16 kehamilan. Peneliti lain menemukan bahwa perempuan
korban kekerasan yang mengalami stres kurang mendapat dukungan dari pasangan mereka dan orang
lain. Selain itu, terdapat masalah kesehatan pada ibu seperti depresi berat, harga diri rendah, infeksi ginjal,
berat badan rendah, anemia, dan perdarahan pada trimester pertama atau kedua Curry Harvey; Horrigan,
dkk; Cokkinides, dkk; Parker, dkk dalam Jasinski, 2004. Peneliti lain yang berfokus pada interval antara
kehamilan, menemukan bahwa korban kekerasan cenderung memiliki interval yang sangat singkat antara
kehamilan disebut kehamilan ulang yang cepat Jacoby
dkk; Parker, dkk dalam Jasinski, 2004.
2.1.3 Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga pada Ibu Hamil Terhadap Perkembangan Anak
Kekerasan dalam rumah tangga memiliki efek buruk pada kesehatan ibu hamil dan janinnya baik
sebelum dan setelah lahir. Beberapa studi telah menemukan hubungan antara kekerasan dalam rumah
tangga dengan berat lahir rendah, keguguran dan persalinan prematur Bacchus, dkk 2004.
17 Menurut Wadhwa 2005 stress yang dialami ibu
selama kehamilan memicu respon Hipotalamus-hipofisis Adrenal ibu HPA untuk melepaskan kortisol dan
meningkatkan Cortico-Tropin Releasing Hormone CRH dalam plasenta manusia. Peningkatan kadar CRH
plasenta berhubungan dengan kelahiran prematur dan
keterlambatan pertumbuhan janin.
Stres psikososial
selama kehamilan
mengakibatkan hasil perkembangan yang buruk pada janin, seperti berat bayi lahir rendah dan durasi
kehamilan yang lebih pendek, berkurangnya perawatan neonatal
dan adanya
kebiasaan anak
dengan rangsangan serta peningkatan risiko Attention Deficit
Hyperactivity Disorder ADHD, skizofrenia, gangguan
berbicara dan kelainan sosial Schneider Moore, 2003.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jika seorang ibu mengalami stres, cemas atau depresi
saat hamil, janinnya berisiko tinggi untuk mengalami berbagai masalah, seperti gangguan emosional, ADHD,
gangguan perilaku dan gangguan perkembangan kognitif. Dalam penelitian tersebut ditemukan pola sidik jari anak
berubah, sebuah perubahan yang mungkin dapat dihubungkan dengan perubahan dalam perkembangan
18 otak, perubahan struktur dan fungsi otak terbukti
berhubungan dengan stres selama kehamilan Glover,
2011.
Penelitian yang dilakukan secara berkelompok di beberapa negara menghubungkan antara stres atau
kecemasan selama kehamilan dengan perkembangan janin yang dilahirkan. Hasil temuan dari penelitian
tersebut adalah kemampuan kognitif dan bahasa yang rendah, pertumbuhan yang sulit atau terhambat,
temperamen emosional yang reaktif, mengalami masalah dengan perilaku, dan buruknya perkembangan saraf.
Gangguan pertumbuhan ini berhubungan dengan stres atau kecemasan yang dialami selama kehamilan
O’Connor, 2011.
Kecemasan atau depresi yang dialami oleh ibu mengakibatkan
masalah temperamen
pada bayi,
reaktivitas perilaku
terhadap rangsangan
baru, perkembangan motorik dan kognitif yang mengalami
keterlambatan dan masalah-masalah lain pada anak seperti kecemasan, rentang perhatian yang berkurang
dan masalah perilaku Austin dkk, 2005; Huizink dkk, 2002; Wadhwa, 2005; Huizink dkk, 2003; Glover, 2005;
OConnor dkk, 2002; OConnor dkk, 2003.
19
2.2 Indikator Perkembangan Anak