1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan salah satu profesi yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh generasi muda. Sertifikasi guru merupakan salah satu magnet
penarik minat lulusan SMKSMA untuk dapat menjadi guru. Hal ini dapat dilihat dari persaingan memasuki perguruan tinggi kependidikan yang sangat
tinggi. Lebih dari lima puluh persen lulusan SMKSMA yang melanjutkan studi keperguruan tinggi memilih program studi kependidikan. Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP mencatat bahwa pada tahun 2013 sebanyak 69,4 atau 407.000 dari 585.789 pendaftar Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi SBMPTN mendaftar di program studi kependidikan http:www.bpkp.go.id.
Berprofesi sebagai seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Tugas guru bukan hanya mendidik dan mengajar siswa,
tetapi masih terdapat tugas untuk membuat administrasi berupa perangkat dan kelengkapan bahan pengajaran. Tuntutan terberat sebagai seorang guru adalah
tanggungjawab moral. Ketika selesai mengajar, tentunya sering muncul pertanyaan di dalam benak seorang guru, apakah siswa mengerti dengan apa
yang disampaikan, apakah siswa senang dengan metode yang digunakan. Hal inilah yang sering membuat tugas sebagai seorang guru semakin berat, karena
keberhasilan dalam mengajar sulit diukur melalui penglihatan. Berbagai
macam tuntutan tersebut harus dapat dipenuhi secara maksimal dan seimbang agar tujuan dari pendidikan dapat terwujud dengan maksimal.
Guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Tanpa guru, tentu saja tidak ada yang mendidik
anak-anak agar menjadi generasi muda yang berpendidikan. Selain hal tersebut, guru adalah orang yang berhubungan dengan siswa secara langsung,
sehingga gurulah yang memiliki kesempatan lebih banyak untuk mendidik siswa agar dapat menjadi generasi muda yang berpendidikan, bermoral baik,
serta mencintai budaya Indonesia. Jika diibaratkan dalam dunia perfilman, guru ini adalah tokoh utamanya.
Guru digolongkan kedalam tiga jenis, pertama guru kelas, yakni guru yang memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam
proses pembelajaran di kelas, kecuali mata pelajaran jasmani dan agama. Kedua guru mata pelajaran, yaitu guru yang memiliki tugas, tanggungjawab,
wewenang, dan hak secara penuh dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu sesuai dengan bidangnya. Ketiga guru bimbingan dan
konseling, adalah guru yang memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap siswa.
Agar dapat menghasilkan output berupa siswa yang berkualitas, guru harus
kompeten sesuai dengan bidangnya. Tugas yang
menjadi tanggungjawab seorang guru harus dapat dilaksanakan dengan maksimal.
Usaha guru dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab disebut dengan kinerja guru. Kinerja guru merupakan faktor atau kunci utama yang
harus dimiliki agar dapat mencapai tujuan pendidikan secara komprehensif. Sebab itulah yang menjadi alasan pemerintah menyelenggarakan Penilaian
Kinerja Guru. Penilaian Kinerja Guru PKG adalah penilaian dari setiap butir tugas
utama guru. Dimata guru dan masyarakat PKG dipandang sebagai suatu hal yang semakin menyusahkan guru. Sejatinya, tujuan diadakannya PKG adalah
untuk mewujudkan guru yang profesional. Adanya PKG tentunya dapat memudahkan pemerintah dalam mengawasi kinerja guru di seluruh instansi
terkait. PKG secara tidak langsung menciptakan guru agar memiliki kinerja yang tinggi. Walaupun awalnya dipaksa, namun lama kelamaan akan menjadi
terbiasa bekerja dengan penuh tanggungjawab tanpa adanya paksaan, sehingga kualitas guru di Indonesia semakin meningkat.
Fenomena saat ini, semakin marak pemberitaan di media tentang guru yang melakukan tindakan yang tidak selayaknya dilakukan. Banyak guru
yang melakukan tindakan asusila terhadap muridnya, menganiaya murid, dan melakukan tindakan negatif lainnya. Guru merupakan panutan, apabila guru
semakin menurun moralnya, maka orangtua peserta didik akan enggan untuk menyekolahkan anak didiknya. Walaupun yang melakukan tindakan negatif
hanya beberapa guru, namun dampaknya diterima oleh seluruh guru. Kepercayaan masyarakat terhadap guru menjadi menurun.
Selain hal tersebut, berdasarkan pengamatan dilapangan, kedisiplinan guru masih belum sesuai dengan harapan. Kedisiplinan dapat dilihat dari
ketepatan guru masuk kelas, ketertiban dalam mengenakan seragam sekolah
dan atribut lainnya, ketertiban masuk kerja, ketertiban dalam menjadi guru piket, dan masih banyak yang lainnya. Contohnya, ketika sudah masuk jam
pelajaran, guru tidak langsung memasuki kelas, biasanya guru masuk kelas setelah lima menit pergantian jam pelajaran. Selain itu, ketika jadwal piket,
biasanya guru saling bekerjasama, contohnya petugas A pulang lebih awal, petugas
B minggu depan pulang lebih awal, sehingga tidak semuanya melakukan tugas piket secara penuh.
Metode yang digunakan guru dalam mengajar masih belum bervariasi. Kebanyakan guru masih menggunakan metode ceramah dalam mengajar.
Metode ceramah memang tidak selamanya kurang baik jelek, tetapi apabila jumlah pokok bahasan banyak, akan lebih baik jika menggunakan metode
lain yang lebih tepat. Banyak metode mengajar yang sekarang marak diterapkan dalam mengajar yang lebih menarik. Contohnya saja metode role
playing, pembelajaran berbasis masalah, dan berbagai metode mengajar lain yang lebih variatif dan menarik.
Metode yang digunakan juga harus didukung dengan media. Media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran juga sangat berperan terhadap
keberhasilan sebuah kegiatan pembelajaran. Media yang biasa digunakan untuk mengajar di dalam kelas adalah LCD dan komputer, untuk
pembelajaran matematika dapat menggunakan contoh-contoh bangun, kemudian untuk materi perkantoran bisa menggunakan alat-alat simulasi
kantor agar peserta didik lebih mudah untuk mempelajarinya. Media yang sering digunakan di kelas adalah LCD dan laptop. Walaupun di kelas terdapat
LCD, namun media yang ada tersebut tidak digunakan secara maksimal. Disebut belum maksimal karena power point yang digunakan harusnya dapat
menarik minat belajar siswa, namun menjadi sangat membosankan karena power point yang harusnya point-point saja isinya berupa kalimat yang
panjang-panjang. Sebelum melaksanakan dan sesudah melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, terdapat administrasi yang harus disiapkan oleh guru. Administrasi guru dapat berupa RPP, silabus, jurnal, kalender pendidikan, program
tahunan, program semester, analisis SKKD, prosedur penilaian, KKM, buku presensi, dan lain sebagainya. Masih ada sebagian besar guru memandang
bahwa pekerjaan administrasi tersebut menyusahkan guru, namun
sesungguhnya administrasi tersebut memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pada kenyataannya tidak semua guru tertib dalam
membuat administrasi guru tersebut. Administrasi guru yang harusnya dibuat oleh guru yang bersangkutan, seringkali hanyalah hasil dari copy paste dari
waktu ke waktu tanpa ada perubahan dan perbaikan. Ketika melaksanakan pekerjaan dan tanggungjawabnya, kebanyakan
guru hanya beranggapan bahwa yang penting tugasnya dilaksanakan. Sedangkan guru dituntut untuk membuat peserta didik menjadi lebih paham
dengan apa yang disampaikan, membuat peserta didik mendapatkan tambahan ilmu dan memiliki wawasan yang luas. Selain itu guru juga tidak
hanya dituntut untuk mengajarkan ilmu akademik saja, namun guru juga dituntut untuk mampu mendidik moral peserta didik sehingga memiliki
karakter yang baik. Namun, kenyataannya dilapangan kebanyakan guru belum mementingkan hal tersebut. Ketika guru sudah mengajar di kelas,
memberi nilai, membuat administrasi guru, maka akan beranggapan bahwa tugasnya sudah selesai tanpa mengevaluasi pemahaman peserta didik lebih
mendalam. Oleh karena itu, budaya kerja yang produktif belum tertanam pada guru.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam bekerja. Faktor tersebut bisa berasal dari diri guru tersebut, dapat pula
disebabkan rekan kerja, pimpinan, dan lingkungan di sekitar tempat kerja. Faktor yang berasal dari diri pribadi guru dapat berupa masih rendahnya
motivasi kerja, pengetahuan, dan wawasan. Rekan kerja yang tidak memiliki semangat kerja tinggi juga akan berpengaruh terhadap kinerja guru yang
lainnya. Biasanya guru yang rajin akan terbawa menjadi santai karena pengaruh dari teman sejawatnya. Lingkungan kerja yang nyaman juga akan
sangat berpengaruh terhadap semangat kerja. Lingkungan kerja yang kotor dan tidak menarik juga akan berpengaruh terhadap semangat kerja. Pemimpin
juga sangat berpengaruh terhadap kinerja, karena pemimpin merupakan orang yang mengatur, mempengaruhi, dan memberikan motivasi terhadap kinerja
guru. Keterlaksanaan pembelajaran yang baik tidak terlepas dari peran
kepala sekolah selaku manajer dalam instansi sekolah. Kepala sekolah harus dapat menuntun warga sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan
misi yang telah ditetapkan. Kepala sekolah harus mampu memberikan
motivasi terhadap warga sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mengenal lebih dekat kepada setiap warga sekolah agar lebih mudah dalam
melaksanakan tugasnya dengan baik misalnya melalui
komunikasi interpersonal. Membangun komunikasi interpersonal yang baik, menciptakan
suasana kerja yang nyaman merupakan salah satu cara agar lebih mudah dalam pencapaian tujuan.
SMK Negeri 4 Klaten merupakan salah satu sekolah yang memiliki Kepala Sekolah tergolong dalam umur yang masih muda. Kedisplinan dari
kepala sekolah sudah terlihat sangat baik, karena selain berangkat tepat waktu, kepala sekolah yang memimpin SMK N 4 Klaten selalu pulang pukul
empat sore untuk melayani warga sekolah terkecuali jika ada kepentingan yang lebih diutamakan maka terpaksa pulang lebih awal.
Masalah yang dapat dilihat dari hasil pengamatan adalah belum terjalinnya komunikasi interpersonal antara guru dengan kepala sekolah, atau
memang budaya kerja pimpinan belum dapat ditiru oleh warga sekolah dan guru yang lain. Keadaan inilah yang menarik untuk diteliti lebih mendalam.
Melalui komunikasi interpersonal diharapkan dapat membangun budaya kerja yang baik. Komunikasi interpersonalpun sementara masih banyak hambatan
untuk dilakukan. Kepala sekolah tentunya juga memiliki tanggungjawab kedinasan lain yang harus diurus, sehingga akan kesulitan untuk dapat
melakukan komunikasi yang intensif dengan setiap guru untuk bertukar pikiran.
Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kinerja guru. Dapat dikatakan demikian karena pemimpin mampu
mempengaruhi bawahan agar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan maksimal, selain hal tersebut,
pemimpinlah yang mampu menciptakan sistem, prosedur, serta suasana kerja yang nyaman dan sesuai
dengan keadaan kerja. Selain hal tersebut, pimpinanlah yang berhak dalam pengambilan sebuah keputusan yang tepat. Pimpinan memegang peran
dominan dalam sebuah organisasi. Kepala sekolah memiliki peran yang sangat besar terhadap
terwujudnya kinerja guru yang baik. Kinerja guru memiliki peran yang sangat besar terhadap kemajuan pendidikan di sekolah. Kemajuan pendidikan di
sekolah memiliki peran yang sangat besar terhadap penciptaan lulusan yang berkualitas. Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah berperan terhadap
penciptaan generasi bangsa yang berkualitas. Jika dilihat, kepemimpinan di SMK N 4 Klaten cukup baik. Namun, hal ini belum pernah di teliti di SMK N
4 Klaten secara lebih mendalam. Oleh karena itu, perlu diketahui seberapa tinggi peran kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMK N 4
Klaten.
B. Identifikasi Masalah