BAB II
KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Tentang Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma
1. Pengertian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.
Pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma sering disebut dengan istilah legal aid yaitu Bantuan Hukum merupakan jasa hukum yang khusus
diberikan kepada fakir miskin yang memerlukan pembelaan secara cuma- cuma, baik di luar maupun di dalam Pengadilan secara pidana, perdata, dan
tata usaha negara dari seseorang yang mengerti pembelaan hukum, kaidah hukum, serta hak asasi manusia.
1
a. UU No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima
Bantuan Hukum. b.
UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat Bantuan Hukum adalah jasa yang diberikan oleh Advokat
secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu.
1
Supriadi,
Tujuan Memberi Jasa Bantuan Hukum
, Arsita, Yogyakarta, 2001, hlm. 333
Sedangkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-
Cuma, mendefinisikan bahwa: Bantuan Hukum cuma-cuma adalah jasa hukum yang diberikan Advokat tanpa menerima pembayaran honorarium
meliputi pemberian konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu. Sedangkan dalam beberapa peraturan perundang-undangan lain,
Bantuan Hukum tidak disebutkan secara langsung, tetapi di dalamnya menyebut bentuk Bantuan Hukum atau fungsi Bantuan Hukum. Beberapa
peraturan perundang-undangan tersebut antara lain: c.
UU No 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Tidak terdapat definisi khusus mengenai Bantuan Hukum
dalam undang-undang ini, yang ada adalah pengaturan mengenai kewajiban negara untuk menyediakan penasihat hukum bagi orang
yang tidak mampu. Pasal 56 ayat 1 menyatakan “Dalam hal tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang
diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua
tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka”
d. UU No 11 Tahun 2009 mengenai Kesejahteraan Sosial
Dalam Pasal 14 UU Kesejahteraan Sosial, Bantuan Hukum dikategorikan sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial, yang
man a dalam Pasal tersebut “Perlindungan sosial dimaksudkan untuk
mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang,
keluarga, kelompok,
danatau masyarakat
agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan
dasar mi nimal”
e. UU No 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
Tidak ada definisi khusus mengenai Bantuan Hukum dalam undang-undang ini, hanya dalam Pasal 37-39 terdapat ketentuan
bahwa setiap orang berhak mendapatkan Bantuan Hukum dan seperkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan
danatau penahanan berhak menghubungi dan meminta bantuan Advokat.
f. PP No. 83 tahun 2008 tentang persyaratan dan tata cara pemberian
Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma .
Pasal 1 ayat 3 “Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma adalah jasa hukum yang diberikan Advokattanpa menerima
pembayaran honorarium. meliputi pemberian konsultasi
hukum, menjalankan kuasa, mewakili,mendampingi, membela, dan melakukan tindakan
hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu.
Pasal 1 ayat 4 “Pencari Keadilan yang Tidak Mampu
yang selanjutnya disebut Pencari Keadilan adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang secara ekonomis
tidak mampu yang memerlukan jasa hukum Advokat untuk menangani dan menyelesaikan masalah hukum.
2. Dasar Hukum mengenai Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.
Adapun undang – undang dapat dijadikan sebagai dasar pemberian
Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma yaitu undang – undang
a. Undang
– Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHP Didalam undang
– undang ini yang mengatur mengenai Bantuan Hukum secara Cuma
– Cuma yaitu Pasal 54, 56 ayat 1, dan 56 ayat 2. Yang dimana menurut penulis adalah dasar hukum
tentang Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma . Adapun penjelasan
dari masing – masing Pasal tersebut adalah sebagai berikut :
Pasal 54
“Guna kepentingan pembelaan,
tersangka atau Terdakwa berhak mendapatkan Bantuan Hukum dari
seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang
ditentukan dalam undang-undang
ini” Pasal
56 ayat 1 “Dalam hal tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat
hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan pada proses peradilan wajib menunjuk
penasehat hukum bagi mereka
.
Pasal 56 ayat 2 “setiap penasehat hukum yang ditunjuk
untuk bertindak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberikan bantuan dengan Cuma
– Cuma”. b.
Undang – undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat.
Dalam Undang – undang ini mengatur dan menjelaskan
mengenai Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma kepada Masyarakat
khususnya Masyarakat yang kurang mampu untuk membayar jasa Advokat. Yang dimana menurut penulis adalah dasar hukum tentang
Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma. Adapun pengaturan mengenai
Bantuan Hukum Cuma – Cuma diatur didalam Pasal 22 ayat 1 dan
ayat 2. Yang isinya adalah sebagai berikut : Pasal 22 ayat 1 “Advokat wajib memberikan Bantuan
Hukum secara Cuma – Cuma kepada pencari keadilan yang
tidak mampu”. Pasal 22 ayat 2 “ketentuan mengenai prasaratan dan tata
cara pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma
sebagai mana yang telah dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah” c.
Undang – undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Dalam undang – undang ini mengatur mengenai Bantuan
Hukum secara Cuma – Cuma adalah Pasal 37 samapi Pasal 39. Yang
dimana menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma
– Cuma . Adapun penjelasan dari masing – masing Pasal tersebut adalah sebagai berikut :
Pasal 37 “Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh Bantuan Hukum”.
Pasal 38 “Dalam perkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan danatau penahanan berhak
menghubungi dan meminta bantuan Advokat”.
Pasal 39 “Dalam memberi Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Advokat wajib membantu
penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan”.
Tetapi menurut hemat penulis, Dalam undang – undang ini
belum terlalu singnifikan mengenai Bantuan Hukum secara – Cuma –
Cuma, atau dalam arti di undang – undang ini pemerintah belum
terlihat berperan serta dalam hal Bantuan Hukum, khususnya Bantuan Hukum secara Cuma
– Cuma . d.
Undang – undang No. 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang – undang ini merupakan penganti undang – undang
yang lama yaitu undang – undang N0. 4 Tahun 2004. Tentu isi undang
– undang yang baru mengenai kekuasaan kehakiman ini terlihat lebih rinci mengenai aturan Bantuan Hukum. Yang dimana menurut penulis
adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma –
Cuma.Adapun Pasal – Pasal yang mengatur mengenai Bantuan
Hukum yaitu, Pasal 56 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 57 ayat 1 dan ayat 2 yang isinya adalah sebagai berikut :
Pasal 56 ayat 1 “setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh Bantuan Hukum”.
Pasal 56 ayat 2 “Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”.
Pasal 57 ayat 1 “ Pada setiap Pengadilan Negeri dibentuk Pos Bantuan Hukum kepada pencari keadilan yang tidak
mampu dalam memperoleh Bantuan Hukum”.
Pasal 57 ayat 2 “Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diberikan secara Cuma
– Cuma pada setiap tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut
telah memperoleh kekuatan hukum tetap”
e. Undang
– undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum Undang - undang ini mengatur secara khusus mengenai
Pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma kepada masyarakat
yang tidak mampu . yang dimana didalam Pasal ini yang memuat aturan mengenai Bantuan Hukum secara Cuma
– Cuma yaitu, Pasal 1 ayat 2 menjelaskan mengenai penerima nBantuan Hukum secara
Cuma – Cuma, Pasal 3 menjelaskan mengenai tujuan
penyelenggaraan Bantuan Hukum, Pasal 4 ayat 2 menjelaskan mengenai runang lingkup undang
– undang tentang Bantuan Hukum, Pasal 5 ayat 1 menjelaskan mengenai penerima Bantuan Hukum,
Pasal 6 ayat 1 dan ayat 2, menjelaskan mengenai penyelengaraan Bantuan Hukum dan Pasal 8 ayat 1 dan ayat 2. Yang dimana
menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma
– Cuma. Adapun isi dari Pasal – Pasal tersebut adalah sebagai berikut :
Pasal 1 ayat 2 “Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin”.
Pasal 3 “Penyelenggaraan Bantuan Hukum bertujuan untuk: a. menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan
Hukum untuk mendapatkan akses keadilan; b. mewujudkan hak konstitusional segala warga Negara sesuai dengan
prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum; c. menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum
dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia; dan d. mewujudkan peradilan yang
efektif, efisien, dan dapat dipertanggung jawabkan. Pasal 4 ayat 2 “Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun nonlitigasi”.
Pasal 5 ayat 1 “Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 meliputi setiap orang atau
kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri”.
Pasal 6 ayat 1 “Bantuan Hukum diselenggarakan untuk membantu
penyelesaian permasalahan
hukum yang
dihadapi Penerima Bantuan Hukum”. Pasal 6 ayat 2 “Pemberian Bantuan Hukum kepada
Penerima Bantuan Hukum diselenggarakan oleh Menteri dan
dilaksanakan oleh
Pemberi Bantuan
Hukum berdasarkan Undang
– undang ini”. Pasal 8 ayat 1 “ Pelaksanaan Bantuan Hukum dilakukan
oleh Pemberi Bantuan Hukum yang telah memenuhi syarat berdasarkan Undang-
Undang ini”. Pasal 8 ayat 2 “Syarat-syarat Pemberi Bantuan Hukum
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a berbadan hukum; b terakreditasi berdasarkan Undang-Undang ini; c
memiliki kantor atau sekretariat yang tetap ; d memiliki
pengurus; dan e memiliki program Bantuan Hukum. f.
Peraturan Pemerintah RI No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma
– Cuma . Peraturan pemerintah ini mengatur mengenai persyaratan dan tata cara
pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma kepada pencari
keadilan yang kurang mampu. Adapun Pasal – Pasal yang menjadi
acuan pengaturan seperti yang telah penulis kemukakan di atas adalah, Pasal 2, Pasal 3 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 4 ayat 1. Yang dimana
menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma
– Cuma. Adapun isi dari Pasal – Pasal tersebut : Pasal 2 “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum
Secara Cuma- Cuma kepada Pencari Keadilan”.
Pasal 3 ayat 1 “Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2”.
Pasal 3 ayat 2 “Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma berlaku juga terhadap pemberian jasa hukum di luar
peng adilan”.
Pasal 4 ayat 1 “Untuk memperoleh Bantuan Hukum Secara
Cuma-Cuma, Pencari
Keadilan mengajukan
permohonan tertulis yang ditujukan langsung kepada Advokat atau melalui Organisasi Advokat atau melalui
Lembaga Bantuan Hukum.
Pasal 10 “Advokat dalam memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma harus memberikan perlakuan yang
sama dengan pemberian Bantuan Hukum yang dilakukah dengan pembayaran honorarium.
3. Tujuan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.
Terdapat dua aspek tujuan pemberian Bantuan Hukum secara Cuma –
Cuma yaitu
a. Aspek Kemanusiaan
Dalam aspek kemanusiaan, tujuan dari program Bantuan Hukum ini adalah untuk meringankan beban biaya hukum yang harus ditanggung
oleh masyarakat tidak mampu di depan Pengadilan. Dengan demikian, ketika masyarakat golongan tidak mampu berhadapan dengan proses hukum
di Pengadilan, mereka tetap memperoleh kesempatan untuk memperolah pembelaan dan perlindungan hukum.
2
b. Aspek Peningkatan Kesadaran Hukum
Dalam aspek kesadaran hukum, diharapkan bahwa program Bantuan Hukum ini akan memacu tingkat kesadaran hukum masyarakat ke jenjang
yang lebih tinggi lagi. Dengan demikian, apresiasi masyarakat terhadap hukum akan tampil melalui sikap dan perbuatan yang mencerminkan hak
dan kewajibannya secara hukum.
3
Sedangkan didalam Undang – undang No. 16 Taahun 2011 Pasal 3
Tujuan dari pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma adalah :
2
Tim Di Bawah Pimpinan : Mosgan Situmorang,
Penelitian Hukum Tentang Tanggung Jawab Negara Dan Advokat Dalam Memberikan Bantuan Hukum Kepada Masyarakat.
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum Dan Ham Ri Tahun 2011. Hlm 21
3
Ibid. hlm 22
Penyelenggaraan Bantuan Hukum bertujuan untuk : a.
menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan;
b. mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan
prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum; c.
menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia; dan
d. mewujudkan
peradilan yang
efektif, efisien,
dan dapat
dipertanggungjawabkan. 4.
Pemberi Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma
Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi Advokat sebagai
profesi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab merupakan hal yang penting, di samping instansi penegak hukum seperti hakim, penuntut umum,
dan penyidik. Pasal 22 ayat 1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat menegaskan bahwa Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Pemberian
Bantuan Hukum secara cuma-cuma oleh Advokat bukan merupakan belas kasihan, tetapi lebih kepada penghargaan, terhadap hak asasi manusia dalam
mewujudkan keadilan dalam masyarakat.
Kewajiban memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma oleh Advokat tidak terlepas dari prinsip persamaan di hadapan hukum
justice for all
dan hak setiap orang untuk didampingi Advokat tanpa kecuali. Pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma ini merupakan bentuk pengabdian
Advokat dalam menjalankan profesinya sebagai salah satu unsur sistem peradilan dan salah satu pilar dalam menegakkan supremasi hukum dan hak
asasi manusia. Perkara yang dapat dimintakan Bantuan Hukum cuma-cuma dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi perkara di bidang pidana, perdata,
tata usaha negara, dan pidana militer. Bantuan Hukum secara cuma-Cuma diberikan pula bagi perkara non litigasi di luar pengadilan.
Dalam penjelasan Undang – undang No 16 tahun 2011 Pasal 3
dijelaskan bahwa Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga Bantuan Hukum atau organisasi kemasyarakatan yang member layanan Bantuan Hukum
berdasarkan Undang-Undang ini. Dalam implementasinya undang – undang
No 16 tahun 2011 ini menjelaskan bahwa pemberi Bantuan Hukum secara Cuma
– Cuma terdiri dari dua jenis layanan Bantuan Hukum, yaitu pemberi Bantuan Hukum
litigasi
dan
non litigasi.
4
Pemberian Bantuan Hukum secara
litigasi
dilakukan oleh Advokat yang berstatus sebagai pengurus Pemberi Bantuan Hukum danatau Advokat
yang direkrut oleh Pemberi Bantuan Hukum. Sedangkan Pemberian Bantuan Hukum secara nonlitigasi dapat dilakukan oleh Advokat, paralegal, dosen, dan
4
Implementasi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum. Hlm 3
mahasiswa fakultas hukum dalam lingkup Pemberi Bantuan Hukum yang telah lulus verifikasi dan akreditasi.
5
a. Pengertian Advokat.
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 telah dijelaskan definisi Advokat. Adapun yang dimaksud dengan Advokat adalah orang yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Sebelum berlakunya UU Nomor 18 Tahun 2003 tersebut maka Advokat
diberikan definisi sebagai pejabat negara dengan alasan bahwa Advokat diangkat oleh negara. Namun sejak berlakunya UU Nomor 18 Tahun 2003
tersebut Advokat bukan laggi diberikan definisi sebagai pejabat negara karena pengangkatannya dilakukan oleh organisasi profesi.
Lain halnya dengan Luhut M.P. Pangaribuan yang menjelaskan bahwa definisi Advokat adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan berdasarkan
keahlian knowledge untuk melayani masyakarat secara independen dengan limitasi kode etik yang ditentukan oleh komunitas profesi.
b. Kewajiban Advokat Untuk Memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma
– Cuma
5
Ibid
hlm 7
Advokat dalam kedudukannya sebagai sutau profesi yang mulia atau lebih dikenal dengan istilah
officium nobile.
6
Maka Advokat berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, memiliki
kewajiban dalam memberikan Bantuan Hukum. Secara ideal dapat dijelaskan bahwa Bantuan Hukum merupakan tanggung jawab sosial dari Advokat.
Oleh karena itu maka Advokat dituntut agar dapat mengalokasikan waktu dan juga sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan Bantuan Hukum.
Pemberian Bantuan Hukum oleh Advokat bukan hanya dipandang sebagai suatu kewajiban an sich, namun harus dipandang pula sebagai bagian dari kontribusi
dan tanggung jawab sosial socia l contribution and social liability dalam kaitannya dengan peran dan fungsi sosial dari profesi Advokat. Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat telah mengatur secara tegas mengenai kewajiban Advokat untuk memberikan Bantuan Hukum sebagai bagian dari
kewajiban profesi. Dalam hal Advokat tidak melakukan kewajiban profesi maka dapat
dikategorikan telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban profesi sehingga dapat diberlakukan sanksi.
7
6
Perhatikan Pasal 8 huruf a Kode Etik Advokat Indonesia, yang menyatakan bahwa: Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat
officium nobile
, oleh karena itu dalam menjalankan profesi selaku penegak hukum dipengadilan sejajar dengan jaksa dan hakim, yang dalam
melaksanakan profesinya berada dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan kode etik.
7
Perhatikan Pasal 7 huruf h Kode Etik Advokat Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka yang dimintakan nasihat dan atau Bantuan Hukum dari seorang Advokat yang dimaksud disini adalah terkait
dengan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma .
Dalam melaksanakan profesinya maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat telah ditetapkan beberapa hak dan
kewajiban yang melekat pada diri Advokat. Hal tersebut tentunya untuk mendukung kedudukan Advokat sebagai profesi yang mulia atau officium
nobile. Penyebutan profesi mulia atau officium nobile kepada profesi Advokat didasarkan pada alasan bahwa faktor menguasai ilmu pengetahuan
hukum bukan merupakan modal utama bagi seorang Advokat namun juga harus memiliki nilai kejujuran dan panggilan nurani.
8
Didalam undang – undang No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
terdapat penjelasan mengenai kewajiban – kewajiban seorang Adokat dalam
menjalankan tugasnya sebagai Advokat, adapun Pasal – Pasal tersebut adalah,
Pasal 18 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 19 ayat 1, Pasal 20 ayat 1, ayat 2 dan ayat 3, serta Pasal 22 ayat 1. Adapun isi dari Pasal
– Pasal tersebut adalah :
Pasal 18 a yat 1 “Advoakat dalam menjalankan tugas
profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras,
atau latar belakang sosial budaya”
Pasal 18 ayat 2 “Advokat tidak dapat diidentikkan dengan
kliennya dalam membela perkara klien oleh pihak yang
8
Suparjo Sujadi,
Law Civilization and Justice
, Editorial Note dalam Law Journal Vol. 3, No. 2, Oktober 2001, hlm 7
berwenang danatau masyarakat” Pasal
19 ayat 1 “Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya karena
hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang- undang
” Pasal
20 ayat 1 “Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentnagan dengan kepentingan tugas dan martabat
profesinya”
Pasal 20 ayat 2 “Advokat dilarang memegang jabatan lain
yang meminta pengabdian sedemikian rupa sehingga merugikan profesi Advokat atau mengurangi kebebasan dan
kemerdekaan dalam menjalankan tugasnya”
Pasal 20 ayat ayat 3 “Advoakat yang menjadi pejabat
negara, tidak melaksanakan tugas profesi Advokat selama memangku jabatan tersebut”
Pasal 22 ayat 1 “Advokat wajib memberikan Bantuan
Hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu”
c. Sanksi bagi Advokat yang Menolak Memberikan Bantuan Hukum Secara
Cuma-Cuma
Adapun sanksi yang diberikan kepada Advokat yang menolak memberikan Bantuan Hukum secara Cuma
– Cuma di atur didalam Peraturan Pemerintah RI No. 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan
Hukum Secara Cuma – Cuma.
Pasal 12 ayat 1 “Advokat dilarang menolak permohonan Bantuan Hukum Secara Cuma-
Cuma”.
Pasal 14 ayat 1 “Advokat yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13 dijatuhi
sanksi oleh Organisasi Advokat”.
Pasal 14 ayat 2 “Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa: a. teguran lisan, b. teguran tertulis, c.
pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 tiga sampai dengan 12 dua belas bulan berturut-turut atau d.
pemberhentian tetap dari profesinya”.
d. Dasar Hukum Mengenai Bantuan secara Cuma
– Cuma oleh Advokat Mengenai Dasar hukum pemberian bantuan oleh Advokat secara
Cuma – Cuma diatur dengan peraturn Undang – undang No. 18 Tahun 2003
Tentang Advokat dan Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tatacara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma
– Cuma . Adapun isi dari masing
– masing peraturan mengenai dasar hukum keawjiaban seorang Advokat terkait dengan Bantuan Hukum secara Cuma
– Cuma adalah :
Pasal 22 ayat 1 “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang
tidak mampu”.
Pasal 22 ayat 2 “Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah”.
Pasal 2 PP No.83 Tahun 2008 “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma kepada Pencari
Keadilan”.
Pasal 12 ayat 1 PP No. 83 Tahun 2008 “Advokat dilarang menolak permohonan Bantuan Hukum Secara Cuma-
Cuma”. e.
Prosedur penyelenggaraan Bantuan Jasa Advokat
Adapun perundang – undangan yang mengatur mengenai prosedur
penyelenggaraan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma oleh Advokat, yaitu
diatur didalam Undang – undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum
dan PP No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma
– Cuma . yang isi dari Pasal – Pasal tersebut adalah :
a. Undang
– undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum
Pasal 14 ayat 1 “ Untuk memperoleh Bantuan Hukum,
pemohon Bantuan Hukum harus memenuhi syarat-syarat: a. mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi
sekurang-kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan
Hukum; b. menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara; dan c. melampirkan surat keterangan miskin dari
lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum
”. Pasal
14 ayat 2 “Dalam hal pemohon Bantuan Hukum tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis,
permohonan dapat diajukan secara lisan”. Pasal 1
5 ayat 1 “Pemohon Bantuan Hukum mengajukan permohonan Bantuan Hukum kepada Pemberi Bantuan
Hukum ”.
Pasal 15 ayat 2 “Pemberi Bantuan Hukum dalam jangka
waktu paling lama 3 tiga hari kerja setelah permohonan Bantuan Hukum dinyatakan lengkap harus memberikan
jawaban menerima atau menolak permohonan Bantuan
Hukum ”.
Pasal 15 ayat 3 “Dalam hal permohonan Bantuan Hukum
diterima, Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima
Bantuan Hukum ”.
Pasal 15 ayat 4 “Dalam hal permohonan Bantuan Hukum
ditolak, Pemberi Bantuan Hukum mencantumkan alasan penolakan”.
Pasal
15 ayat 5 “Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian Bantuan Hukum diatur dengan
Peraturan Pemerintah”.
b. PP No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian
Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma
Pasal 4 ayat 1 Untuk memperoleh Bantuan Hukum Secara Cuma- Cuma, Pencari Keadilan mengajukan permohonan
tertulis yang ditujukan langsung kepada Advokat atau melalui Organisasi Advokat atau melalui Lembaga Bantuan
Hukum. Pasal 4 ayat 2 “Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 sekurang-kurangnya harus memuat : a. nama, alamat, dan pekerjaan pemohon; dan b. uraian singkat
mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum”.
Pasal 4 ayat 3 “Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Pencari Keadilan harus
melampirkan keterangan tidak mampu yang dibuat oleh pejabat yang berwenang.
Pasal 5 “Permohonan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma dapat diajukan bersama-sama oleh beberapa Pencari
Keadilan yang mempunyai kepentingan yang sama terhadap persoalan hukum yang bersangkutan”.
Pasal 6 ayat 1 “Dalam hal Pencari Keadilan tidak mampu menyusun permohonan tertulis, permohonan dapat diajukan
secara lisan”.
5. Penerima Bantuan Hukum secara Cuma
– Cuma Pasal 28D Ayat UUD 45 1
“Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yangadil serta perlakuan yang
sama dihadapan hukum.”
Pasal 28D ayat 1 tersebut menjamin bahwa setiap orang termasuk orang yang tidak mampu, mempunyai hak untuk mendapatkan akses terhadap
keadilan agar hak-hak mereka atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
dapat diwujudkan. Karena sangat sulit dipahami secara konstitusional, bahwa orang miskin dapat memperoleh jaminan terhadap hak pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum, tetapi mereka orang tidak mampu dan tidak pula diberi akses
terhadap keadilan, melalui lembaga-lembaga pengadilan Negara litigasi maupun proses non litigasi.
Dari beberapa devinisi mengenai Bantuan Hukum dapat di tarik kesimpulan bahwa Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang khusus diberikan
kepada fakir miskin yang memerlukan pembelaan secara cuma-cuma, baik di luar maupun di dalam pengadilan, secara pidana, perdata, dan tata usaha
negara, dari seseorang yang mengerti seluk beluk pembelaan hukum, asas-
asas dan kaidah hukum, serta hak asasi manusia. Didalam Undang
– undang No. 16 Tahun 2011 mengenai penerima Bantuan Hukum Secara Cuma
– Cuma diatur di dalam Pasal 1 ayat 2, Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2, serta Pasal 5 ayat 1, yang isisnya adalah sebagai
berikut :
Pasal 1 ayat 2 “Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau
kelompok orang miskin”.
Pasal 4 ayat 1 “Bantuan Hukum diberikan kepada
Penerima Bantuan Hukum yang menghadapi masalah hukum”.
Pasl 4 ayat 2 “ Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi masalah hukum keperdataan, pidana,
dan tata usaha negara baik litigasi maupun nonlitigasi”. Pasal
5 ayat 1 “ Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 meliputi setiap orang atau
kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri”.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara
Cuma-Cuma, Bantuan Hukum secara cuma-cuma adalah jasa hukum yang diberikan Advokat tanpa menerima pembayaran honorarium meliputi
pemberian konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari
keadilan yang tidak mampu.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dalam Bantuan Hukum terdapat beberapa unsur, yaitu:
a. penerima Bantuan Hukum adalah fakir miskin atau orang yang tidak
mampu secara ekonomi; b.
Bantuan Hukum diberikan baik di dalam maupun di luar proses peradilan;
c. Bantuan Hukum diberikan baik dalam lingkup peradilan pidana,
perdata maupun tata usaha negara; d.
Bantuan Hukum diberikan secara cuma-cuma. 6.
Hak Dan Kewajiban Penerima Bantuan Hukum a.
Hak Hak dan kewajiban seorang yang menerima Bantuan Hukum diatur
secara khusus dengan UU No. 16 Tahun 2011 . Adapun Pasal – Pasal yang
mengatur mengenai hak dan kewajiban penerima Bantuan Hukum secara Cuma
– Cuma adalah : Pasal 12 “ penerima Bantuan Hukum Berhak : a. mendapatkan
Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai danatau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang
bersangkutan tidak mencabut surat kuasa; b. mendapatkan Bantuan Hukum sesuai dengan Standar Bantuan Hukum danatau Kode Etik Advokat; dan c.
mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan .
b. Kewajiban
Adapun kewajiban seorang penerima Bantuan Hukum secara Cuma –
Cuma diatur dalam Pasal 13 “Penerima Bantuan Hukum wajib : a. menyampaikan bukti, informasi, danatau keterangan perkara secara benar
kepada Pemberi Bantuan Hukum; b. membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum”.
7. Syarat Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum
Mengenai syarat dan tata cara pemberian Bantuan Hukum secara Cuma
– Cuma diatur didalam Pasal 14 ayat 1 dan ayat 2 serta Pasal 15 ayat 1,2,3,4 dan 5. UU No. 16 Tahun 2011. Adapun isi dari Pasal
– Pasal tersebut adalah :
Pasal 14 ayat 1 “Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon Bantuan Hukum harus memenuhi syarat-syarat: a. mengajukan permohonan
secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum;
b.menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara; dan c. melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat
yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum”.
Pasal 14 ayat 2 “Dalam hal pemohon Bantuan Hukum
tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis, permohonan dapat diaj
ukan secara lisan”. Pasal
15 ayat 1 “Pemohon Bantuan Hukum mengajukan
permohonan Bantuan Hukum kepada Pemberi Bantuan Hukum
”. Pasal
15 ayat 2 “ Pemberi Bantuan Hukum dalam jangka waktu paling lama 3 tiga hari kerja setelah permohonan
Bantuan Hukum dinyatakan lengkap harus memberikan jawaban menerima atau menolak permohonan Bantuan
Hukum
”. Pasal
15 ayat 3 “Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diterima, Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan
Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum
”. Pasal
15 ayat 4 “Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum mencantumkan alasan
penolakan”. Pasal
15 ayat 5 “Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian Bantuan Hukum diatur dengan
Peraturan Pemerintah”.
B. HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM
SECARA CUMA – CUMA OLEH PENGADILAN NEGERI
SALATIGA
1.
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Bagi Terdakwa Yang Tidak Mampu
Berdasarkan penelitian mengenai Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma
– Cuma dalam perkara pidana di pengadilan Negeri Salatiga, selama tahun 2013 terdapat 163 perkara masuk, tetapi agaknya dari
163 perkara pidana tidak semuanya menggunakan Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut :
Table 2 : Perkara Prodeo Tahun Anggaran 2013 Di pengadilan Negeri Salatiga
9
No Perkara Pidana yang masuk Selama
Tahun 2013 163 Perkara
9
Lakip Pengadilan Negeri Salatiga Tahun 2013 Hal 19
1 Memenuhi syarat menerima Bantuan
Hukum 57 Terdakwa
2 Menggunakan Pelayanan Bantuan
Hukum 21 Terdakwa
3 Menolak Untuk Menggunakan
Pelayanan Bantuan Hukum 36 Terdakwa
Sumber : Lakip Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pengadilan Negeri Salatiga Tahun Anggaran 2013
Dari hasil wawancara dengan Bapak R. Rudi Harsojo, SH. Selaku Pan.Mud. Hukum Pengadilan Negeri Salatiga , yang terkait dengan
pertanyaan banyaknya jumlah Terdakwa yang menerima Bantuan Hukum Secara Cuma
– Cuma Prodeo pada Tahun 2013 seperti di gambarkan melalui daftar Stastisti diatas bahwa,
Selama Tahun Anggaran 2013 terdapat 163 perkara Pidana yang masuk, kemudian dipisahkan lagi kedalam golongan para Terdakwa yang
memenuhi syarat untuk dapat menerima Bantuan Hukum Secara Cuma –
Cuma prodeo sebagai mana Telah di jelaskan Didalam Peraturan Perundang
– undangan Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum Secara Cuma
– Cuma dan SEMA Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum , yaitu sebanyak 57 Orang Terdakwa yang berhak
menerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma. Tetapi dalam hal ini tidak
semua Terdakwa mau menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma.
10
Terdapat 21 Terdakwa yang menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma –
10
Wawancara dengan Bapak R. Rudi Harsojo, SH. Selaku Pan.Mud. Hukum Pengadilan Negeri Salatiga penjelasan mengenai Daftar Statistik Perkara Pidana terkait dengan Jumlah Terdakwa
yang menggunakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma dan Terdakwa yang Menolak untuk
MEngunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma. Salatiga, 22 Februari 2014
Cuma dan 36 Terdakwa menolak untuk menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma
– Cuma.
a. Daftar Nama, jenis pelanggaran dan pengacara yang menggunakan dan
menolak Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri
Salatiga. Adapun daftar surat putusan dan nomor perkara yang akan Penulis kaji
dalam tulisan ini antara lain : 1
Daftar Nama Terdakwa Yang Menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.
Tabel 3 : Daftar Nama Para Terdakwa Yang Menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma
– Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.
N0
No mor
put usa
n Pelang
ga - ran Identitas
Pengacara
18PID.SUS 2012
PN. SAL
Pencurian Dengan
Pembera tan
Nama : NUR ARIFI
Bin NURDIANTO.
Tempat Lahir : Kab.Semarang Jenis Kelamin : laki
– laki Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tingal: Dsn.Klengkeng
Rt 03 Rw 12 Ds.
Getasan
Kab.Semarang
PRIYO PUJONO
, S.H.,
Agama : ISLAM Pekerjaan :Belum Bekerja.
Pendidikan : SD Lulus
01PID.SUS 2011
PN. SAL
pencurian dengan
pemberatan Nama
: NICO FEBRIANTO
Als ITO Bin
MAMIEKEKA SAPUTRA
Tempat Lahir : Salatiga. Jenis Kelamin : Laki
– laki Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tingal:
Ds.Beringin Rt.
02 Rw
01. Kec.
Beringin. Kab. Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan :Tidak
Bekerja.
RISTIANI GANI
MENDR OFA,
S.H.,