Etika Politik Masyarakat Madura

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dalam hal ini Mudhar Tamim tampak mempertanyakan keislaman seseorang yang tidak sepenuhnya melaksanakan nilai-nilai Islam sebagaimana yang terkandung dalam al- Qur’an. Dia mengkritik sikap para muslim yang enggan menjadikan Islam sebagai dasar negara. Lebih dari itu, ia juga tidak segan mengecam para muslim yang berjuang dalam partai politik yang tidak berasaskan Islam. Bagi Mudhar Tamim, sikap muslim yang demikian merupakan sikap yang menentang terhadap ajaran Islam. Padahal, dalam ajaran Islam tidak dikenal adanya pemisahan antara Islam dan Negara scheiding kerk en staat. 34 Dari sini tampak bahwa Mudhar Tamim menginginkan masyarakat Islam bersatu untuk melawan kedzaliman dan kemungkaran agar umat muslim kuat dan tidak tertindas. Dalam hal ini ia mencontohkan kejadian di Baitul Makdis yang mengalami kerusakan dan kedzaliman akibat perbuatan kaum Yahudi. Banyak kerusakan, pembunuhan hingga pemerkosaan. Tentunya, bersatunya umat muslim dapat membantu melawan terhadap segala bentuk kedzaliman. 35 Dengan demikian sikap Mudhar Tamim terhadap budaya politik yang berlaku di masyarakat Madura bersifat merekonstruksi dan membenahi. Berbagai ketentuan dalam politik masyarakat Madura dibenahi dan dimodifikasi. Sikap pasif masyarakat Madura dibenahi dengan mengajak masyarakat berpartisipasi mengawal pemerintahan untuk menghasikan 34 Ibid., 116. 35 Ibid., 116. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Negaradan pemerintahan yang ideal. Bersamaan dengan itu, Mudhar Tamim memberikan aturan-aturan dalam sistem partai politik dan Negara. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan-permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Motif disusunnya Tafsir Alqur’anul Karim Nurul Huda adalah dalam rangka “mengawal” program REPELITA Rencana Pembangunan Lima Tahun yang dicanangkan oleh pemerintahan Orde Baru. Di sisi lain, penafsiran al- Qur’an dengan menggunakan bahasa Madura belum pernah ada. Oleh karena itu, sebagai upaya khidmat Mudhar Tamim terhadap kitab al-Qur ’an serta dalam rangka memperluas dan mengokohkan keyakinan terhadap ajaran Islam, akhirnya disusunlah kitab Tafsir Alqur’anul Karim Nurul Huda. Dalam perkembangannya, tafsir ini kurang mendapat apresiasi dari kalangan masyarakat, khususnya di Madura. Minimnya modal serta tidak adanya dukungan dari pihak pemerintah dalam proses penerbitan tafsir Nurul Huda menjadi penyebabnya. Selain itu, kedekatan Mudhar Tamim dengan organisasi Muhammadiyah dan partai politik Parmusi yang notabene merupakan minoritas di Madura turut andil dalam menenggelamkan tafsir yang telah diproduksi oleh R. Mudhar Tamim 47 tahun yang lalu. 2. Tafsir Alqur’anul Karim Nurul Huda merupakan karya tafsir yang berbetuk ra’y. Hal ini dikarenkan porsi akal dalam penafsiran Mudhar Tamim cenderung 88 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dominan dari pada penggunaan riwayat. Penggunaan riwayat hanya dijadikan sebagai legitimasi dari penafsirannya. Adapun metode penafsiran yang digunakan dalam tafsir Nurul Huda merupakan metode tah}lili analitis. Dalam kitab tafsir Nurul Huda, Mudhar Tamim berusaha menjelaskan beberapa aspek yang terkandung dalam al- Qur’an. Ia menyajikan penafsirannya secara runtut sesuai mushaf Usmani, menguraikan kosa kata, analisis bahasa, perbedaan Qira’at, munasabah dan asbab al-nuzul. Penafsirannya yang analitis menghasilkan corak yang mewarnai tafsir Nurul Huda. Terdapat dua corak yang dominan di dalamnya, yaitu corak sosial kemasyarakatan dan corak fikih. 3. Dialektika al-Qur’an dan budaya Madura dalam tafsir Nurul Huda merupakan proses pergumulan antara al- Qur’an, warisan budaya Madura yang dimiliki pengarang dan kondisi sosial –budaya Madura yang melingkupinya. Dalam hal ini tampak bahwa budaya dan tradisi Madura diperbincangkan dalam tafsir Nurul Huda, seperti tradisi bermadzhab, stratifikasi bahasa, sikap ta’dzim terhadap kiai, tradisi tarekat hingga politik. Fenomena memperbincangkan budaya dan tradisi Madura tersebut telah membuktikan bahwa telah terjadi dialektika antara upaya mengaktualisasikan nilai-niai al- Qur’an dengan budaya dan tadisi Madura tempat karya tafsir Nurul Huda diproduksi. Wujud dialektika tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola dialektika, yaitu pola adoptive-complement, destructive dan adoptive-reconstruktif. Pola adoptive complement diartikan sebagai sikap apresiatif dan menerima berlakunya tradisi. Sikap ini ditunjukkkan oleh Mudhar Tamim dalam tafsirnya dengan melakukan adopsi, melestarikan dan melegitimasi keberlakuannya, digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id seperti pelestarian stratifikasi bahasa dan tradisi bermadzhab. Selanjutnya, pola destructive yang diartikan sebagai penolakan terhadap berlakunya tradisi yang berkembang. Dalam hal ini budaya yang ditolak keberlakuannaya oleh Mudhar Tamim yaitu taklid buta terhadap sosok kiai serta praktek-praktek yang berlaku dalam tarekat. Pola yang terakhir yaitu pola adoptive-reconstruktif yang diartkan sikap menerima terhadap tradisi, tetapi memodifikasinya sedemikian rupa sehingga berubah karakter dasarnya. Sikap ini ditunjukkan oleh Mudhar Tamim terhadap budaya politik masyarakat Madura. Sikap Mudhar Tamim terhadap persoalan politik di Madura berhubungan dengan tata cara berpolitik. Dari hasil pemahamannya terhadap al- Qur’an, Mudhar Tamim berusaha memperbaiki etika berpolitik masyarakat Madura. Rekonstruksi politiknya dimulai dengan persoalan partisipasi politik, etika memilih partai, sistem pemerintahan hingga ideologi Negara.

B. Saran

Objek penelitian ini adalah karya tafsir yang merupakan sebuah produk budaya yang lahir dari sebuah proses dialektika antara penafsir dengan budaya yang melingkupinya di satu pihak dan dialognya dengan al- Qur’an di pihak lain. Proses dialektika seringkali memunculkan pembacaan yang bias. Hal ini dikarenakan dalam proses penasiran al- Qur’an biasanya dipengaruhi latar belakang pendidikan, keilmuan, motif penafsiran, dan kondisi sosial di mana sang penafsir menyejarah. Begitu juga dengan Tafsir Alqur’anul Karim Nurul Huda yang kehadirannya dipengaruhi oleh latar belakang penulis dan kondisi sosio kultur digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id masyarakat Madura. Oleh karena itu, fokus kajian dalam penelitian ini yaitu pola dialektika tafsir Nurul Huda dan Budaya. Karena penelitian ini merupakan penelitian pertama terkait tafsir Nurul Huda, tentunya masih terdapat banyak aspek yang perlu untuk diteliti dan dikaji. Dengan demikian, diharapkan ada penelitian selanjutnya yang mengkaji secara spesifik dan mendetail terkait pemikiran Mudhar Tamim dalam tafsir Nurul Huda. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR PUSTAKA Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Tata Krama Suku Bangsa Madura. Yogyakarta: t.p., 2002. Baidan, Nashruddin. Metodologi Penafsiran al- Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Bawazir, Tohir. Jalan Tengah Demokrasi: Antara Fundamentalisme dan Sekularisme. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2015. Bruinessen, Martin van. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1999. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Geografi Dialek Bahasa Madura. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1998. Dhavamony, Mariauasai. Fenomenologi. Terj. A. Sudiarja dkk. Yogyakarta: Kanisius, 1995. Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 1994. Al-Dzahabi, Muh}ammad H{usain. Al-Tafsir wa al-Mufassirun. Vol. I. Kairo: Maktabah Wahbah, t.t. Al-Farmawi, ‘Abd. al-H{ayy. Metode Tafsir Mawdhu‘iy: Sebuah Pengantar. Terj. Suryan A. Jamrah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994. Gusmian, Islah. “Bahasa dan Aksara dalam Penulisan Tafsir al-Qur’an di Indonesia Era Awal abad 20 ” dalam Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis. Vol. 5. No.2. Desember 2015. Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika hingga Ideologi. Yogyakarta: LKiS, 2013.