1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu proses yang terus menerus dilakukan oleh seseorang. Mulai dari kecil sampai besar seseorang akan terus belajar untuk
mendapatkan pengetahuan. Belajar dapat dilakukan dengan cara formal maupun nonformal. Di Indonesia, umumnya seorang anak mulai diberikan pendidikan
formal sejak usia 6 tahun. Jenjang pendidikan formal yang pertama kali ditempuh yaitu jenjang pendidikan dasar. Pendidikan dasar sendiri berlangsung
kurang lebih selama 6 tahun yaitu di Sekolah Dasar SD. Jenjang pendidikan formal setelah pendidikan dasar yaitu pendidikan menengah. Pendidikan
menengah berlangsung kurang lebih selama 6 tahun yaitu 3 tahun di Sekolah Menengah Pertama SMP dan 3 tahun di Sekolah Menengah Atas SMA ataupun
Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Pendidikan tidak berhenti disini. Apabila seseorang telah dinyatakan lulus dari jenjang pendidikan menengah maka ia
dapat melanjutkan pendidikannya di jenjang perguruan tinggi. Proses belajar secara formal akan terus berlangsung sampai jenjang perguruan tinggi.
Dalam kehidupannya, seseorang menempuh pendidikan formal selama kurang lebih 16 tahun. Selama waktu itu pula seseorang akan belajar bersama
teman sebayanya dan didampingi oleh guru atau dosen. Dalam waktu yang cukup lama tersebut seseorang akan menerima ilmu dan pengetahuan baru yang
bisa ia dapatkan dari berbagai sumber, antara lain dari teman dan gurunya.
2 Namun demikian, seseorang cenderung mendapatkan suatu ilmu dari guru yang
mengajarnya di sekolah. Pembelajaran yang berlangsung di Indonesia umumnya menggunakan
sistem TCL. TCL adalah kependekan dari Teacher Centered Learning. TCL adalah
suatu sistem pembelajaran dimana guru atau dosen menjadi pusat kegiatan belajar mengajar. Komunikasi yang tercipta dari sistem ini adalah komunikasi
satu arah. Dikarenakan waktu yang singkat dan tuntutan kurikulum, di sini ilmu di transfer secara cepat dari guru kepada siswa sehingga daya serap dari siswa
lemah karena hanya mendengarkan dari guru. Dengan penggunaan sistem TCL, guru akan menganggap semua siswa
memiliki kemampuan yang hampir sama dalam menyerap ilmu pengetahuan yang
disampaikannya. Dengan
demikian, guru
akan menyampaikan
pembelajaran sesuai dengan gayanya. Padahal berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Profesor Ken dan Rita Dunn dari Universitas ST. John di Jamaica,
New York, dan pakar Pemrograman Neuro-Linguistik seperti Richard Bandler, John Grinder, dan Michael Grinder telah membuktikan bahwa setiap individu
memiliki kemampuan dan cara yang berbeda-beda dalam menyerap ilmu pengetahuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya belajar dari masing
– masing orang.
Gaya belajar adalah kunci untuk mencapai prestasi. Bagi siswa yang masih duduk di bangku sekolah formal, mengetahui gaya belajarnya dapat
membawanya ke prestasi yang cemerlang. Apabila ia sudah mengetahui gaya belajarnya maka ia akan dapat memahami bagaimana sebaiknya ia belajar agar
3 ia dapat menyerap pengetahuan dengan maksimal. Menurut Bobbi DePorter dan
Mike Hernacki 2000:110 gaya belajar seseorang adalah gabungan dari bagaimana seseorang menyerap, kemudian mengatur lalu mengolah informasi
yang diperolehnya. Setiap orang adalah unik dan memiliki gaya yang berbeda-beda. Peran
guru bukan lagi sebagai seorang yang harus menyamakan gaya belajar murid - muridnya, tetapi lebih sebagai seorang fasilitator belajar mereka. Siswa perlu
untuk mengetahui gaya belajar yang sesuai dengan dirinya. Seseorang yang dapat menerapkan gaya belajar yang tepat untuk dirinya akan lebih mudah
menyerap ilmu
pengetahuan yang
diberikan kepadanya.
Dengan mengembangkan aplikasi pendeteksi gaya belajar VAK diharapkan siswa dapat
mengetahui gaya belajarnya kemudian mengetahui cara yang tepat digunakan saat belajar atau menerima informasi.
B. Identifikasi Masalah