Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma dalam Perkara Pidana di Pengadilan Negeri Salatiga T1 312009040 BAB II

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Tentang Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma 1. Pengertian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.

Pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma sering disebut dengan istilah legal aid yaitu Bantuan Hukum merupakan jasa hukum yang khusus diberikan kepada fakir miskin yang memerlukan pembelaan secara cuma-cuma, baik di luar maupun di dalam Pengadilan secara pidana, perdata, dan tata usaha negara dari seseorang yang mengerti pembelaan hukum, kaidah hukum, serta hak asasi manusia.1

a. UU No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum

Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.

b. UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat

Bantuan Hukum adalah jasa yang diberikan oleh Advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu.

1


(2)

Sedangkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma, mendefinisikan bahwa: Bantuan Hukum cuma-cuma adalah jasa hukum yang diberikan Advokat tanpa menerima pembayaran honorarium meliputi pemberian konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu.

Sedangkan dalam beberapa peraturan perundang-undangan lain, Bantuan Hukum tidak disebutkan secara langsung, tetapi di dalamnya menyebut bentuk Bantuan Hukum atau fungsi Bantuan Hukum. Beberapa peraturan perundang-undangan tersebut antara lain:

c. UU No 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Tidak terdapat definisi khusus mengenai Bantuan Hukum dalam undang-undang ini, yang ada adalah pengaturan mengenai kewajiban negara untuk menyediakan penasihat hukum bagi orang yang tidak mampu. Pasal 56 ayat (1) menyatakan “Dalam hal tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua


(3)

tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka”

d. UU No 11 Tahun 2009 mengenai Kesejahteraan Sosial

Dalam Pasal 14 UU Kesejahteraan Sosial, Bantuan Hukum dikategorikan sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial, yang mana dalam Pasal tersebut “Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal”

e. UU No 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

Tidak ada definisi khusus mengenai Bantuan Hukum dalam undang-undang ini, hanya dalam Pasal 37-39 terdapat ketentuan bahwa setiap orang berhak mendapatkan Bantuan Hukum dan seperkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan dan/atau penahanan berhak menghubungi dan meminta bantuan Advokat.

f. PP No. 83 tahun 2008 tentang persyaratan dan tata cara pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma .

Pasal 1 ayat (3) “Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

adalah jasa hukum yang diberikan Advokattanpa menerima pembayaran honorarium. meliputi pemberian konsultasi


(4)

hukum, menjalankan kuasa,

mewakili,mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu.

Pasal 1 ayat (4 ) “Pencari Keadilan yang Tidak Mampu yang selanjutnya disebut Pencari Keadilan adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang secara ekonomis tidak mampu yang memerlukan jasa hukum Advokat untuk menangani dan menyelesaikan masalah hukum.

2. Dasar Hukum mengenai Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.

Adapun undang – undang dapat dijadikan sebagai dasar pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma yaitu undang – undang

a. Undang – Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHP

Didalam undang – undang ini yang mengatur mengenai Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma yaitu Pasal 54, 56 ayat (1), dan 56 ayat (2). Yang dimana menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma . Adapun penjelasan dari masing – masing Pasal tersebut adalah sebagai berikut :

Pasal 54 “Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau Terdakwa berhak mendapatkan Bantuan Hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini”

Pasal 56 ayat (1) “Dalam hal tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan pada proses peradilan wajib menunjuk


(5)

penasehat hukum bagi mereka.

Pasal 56 ayat (2) “setiap penasehat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan bantuan dengan Cuma –Cuma”.

b. Undang – undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat.

Dalam Undang – undang ini mengatur dan menjelaskan mengenai Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma kepada Masyarakat khususnya Masyarakat yang kurang mampu untuk membayar jasa Advokat. Yang dimana menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma. Adapun pengaturan mengenai Bantuan Hukum Cuma – Cuma diatur didalam Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2). Yang isinya adalah sebagai berikut :

Pasal 22 ayat (1) “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu”.

Pasal 22 ayat (2) “ketentuan mengenai prasaratan dan tata cara pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma sebagai mana yang telah dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah”

c. Undang – undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman Dalam undang – undang ini mengatur mengenai Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma adalah Pasal 37 samapi Pasal 39. Yang dimana menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma . Adapun penjelasan dari masing – masing Pasal tersebut adalah sebagai berikut :


(6)

Pasal 37 “Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 38 “Dalam perkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan dan/atau penahanan berhak menghubungi dan meminta bantuan Advokat”.

Pasal 39 “Dalam memberi Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Advokat wajib membantu penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan”.

Tetapi menurut hemat penulis, Dalam undang – undang ini belum terlalu singnifikan mengenai Bantuan Hukum secara – Cuma – Cuma, atau dalam arti di undang – undang ini pemerintah belum terlihat berperan serta dalam hal Bantuan Hukum, khususnya Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma .

d. Undang – undang No. 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Undang – undang ini merupakan penganti undang – undang yang lama yaitu undang – undang N0. 4 Tahun 2004. Tentu isi undang – undang yang baru mengenai kekuasaan kehakiman ini terlihat lebih rinci mengenai aturan Bantuan Hukum. Yang dimana menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma.Adapun Pasal – Pasal yang mengatur mengenai Bantuan Hukum yaitu, Pasal 56 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 57 ayat (1) dan ayat (2) yang isinya adalah sebagai berikut :

Pasal 56 ayat (1) “setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh Bantuan Hukum”.


(7)

Pasal 56 ayat (2) “Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”.

Pasal 57 ayat (1) “ Pada setiap Pengadilan Negeri dibentuk Pos Bantuan Hukum kepada pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 57 ayat (2) “Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara Cuma – Cuma pada setiap tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap”

e. Undang – undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum Undang - undang ini mengatur secara khusus mengenai Pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma kepada masyarakat yang tidak mampu . yang dimana didalam Pasal ini yang memuat aturan mengenai Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma yaitu, Pasal 1 ayat (2) menjelaskan mengenai penerima nBantuan Hukum secara Cuma – Cuma, Pasal 3 menjelaskan mengenai tujuan penyelenggaraan Bantuan Hukum, Pasal 4 ayat (2) menjelaskan mengenai runang lingkup undang – undang tentang Bantuan Hukum, Pasal 5 ayat (1) menjelaskan mengenai penerima Bantuan Hukum, Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), menjelaskan mengenai penyelengaraan Bantuan Hukum dan Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2). Yang dimana menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma. Adapun isi dari Pasal – Pasal tersebut adalah sebagai berikut :


(8)

Pasal 1 ayat (2) “Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin”.

Pasal 3 “Penyelenggaraan Bantuan Hukum bertujuan untuk: a). menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan; b). mewujudkan hak konstitusional segala warga Negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum; c). menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia; dan d). mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pasal 4 ayat (2) “Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun nonlitigasi”. Pasal 5 ayat (1) “Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri”.

Pasal 6 ayat (1) “Bantuan Hukum diselenggarakan untuk membantu penyelesaian permasalahan hukum yang dihadapi Penerima Bantuan Hukum”.

Pasal 6 ayat (2) “Pemberian Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum diselenggarakan oleh Menteri dan dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan Hukum berdasarkan Undang – undang ini”.

Pasal 8 ayat (1) “) Pelaksanaan Bantuan Hukum dilakukan oleh Pemberi Bantuan Hukum yang telah memenuhi syarat berdasarkan Undang-Undang ini”.

Pasal 8 ayat (2) “Syarat-syarat Pemberi Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a) berbadan hukum; b) terakreditasi berdasarkan Undang-Undang ini; c) memiliki kantor atau sekretariat yang tetap ; d) memiliki


(9)

pengurus; dan e) memiliki program Bantuan Hukum.

f. Peraturan Pemerintah RI No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma . Peraturan pemerintah ini mengatur mengenai persyaratan dan tata cara pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma kepada pencari keadilan yang kurang mampu. Adapun Pasal – Pasal yang menjadi acuan pengaturan seperti yang telah penulis kemukakan di atas adalah, Pasal 2, Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 4 ayat (1). Yang dimana menurut penulis adalah dasar hukum tentang Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma. Adapun isi dari Pasal – Pasal tersebut :

Pasal 2 “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum

Secara Cuma-Cuma kepada Pencari Keadilan”.

Pasal 3 ayat (1) “Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2”.

Pasal 3 ayat (2) “Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

berlaku juga terhadap pemberian jasa hukum di luar pengadilan”.

Pasal 4 ayat (1) “Untuk memperoleh Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma, Pencari Keadilan mengajukan permohonan tertulis yang ditujukan langsung kepada Advokat atau melalui Organisasi Advokat atau melalui Lembaga Bantuan Hukum.

Pasal 10 “Advokat dalam memberikan Bantuan Hukum

Secara Cuma-Cuma harus memberikan perlakuan yang sama dengan pemberian Bantuan Hukum yang dilakukah dengan pembayaran honorarium.


(10)

3. Tujuan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.

Terdapat dua aspek tujuan pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma yaitu

a. Aspek Kemanusiaan

Dalam aspek kemanusiaan, tujuan dari program Bantuan Hukum ini adalah untuk meringankan beban ( biaya ) hukum yang harus ditanggung oleh masyarakat tidak mampu di depan Pengadilan. Dengan demikian, ketika masyarakat golongan tidak mampu berhadapan dengan proses hukum di Pengadilan, mereka tetap memperoleh kesempatan untuk memperolah pembelaan dan perlindungan hukum.2

b. Aspek Peningkatan Kesadaran Hukum

Dalam aspek kesadaran hukum, diharapkan bahwa program Bantuan Hukum ini akan memacu tingkat kesadaran hukum masyarakat ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Dengan demikian, apresiasi masyarakat terhadap hukum akan tampil melalui sikap dan perbuatan yang mencerminkan hak dan kewajibannya secara hukum.3

Sedangkan didalam Undang – undang No. 16 Taahun 2011 Pasal 3 Tujuan dari pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma adalah :

2

Tim Di Bawah Pimpinan : Mosgan Situmorang, Penelitian Hukum Tentang Tanggung Jawab Negara Dan Advokat Dalam Memberikan Bantuan Hukum Kepada Masyarakat. Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum Dan Ham Ri Tahun 2011. Hlm 21

3


(11)

Penyelenggaraan Bantuan Hukum bertujuan untuk :

a. menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan;

b. mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;

c. menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia; dan d. mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

4. Pemberi Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma

Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi Advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab merupakan hal yang penting, di samping instansi penegak hukum seperti hakim, penuntut umum, dan penyidik.

Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat menegaskan bahwa Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma oleh Advokat bukan merupakan belas kasihan, tetapi lebih kepada penghargaan, terhadap hak asasi manusia dalam mewujudkan keadilan dalam masyarakat.


(12)

Kewajiban memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma oleh Advokat tidak terlepas dari prinsip persamaan di hadapan hukum (justice for all) dan hak setiap orang untuk didampingi Advokat tanpa kecuali. Pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma ini merupakan bentuk pengabdian Advokat dalam menjalankan profesinya sebagai salah satu unsur sistem peradilan dan salah satu pilar dalam menegakkan supremasi hukum dan hak asasi manusia. Perkara yang dapat dimintakan Bantuan Hukum cuma-cuma dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi perkara di bidang pidana, perdata, tata usaha negara, dan pidana militer. Bantuan Hukum secara cuma-Cuma diberikan pula bagi perkara non litigasi (di luar pengadilan).

Dalam penjelasan Undang – undang No 16 tahun 2011 Pasal 3 dijelaskan bahwa Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga Bantuan Hukum atau organisasi kemasyarakatan yang member layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini. Dalam implementasinya undang – undang No 16 tahun 2011 ini menjelaskan bahwa pemberi Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma terdiri dari dua jenis layanan Bantuan Hukum, yaitu pemberi Bantuan Hukum litigasi dan non litigasi.4

Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi dilakukan oleh Advokat yang berstatus sebagai pengurus Pemberi Bantuan Hukum dan/atau Advokat yang direkrut oleh Pemberi Bantuan Hukum. Sedangkan Pemberian Bantuan Hukum secara nonlitigasi dapat dilakukan oleh Advokat, paralegal, dosen, dan

4


(13)

mahasiswa fakultas hukum dalam lingkup Pemberi Bantuan Hukum yang telah lulus verifikasi dan akreditasi.5

a. Pengertian Advokat.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 telah dijelaskan definisi Advokat. Adapun yang dimaksud dengan Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Sebelum berlakunya UU Nomor 18 Tahun 2003 tersebut maka Advokat diberikan definisi sebagai pejabat negara dengan alasan bahwa Advokat diangkat oleh negara. Namun sejak berlakunya UU Nomor 18 Tahun 2003 tersebut Advokat bukan laggi diberikan definisi sebagai pejabat negara karena pengangkatannya dilakukan oleh organisasi profesi.

Lain halnya dengan Luhut M.P. Pangaribuan yang menjelaskan bahwa definisi Advokat adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan berdasarkan keahlian (knowledge) untuk melayani masyakarat secara independen dengan limitasi kode etik yang ditentukan oleh komunitas profesi.

b. Kewajiban Advokat Untuk Memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma

5


(14)

Advokat dalam kedudukannya sebagai sutau profesi yang mulia atau lebih dikenal dengan istilah officium nobile.6 Maka Advokat berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, memiliki kewajiban dalam memberikan Bantuan Hukum. Secara ideal dapat dijelaskan bahwa Bantuan Hukum merupakan tanggung jawab sosial dari Advokat.

Oleh karena itu maka Advokat dituntut agar dapat mengalokasikan waktu dan juga sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan Bantuan Hukum. Pemberian Bantuan Hukum oleh Advokat bukan hanya dipandang sebagai suatu kewajiban an sich, namun harus dipandang pula sebagai bagian dari kontribusi

dan tanggung jawab sosial (socia l contribution and social liability) dalam

kaitannya dengan peran dan fungsi sosial dari profesi Advokat. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat telah mengatur secara tegas mengenai kewajiban Advokat untuk memberikan Bantuan Hukum sebagai bagian dari kewajiban profesi.

Dalam hal Advokat tidak melakukan kewajiban profesi maka dapat dikategorikan telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban profesi sehingga dapat diberlakukan sanksi.7

6

Perhatikan Pasal 8 huruf a Kode Etik Advokat Indonesia, yang menyatakan bahwa: Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile), oleh karena itu dalam menjalankan profesi selaku penegak hukum dipengadilan sejajar dengan jaksa dan hakim, yang dalam melaksanakan profesinya berada dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan kode etik.

7


(15)

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka yang dimintakan nasihat dan atau Bantuan Hukum dari seorang Advokat yang dimaksud disini adalah terkait dengan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma .

Dalam melaksanakan profesinya maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat telah ditetapkan beberapa hak dan kewajiban yang melekat pada diri Advokat. Hal tersebut tentunya untuk mendukung kedudukan Advokat sebagai profesi yang mulia atau officium nobile. Penyebutan profesi mulia atau officium nobile kepada profesi Advokat didasarkan pada alasan bahwa faktor menguasai ilmu pengetahuan hukum bukan merupakan modal utama bagi seorang Advokat namun juga harus memiliki nilai kejujuran dan panggilan nurani.8

Didalam undang – undang No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat terdapat penjelasan mengenai kewajiban – kewajiban seorang Adokat dalam menjalankan tugasnya sebagai Advokat, adapun Pasal – Pasal tersebut adalah, Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 22 ayat (1). Adapun isi dari Pasal – Pasal tersebut adalah :

Pasal 18 ayat (1) “Advoakat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial budaya”

Pasal 18 ayat (2) “Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam membela perkara klien oleh pihak yang

8

Suparjo Sujadi, Law Civilization and Justice, Editorial Note dalam Law Journal Vol. 3, No. 2, Oktober 2001, hlm 7


(16)

berwenang dan/atau masyarakat”

Pasal 19 ayat (1) “Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang”

Pasal 20 ayat (1) “Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentnagan dengan kepentingan tugas dan martabat profesinya”

Pasal 20 ayat (2) “Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian rupa sehingga merugikan profesi Advokat atau mengurangi kebebasan dan kemerdekaan dalam menjalankan tugasnya”

Pasal 20 ayat ayat (3) “Advoakat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas profesi Advokat selama memangku jabatan tersebut”

Pasal 22 ayat (1) “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu”

c. Sanksi bagi Advokat yang Menolak Memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

Adapun sanksi yang diberikan kepada Advokat yang menolak memberikan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma di atur didalam Peraturan Pemerintah RI No. 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma.

Pasal 12 ayat (1) “Advokat dilarang menolak permohonan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma”.


(17)

Pasal 14 ayat (1) “Advokat yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13 dijatuhi sanksi oleh Organisasi Advokat”.

Pasal 14 ayat (2) “Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. teguran lisan, b. teguran tertulis, c. pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai dengan 12 (dua belas) bulan berturut-turut atau d. pemberhentian tetap dari profesinya”.

d. Dasar Hukum Mengenai Bantuan secara Cuma – Cuma oleh Advokat

Mengenai Dasar hukum pemberian bantuan oleh Advokat secara Cuma – Cuma diatur dengan peraturn Undang – undang No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat dan Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tatacara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma . Adapun isi dari masing – masing peraturan mengenai dasar hukum keawjiaban seorang Advokat terkait dengan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma adalah :

Pasal 22 ayat (1) “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu”.

Pasal 22 ayat (2) “Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian Bantuan Hukum secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah”.

Pasal 2 PP No.83 Tahun 2008 “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma kepada Pencari Keadilan”.

Pasal 12 ayat (1) PP No. 83 Tahun 2008 “Advokat dilarang menolak permohonan Bantuan Hukum Secara


(18)

Cuma-Cuma”.

e. Prosedur penyelenggaraan Bantuan Jasa Advokat

Adapun perundang – undangan yang mengatur mengenai prosedur penyelenggaraan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma oleh Advokat, yaitu diatur didalam Undang – undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum dan PP No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma . yang isi dari Pasal – Pasal tersebut adalah :

a. Undang – undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

Pasal 14 ayat (1) “ Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon Bantuan Hukum harus memenuhi syarat-syarat: a. mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum; b. menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara; dan c. melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum”.

Pasal 14 ayat (2) “Dalam hal pemohon Bantuan Hukum tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis, permohonan dapat diajukan secara lisan”.

Pasal 15 ayat (1) “Pemohon Bantuan Hukum mengajukan permohonan Bantuan Hukum kepada Pemberi Bantuan Hukum”.

Pasal 15 ayat (2) “Pemberi Bantuan Hukum dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah permohonan Bantuan Hukum dinyatakan lengkap harus memberikan jawaban menerima atau menolak permohonan Bantuan


(19)

Hukum”.

Pasal 15 ayat (3) “Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diterima, Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum”.

Pasal 15 ayat (4) “Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum mencantumkan alasan penolakan”.

Pasal 15 ayat (5) “Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian Bantuan Hukum diatur dengan Peraturan Pemerintah”.

b. PP No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma

Pasal 4 ayat (1) Untuk memperoleh Bantuan Hukum Secara Cuma- Cuma, Pencari Keadilan mengajukan permohonan tertulis yang ditujukan langsung kepada Advokat atau melalui Organisasi Advokat atau melalui Lembaga Bantuan Hukum.

Pasal 4 ayat (2) “Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya harus memuat : a. nama, alamat, dan pekerjaan pemohon; dan b. uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum”.

Pasal 4 ayat (3) “Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pencari Keadilan harus melampirkan keterangan tidak mampu yang dibuat oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 5 “Permohonan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

dapat diajukan bersama-sama oleh beberapa Pencari Keadilan yang mempunyai kepentingan yang sama terhadap persoalan hukum yang bersangkutan”.


(20)

Pasal 6 ayat (1) “Dalam hal Pencari Keadilan tidak mampu menyusun permohonan tertulis, permohonan dapat diajukan secara lisan”.

5. Penerima Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma

Pasal 28D Ayat UUD 45 (1) “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yangadil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.”

Pasal 28D ayat (1) tersebut menjamin bahwa setiap orang termasuk orang yang tidak mampu, mempunyai hak untuk mendapatkan akses terhadap keadilan agar hak-hak mereka atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum dapat diwujudkan. Karena sangat sulit dipahami secara konstitusional, bahwa orang miskin dapat memperoleh jaminan terhadap hak pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum, tetapi mereka orang tidak mampu dan tidak pula diberi akses terhadap keadilan, melalui lembaga-lembaga pengadilan Negara (litigasi) maupun proses non litigasi.

Dari beberapa devinisi mengenai Bantuan Hukum dapat di tarik kesimpulan bahwa Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang khusus diberikan kepada fakir miskin yang memerlukan pembelaan secara cuma-cuma, baik di luar maupun di dalam pengadilan, secara pidana, perdata, dan tata usaha negara, dari seseorang yang mengerti seluk beluk pembelaan hukum,


(21)

asas-asas dan kaidah hukum, serta hak asas-asasi manusia.

Didalam Undang – undang No. 16 Tahun 2011 mengenai penerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma diatur di dalam Pasal 1 ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 5 ayat (1), yang isisnya adalah sebagai berikut :

Pasal 1 ayat (2) “Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau

kelompok orang miskin”.

Pasal 4 ayat (1) “Bantuan Hukum diberikan kepada Penerima Bantuan Hukum yang menghadapi masalah hukum”.

Pasl 4 ayat (2) “ Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun nonlitigasi”. Pasal 5 ayat (1) “ Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri”.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma, Bantuan Hukum secara cuma-cuma adalah jasa hukum yang diberikan Advokat tanpa menerima pembayaran honorarium meliputi pemberian konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu.


(22)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dalam Bantuan Hukum terdapat beberapa unsur, yaitu:

a. penerima Bantuan Hukum adalah fakir miskin atau orang yang tidak mampu secara ekonomi;

b. Bantuan Hukum diberikan baik di dalam maupun di luar proses peradilan;

c. Bantuan Hukum diberikan baik dalam lingkup peradilan pidana, perdata maupun tata usaha negara;

d. Bantuan Hukum diberikan secara cuma-cuma. 6. Hak Dan Kewajiban Penerima Bantuan Hukum

a. Hak

Hak dan kewajiban seorang yang menerima Bantuan Hukum diatur secara khusus dengan UU No. 16 Tahun 2011 . Adapun Pasal – Pasal yang mengatur mengenai hak dan kewajiban penerima Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma adalah :

Pasal 12 “ penerima Bantuan Hukum Berhak : a. mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa; b. mendapatkan Bantuan Hukum sesuai dengan Standar Bantuan Hukum dan/atau Kode Etik Advokat; dan c. mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan .


(23)

b. Kewajiban

Adapun kewajiban seorang penerima Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma diatur dalam Pasal 13 “Penerima Bantuan Hukum wajib : a.

menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara benar kepada Pemberi Bantuan Hukum; b. membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum”.

7. Syarat Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum

Mengenai syarat dan tata cara pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma diatur didalam Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 15 ayat (1),(2),(3),(4) dan (5). UU No. 16 Tahun 2011. Adapun isi dari Pasal – Pasal tersebut adalah :

Pasal 14 ayat (1) “Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon Bantuan Hukum harus memenuhi syarat-syarat: a. mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum; b.menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara; dan c. melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum”.

Pasal 14 ayat (2) “Dalam hal pemohon Bantuan Hukum tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis, permohonan dapat diajukan secara lisan”.


(24)

permohonan Bantuan Hukum kepada Pemberi Bantuan Hukum”.

Pasal 15 ayat (2) “ Pemberi Bantuan Hukum dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah permohonan Bantuan Hukum dinyatakan lengkap harus memberikan jawaban menerima atau menolak permohonan Bantuan Hukum”.

Pasal 15 ayat (3) “Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diterima, Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum”.

Pasal 15 ayat (4) “Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum mencantumkan alasan penolakan”.

Pasal 15 ayat (5) “Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian Bantuan Hukum diatur dengan Peraturan Pemerintah”.


(25)

B.

HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM

SECARA CUMA

CUMA OLEH PENGADILAN NEGERI

SALATIGA

1. Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Bagi Terdakwa Yang Tidak Mampu

Berdasarkan penelitian mengenai Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma dalam perkara pidana di pengadilan Negeri Salatiga, selama tahun 2013 terdapat 163 perkara masuk, tetapi agaknya dari 163 perkara pidana tidak semuanya menggunakan Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut :

Table 2 : Perkara Prodeo Tahun Anggaran 2013 Di pengadilan Negeri Salatiga9

No Perkara Pidana yang masuk Selama Tahun 2013

163 Perkara

9


(26)

1 Memenuhi syarat menerima Bantuan Hukum

57 Terdakwa 2 Menggunakan Pelayanan Bantuan

Hukum

21 Terdakwa 3 Menolak Untuk Menggunakan

Pelayanan Bantuan Hukum

36 Terdakwa Sumber : Lakip( Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah )

Pengadilan Negeri Salatiga Tahun Anggaran 2013

Dari hasil wawancara dengan Bapak R. Rudi Harsojo, SH. Selaku Pan.Mud. Hukum Pengadilan Negeri Salatiga , yang terkait dengan pertanyaan banyaknya jumlah Terdakwa yang menerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma ( Prodeo ) pada Tahun 2013 seperti di gambarkan melalui daftar Stastisti diatas bahwa,

Selama Tahun Anggaran 2013 terdapat 163 perkara Pidana yang masuk, kemudian dipisahkan lagi kedalam golongan para Terdakwa yang memenuhi syarat untuk dapat menerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma ( prodeo ) sebagai mana Telah di jelaskan Didalam Peraturan Perundang – undangan Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma dan SEMA Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum , yaitu sebanyak 57 Orang Terdakwa yang berhak menerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma. Tetapi dalam hal ini tidak semua Terdakwa mau menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma.10 Terdapat 21 Terdakwa yang menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma –

10

Wawancara dengan Bapak R. Rudi Harsojo, SH. Selaku Pan.Mud. Hukum Pengadilan Negeri Salatiga penjelasan mengenai Daftar Statistik Perkara Pidana terkait dengan Jumlah Terdakwa yang menggunakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma dan Terdakwa yang Menolak untuk MEngunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma. Salatiga, 22 Februari 2014


(27)

Cuma dan 36 Terdakwa menolak untuk menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma.

a. Daftar Nama, jenis pelanggaran dan pengacara yang menggunakan dan menolak Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Adapun daftar surat putusan dan nomor perkara yang akan Penulis kaji dalam tulisan ini antara lain :

1) Daftar Nama Terdakwa Yang Menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Tabel 3 : Daftar Nama Para Terdakwa Yang Menggunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan

Negeri Salatiga. N0 No mor put usa n Pelang ga - ran

Identitas Pengacara

18/PID.SUS/ 2012/ PN. SAL Pencurian Dengan Pembera tan

Nama : NUR ARIFI

Bin NURDIANTO.

Tempat Lahir : Kab.Semarang Jenis Kelamin : laki laki

Kebangsaan : Indonesia Tempat Tingal:

Dsn.Klengkeng

Rt 03 Rw 12 Ds. Getasan Kab.Semarang

PRIYO PUJONO


(28)

Agama : ISLAM Pekerjaan :Belum Bekerja. Pendidikan : SD Lulus

01/PID.SUS/ 2011/ PN. SAL pencurian dengan pemberatan

Nama :

NICO FEBRIANTO

Als ITO

Bin MAMIEKEKA

SAPUTRA

Tempat Lahir : Salatiga. Jenis Kelamin : Laki laki

Kebangsaan : Indonesia Tempat Tingal:

Ds.Beringin Rt. 02/ Rw 01. Kec. Beringin. Kab. Semarang

Agama : Islam

Pekerjaan :Tidak

Bekerja. RISTIANI GANI MENDR OFA, S.H., 44/PID.SUS/ 2011/ PN.SAL

Penadahan Nama :RUDY

KRISMANA Bin M.SUKARJONO

Tempat Lahir : Klaten Jenis Kelamin : laki laki

Kebangsaan : Indonesia Tempat Tingal:

Jl. Argobugo Rt. 05/ Rw 12 Kel.Ledok,

Kec.Argomulyo Kota. Salatiga

Agama : Islam

Pekerjaan :Tidak

Bekerja

PRIYO PUJON O, S.H.,


(29)

1/PID.SUS/2 011/P N.SA L Percobaan Pemperko saan

Nama :

ALFIAN WISNU ARANDA. Als KENTOS

Bin BEJOHADI

SAPUTRO.

Tempat Lahir: Semarang Jenis Kelamin : Laki - laki Kebangsaan : Indonesia TempatTingal :

Perum.Damatex Pabelan No. 206 Karang Tengah, kec. Tuntang Kab. Semarang

Agama : Islam Pekerjaan : Pelajar

Bambang Tri Wibowo, S.H., 5 13/PID.SUS/ 2011/ PN.S AL

Penganiayaan Nama :FAUZI

Als BABI Bin

SLAMET SUMARNO

Tempat Lahir : Salatiga Jenis Kelamin : Laki laki

Kebangsaan : Indonesia TempatTingal :

Perum. Domas Blok PS V Rt. 06 / Rw. 10. Kel. Salatiga, Kec. Sidorejo Kota Salatiga. PRIYO PUJON O, S.H.


(30)

2) Daftar Nama Para Terdakwa Yang Menolak Mengunakan Bantuan Hukum Cuma – Cuma.

Tabel 4 : Daftar Para Terdakwa Yang Menolak Untuk

Mengunakan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma.

No Nomor

Put usa n

Pelanggaran Identitas

1 31/PID.S US/ 201 3/P N.S AL

Narkotika Nama : SLAMET PUJIONO

Als CETOL Bin BUANG MOHAR

Tempat Lahir : Salatiga Jenis Kelamin : Laki – laki

Kebangsaan : Indonesia

TempatTingal : Dusun.klampean Rt.04/03,

Kel.Noborejo, Kec.Argomulyo, Kota Salatiga

2 37/PID.S US/ 201 3/P N.S AL

Narkotika Nama : PAMUJIANTO

Bin WATONO

Tempat Lahir : Semarang Jenis Kelamin : Laki - laki Kebangsaan : Indonesia

Tempat tingal : Dusun,Pakunden Barat 871

Rt.02/01,Kel.Pakunden, Kec.Semarang Tengah, Kota Semarang.

3 35/PID.S US/ 201 3/P N.S AL

Narkotika Nama : BAMBANG WINARNO

Bin JAROTO (Alm).

Tempat Lahir : Salatiga Jenis Kelamin : Laki - laki Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tingal : Jl. Margosari II No.28, Rt

02/05, kel. Salatiga, Kec.Sidorejo, Kota.Salatiga.

4 29/PID.S US/ 201 3/P N.S AL

Penganiayaan Nama : ANDREAS BAGUS

WICARA (BAGUS) Bin NUGGROHO ADHI.

Jenis Kelamin : Laki – laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tingal : Dusun Purwosari Rt.04/04


(31)

Kec.Argomulyo, Kota. Salatiga

5 69/PID. B/2 013 /PN .SA L

Kejahatan Terhada p Nyawa

Nama : FANNY SWANDHANA

Bin SWAMIDOYO

Jenis Kelamin : Laki – laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tingal : Perum. Serai No.165 Rt

05/12, Kel.Kupang, Kec. Ambarawa,Kab.

Semarang.

Dari data yang diperoleh penulis diatas melalui Pengadilan Negeri Salatiga, untuk mengetahui tanggapan dari Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Di pengadilan Negeri Salatiga, dengan berbekal data Penulis datang kerumah terpidana Alfian Wisnu Aranda, yang beralamat Di Perum Damatex Pabelan No.206, Karang tengah Kec. Tuntang. Dimana pada saat berstatus menjadi Terdakwa dirinya masih tergolong Terdakwa Anak di bawah umur yang berusia 17 Tahun. Dimana di dalam penjelasan Undang – undang Nomor 11 tahun 2012 tentang System Peradilan Pidana Anak bahwa, Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana11. Menurut ketererangan dari pihak orang tua Alfian Wisnu Aranda, terkait dengan pertanyaan mengenai Bagaimana Pelaksanaan Bantuan Hukum secara – Cuma – Cuma yang diberikan untuk membela secara Cuma - cuma yang di tunjuk oleh Hakim Pengadilan Negeri Salatiga Secara Cuma – Cuma, pihak keluarga memang merasa senang dan terbantu dengan adanya Pengacara yang mendampingi atau memberikan pembelaan secara

11

Bab I Pasal 1 ayat (3 ) Undang – undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.


(32)

geratis, tetapi menurut orang tua dari Narapidana Anak ini, mengaku masih kurang puas dengan kinerja Advokat tersebut.12

b. Hasil Wawancara Dengan Para Terpidana Yang Pada Saat Proses Persidangan Menggunakan Atau Menolak Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga

1) Terdakwa yang menerima Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma

Adapun pertanyaan oleh penulis terhadap terpidana Alfian Wisnu Aranda, yang beralamat Di Perum Damatex Pabelan No.206, Karang tengah Kec. Tuntang yang di wakilkan oleh orang tuanya.

Dari sejumlah pertanyaan yang di berikan kepada terpidana alfian wisnu aranda dengan surat putusan nomor 1/PID.SUS/2011/PN.SAL terkait dengan Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga, kemudian penulis menganalisis, adapun analisis penulis dari hasil wawan cara dengan terpidana Alfian Wisnu Aranda, dengan surat putusan Nomor 1/PID.SUS/2011/PN.SAL adalah sebagai berikut :

Orang Tua Terdakwa Alfian Wisnu Aranda, mengaku bahwa mengetahui keberadaan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma melalui penjelasan dari hakim yang saat itu menangani persidangannya. Adapun

12

Wawan cara Dengan Orang Tua Narapidana Anak, Atas Nama Alfian Wisnu Aranda. Di beralamat Di Perum Damatex Pabelan No.206, Karangtebgah Kec. Tuntang. 22 februari 2014


(33)

cuplikan singat mengenai jawaban terpidana mengetahui keberadaan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma adalah sebagai berikut :

“Sebelumnya saya tidak mengetahui adanya Bantuan Hukum geratis ini ( Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma ) tetapi setelah hakim menjelaskan bahwa setiap Terdakwa berhak mendapatkan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma dengan cara menunjuk pengacara yang dimana biaya pembelaan oleh pengacara tersebut di bebankan oleh pengadilan Negeri Salatiga ( Anggaran Prodeo ), kemudian saya berembuk dengan keluarga, dan akhirnya kami mau mengunakan pengacara itu.dan saya berharap dengan adanya pembelaan dari pengacara, bisa bebas dari jeratan hukum” ( orang tua wisnu aranda pada saat wawancara ).

kemudian mengenai tatacara untuk mendapatkan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma, Terdakwa menjelaskan bahwa :

“Setelah saya dan keluarga berembukan dan akhirnya mau untuk mengunakan pengacara geratis ( Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma ) kemudian saya di beri surat pernyataan (surat pernyataan apa saya lupa namanya) yang intinya didalam salah satu isi surat itu berbunyi memohon untuk mengunakan Bantuan Hukum geratis saya kira pengacara pihak kita sendiri yang mencari ternyata sudah disediakan oleh pihak pengadilan. Tetapi selain itu saya mengisi folmulir dan melengkapi syarat – syaratnya.yang diantaranya adalah SKTM dari kepala desa”. ( Orang Tua Terdakwa pada saat wawancara ) .

2) Terdakwa yang menolak unruk mengunakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma.


(34)

Adapun daftar pertanyaan dengan narapidana yang pada saat persidangan menolak untuk menggunakan Bantuan Hukum salatiga, yang dimana saat ini sedang menjalani hukuman di RUTAN Kelas IIB salatiga.

Dari 28 orang terpidana yang menjalani masa hukuman di Rutan Kelas IIB salatiga diambil sebanyak 5 orang untuk dijadikan responden, dengan pelAnggaran tindak pidana bervariasi yaitu narkoba, penganiayaan dan kejahatan terhadap nyawa seseorang. yang dimana data – data atas narapidana telah sesuaikan dengan Nomor surat putusan dan Nama Terdakwa dari pengadilan. Karena setatus mereka saat ini merupakan Tahanan Rutan maka masing – masing terpidana mempunyai nomor registrasi tahanan.

Adapun Nomor Surat Putusan, Nama dan Nomor registrasi masing – masing dari terpidana yang di jadikan responden adalah sebagai Sebagai berikut :

Tabel 5 : Hasil Wawancara Terkait Dengan Alasan Para Terdakwa Menolak Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma .

No Nomer Putus

an dan Nome

r regist

rasi

Identitas Terdakwa Alasan Menolak Pelayanan Bantuan Hukum Yang di

Sediakan Pengadilan Negeri Salatiga

1 31/PID.SUS /2013/ PN.SAL

Nama :


(35)

Als Cetol Bin Buang Mohar Pelanggaran:

Narkotika Jenis Kelamin

Laki – Laki Kebangsaan :

Indonesia Tempat Tinggal :

Dusun, Klampean Rt. 04, Rw. 03,

Kel.

Noborejo, Kec. Argomulyo,

Salatiga

menawarkan, saya

menerima dan ingin mengajukan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma. tetapi setelah saya mendapat surat pernyataan dan harus melengkapi semua syarat – syarat saya sedikit keberatan. Masalahnya saya tidak ada keluarga maupun saudara yang mau mengurus surat – surat tersebut, sedangkan posisi saya di dalam penjara dan tidak boleh keluar dari penjara”.

2 37/PID.SUS /2013/ PN.SAL

Nama :

Pamujianto Bin Watono

Pelanggaran : Narkotika Jenis Kelamin :

Laki – laki. Kebangsaan :

Indonesia. Tempat Tinggal :

Dusun,Pakunden Barat, 871,Rt. 02,

“Saya tidak yakin bahwa pengacara yang disediakan pihak pengadilan akan membela dan dapat meringankan hukuman saya. Pada saat persidangan saya sudah pasrah dengan hukuman yang akan di berikan kepada saya”.


(36)

Rw. 01, Kel. Pakunden, Kec. Semarang

Tengah, Semarang 3 35/PID.SUS

/2013/ PN.SAL

Nama :

Bambang Winarno Bin

Jaroto Pelanggaran :

Narkotika Jenis Kelamin :

Laki – laki. Kebangsaan :

Indonesia Tempat Tinggal :

Jl. Margosari II No. 28, Rt. 02, Rw. 05, Kel. Salatiga, Kec. Sidorejo,

Salatiga.

“Saya menolak didampingi pengacara selama dalam proses pemeriksaan baik ditingkat penyidikan maupun persidangan karena tidak mempunyai biaya untuk membayar pengacara Saya mengetahui Saya berhak mendapat Bantuan Hukum tapi saya tidak yakin bahwa pengacara tersebut tidak akan meminta imbalan”.

4 29/PID.SUS /2013/ PN.SAL

Nama :

Andreas Bagus Wicara, Bin Nuggroho Adhi. Pelanggaran :

Penganiayaan Jenis Kelamin :

“Pada saat itu yang ada di pikiran saya tidak yakin kalau geratis benar. Pasti paling engak mengeluarkan biaya untuk pengacara yang di sediakan oleh pihak pengadilan tersebut. Masak


(37)

Laki – laki. Kebangsaan :

Indonesia. Tempat Tinggal :

Dusun Purwo

Sari Rt.04, Rw

04. Kel.

Noborejo, Kec Argomulyo, Salatiga.

pengacara mau membela saya tanpa saya bayar”.

5 69/PID.SUS

/2013/ PN.SAL Nama : Fanny Swandhana Bin Swamidoyo Pelanggaran : Kejahatan Terhadap Nyawa. Jenis Kelamin :

Laki – laki. Kebangsaan :

Indonesia. Tempat Tinggal :

Perum. Serasi No. 165 Rt.05, Rw. 12, Kel Kupang, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang.

“Alasan saya menolak, karena mungin kalau saya menggunakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma memang pihak pengadilan menanggung beban biaya atas pengacara yang membela saya, tetapi saya tidak yakin kalau pengacara yang membela saya mau membela saya tanpa imbalan”.


(38)

2. Hasil wawancara Di Pengadilan Negeri Salatiga Terkait dengan Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma .

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui bagaimanakah Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma bagi Terdakwa yang tidak mampu Di Pengadilan Negeri Salatiga, Penulis akan mengemukakan garis besar hal yang berkaitan erat dengan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma, yang diantaranya adalah sebagai berikut : a. Prosedur, Tata Cara, Akses Bagi Terdakwa Untuk Memperoleh Bantuan

Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Prosedur, atau tatacara disini adalah suatu langkah awal bagi Terdakwa untuk memperoleh Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma sekaligus untuk mengetahui akses bagi Terdakwa untuk mendapatkan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma . Adapun prosedur dan tata cara bagi Terdakwa untuk mendapatkan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga .

Untuk memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Pengadilan Negeri Salatiga berpedoman kepada SEMA No 10 Tentang Pedoman Bantuan Hukum,13 dijelaskan bahwa :

1. Masyarakat dapat menggunakan layanan Bantuan Hukum yang tersedia pada setiap kantor pengadilan.

13


(39)

2. Pengadilan menyediakan Pos Bantuan Hukum (Posbakum) yang mudah diakses oleh pihak-pihak yang tidak mampu.

3. Pengadilan menyediakan Advokat Piket (bekerjasama dengan lembaga penyedia Bantuan Hukum) yang bertugas pada Posbakum dan memberikan layanan hukum sebagai berikut:

a. bantuan pengisian formulir permohonan Bantuan Hukum; b. bantuan pembuatan dokumen hukum;

c. advis, konsultasi hukum dan Bantuan Hukum lainnya baik dalam perkara pidana maupun perkara perdata;

d. rujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk pembebasan pembayaran biaya perkara sesuai syarat yang berlaku;

e. rujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk mendapat bantuan jasa Advokat sesuai syarat yang berlaku.

4. Pengadilan memberikan layanan pembebasan biaya perkara (prodeo) kepada pihak-pihak yang tidak mampu dengan mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan atau kepada Ketua Majelis Hakim.

5. Penggugat berhak mendapatkan semua jenis pelayanan secara cuma-cuma yang berkaitan dengan pemeriksaan perkara prodeo. Komponen biaya prodeo meliputi antara lain: biaya pemanggilan, biaya pemberitahuan isi putusan, biaya saksi/saksi ahli, biaya


(40)

materai, biaya alat tulis kantor, biaya penggandaan/fotokopi, biaya pemberkasan dan biaya pengiriman berkas.

6. Bagi masyarakat yang tidak mampu dapat mengajukan surat permohonan berperkara secara prodeo (cuma-cuma) dengan mencantumkan alasan-alasannya kepada Ketua Pengadilan dengan melampirkan:

a. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Lurah/Kepala Desa setempat; atau

b. Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga Miskin atau Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau Kartu Program Keluarga Harapan (PKH) atau Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT).

c. Surat pernyataan tidak mampu yang dibuat dan ditandatangani pemohon Bantuan Hukum dan diketahui oleh Ketua Pengadilan Negeri.

7. Jika pemohon prodeo tidak dapat menulis atau membaca maka permohonan beracara secara prodeo dapat diajukan secara lisan dengan menghadap Ketua Pengadilan.


(41)

a. Permohonan diajukan secara lisan atau tertulis kepada Ketua Pengadilan Tingkat Pertama dengan dilampiri dokumen pendukung.

b. Dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak permohonan itu dicatat oleh Panitera, Hakim yang ditunjuk (Hakim yang menyidangkan pada tingkat pertama) memerintahkan Panitera untuk memberitahukan permohonan itu kepada pihak lawan dan memerintahkan untuk memanggil kedua belah pihak supaya datang di muka Hakim untuk dilakukan pemeriksaan tentang ketidakmampuan Pemohon.

c. Dalam tenggang waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pemeriksaan, Pengadilan Tingkat Pertama mengirimkan berita acara hasil pemeriksaan dilampiri permohonan izin beracara secara prodeo dan dokumen pendukung ke Pengadilan, yang berwenang memutus perkara yang dimohonkan tersebut, untuk diputus apakah dikabulkan atau tidak.

d. Jika permohonan dianggap memenuhi syarat maka diberikan penetapan ijin berperkara secara prodeo. Izin beracara secara prodeo diberikan Pengadilan atas perkara yang diajukan pada tingkatan pengadilan tertentu saja.


(42)

e. Jika ternyata pemohon orang yang mampu maka diberikan penetapan tidak dapat berperkara secara prodeo dan pemohon harus membayar biaya seperti layaknya berperkara secara umum.

9. Pengadilan menyediakan Anggaran untuk biaya perkara prodeo dengan memperhatikan Anggaran yang tersedia. Ketersediaan Anggaran tersebut diumumkan kepada masyarakat secara berkala melalui papan pengumuman Pengadilan atau media lain yang mudah diakses.

SEMA No. 10 Tahun 2010 merupakan salah satu pedoman bagi Aparat Penegak Hukum di lingkup Pengadilan Negeri Salatiga untuk memberikan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma bagi Terdakwa yang tidak mampu.

Selain peraturan tersebut penulis mampu mendapatkan data yang didapatkan melalui proses wawancara dengan Aparat Penegak Hukum yang berada di lingkup Pengadilan Negeri Salatiga, yang berkaitan dengan Prosedur Dan Tata Cara Bagi Terdakwa Untuk Mendapatkan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma .


(43)

Penyelenggaraan Bantuan Hukum Perkara Pidana berdasarkan keputusan dirjen badilum No. 1/DJU/OT.01.3/VIII/2011. 14

Dimana keputusan tersebut mengatur mengenai prosedur atau proses pelaksanaan penyelenggaraan Bantuan Hukum perkara pidana, yang dimana keputusan tersebut merupakan pedoman bagi petugas Pengadilan Negeri. Yang didalam penjelasannya dalam hal penyelenggaraan Bantuan Hukum adalah sebagai berikut :

Dimana didalam penjelasanya menurut salah satu aparat penegak hukum yang berada di lingkup pengadilan negeri salatiga menjelaskan secara detail dan kemudian penulis sajikan kedalam sebuah table. Adapun table mengenai prosedur penyelenggaraan Bantuan Hukum Di pengadilan Negeri Salatiga tersebut adalah sebagai berikut :15

Bagan 1 : Mekanisme prosedur penyelenggaraan Bantuan Hukum Di pengadilan Negeri Salatiga. 16

14

Hasil Wawancara Dengan Salah Seorang Aparat Penegak Hukum Di Lingkup Pengadilan Negeri Salatiga. 23 Februari 2014

15

Hasil Wawancara Dengan Salah Seorang Aparat Penegak Hukum Di Lingkup Pengadilan Negeri Salatiga.Yang Berkaitan Dengan Prosedur Penyelenggaraan Bantuan Hukum . 23 Februari 2014

16

Data Pengadilan Negeri Salatiga. Mekanisme prosedur penyelenggaraan Bantuan Hukum. Data di sajikan dengan table oleh penulis.

1. Surat kuasa Khusus

2. Surat Keterangan

Tidak Mampu dari lurah / kepala desa setempat atau kartu

keluarga miskin (

KKM) atau Kartu

jaminan kesehatan

masyarakat (

jamesmas atau kartu keluarga harapan ( KKH ) atau kartu

bantuan langsung

tunai (BLT) atau

surat pernyataan

tidak mampu .

Pemohonan Memberikan Semua Dokumen Pendukung Untuk Penetapan Dan Penunjukan Advokat


(44)

b. Mekanisme Penggunaan Anggaran Penyelenggaraan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Dari hasil penelitian yang berkaitan dengan penggunaan Anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam perkara pidana Di Pengadilan Negeri Salatiga, mengacu kepada SEMA No 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum. yang dimana Pasal 16 menjelaskan mengenai Prosedur Penggunaan Biaya Bantuan Hukum dalam Perkara Pidana yang isinya adalah sebagai berikut “Berdasarkan rujukan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 butir c, biaya perkara bagi Pemohon Bantuan Hukum untuk semua jenis perkara pidana yang ditentukan peraturan perundangundangan di tingkat

Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Memerintahkan Kuasa Pengguna Anggaran Untuk

Membayar Dana Bantuan Kepada Advokat

Komponen Yang Dibayarkan Dengan Anggaran Dana Bantuan

Hukum

1. Advokat Rp 600.000

2. Saksi yang

meringankan Rp.

200.000

3. Saksi ahli Rp 100.000

4. Penerjemah Rp

100.000

Proses Pemeriksaan Di Pengadilan Negeri

Perkara diputus

Pencairan Anggaran Bantuan Hukum kepada


(45)

pertama untuk kepentingan Pemohon Bantuan Hukum yang memenuhi syarat, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 11) ditanggung oleh Negara”.

Adapun mekanisme penggunaan Anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam perkara pidana Dipengadilan negeri salatiga mengacu kepada Pasal 17 Sema No 10 Tahun 2010 yang isinya adalah sebagai berikut17 :

1) Ketua Pengadilan Negeri membuat Surat Penetapan Pembebasan Biaya Perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.

2) Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran membuat Surat Keputusan pembebanan biaya perkara ke APBN.

3) Berdasarkan Surat Keputusan Panitera/Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bendahara pengeluaran membayar biaya saksi Ad de charge, ahli dan penerjemah yang diminta Terdakwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Pengeluaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan berdasarkan biaya yang

tersedia dalam DIPA.

5) Bendahara pengeluaran menyimpan seluruh bukti-bukti pengeluaran sebagai bukti pertanggung jawaban keuangan.

6) Bendahara pengeluaran mencatat semua biaya yang telah dikeluarkan untuk penanganan proses perkara pidana, dalam pembukuan yang disediakan untuk itu.

17

Data Pengadilan Negeri Salatiga mekanisme Penggunaan Anggaran Penyelenggaraan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga.


(46)

7) Biaya Bantuan Hukum dalam perkara pidana dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri sesuai dengan Anggaran yang tersedia pada DIPA dan ketentuan-ketentuannya.

8) Biaya Bantuan Hukum dalam perkara pidana pada tingkat pertama dibebankan kepada DIPA Pengadilan Negeri.

Dari data yang penulis dapatkan yang berkaitan dengan mekanisme penggunaan Anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam perkara pidana di Pengadilan Negeri Salatiga jelas bahwa seperti yang dijelaskan di dalam Sema No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Pasal 17 yang pada intinya seluruhnya di bebankan kepada DIPA . Dari DIPA tersebut kemudian di bebankan kepada APBN.

c. DIPA Pelayanan Bantuan Hukum Pengadilan Negeri Salatiga.

Dalam menjalankan arah kebijakan sesuai visi dan misi Pengadilan Negeri Salatiga ditentukan oleh penyediaan Anggaran melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Pada tahun 2013 Pengadilan Negeri Salatiga memperoleh Anggaran DIPA yang meliputi 4 (empat) macam program utama dengan pagu masing-masing yang diantaranya adalah Program Peningkatan Pelayanan dan Bantuan Hukum. Penetapan Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang mempresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya.


(47)

Dalam hal ini penulis hanya memfokuskan daftar presentasi rencana Anggaran untuk Pelayanan Bantuan Hukum . Adapun sasaran strategis, indikator kerja, target, program dan Anggaran yang berkaitan dengan Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga, selama Tahun Anggaran 2013 adalah sebagai berikut :

Table 6 : Perencanaan kerja DIPA yang berkaitan dengan Pelayanan Bantuan Hukum. 18

INDIKATOR KINERJA

TARGET PROGRAM ANGGARAN

Penyediaan dana Bantuan Hukum Pengadilan Negeri Salatiga  Jumlah penyediaan dana Bantuan Hukum di Pengadilan Negeri Salatiga.  Kebijakan mengenai Bantuan Hukum bagi masyarakat

miskin yang terpinggirkan Perkara bagi masyarakat miskin yang diselesaikan tepat waktu Rp. 11.958.000

Sumber : komponen LAKIP ( Laporan Ankuntabilitas Instansi Pemerintah ) Pengadilan Negeri Salatiga Tahun 2013

Table 7 : Pengukuran Pelayanan Bantuan Hukum Pengadilan Negeri Salatiga. Tahun Anggaran 2013.19

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

Peningkatan kualitas pelayana dan

bantuan

Prosentase

terselenggaranya Bantuan Hukum bagi

100% 85,98% 85,98%

18

Dokumen . komponen LAKIP Pengadilan Negeri Salatiga Tahun 2013. Hal 14.

19


(48)

hukum kepada masyarakat

tidak mampu

Masyarakat tidak mampu

Sumber : Komponen LAKIP ( Laporan Ankuntabilitas Instansi Pemerintah ) Pengadilan Negeri Salatiga Tahun 2013

Tabel 8 : DIPA Anggaran Pengeluaran Dana Untuk Pelayanan

Bantuan Hukum.20

Nama DIP

A

Pagu Pagu

Revisi

Realisasi Sisa Angg

rn

%

Pelayanan dan Bant uan Huku m

11.958.000 11.958.000 7.540.000 4.418.000 63,65

Sumber : Komponen LAKIP( Laporan Ankuntabilitas Instansi Pemerintah ) Pengadilan Negeri Salatiga Tahun 2013

C.

ANALISIS

PELAKSANAAN

PEMBERIAN

BANTUAN

HUKUM SECARA CUMA

CUMA DI PENGADILAN

NEGERI SALATIGA.

1. Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga.

20


(49)

a. Jumlah Perkara Pidana Masuk Selama Tahun 2013, Terdakwa Yang Menggunakan Bantuan Hukum, Dan Terdakwa Yang Menolak Untuk Menerima Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Mengamati hasil penelitian yang berkaitan dengan Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga, selama tahun 2013 terdapat 163 perkara pidana masuk, dari 163 perkara pidana 57 Terdakwa diantaranya memenuhi syarat untuk memperoleh Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma, yang dimana telah diatur didalam beberapa perundang – undangan yang berkaitan dengan Bantuan Hukum. Adapun peraturan perundang – undangan yang mengatur mengenai kreteria Terdakwa yang berhak menerima Bantuan Hukum adalah sebagai berikut :

1. Undang – undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHP.

Pasal 54 “Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau Terdakwa berhak mendapatkan Bantuan Hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini”

Pasal 56 ayat (1) “Dalam hal tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan pada proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka.

2. Undang – undang No. 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Pasal 56 ayat (1) “setiap orang yang tersangkut perkara berhak


(50)

memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 56 ayat (2) “Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”.

Pasal 57 ayat (1) “ Pada setiap Pengadilan Negeri dibentuk Pos Bantuan Hukum kepada pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 57 ayat (2) “Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara Cuma – Cuma pada setiap tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap”

3. Undang – undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum. Pasal 1 ayat (2) “Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin”.

Pasal 5 ayat (1) “Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri”.

Meskipun beberapa Peraturan Perundang – undangan mengatur secara jelas mengenai implementasi dari Bantuan Hukum yang disediakan untuk para Terdakwa yang tidak mampu atau miskin, tidak semua Terdakwa Di Pengadilan Negeri Salatiga menggunakan haknya, dari 57 orang Terdakwa 21 orang menggunakan Bantuan Hukum, dan 36 Terdakwa menolak untuk menggunakan Bantuan Hukum.

1) Terdakwa Yang Menerima Pelayanan Bantuan Secara Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.


(51)

menggunakan Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga, yaitu Terdakwa atas nama Alfian Wisnu Aranda dengan surat putusan Nomor 1/PID.SUS/2011/PN.SAL. Dimana terkait dengan data yang penulis dapatkan dengan melakukan wawancara, terdapat di Hasi Penelitian Halaman 51 2 a . bahwa, Dari keterangan orang tua Terdakwa, penulis menilai bahwa tindakan Hakim, yaitu menjelaskan mengenai Keberadaan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma kepada setiap terdakawa mengenai hak – haknya. Hal ini sesuai dengan peraturan perundang – undangan Undang – undang No. 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Yang di dalam penjelasannya adalah sebagai berikut :

Pasal 56 ayat (1) “setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 56 ayat (2) “Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”.

Pasal 57 ayat (1) “ Pada setiap Pengadilan Negeri dibentuk Pos Bantuan Hukum kepada pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 57 ayat (2) “Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara Cuma – Cuma pada setiap tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap”

Dari keterangan orang tua terpidana pada saat melakukan wawancara menjelaskan mengenai tata cara. Tata cara untum mendapatkan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma Di Pengadilan Salatiga sesuai dengan penjelasan Undang – undang nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum


(52)

Bab IV, Pasal 14 ayat (1) huruf a,b, dan c. yang didalam penjelasannya adalah sebagai berikut :

Pasal 14 “ Untuk memperoleh Bantuan Hukum,

pemohon Bantuan Hukum harus memenuhi syarat - syarat:

a. Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum;

b. Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan per

c. kara; dan

d. Melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum”.

Selain didalam peraturan perundang – undangan nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum, syarat dan tata cara yang dilakukan oleh terpidana untuk mendapatkan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga, juga terlihat dari pelaksanaan SEMA No 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Pasal 11, huruf a, b dan, c. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

Pasal 11 “Pemohon Bantuan Hukum harus

membuktik bahwa ia tidak mampu dengan memperlihatkan:

a. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Lurah/ Kepala Desa setempat; atau

b. Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga Miskin (KKM), Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT); atau

c. Surat Pernyataan Tidak Mampu yang dibuat dan ditandatangani Pemohon Bantuan Hukum dan diketahui oleh Ketua Pengadilan Negeri”.


(53)

Sangat jelas terlihat bahwa syarat dan tata cara untuk mendapatkan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma bagi Terdakwa harus menempuh beberapa prosedur sebagai mana telah di tegaskan dalam peraturan perundang – undangan terkait dengan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma .

Program Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma ini di berikan kepada masyarakat yang berhadapan dengan hukum untuk masyarakat golongan tidak mampu. Hal tersebut tidak hanya di pengadilan negeri salatiga saja, melainkan semua pengadilan Negeri wajib menyediakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma yang dasarnya telah di atur didalam undang – undang. Yaitu Undang – undang Nomor 8 tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Pasal 54, 56 ayat (2) dan Pasal 114, Undang – undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 18 ayat (4), Undang – undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Pasal 34 ayat (1), Undang – undang Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman Pasal 56 -57 , Undang – undang nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat, Pasal 22, Undang – undang nomor 16 tahun 2011, tentang Bantuan Hukum, SEMA Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum .

Jadi terkait dengan pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma aturan hukumnya begitu tegas, dimana di setiap pengadilan Wajib memberikan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma karena Bantuan Hukum itu merupakan Hak dari Terdakwa.


(54)

2) Terdakwa Yang menolak untuk menggunakan Pelayanan Bantuan Secara Cuma Di Pengadilan Negeri Salatiga.

Dari hasil wawancara terhadap Narapidana yang pada saat persidangan mengunakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma dan Narapidana yang menolak untuk mengunakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma dapat di tarik kesimpulan bahwa masing – masing Narapidana telah mengetahui haknya sebagai Terdakwa yaitu menggunakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma. mereka tahu keberadaan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma dari Hakim yang menangani kasus mereka. Ketika penulis menanyakan dari mana Terdakwa mengetahui adanya Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma semua Narapidana mengetahui dari Hakim. Hakim menjelaskan bahwa setiap Terdakwa yang berhadapan dengan hukum dan tidak mampu untuk mempunyai pengacara sendiri berhak memperoleh Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma.

Tetapi meskipun Hakim telah menjelaskan mengenai hak Terdakwa khususnya mengenai Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma, tidak sedikit Terdakwa yang menolak untuk menggunakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma, dari data yang Penulis dapatkan dengan cara melakukan wawancara yang berkaitan dengan alasan para Narapidana menolak Bantuan Hukum secara Cuma - Cumapun ber beda – beda, apabila ditarik kesimpulan mengenai alasan para terpidana menolak untk menggunakan Bantuan Hukum


(55)

secara Cuma – Cuma adalah semua terpidana belum atau tidak yakin bahwa pengacara yang disediakan oleh pengadilan benar – benar geratis.

Pengadilan Negeri Salatiga sendiri menurut Penulis mengenai Pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma sudah sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku yang berkaitan dengan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma. dari kutipan wawancara diatas Bahwa pengadilan Negeri Salatiga dalam melaksanakan pemberian Bantuan Hukum berpedoman beberapa perundang – undangan yaitu :

1) Undang – undang Nomor 8 tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Pasal 54, 56 ayat (2) dan Pasal 114.

2) Undang – undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 18 ayat (4)

3) Undang – undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Pasal 34 ayat (1)

4) Undang – undang nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat, Pasal 22. 5) Undang – undang Nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman

Pasal 37 – 40.

6) Undang – undang nomor 16 tahun 2011, tentang Bantuan Hukum. 7) SEMA Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan

Hukum

Semua Terdakwa yang Berada di Pengadilan Negeri Salatiga di jelaskan mengenai haknya untuk mendapatkan Bantuan Hukum secara Cuma


(56)

– Cuma. Diawal persidangan Hakim menjelaskan keberadaan Bantuan Hukum .

Mengamati hasil penelitian terkait dengan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma Bagi Terdakwa yang tidak mampu Di Pengadilan Negeri salatiga, dalam hal pelaksanaannya sudah ada, tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh para Terdakwa yang memenuhi syarat untuk menggunakan Bantuan Hukum.

b. Kewajiban Pengadilan Negeri Salatiga dalam pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma .

1) Dasar Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga Dalam Hal Menjalankan Kewajiban Untuk Melaksanakan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma .

Untuk melaksanakan Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga, harus memenuhi syarat dari berbagai peraturan perundang – undangan yang mencakup semua peraturan mengenai Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma, dasar pemberian Bantuan Hukum tersebut harus terlaksana dengan baik.

a) Terpenuhinya Kewajiban Pengadilan Negeri Salatiga Berdasarkan Undang – Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHP .

Pasal 54 “Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau Terdakwa berhak mendapatkan Bantuan Hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini”


(57)

Pasal 56 ayat (1) “Dalam hal tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan pada proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka.

Pasal 56 ayat (2) “setiap penasehat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan bantuan dengan Cuma –Cuma”.

Dasar Hukum ini telah terlaksana secara sistemaatis, mengingat hasil dari penelitian Pengadilan Negeri Salatiga yang berkaitan dengan jumlah perkara pidana yang masuk selama Tahun 2013. Kemudian Pengadilan Negeri Salatiga memisahkan perkara pidana yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah di jelaskan di dalam undang – undang No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHP, terdapat 57 Terdakwa yang berhak mendapatkan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma.

b) Terpenuhinya Kewajiban Pengadilan Negeri Salatiga berdasarkan Undang – undang No. 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman .

Pasal 56 ayat (1) “setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh Bantuan Hukum”.

Pasal 56 ayat (2) “Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”.

Pasal 57 ayat (1) “ Pada setiap Pengadilan Negeri dibentuk Pos Bantuan Hukum kepada pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh Bantuan Hukum”.


(58)

Pasal 57 ayat (2) “Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara Cuma – Cuma pada setiap tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap”

Mengamati hasil penelitian dasar Hukum Undang – undang No. 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman sangat jelas terpenuhi Di Pengadilan Neheri Salatiga. Terkait dengan Pasal 56 ayat (1) Pengadilan Negeri Salatiga mempunyai program pokok yang diantaranya Peningkatan Pelayanan Bantuan Hukum dengan beban biaya di tanggung oleh Pengadilan Negeri Salatiga. hal ini bisa di lihat bagaimana alur alokasi dana yang tersedia guna menunjang terlaksananya Peningkatan Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salaiga sebagaimana telah penulis sampaikan Di hasil penelitian terkait dengan DIPA Pelayanan Bantuan Hukum tahun Anggaran 2013.

Mengenai keberadaan Posbakum ( Pos Bantuan Hukum ) Di Pengadilan Negeri Salatiga sendiri memang tidak menyediakan tempat atau kantor secara khusus untuk Advokat , tetapi Bagi masyarakat yang tidak mampu dapat mengajukan surat permohonan berperkara secara prodeo (cuma-cuma) dengan mencantumkan alasan-alasannya kepada Ketua Pengadilan dengan melampirkan:

a. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Lurah/Kepala Desa setempat; atau


(1)

Cuma tersebut dan tidak segan untuk menggunakannya apabila terpaksa berhadapan dengan Hukum.

d. Faktor Pengacara .

Kebutuhan terhadap Bantuan Hukum seorang Advokat bagi seseorang yang sedang menghadapi masalah hukum dirasa sangat penting. Bertolak dari asumsi atau pendapat ini, bahwa tugas seorang Advokat dalam proses hukum adalah untuk membantu hakim dalam menemukan kebenaran hukum, maka kepentingan seorang klien dalam menggunakan jasa seorang Advokat adalah upaya mencari perlindungan terhadap hak-haknya yang secara hukum harus dilindungi.

Dalam upaya melindungi kepentingan atau hak seorang klien itulah maka klien membutuhkan seorang Advokat, sebab hampir bagian terbesar masyarakat merupakan komunitas yang awam atau buta hukum. Dalam realitas yang demikian itu, keberadaan seorang Advokat menjadi sangat penting.

Dari hasil penelitian yang penulis dapat dengan cara melakukan wawancara dengan salah Seorang Pengacara yaitu Bapak Bambang Tri Wibowo, yang biasa ditunjuk oleh Pengadilan Negeri Salatiga untuk memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma guna memenuhi hak para Terdakwa yang tidak mampu, mengungkapkan bahwa24 :

“Dalam hal pemberian Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga, beliau ditunjuk secara langsung dengan

24


(2)

surat kuasa penunjukan dari Pengadilan. Meskipun demikikian tidak jarang Para Terdakwa menolak untuk Beliau damping”.

“Mengenai imbalan, beliau mengungkapkan tidak menerima bayaran dari pihak Terdakwa, melainkan imbalan dari Pengadilan Negeri Salatiga, dimana Anggaran tersebut telah dialokasikan melalui DIPA Pengadilan Salatiga sebesar Rp 1.000.000 ( satu juta rupiah )”.

“Beliau dalam melakukan pendampingan terhadap Terdakwa yang menggunakan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma secara pro aktif, artinya mendampingi dari awal persidangan hingga akhir persidangan”.

“Rata – rata selama setahun beliau diminta untuk

memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma oleh Pengadilan mencapai 15 perkara pertahunnya”.

“kendala yang dihadapi oleh beliau, selama mendampingi Terdakwa secara Cuma – Cuma adalah tidak tersedianya Anggaran dari pengadilan”.

Dari hasil wawancara diatas menerangkan bahwa Bapak Bambang Tri Wibowo merupakan salah seorang pengacara yang sering di tunjuk oleh Pengadilan Negeri Salatiga untuk memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma.

Dalam hal melakukan pembelaan Bapak Bambang Tri Wibowo,. S.H,. yang berprofesi sebagai Pengacara, pernah mendampingi tersangka/ Terdakwa atas Hakim secara cuma- cuma sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang – undangan Pasal 56 KUHAP ayat (2), Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2) UU No.


(3)

18 Tahun 2003 tentang Advokat, dan Pasal 8 dan Pasal 9 UU No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum serta Pasal 2 PP No. 83 Tahun 2008.

Mengenai imbalan yang diberikan kepada Bapak Bambang Tri Wibowo. S.H,. adalah sebesar Rp 1.000.000, hal ini sebagaimana yang teleh di tetapkan melalui mekanisme penggunaan Anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum di pengadilan negeri salatiga sebagai komponen yang dibayarkan dengan Anggaran dana Bantuan Hukum.25

Mengenai kendala, menurut Bapak Bambang Tri Wibowo, S.H adalah, tidak adanya ketersediaan dana yang menunjang untuk Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga, artinya dana terbatas padahal para Terdakwa yang membutuhkan Bantuan Hukum dari hasil penelitian penulis sangat banyak. Di tahun 2013 saja para Terdakwa yang memenuhi syarat untuk menerima Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma sebanyak 57 orang.26 Sedangkan dana Anggaran yang tersedia untuk Pelayanan Bantuan Hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga hanya mencapai 11.958.000.27 hal ini sangat kurang memadai apabila penulis kaitkan dengan mekanisme dan prosedur penggunaan dana Anggaran khususnya untuk komponen yang dibayarkan dengan Anggaran dana Bantuan Hukum untuk pemberi Bantuan Hukum, melihat ketentuan dari LAKIP ( Laporan Akuntabilitas Kinerja Pengadilan ) sebesar Rp 1.000.000.

26

Lakip Pengadilan Negeri Salatiga Tahun Anggaran 2013. Hal 19.

27


(4)

Dalam hal ini tentunya Pengadilan Negeri Salatiga, guna terlaksananya Pelayanan Bantuan Hukum secara Cuma – Cuma disarankan untuk menambah Anggaran untuk Pelayanan Bantuan Hukum tersebut agar bisa menunjang hak para Terdakwa yang membutuhkan Pelayanan Bantuan Hukum.

3. Prinsip Yang Tercermin Di Pengadilan Negeri Salatiga Dalam Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma – Cuma

Untuk memenuhi hak Bantuan Hukum, terdapat sejumlah prinsip dalam hukum Di Pengadilan Negeri Salatiga, yaitu :

a. Terpenuhinya Prinsip Kepentingan Keadilan.

Kepentingan keadilan dalam kasus tertentu ditentukan oleh pemikiran yang serius tentang tindak pidana yang dituduhkan kepada tersangka dan hukuman apa saja yang akan diterimanya. Kepentingan keadilan selalu membutuhkan penasihat untuk tersangka dalam kasus dengan ancaman hukuman mati. Tersangka untuk kasus dengan ancaman hukuman mati berhak memilih perwakilan hukumnya dalam setiap proses pemeriksaan kasusnya. Tersangka dengan ancaman hukuman mati dapat membandingkan antara perwakilan hukum pilihannya dengan yang ditunjuk oleh pengadilan. Narapidana mati berhak untuk menunjuk penasehat untuk permohonan post-conviction judicial relief, permohonan grasi, keringanan hukuman, amnesti atau pengampunan.


(5)

Tersangka atau terdakwa berhak untuk didampingi oleh Advokat. Bantuan Hukum dapat diterapkan untuk kasus-kasus kejahatan ringan, ketika kepentingan keadilan memungkinkan yaitu tersangkaterdakwa tidak bisa melakukan pembelaan sendiri dan juga lebih kondisi ekonomi dari tersangka/terdakwa yang merupakan unemployee serta karena kompleksitas kasus sehingga membutuhkan penasehat hukum yang berkualitas.

b. Terpenuhinya Prinsip Tidak Mampu.

Seorang terdakwa/tersangka harus tidak mampu secara financial membayar Advokat Dalam hal ini „tidak mampu membayar‟ tidak dapat hanya diartikan sebagai miskin tetapi juga dapat diartikan apakah seseorang dari penghasilannya mampu menyisihkan dana untuk membayar jasa seorang pengacara.

c. Terpenuhinya Prinsip Hak Bantuan Hukum yang Efektif.

Saat pengadilan menyediakan Bantuan Hukum, maka pengacara yang ditunjuk harus memenuhi kualifikasi untuk mewakili dan membela tersangka. Seorang pengacara yang ditunjuk oleh pengadilan untuk mewakili dan membela tersangka harus mendapatkan pelatihan yang diperlukan dan mempunyai pengalaman atas segala hal yang berhubungan dengan kasus tersebut. Walaupun Bantuan Hukum disediakan oleh pengadilan, pengacara harus dibebaskan untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan profesionalitasnya dan kemandirian sikap yang bebas dari pengaruh negara atau pengadilan.


(6)

Bagi Bantuan Hukum yang disediakan oleh pengadilan, pengacara harus benar-benar dapat mengadvokasi tersangka. Pengacara yang mewakili tersangka diperbolehkan menjalankan strategi pembelaan secara profesional. Pengacara yang ditunjuk untuk membela tersangka harus diberikan kompensasi yang sesuai agar dapat mendorongnya untuk memberikan perwakilan yang efektif dan memadai.


Dokumen yang terkait

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 2 11

PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA BAGI TERDAKWA YANG TIDAK MAMPU DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA.

0 1 20

PROSEDUR PEMBERIAN BANTUAN HUKuM DENGAN CUMA-CUMA DAN PELAKSANAANNYA MELALUI PENGADILAN NEGERI BAGI TERDAKWA YANG TERSANGKUT PERKARA PIDANA DI PENGADILAN NEGERI KELAS I A PADANG.

0 1 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma dalam Perkara Pidana di Pengadilan Negeri Salatiga

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma dalam Perkara Pidana di Pengadilan Negeri Salatiga T1 312009040 BAB I

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bantuan Hukum Sebagai Suatu Perikatan yang Bersifat Cuma-Cuma

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bantuan Hukum Sebagai Suatu Perikatan yang Bersifat Cuma-Cuma T1 312008005 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bantuan Hukum Sebagai Suatu Perikatan yang Bersifat Cuma-Cuma T1 312008005 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bantuan Hukum Sebagai Suatu Perikatan yang Bersifat Cuma-Cuma T1 312008005 BAB IV

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bantuan Hukum Sebagai Suatu Perikatan yang Bersifat Cuma-Cuma

0 0 50