, 10, 11, 12, 13 2.2 Merasa membutuhkan

ilmu pengetahuan

14, 15, 16, 17, 18 3. Mempunyai

harapan untuk meraih masa depan

3.1 Mempunyai harapan masa depan

19, 20, 21 3.2 Melakukan sesautu

karena untuk mewujudkan keinginannya

22, 23, 24

4. Penghargaan dalam belajar

4.1 Mempunyai minat dalam belajar

25, 26, 27, 28, 29 4.2 Siswa partisipasi dalam

belajar

30, 31, 32 5. Kegiatan yang

menarik dalam belajar

5.1 Mengikuti KBM dengan senang

33, 34

5.2 Tidak merasa jenuh dalam belajar

35, 36, 37, 38, 39 6. Lingkungan belajar

yang kondusif sehingga, memungkinkan seseorang siswa dapeat belajar dengan baik

6.1 Lingkungan tidak bising

40, 41 6.2 Lingkungan yang

nyaman untuk belajar

42, 43, 44, 45, 46


(51)

F. Uji Persyaratan Instrumen

Untuk mendapatkan data yang lengkap, instrumen pengumpulan data harus memenuhi persyaratan yang baik, instrumen yang baik dalam suatu penelitian harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.

1. Uji Validitas Instrumen

Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen Arikunto (dalam Riduwan, 2011:97) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingakatan keandalan atau kesasihan suatu alat ukur.

Untuk mendapatkan data yang lengkap, maka instrumen pengumpulan data harus memenuhi persyaratan yang baik, instrumen yang baik dalam suatu penelitian harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.

a. Skala Motivasi Belajar

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan validitas konstruk (Construct Validity). Menurut Sugiyono (2010:177) Untuk menguji validitas konstruks, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgments experts). Dalam hal ini, setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan pengajar di program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(52)

45

Uji coba skala motivasi belajar disebar ke sebanyak 30 siswa responden untuk dijadikan sample penguji validitas. Analisis item dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science)17 dengan rumus korelasi Pearson Product Moment.

Hasil uji coba yang telah dilakukan dari 54 butir persoalan terdapat 8 butir yang tidak memiliki konstribusi terhadap instrument yang digunakan. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut terdapat 46 butir atau item yang berkonstribusi dengan reliabilitas r hitung = 0,876. Kreteria reliabilitas instrument ini termasuk dalam kreteria sangat tinggi. Dari 46 butir tersebut sudah mewakili semua deskriptor sehingga 8 butir yang tidak berkontribusi tidak di gunakan.

b. Observasi

Uji validitas alat ukur adalah “alat ukur atau pengukur yang berfungsi dengan baik itu akan mampu mengukur dengan tepat mengenai gejala sosial tertentu, baru kemudian alat ukur tersebut menunjukkan kevalidan atau kelebihan suatu instrument” (Arikunto, 2006:150). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen yang digunakan ketika observasi sebelum dan sesudah perlakuan adalah lembar observasi yang merupakan pengembangan dari pedoman observasi berisi rincian dari aspek-aspek yang diobservasi. Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construc validity). Menurut


(53)

Sugiyono (2010:177) untuk menguji validitas konstruks, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgments experts). Dalam hal ini, setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan pengajar di program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas merujuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002:154).

a. Skala Motivasi Belajar

Reliabilitas adalah derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Suatu data dinyatakan reliable apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau satu peneliti dalam waktu yang berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda (Sugiyono, 2012:183).

Tingkat reliabilitas skala motivasi belajar dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Alpha dari Crombach lewat SPSS (hasil terlampir dilampiran 7), karena instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan rentangan skor 1-5.


(54)

47

b. Observasi

Reliabilitas merujuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:158). Karena dalam penelitian ini menggunakan metode observasi yang dilakukan oleh dua observer.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiono, 2012:207). Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis. Arikunto (2006:162) menyatakan bahwa penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan, yaitu mencoba sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan uji Wilcoxon yaitu dengan mencari perbedaan mean Pretest dan Posttest. Analisis ini digunakan untuk mengetahui keefektifan layanan konseling kelompok untuk mengembangkan motivasi belajar siswa. Uji Wilcoxon merupakan perbaikan dari uji tanda.

Karena subjek penelitian kurang dari 25, maka distribusi datanya dianggap tidak normal (Sudjana, 2002:93) dan data yang diperoleh merupakan data ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik (Sugiono, 2012:210) dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Penelitian ini


(55)

akan menguji Prstest dan posttest. Dengan demikian peneliti dapat melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui uji Wilcoxon ini. Dalam pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science)17.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut (Sudjana, 2002:96):

Z =

Keterangan : Z : Uji Wilcoxon

T : Total Jenjang (selisih) terkecil antara nilai pretest dan posttest N : Jumlah data sampel

Kaidah keputusan:

Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka H0 diterima (dengan taraf signifikansi 5%)

Jika statistik hitung (angka z output) < statsitik tabel (tabel z), maka H0 ditolak (dengan taraf signifikansi 5%).


(56)

92

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasakan hasil penelitian di SMP Negeri 1 Sukadana, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian layanan konseling kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII. Hal ini terbukti dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh nilai zoutput = –2,207. Kemudian dibandingkan dengan ztabel, dengan nilai α = 5% adalah 0. Oleh karena zoutput = –2,207< ztabel = maka Ho ditolak dan Ha diterima, dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada motivasi belajar siswa, sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan dengan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan konseling kelompok pada siswa SMP Negeri 1 Sukadana.

2. Kesimpulan Penelitian

Motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa SMP Negeri 1 Sukadana. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan dari keenam subjek penelitian yang


(57)

berada pada kategori rendah menjadi sedang dan tinggi setelah diberi layanan konseling kelompok.

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Sukadana adalah:

1. Kepada Siswa SMP Negeri 1 Sukadana

Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, hendaknya mengikuti layanan konseling kelompok.

2. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling (Guru BK)

Guru Bimbingan Konseling hendaknya menggunakan konseling kelompok untuk membantu meningkatkan motivasi belajar.

3. Kepada Peneliti Lain

Kepada peneliti lain, hendaknya melakukan penelitian mengenai masalah yang sama tetapi dengan subjek berbeda.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta

_______, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fatimah. 2006. Psikologi Perkembangan (Peserta Didik). Bandung: CV. Pustaka Setia.

Hakim. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang.

_______, dkk. 1997. Pelayanan Bimbingan dan Konseling SLTP. Jakarta: Panebar Aksara.

_______, dkk. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT. Renika Cipta.

Rahman. 2003. Bimbingan & Konseling Pola 17. Yogyakarta: UCY Press Yogyakarta.

Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Santoso. 2008. Panduan lengkap menguasai SPSS 16. Jakarta: PT. Elex Media Koputindo.

Sardiman. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

_______, 2008. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.


(59)

Tim. Unila.2009. Format Penulisan karya Ilmiah. Bandar Lampung. UNILA. Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Rajawali Pers.

Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukuran. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UPT Unnes Press.


(1)

b. Observasi

Reliabilitas merujuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:158). Karena dalam penelitian ini menggunakan metode observasi yang dilakukan oleh dua observer.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiono, 2012:207). Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis. Arikunto (2006:162) menyatakan bahwa penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan, yaitu mencoba sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan uji Wilcoxon yaitu dengan mencari perbedaan mean Pretest dan Posttest. Analisis ini digunakan untuk mengetahui keefektifan layanan konseling kelompok untuk mengembangkan motivasi belajar siswa. Uji Wilcoxon merupakan perbaikan dari uji tanda.

Karena subjek penelitian kurang dari 25, maka distribusi datanya dianggap tidak normal (Sudjana, 2002:93) dan data yang diperoleh merupakan data ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik (Sugiono, 2012:210) dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Penelitian ini


(2)

48

akan menguji Prstest dan posttest. Dengan demikian peneliti dapat melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui uji Wilcoxon ini. Dalam pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science)17.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut (Sudjana, 2002:96):

Z

=

Keterangan : Z : Uji Wilcoxon

T : Total Jenjang (selisih) terkecil antara nilai pretest dan posttest N : Jumlah data sampel

Kaidah keputusan:

Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka H0

diterima (dengan taraf signifikansi 5%)

Jika statistik hitung (angka z output) < statsitik tabel (tabel z), maka H0


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasakan hasil penelitian di SMP Negeri 1 Sukadana, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian layanan konseling kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII. Hal ini terbukti dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh nilai zoutput = –2,207. Kemudian

dibandingkan dengan ztabel, dengan nilai α = 5% adalah 0. Oleh karena

zoutput = –2,207< ztabel = maka Ho ditolak dan Ha diterima, dimana terdapat

perbedaan yang signifikan pada motivasi belajar siswa, sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan dengan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan konseling kelompok pada siswa SMP Negeri 1 Sukadana.

2. Kesimpulan Penelitian

Motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa SMP Negeri 1 Sukadana. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan dari keenam subjek penelitian yang


(4)

93

berada pada kategori rendah menjadi sedang dan tinggi setelah diberi layanan konseling kelompok.

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Sukadana adalah:

1. Kepada Siswa SMP Negeri 1 Sukadana

Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, hendaknya mengikuti layanan konseling kelompok.

2. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling (Guru BK)

Guru Bimbingan Konseling hendaknya menggunakan konseling kelompok untuk membantu meningkatkan motivasi belajar.

3. Kepada Peneliti Lain

Kepada peneliti lain, hendaknya melakukan penelitian mengenai masalah yang sama tetapi dengan subjek berbeda.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta

_______, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fatimah. 2006. Psikologi Perkembangan (Peserta Didik). Bandung: CV. Pustaka Setia.

Hakim. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang.

_______, dkk. 1997. Pelayanan Bimbingan dan Konseling SLTP. Jakarta: Panebar Aksara.

_______, dkk. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT. Renika Cipta.

Rahman. 2003. Bimbingan & Konseling Pola 17. Yogyakarta: UCY Press Yogyakarta.

Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Santoso. 2008. Panduan lengkap menguasai SPSS 16. Jakarta: PT. Elex Media Koputindo.

Sardiman. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

_______, 2008. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.


(6)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Tim. Unila.2009. Format Penulisan karya Ilmiah. Bandar Lampung. UNILA. Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Rajawali Pers.

Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukuran. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UPT Unnes Press.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN RENCANA STUDI LANJUT MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA DI SMP NEGERI 5 BANDARLAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 11 75

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 46 70

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 METRO TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 69

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN AJARAN 2012/2013

0 7 59

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 4 62

PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 LIWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 36

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 84

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 79

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWADENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

1 9 104

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK MODELING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA UNDERACHIEVER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SIRAMPOG BREBES TAHUN AJARAN 2015 2016

1 16 245