PERBANDINGAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DAN IHSG, DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE RATIO (REWARD TO VARIABILITY) DAN METODE TREYNOR MODIFIKASIAN (REWARD TO DIVERSIFICATION)
PERFORMANCE COMPARISON OF STOCK MUTUAL FUNDS AND IHSG, BY USING SHARPE RATIO METHOD
(REWARD TO VARIABILITY) AND TREYNOR
MODIFICATION METHOD (REWARD TO DIVERSIFICATION) By:
Ratu Chaterine Fajri
This study aims to investigate performance of stock modal mutual funds whose ratio value higher than IHSG performance (outperform) through two methods, sharpe ratio (reward to variability) and treynor modification (reward to diversification). The sample in this study are forty nine stock mutual funds which operate during 2010 until 2013 period, as well as recorded in Bapepam which is decided by purposive sampling. Analysis technique in this research is using measure performance which the risk is calculated by using sharpe ratio (reward to variability) and treynor modification (reward to diversification).
The resultsshowed 89,80 percent mutual funds in Indonesia have outperformed performance, when it is measured using sharpe ratio method (reward to variability). Whereas, when it is measured using the method of treynor modification (reward to diversification) obtained 26,53 percent mutual funds outperformed performance in Indonesia. The difference in results is caused by high or low value that can not be diversified by portfolio. Thus, the higher value of risk that can not be diversified portfolio, the worse performance of the portfolio. Therefore, more efficient modification treynor measure used, because the risks inherent in mutual funds was able diversified.
Keywords : Outperform Mutual Fund, Sharpe Ratio Method (Reward to Variability), Treynor Modification Method (Reward to Diversification)
(2)
PERBANDINGAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DAN IHSG, DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE RATIO
(REWARD TO VARIABILITY) DAN METODE
TREYNOR MODIFIKASIAN (REWARD TO DIVERSIFICATION) Oleh:
Ratu Chaterine Fajri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja reksa dana saham yang memiliki nilai lebih tinggi dari kinerja IHSG (outperform), melalui dua metode sharperatio (reward to variability) dan treynor modifikasian (reward to diversification). Sampel dalam penelitian ini adalah empat puluh sembilan reksa dana saham yang beroperasi selama periode 2011-2013, serta tercatat di Bapepam yang ditentukan melalui metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan mengukur kinerja dimana risiko dihitung dengan menggunakan metode sharperatio (reward to variability) dan treynor modifikasian (reward to diversification).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 89,80 persen reksa dana saham di Indonesia memiliki kinerja outperform, jika diukur menggunakan metode sharpe ratio (reward to variability). Sedangkan, jika diukur menggunakan metode treynor modifikasian (reward to diversification) diperoleh 26,53 persen reksa dana saham di Indonesia memiliki kinerja outperform. Perbedaan hasil tersebut disebabkan oleh tinggi atau rendahnya nilai yang tidak dapat didiversifikasi oleh portofolio. Maka, semakin tinggi nilai risiko yang tidak dapat didiversifikasi oleh portofolio, semakin buruk kinerja portofolionya. Oleh karena itu, pengukuran treynor modifikasian (reward to diversification) lebih efisien digunakan, karena risiko yang terdapat pada reksa dana mampu didiversifikasi.
Kata Kunci : Reksa Dana Outperform, Metode SharpeRatio (Reward to Variability), Metode Treynor Modifikasian (Reward to Diversification)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal harus bersifat likuid dan efisien untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat (Jogiyanto, 2003).
Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal. Ketertarikan masyarakat untuk berinvestasi reksa dana mulai meningkat, seiring dengan maraknya perencanaan keuangan. Mengacu kepada undang-undang pasar modal no. 8 tahun 1995, pasal 1 ayat (27) reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi (www.Bapepam.go.id). Dengan demikian, dana yang ada dalam reksa dana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut. Menurut Sharpe, et
(8)
al.(2006) reksa dana dituntut untuk menghitung dan mempublikasikan nilai aktiva netto mereka tiap hari. Selain itu, pembagian penghasilan dan capital gainreksa dana juga dipublikasikan.
Reksa dana merupakan suatu portofolio investasi yang terdiri atas berbagai macam investasi pada surat berharga (efek), seperti saham, obligasi, deposito, dan efek lainnya. Pada reksa dana harga NAB (Nilai Aktiva Bersih) per unit penyertaan yang berubah-ubah setiap hari menjadi indikator hasil investasi. Naik turunnya harga NAB (Nilai Aktiva Bersih) per unit penyertaan menjadi indikator untung atau ruginya investasi pada reksa dana.Naik-turunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) per unit reksa dana dipengaruhi oleh nilai pasar dari masing-masing efek yang dimiliki oleh reksa dana tersebut.NAB (Nilai Aktiva Bersih) reksa dana dihitung dengan menjumlahkan seluruh nilai masing-masing efek yang dimilikinya, berdasarkan harga pasar penutupan efek yang bersangkutan, kemudian menguranginya dengan kewajiban-kewajiban reksa dana, seperti biaya manajer investasi, biaya bank kustodion, dan biaya lainnya. Penghitungan nilai aktiva bersih reksa dana merupakan kewajiban bank kustodion, yang kemudian akan dikirimkan ke harian tertentu untuk dimuat setiap hari (Pratomoet al., 2009).
Dilihat dari portofolio efeknya, reksa dana dapat dibedakan menjadi: reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana master fund, reksa dana terproteksi, dan reksa dana indeks.Berdasarkan portofolio efeknya, reksa dana saham merupakan reksa dana yang memiliki risiko yang paling tinggi dibandingkan jenis reksa dana lainnya karena reksa dana saham menginvestasikan dananya 80-90% pada saham
(9)
kepemilikan atas sebuah perusahaan. Meskipun harga saham cenderung tidak stabil, hingga saat ini keuntungan saham jauh tinggi dibandingkan jenis reksa dana lainnya (Marojahanet al., 2014).
Kinerja untuk setiap jenis reksa dana dilihat dari NAB per bulan Desember 2011 sampai 2013 yang terdaftar di Bapepam dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Komposisi NAB Reksa Dana Per Desember 2011 – 2013
NO JENIS REKSA
DANA
NILAI AKTIVA BERSIH (NAB)
2011 2012 2013
1 ETF - Fixed Income
530,305,325,767.00 1,356,944,788,286.00 1,625,713,794,516.00
2 ETF - Indeks - - 95,067,016,993.62
3 ETF - Saham 34,409,680,896.28 211,902,445,306.77 361,160,430,618.50 4 Fixed Income 24,418,888,553,298.50 41,442,961,798,628.77 35,041,629,458,627.91
5 Indeks 107,337,687,103.16 246,931,237,455.54 395,959,055,296.38 6 Mixed 15,650,297,114,650.30 35,919,770,169,878.38 32,372,842,461,105.50
7 Pasar Uang 9,570,580,706,139.32 12,182,362,474,661.55 11,238,312,341,460.68 8 Saham 64,141,211,878,893.43 70,400,682,517,761.06 80,327,061,400,256.69 9 Syariah -
Fixed Income
546,157,465,230.76 732,401,083,144.02 520,964,683,339.59 10 Syariah -
Indeks
131,431,585,882.18 343,379,102,397.37 319,884,409,932.95 11 Syariah -
Mixed
729,313,133,445.81 1,450,340,049,052.74 1,740,641,698,690.09 12 Syariah -
Pasar Uang
- - 28,021,380,828.58
13 Syariah - Saham
1,174,893,040,192.72 3,163,410,985,401.95 5,323,730,799,196.11 14 Syariah -
Terproteksi
38,114,667,922.26 483,446,135,885.50 956,019,626,561.06 15 Terproteksi 16,039,949,558,944.73 24,791,015,175,096.61 34,644,368,475,017.78 Sumber: www.Bapepam.go.id
Berdasarkan data Bapepam pada tabel 1.1 pada bulan Desember 2011 sampai 2013, terlihat bahwa adanya jenis reksa dana baru yaitu ETF-indeks dan syariah-pasar uang. Hal ini menunjukkan bahwa tiap tahun terjadi penambahan jenis dan
(10)
jumlah reksa dana. Selain itu, tabel 1.1 juga menunjukkan bahwa komposisi NAB reksa dana tertinggi per desember 2011-2013 adalah reksa dana saham.Reksa dana saham ini memiliki risiko yang lebih tinggi daripada jenis reksa dana lainnya. Pada reksa dana saham, manajer investasi akan mengalokasikan sebagian besar dana yang telah terkumpul ke dalam sekuritas berupa saham.
Untuk mengetahui kinerja reksa dana saham, ada tolak ukur atau benchmark yang menjadi standar atau titik pembanding untuk menetapkan kualitas atau nilai dari objek tertentu (Maginn et al., 2007). Di Indonesia, yang dijadikan benchmark dari reksa dana saham adalah return IHSG. Return IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) menjadi indikator untuk mengetahui kinerja reksa dana saham, baik outperform maupun underperform.
Faktor lain yang mempengaruhi investasi melalui saham, obligasi, deposito di bank adalah turun naiknya suku bunga. Bila suku bunga naik, maka biasanya harga saham atau obligasi akan turun karena para investor akan lebih tertarik menanamkan uangnya di deposito. Sedangkan bila suku bunga turun, maka harga saham atau obligasi akan naik karena para investor lebih tertarik menanamkan modal di saham atau obligasi (Asril, 2000).
Dalam berinvestasi, investor tentu saja mengharapkan adanya return.Return yang tinggi saja belum tentu menghasilkan hasil investasi yang baik. Return yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return yang rendah ini disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu, return yang dihitung perlu disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggungnya.
(11)
Beberapa model perhitungan return sesuaian-risiko (risk-adjusted return) menurut Jogiyanto (2010) adalah reward to variability (sharpe measure), reward to volatility, reward to market risk, reward to diversification, jensen’s alpha, M2, dan rasio informasi (information ratio). Model perhitungan reward to market risk dan reward to diversification merupakan modifikasi reward to volatility (treynor measure) yang dilakukan oleh Jogiyanto.
Sandeep, Deepak, dan Sanjeev (2012) melakukan penelitian di India, di dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat satu sampel reksa dana yang memiliki peringkat yang sama setelah di uji dengan menggunakan metode sharpe dan treynor, yaitu UTI Money Market Fund. Sedangkan, berdasarkan perhitungan risk adjusted return, hanya terdapat satu reksa dana yang memiliki nilai negatif. Ruang lingkup penelitian ini disimpan terbatas pada jangka waktu 4 tahun (April 2001 sampai Mei 2005). Sampel terdiri dari 6 skema reksa dana, yang dipilih secara secara random. Penelitian ini sepenuhnya didasarkan pada data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan SEBI dan www.amfiindia.com.UTI Money Market Fund ini dinilai dapat memiliki kinerja yang sangat baik dan memainkan peran yang sangat penting dan menentukan dalam pasar modal di masa yang akan datang.
Fitaning, Rustam, dan Topowijono (2012) juga melakukan penelitan pada reksa dana pendapatan tetap dengan menggunakan metode sharpe, treynor, dan jensen. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat satu reksa dana pendapatan tetap yang memiliki nilai positif, diukur dengan menggunakan metode sharpe dan treynor.
(12)
Sedangkan, hasil pengukuran dengan menggunakan metode jensen yaitu terdapat lima reksa dana pendapatan tetap yang memiliki nilai positif.
Dari penelitian-penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa pengukuran dengan menggunakan metode sharpe dan treynor memiliki hasil peringkat yang sama. Tetapi, apakah reksa dana saham akan menghasilkan peringkat yang sama, jika diukur dengan menggunakan metode sharperatio (reward to variability) dan metode treynor modifikasian (reward to diversification).
Pengukur reward to variability (sharpe measure) menggunakan pembagi deviasi standar yang menunjukkan total risiko dari portofolio dengan skala presentase. Nilai reward to variability menunjukkan kinerja dari portofolio. Semakin besar nilai reward to variability semakin besar kinerja dari portofolionya. Sedangkan, pengukur treynor menggunakan pembagi beta yang menunjukkan risiko sistematik saja dari portofolio dengan skala desimal (berkisar nilai 1). Nilai pembagi di pengukur treynor ini akan dimodifikasi supaya mempunyai skala persentase dengan merubah risiko sistematik dalam skala desimal menjadi risiko sistematik dalam skala persentase. Karena pengukur sharpe menggunakan deviasi standar bukan varian sebagai pengukur risikonya, maka pengukur treynor modifikasian (reward to market risk)ini akan menggunakan βp • σm.
Pengukur reward to market risk (RMAR) sebagai modifikasi dari pengukur treynor masih belum dapat menjelaskan seberapa besar diversifikasi yang seharusnya dicapai oleh portofolio. Jogiyanto (2010) memberikan suatu pengukur kinerja portofolio yang menunjukkan besarnya diversifikasi yang seharusnya
(13)
dilakukan yang kenyataannya tidak dilakukan oleh portofolio. Pengukur modifikasian treynor ini disebut reward to diversification.
Dari metode diatas, dapat diketahui apakah kinerja suatu reksa dana saham dapat dikatakan outperform atau underperform terhadap pasar. Hal ini dapat diketahui dari selisih positif atau negatif rasio dari rasio masing-masing reksa dana saham setelah dikurangi dengan rasio pasar (IHSG).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat perbedaan peringkat kinerja reksa dana saham dibandingkan dengan IHSG, diukur dengan menggunakan metode sharperatio(reward to variability) dan metode treynor modifikasian (reward to diversification), dengan mengangkat judul penelitian yaitu “Perbandingan Kinerja Reksa Dana Saham dan IHSG, Dengan Menggunakan Metode SharpeRatio(Reward to Variability) dan Metode Treynor Modifikasian (Reward to Diversification)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, menunjukkan bahwa pihak investor mengalami kebimbangan dalam mengalokasikan dananya. Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat kinerja reksa dana saham yang outperform dan underperform. Investor harus bijak dalam mengalokasikan dananya dengan melihat kinerja reksa dana saham tahun sebelumnya. Suatu reksa
(14)
dana memiliki kinerja yang baik adalah apabila memiliki return yang lebih tinggi dan mampu memperkecil risiko.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perbandingan kinerja reksa dana saham dan IHSG, dengan menggunakan metode sharpe ratio (reward to variability)?
2. Bagaimana perbandingan kinerja reksa dana saham dan IHSG, dengan menggunakan metode treynor modifikasian (reward to diversification)?
3. Apakah terdapat perbedaan peringkat kinerja reksa dana saham, dengan menggunakan metode sharperatio(reward to variability) dan metode treynor modifikasian (reward to diversification)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbandingan kinerja reksa dana saham dan IHSG, dengan menggunakan metode sharperatio(reward to variability).
2. Untuk mengetahui perbandingan kinerja reksa dana saham dan IHSG, dengan menggunakan metode treynor modifikasian (reward to diversification).
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peringkat kinerja reksa dana saham, dengan menggunakan metode sharpe ratio(reward to variability) dan metode treynor modifikasian (reward to diversification).
(15)
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap investasi keuangan (financial investment) yaitu tentang perbandingan kinerja reksa dana saham dengan IHSG, menggunakan metode sharperatio(reward to variability) dan metode treynor modifikasian (reward to diversification).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini berguna bagi penulis sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat mengaplikasikan teori dalam berinvestasi.
b. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, dan dapat dijadikan sebagai acuan kepada investor dan calon investor, dalam mengambil keputusan untuk mengalokasikan dananya dan menentukan pilihannya berinvestasi reksa dana saham manakah yang memiliki kinerja yang lebih baik dari IHSG.
(16)
c. Bagi Manajer Investasi
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada manajer investasi tentang kinerja reksa dana saham. Sehingga manajer investasi dapat lebih baik mendiversifikasikan reksa dana yang mereka kelola.
d. Bagi Peneliti selanjutnya dan Kalangan Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan mahasiswa dan akademisi lainnya yang ingin tahu lebih lanjut tentang pasar modal di Indonesia dan berinvestasi reksa dana saham.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian ini hanya melihat kinerja reksa dana saham konvensional, tidak membandingkan pengukuran kinerja reksa dana konvensional dengan syariah. Selain itu, penelitian ini hanya menggunakan dua metode, yaitu metode sharpe ratio (reward to variability) dan metode treynor modifikasian (reward to diversification). Pengukuran kinerja reksa dana saham hanya melihat nilai aktiva bersih (NAB) saja, bukan melihat dari laporan keuangan, prospektus reksa dana, dan bukan melihat dari pemilihan sekuritas. Penelitian ini dilakukan selama periode Januari 2011 – Desember 2013.
(17)
II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Reksa Dana
“A mutual fund is a company that pools money from many investors and invests
the money in stocks, bonds, short-term-money market instruments, other securities
or assets, or some combination of these investments.” (US Securities and
Exchange Commision Office of Investor Education and Advocacy).Dalam panduan reksa dana yang dikeluarkan oleh Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika SerikatdalamMarojahan et al. (2014), dijelaskan bahwa reksa dana adalah sebuah perusahaan atau perseroan yang mengumpulkan uang dari sekelompok orang yang memiliki tujuan investasi yang sama untuk membeli sekuritas seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang jangka pendek, surat berharga, atau kombinasi dari investasi.
Mengacu kepada undang-undang pasar modal no. 8 tahun 1995, pasal 1 ayat (27) reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi (www.Bapepam.go.id).Dengan demikian, dana yang ada dalam reksa dana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut.
(18)
Secara garis besar, reksa dana berkaitan dengan 4 kata kunci, yaitu pengumpulan dana, dari masyarakat, untuk investasi dalam bentuk sekuritas, dan dikelola oleh manajer investasi. Nofie Iman dalam Marojahan et al. (2014) menjelaskan bahwa reksa dana adalah produk investasi yang mengumpulkan uang dari berbagai individu yang jumlahnya juga bervariasi, yang nantinya kumpulan dana ini akan dikelola secara kolektif oleh manajer investasi yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang matang dalam investasi. Dengan adanya pengumpulan, dana yang terkumpul akan bernilai cukup besar untuk dapat didiversifikasikan ke dalam instrumen investasi yang besar seperti saham, obligasi, atau surat berharga.
Selain itu, Marojahanet al.(2014) menjelaskan bahwa berinvestasi dalam reksa dana memiliki beberapa kelebihan yang dapat memudahkan investor, yaitu: Pertama, Hemat waktu. Berinvestasi dalam skala besar seperti saham atau obligasi jelas memerlukan waktu yang tidak sedikit karena kita harus memantau perkembangan harga saham di pasaran. Akan tetapi, dengan reksa dana kita tidak perlu menghabiskan waktu karena semua proses dilakukan oleh manajer investasi. Kita juga tidak perlu bingung tentang kapan membeli dan kapan menjual saham, karena manajer investasi lebih lihai dalam mengalokasikan dana investor pada saham yang tepat. Kedua, Profesional. Reksa dana merupakan jenis investasi yang dijalankan dengan profesional. Selain karena pengelolaannya dijamin oleh pemerintah, reksa dana dikelola oleh pihak manajer investasi yang profesional pula. Manajer investasi akan melakukan riset, penelitian, serta mengamati perkembangan dari perdagangan sekuritas sehingga reksa dana optimal dan memperoleh return yang diharapkan.
(19)
Ketiga, Banyak Pilihan. Ada banyak jenis reksa dana yang ditawarkan. Dari yang risiko rendah hingga tinggi, atau dari yang modalnya kecil hingga modalnya besar. Dengan demikian, investor dapat memilih berdasarkan kemampuan dan kemauannya. Keempat, Terjangkau. Untuk berinvestasi di reksa dana investor dapat menanamkan modalnya yang kecil. Tidak perlu modal besar untuk berinvestasi pada instrumen besar. Kelima, Tingkat Likuiditas. Tingkat likuiditas pada reksa dana termasuk tinggi. Investor dapat menarik dananya kapan pun dengan menjual kembali unit penyertaannya. Maksimal dalam waktu 7 hari setelah perintah pencairan, investor harus sudah mendapatkan dananya.
Keenam, Mengalahkan Inflasi. Peningkatan inflasi setiap tahunnya beragam, namun dari tahun ke tahun inflasi terus meningkat, bahkan hingga 10% per tahun. Padahal, pendapatan kita tiap tahunnya kemungkinan besar tidak akan naik 10% tiap tahunnya. Tabungan atau deposito juga tidak akan naik suku bunganya sebanyak 10% per tahun. Berbeda dengan reksa dana, terlebih reksa dana dengan jangka panjang seperti saham. Reksa dana jenis ini dapat menawarkan return lebih dari 10% per tahunnya. Bahkan ada yang bisa 30% per tahunnya. Dengan begitu, nilai investasi dapat mengalahkan inflasi.
2.2 Jenis-jenis Reksa Dana
Secara umum, ada dua jenis reksa dana yaitu reksa dana syariah dan reksa dana konvensional. Baik reksa dana syariah maupun konvensional mempunyai berbagai jenis. Jenis-jenis yang ada di dalam kedua reksa dana tersebut sama.
(20)
Reksa dana syariah adalah reksa dana berdasarkan aturan-aturan syariah atau prinsip syariah. Jenis reksa dana syariah sebenarnya sama dengan reksa dana konvensional, yang membedakan di antara keduanya hanyalah pada prinsip yang digunakan. Secara umum prinsip syariah tersebut menurut Marojahan et al. (2014) adalah sebagai berikut:
1. Reksa dana syariah hanya membeli saham, obligasi, dan pasar uang yang masuk ke dalam Daftar Efek Syariah dan harus sesuai dengan prinsip syariah;
2. Reksa dana syariah melakukan cleansing apabila dalam perjalanannya terdapat portofolio reksa dana yang tidak sesuai dengan prinsip syariah. Ketidaksesuaian dengan prinsip syariah tersebut yakni mencakup pendapatan atau keuntungan yang didapat; dan
3. Dalam reksa dana syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS). Dewan pengawas syariah tersebut ditunjuk dan mempunyai tugas untuk memastikan pengelolaan yang dilakukan oleh manajer investasi, apakah pengelolaan sudah sesuai atau belum dengan prinsip-prinsip syariah.
Reksa dana di Indonesia terdiri dari beberapa jenis. Berdasarkan portofolio efeknya, reksa dana di Indonesia terdiri dari (Marojahan et al., 2014):
1. Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana pasar uang merupakan reksa dana yang menginvestasikan seluruh dananya pada surat berharga jangka pendek dengan jatuh temponya di bawah 1 tahun. Reksa dana jenis ini memiliki risiko yang rendah, namun tingkat likuiditasnya tinggi. Beberapa investor menggambil reksa dana ini sebagai batu
(21)
loncatan untuk kemudian beralih ke jenis reksa dana yang lebih besar. Jadi, mereka memang tidak mengharapkan suku bunga yang lebih besar. Meskipun dengan suku bunga yang lebih rendah, peminat reksa dana ini cukup tinggi. Per Maret 2014, data menunjukkan bahwa 6% dari investor reksa dana memilih reksa dana pasar uang. Contoh, tabungan dan deposito.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap
Reksa dana jenis ini merupakan reksa dana yang menginvestasikan 80-90% dananya pada surat utang dengan ketetapan bahwa pihak kreditur akan membayarkan bunga atas pinjaman, serta mengembalikan pinjaman pokok pada waktu yang disepakati. Reksa dana jenis ini memiliki tingkat risiko yang terbilang rendah walau risikonya lebih tinggi dari reksa dana pasar uang. Namun, reksa dana ini memiliki risiko penarikan dan secara bersama-sama sehingga membuat manajer investasi tidak dapat membeli atau membayar unit penyertaan investor. Dalam reksa dana pendapatan tetap juga ada risiko perubahan tingkat bunga. Selain itu, periode atau jangka waktu investasi ini lebih lama dari reksa dana pasar uang, yaitu minimal 3 tahun. Contoh, obligasi.
3. Reksa Dana Saham
Jenis reksa dana ini menginvestasikan dananya 80-90% pada saham kepemilikan atas sebuah perusahaan. 10% dari dana yang tersisa biasanya digunakan sebagai kas guna dana cadangan alih-alih ada penarikan dari investor, atau diinvestasikan dalam pasar uang. Keuntungan yang diperoleh dari reksa dana saham jauh lebih tinggi dibandingkan jenis reksa dana sebelumnya. Walaupun harga saham memang tidak dapat diduga, hingga saat ini keuntungan saham memang lebih baik daripada jenis reksa dana lainnya.
(22)
Inilah yang membuat reksa dana saham paling diminati oleh investor. Berdasarkan data statistik yang dilansir oleh Bapepam per Maret 2014, reksa dana saham dipilih oleh lebih dari 40% investor reksa dana. Reksa dana saham sendiri masih dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Ada yang dibagi berdasarkan kapitalisasi pasar saham yang bersangkutan, ada juga yang dibagi berdasarkan sektor industri atau yang disebut reksa dana saham sektor industri.
4. Reksa Dana Campuran
Reksa dana campuran merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya paling banyak 79% di tiap jenis investasi, seperti obligasi, pasar uang, atau saham. Reksa dana jenis ini tampak aman karena bila di satu efek kurang baik, efek lain bisa menutupi. Akan tetapi, menurut Warren Buffet hal ini malah tidak baik. Menurutnya, akan lebih baik bila kita mendalami satu jenis efek dan berfokus padanya, dan membuatnya besar dan lebih besar lagi.
5. Reksa Dana Master Fund
Reksa dana jenis ini menginvestasikan dananya pada reksa dana lainnya, baik itu reksa dana di dalam maupun di luar negeri. Namun, di Indonesia, untuk berinvestasi pada reksa dana luar negeri harus memiliki izin dari Bapepam terlebih dahulu, tidak boleh sembarangan.
6. Reksa Dana Terproteksi
Dalam reksa dana terproteksi, dana dari investor akan terproteksi, terlindungi, dan tidak akan mengalami penurunan di akhir periode. Namun, biasanya reksa dana ini bersifat jangka panjang dan tidak boleh dijual sebelum jangka waktunya tersebut. Karena reksa dana bersifat kolektif, semua investor yang ada dalam reksa dana terproteksi ini pun harus memiliki tujuan yang sama,
(23)
yakni tidak menjual efeknya sebelum jangka waktu yang disepakati. Reksa dana yang mulai terkenal sejak 2005 di Indonesia ini memang dikenal lebih aman sehingga banyak digemari oleh banyak investor. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk manajer investasi atau bank kustodian cukup kecil bila dibandingkan dengan reksa dana jenis lain. Ini karena manajer investasi dan bank kustodian tidak melakukan banyak hal dalam reksa dana ini. Tidak mengherankan bila reksa dana ini menjadi reksa dana peringkat kedua yang diminati masyarakat. Tidak kurang dari 20% investor reksa dana memilih reksa dana terproteksi. Reksa dana terproteksi pun bisa mengalami kerugian. Walaupun reksa dana terproteksi terkesan terlindungi, bila dana investor didiversifikasikan dalam obligasi yang gagal bayar, tapi dana investor bisa hilang seluruhnya. Hal ini dapat terjadi karena dana tersebut dalam perjanjian tidak boleh diambil sebelum jangka waktunya apapun yang terjadi.
7. Reksa dana Indeks
Indeks adalah gambaran kondisi pasar saham yang sedang naik atau turun di suatu bursa. Reksa dana indeks merupakan reksa dana yang berkaitan dengan saham. Namun, reksa dana saham dan reksa dana indeks memiliki perbedaan. Sebuah reksa dana harus memenuhi beberapa syarat untuk disebut sebagai sebuah reksa dana indeks. Reksa dana indeks harus menginvestasikan dananya minimal 80% dari keseluruhan saham pada suatu efek yang terdaftar dalam indeks. Jadi, bila sebuah efek A terdaftar dalam indeks, reksa dana indeks harus berinvestasi minimal 80% di dalamnya. Berbeda dengan reksa dana saham, reksa dana indeks tidak melakukan jual beli melalui agen
(24)
penjual,melainkan melalui bursa saham. Jadi, manajer investasi akan membeli dan menjual saham berdasarkan perkembangan harga saham di bursa efek.
8. Exchange Traded Fund (ETF)
ETF merupakan jenis reksa dana yang sudah lama ada di Indonesia. Secara resmi ETF ada sejak tahun 1996. Ada aturan khusus terkait ETF, meskipun sama dengan membeli saham di bursa pada umumnya. Waktu pembelian ETF yakni pukul 09.30 sampai dengan 16.00 WIB. Investor melakukan pembelian ETF sama halnya dengan membeli saham pada umumnya.
Selain memiliki jenis reksa dana berdasarkan portofolio efeknya, Marojahanet al.(2014) juga menjelaskan jenis reksa dana berdasarkan transaksinya. Jenis reksa dana berdasarkan transaksinya ini dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu:
1. Reksa Dana Tertutup
Reksa dana tertutup di Indonesia saat ini sebenarnya sudah tidak ada lagi. Reksa dana tertutup yang pernah ada adalah BDNI. Reksa dana tertutup merupakan reksa dana yang keseluruhan transaksi unit penyertaannya terjadi di bursa saham atau unit penyertaannya dijual melalui broker saham. Karena di dalam reksa dana ini terdapat biaya transaksi, harga Nilai Aktiva Bersih (NAB) nya lebih rendah.
2. Reksa Dana Terbuka
Reksa dana terbuka merupakan reksa dana yang transaksi unit penyertaannya langsung dilakukan dengan manajer investasi, kecuali pada jenis ETF (Exchange Traded Fund). Pada jenis reksa dana ini, saat investor menjual unit penyertaannya, manajer investasi wajib membeli unit penyertaan tersebut.
(25)
Harga unit penyertaan yang dijual didasarkan pada harga penutupan perdagangan pada hari tersebut. Dengan kata lain, investor tidak akan tahu berapa harga unit penyertaannya pada hari itu juga, dan investor tidak dapat campur tangan dalam menentukan harga unit penyertaannya.
2.3 Pihak Terlibat dalam Reksa Dana
Pihak-pihak yang terlibat dalam reksa dana bukan hanya investor dan manajer investasi, tetapi ada pihak-pihak lain yang juga mempunyai peranan penting dalam reksa dana. Pihak-pihak tersebut ada yang tercantum dalam kontrak reksa dana. Namun, ada juga pihak-pihak yang tidak tercantum dalam kontrak reksa dana. Contohnya adalah perusahaan asuransi dan audit. Berikut adalah pihak-pihak yang berperan penting dalam reksa dana (Marojahan et al., 2014):
1. Investor
Investor merupakan peranan terpenting dalam reksa dana. Tanpa adanya investor, reksa dana tidak dapat berjalan. Investor adalah pemodal yang menanamkan modalnya pada reksa dana. Investor dalam reksa dana tidak hanya individu, instansi atau perusahaan pun dapat menanamkan modal pada reksa dana. Meskipun instansi atau perusahaan dapat menanamkan modal yang lebih besar dari perseorangan, namun keduanya tetap mendapat perhatian yang sama. Bila pun ada yang berbeda, yaitu pada biaya masuk. Beberapa reksa dana akan memberikan diskon pada biaya masuk yang lebih bila modal yang ditanamkan lebih besar. Ada 3 jenis investor dalam reksa dana. Tiga jenis
(26)
investor memiliki kecenderungan yang berbeda dalam memilih jenis reksa dana(Marojahan et al., 2014), yaitu:
a. Risk Taker Investor
Investor ini berani mengambil risiko, sehingga ia sangat cocok dengan investasi reksa dana saham. Investor ini biasanya berasal dari kalangan pengusaha yang memang percaya bahwa untuk mendapat keuntungan yang besar harus berkorban besar juga.
b. Risk Moderate Investor
Investor jenis ini berani mengambil risiko, tetapi tidak terlalu tinggi. Jenis investor ini cocok dengan reksa dana campuran yang menawarkan risk dan return yang sedang. Investor ini biasanya berasal dari kalangan masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas, seperti pegawai dengan jabatan tinggi atau artis.
c. Risk Averter Investor
Investor jenis ini tidak berani ambil risiko merugi. Investor ini tidak mengejar bunga yang tinggi, yang terpenting ada untungnya. Reksa dana pasar uang merupakan jawaban dari kebutuhan investor jenis ini. Investor jenis ini biasanya berasal dari kalangan menengah ke bawah.
2. Manajer Investasi
Manajer Investasi adalah sebuah perusahaan yang mendapatkan izin resmi dari pemerintah (Bapepam-LK) untuk mengelola kumpulan dana dari investor untuk didiversifikasikan di pasar modal atau pasar uang. Di dalam perusahaan
(27)
ini (manajer investasi) terdapat beberapa pengelola yang harus lolos dari ujian pemerintah. Pengelola ini disebut Wakil Manajer.
Dalam mengelola dana dari masyarakat, manajer investasi memiliki beberapa hak dan kewajiban. Pada prinsipnya, manajer investasi berkewajiban menangani seluruh kegiatan investasi seperti menganalisis dan memilih jenis investasi, mengamati pasar, hingga mengambil keputusan atau tindakan penting yang berhubungan dengan investasi reksa dana. Manajer investasi dilarang menjanjikan apapun pada calon investor karena return dari reksa dana tidak pernah pasti. Dalam fatwa yang dikeluarkan mengenai Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah (Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001) dalam Marojahan et al. (2014) dijelaskan beberapa hak dan kewajiban manajer investasi, yaitu:
a. Manajer investasi wajib melaksanakan investasi bagi kepentingan investor sesuai dengan apa yang tertulis dalam prospektus.
b. Manajer investasi wajib mengelola portofolio investasi para investor, baik itu individu atau kolektif, sesuai dengan kebijakan investasi yang ada dalam kontrak prospektus.
c. Manajer investasi wajib menyusun tata cara dan memastikan bahwa semua dana dari semua calon pemegang unit penyertaan sampai pada bank kustodion paling lambat pada akhir hari kerja berikutnya.
d. Manajer investasi wajib mengembalikan dana unit penyertaan.
e. Manajer investasi wajib menyimpan dan menjaga semua laporan keuangan dan pengelolaan reksa dana yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
(28)
f. Manajer investasi harus bertanggung jawab atas risiko yang muncul bila lalai dalam menjalankan kewajibannya hingga dapat merugikan investor.
Untuk menjalankan semua tanggung jawab dan kewajibannya, manajer investasi melakukan beberapa proses penting dalam kerjanya, yaitu:
a. Menganalisis makro atau mikro ekonomi.
b. Mengambil keputusan mengenai alokasi asset serta distribusinya. c. Melakukan transaksi baik melalui bank atau broker.
d. Mengawasi kerja dan menyesuaikannya dengan portofolio.
Atas kinerjanya, manajer investasi akan mendapatkan beberapa hak berupa management fee, entry fee, bahkan dapat berupa exit fee. Manajer investasi bisa juga berhak atas upah jasa yang didapatkan dari persentase tertentu dari nilai aktiva bersih reksa dana. Beberapa contoh manajer investasi yang ada di Indonesia adalah Danareksa Investment Management, PT ; CIMB Principal Asset Management, PT ; Kharisma Asset Management, PT ; dan masih banyak lainnya.
3. Bank Kustodion
Bank Kustodion merupakan tempat dana dari investor dikumpulkan, bukannya di manajer investasi. Bank kustodion bukanlah nama dari sebuah bank, melainkan sebuah bank yang ditunjuk dalam reksa dana. Untuk menjadi bank kustodion, sebuah bank harus mendapat izin dari Bank Indonesia serta mendapat persetujuan dari Bapepam-LK. Namun, fungsi dari bank kustodion
(29)
bukan hanya menyimpan dana. Ada beberapa fungsi bank kustodion lainnya menurut Marojahan et al. (2014), yaitu:
a. Mengerjakan Fungsi Administrasi
Bank kustodion harus mengerjakan segala hal yang berhubungan dengan administrasi, baik itu manajer investasi maupun investor. Contoh: jual-beli saham beserta pengiriman surat konfirmasi atas transaksi jual-beli, pengalihan dan perhitungan unit, pencairan deposito, hingga pengiriman laporan keuangan, menghitung Nilai Aktiva Bersih (NAB) setiap harinya merupakan kewajiban bank kustodion.
b. Mengawasi Manajer Investasi
Bank kustodion bertugas mengawasi manajer investasi agar tidak mengambil kebijakan yang dapat merugikan investor atau pengelola reksa dana secara keseluruhan. Apabila terjadi pengelolaan yang menyalahi ketentuan, bank kustodion harus memperingatkan manajer investasi.
c. Menjaga Dokumen
Segala dokumen yang berkaitan dengan perjanjian reksa dana sertifikat dan aset harus disimpan oleh bank kustodion agar aman.Bank kustodion hanya berkewajiban mengawasi manajer investasi.Jadi, bank kustodion tidak ikut dalam mengelola reksa dana ataupun melindungi aset pemodal dari manajer investasi yang bisa saja melakukan kesalahan dalam berinvestasi.Bank kustodion hanya menjaga agar dana investor tidak dibawa lari oleh manajer investasi karena setiap pengambilan dana oleh manajer investasi biasanya harus dengan izin Bapepam.Karena bank kustodion merupakan tempat penyimpanan dana, bank kustodion mutlak tidak boleh memiliki hubungan
(30)
spesial dengan salah satu pihak, baik manajer investasi maupun investor. Sebagai contoh, bila Bank A merupakan manajer investasi, bank A tidak boleh menggunakan bank A sebagai bank kustodion, walaupun bank A sudah memiliki izin sebagai bank kustodion.
Sedangkan, pihak lain yang terlibat dalam reksa dana namun bersifat optional menurut Marojahan et al. (2014) adalah seperti berikut:
a. Agen Penjual
Agen penjual adalah pihak yang memasarkan reksa dana berdasarkan kontrak kerja dengan manajer investasi. Agen penjual ini biasanya pihak sekuritas atau bank yang menjual reksa dana, bisa juga manajer investasi merangkap sebagai agen penjual. Bank atau pihak sekuritas harus mendapatkan izin dari Bapepam-LK untuk menjadi agen penjual. Di dalam agen penjual harus ada wakil agen penjual efek reksa dana yang bertugas sebagai penanggung jawab atas semua kegiatan penjualan reksa dana di kantor pusat maupun kantor cabang. Penanggung jawab ini harus memiliki pengalaman minimal 3 tahun sebagai wakil perusahaan efek. Tugas agen penjual sebagai pemasar reksa dana adalah menyediakan informasi selengkap-lengkapnya untuk para calon investor. Beberapa agen penjual reksa dana adalah Bank Commonwealth, PT; Bank Danamon Indonesia, PT, Tbk; Bank Central Asia, PT, Tbk; Bank Negara Indonesia (Persero); dan masih banyak lagi.
b. Broker
Istilah broker sering kita dengar dalam dunia saham dan obligasi. Peran broker dalam reksa dana adalah sebagai pihak yang menghubungkan reksa dana
(31)
dengan pihak penerbit efek.Jadi, saat manajer investasi akan membeli atau menjual saham ataupun obligasi, biasanya manajer investasi akan melalui broker. Kemudian, brokerlah yang akan melakukan transaksi tersebut.
c. Akuntan atau Auditor
Akuntan atau auditor juga diperlukan dalam reksa dana meskipun semua proses dijalankan dengan profesional. Akuntan atau auditor berperan dalam memeriksa penggunaan dana investor agar tidak terjadi penyalahgunaan dana investor. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan secara berkala, karena pemeriksaan ini bertujuan untuk memberi informasi pada investor, akuntan atau auditor biasanya bersifat independent atau tidak berhubungan dengan pihak bank maupun manajer investasi.
d. Perusahaan Asuransi
Dengan membeli premi perusahaan asuransi, manajer investasi akan mendapatkan ganti rugi saat pihak penerbit obligasi tidak mampu membayar bunga maupun pokok pinjamannya.Sebaliknya, saat pihak penerbit obligasi dapat membayar bunga dan utang pokoknya, premi yang sudah di beli dari perusahaan asuransi tidak dapat di tarik dan menjadi milik perusahaan asuransi.
2.4 Biaya-biaya dalam Reksa Dana
Dalam berinvestasi di reksa dana, ada beberapa biaya yang harus ditanggung. Biaya-biaya tersebut ada yang dibebankan pada manajer investasi, ada yang dibebankan pada reksa dana, dan ada juga yang dibebankan pada investor. Setiap jenis reksa dana yang dikeluarkan, dan setiap manajemen investasi biasanya
(32)
memiliki kebijakan tersendiri dalam biaya yang dibebankan. Akan tetapi, pada umumnya yang berbeda hanyalah persentasenya. Secara garis besar, berikut ini adalah pembagian atau alokasi biaya dalam reksa dana menurut Marojahan et al. (2014) adalah:
1. Biaya yang dibebankan pada reksa dana
Biasanya dalam sebuah prospektus akan dijelaskan beberapa biaya yang dibebankan pada reksa dana tersebut. Dalam artian, biaya-biaya ini nantinya akan dikurangi atau diambil dari investasi atau dana dalam reksa dana. Biaya ini akan dikurangi setiap harinya dari investasi kita. Biaya-biaya tersebut biasanya seperti berikut:
a. Biaya jasa manajer investasi yang dihitung secara harian dari nilai aktiva bersih selama 365 hari dan dibayarkan tiap bulan. Management fee ini biasanya mencapai 0,5-2% per tahunnya, tergantung manajer investasinya.
b. Biaya jasa bank kustodion yang juga dihitung secara harian dari nilai aktiva bersih selama 365 hari dan dibayarkan tiap bulan. Biaya ini biasanya bisa mencapai 0,25% per tahunnya.
c. Biaya jasa agen penjual yang dihitung secara harian dari nilai aktiva bersih selama 365 hari dan dibayarkan tiap bulan.
d. Biaya transaksi efek dan registrasi efek.
e. Biaya jasa angkutan, konsultan hukum, notaris, dan konsultan lainnya setelah reksa dana dinyatakan efektif oleh Bapepam-LK. Jasa audit biasanya digunakan dua kali dalam setahun, namun tetap dikurangi dari dana investor setiap harinya.
(33)
f. Biaya distribusi pembaruan prospektus, laporan keuangan tahunan, dan surat konfirmasi kepemilikan unit penyertaan ke pemodal setelah reksa dana dinyatakan efektif oleh Bapepam-LK.
g. Pajak yang berkaitan dengan semua pengeluaran biaya-biaya di atas.
2. Biaya yang dibebankan pada manajer investasi
Ada beberapa biaya yang ditanggung oleh manajer investasi, biaya-biaya tersebut biasanya sudah tercantum dalam prospektus. Berikut adalah biaya yang dibebankan pada manajer investasi:
a. Biaya persiapan pembentukan reksa dana, biasanya berupa biaya pembentukan KIK (Kontrak Investasi Kolektif) dan penerbitan dokumen-dokumen yang diperlukan.
b. Biaya jasa akuntan, konsultan hukum, dan notaris saat pembentukan reksa dana.
c. Biaya administrasi pengelolaan portofolio reksa dana, seperti biaya telepon, faks, hingga transportasi.
d. Biaya pemasaran dan promosi reksa dana, seperti pencetakan brosur serta iklan.
e. Biaya pencetakan dan distribusi formulir pemesanan pembelian unit penyertaan, formulir penjualan kembali unit penyertaan, prospektus awal, pembaharuan prospektus, laporan keuangan tahunan, dan konfirmasi kepemilikan unit penyertaan.
(34)
3. Biaya yang dibebankan pada investor
Biaya yang dibebankan pada investor juga berbeda-beda, tergantung dari jenis reksa dana yang diambilnya. Ada 3 biaya yang dibebankan pada investor, yaitu:
a. Biaya pembelian atau subscription fee
Subscription fee dimintakan pada awal investasi, yaitu pada saat investor akan membeli reksa dana. Biayanya bisa berbeda-beda, misalnya reksa dana pasar uang biasanya tidak memungut subscription fee. Berbeda dengan reksa dana saham yang biasanya subscription fee-nya cukup besar.
b. Investasi reksa dana
Tentu saja investor harus mengeluarkan biaya untuk berinvestasi dalam reksa dana.Jumlahnya tergantung dari investor, namun harus mencapai syarat minimum reksa dana tersebut.
c. Biaya penjualan atau redemption fee
Redemption fee adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh investor saat akan menjual kembali reksa dana yang dimilikinya.
Selain itu, investor juga dibebankan biaya pajak dari semua biaya di atas. Terkadang investor juga dibebankan biaya switching cost, yakni saat investor menjual reksa dana X untuk membeli reksa dana Y yang masih ada dalam satu bank kustodion.
(35)
2.5Return dan Risiko Reksa Dana
1. Return Reksa Dana
Dalam berinvestasi, tentu saja investor mengharapkan return yang tinggi. Return reksa dana merupakan imbal hasil atas alokasi dana yang dilakukan oleh investor. Return harapan dengan return actual bisa saja berbeda, perbedaan itulah yang akan menjadi risiko. Reksa dana melakukan distribusi pendapatan (income distributions) maupun distribusi keuntungan (capital gains). Distribusi pendapatan mengacu pada pembagian dividen yang diperoleh dari hasil investasi pada saham. Pendapatan dividen diperoleh manakala perusahaan mendapatkan keuntungan dan membagi sebagian keuntungan tersebut kepada pemegang sahamnya.
Pendapatan lain yang juga didistribusikan adalah dari pendapatan bunga obligasi yang dibayar secara periodik. Sementara distribusi keuntungan diperoleh ketika reksa dana menjual kembali saham atau obligasi yang dimilikinya di mana harga jual melebihi harga belinya. Selisih dana menjual kembali saham atau obligasi yang dimilikinya di mana harga jualnya melebihi harga belinya. Selisih tersebut disebut dengan capital gain. Apabila harga jualnya di bawah harga beli, kerugian tersebut disebut dengan capital loss (Iman, 2008).
(36)
2. Risiko Reksa Dana
Risiko adalah peluang bahwa kemungkinan hasil yang diterima ternyata berbeda dengan yang diharapkan. Juga meliputi kemungkinan mengalami kerugian dari sebagian atau keseluruhan investasi awal. Terdapat beberapa macam risiko yang harus dihadapi investor menurut Iman (2008), yaitu:
a. Risiko Penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Nilai aktiva bersih unit penyertaan reksa dana sangat mungkin turun dibandingkan saat investor membelinya. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan ke dalam portofolio reksa dana tersebut. Penurunan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti memburuknya kinerja pasar modal, prestasi emiten yang kurang baik, situasi ekonopolitik yang kacau, dan sebagainya.
b. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas yaitu cepat-lambatnya investor dapat mencairkan investasinya dengan menjual unit penyertaan yang dimilikinya. Peraturan Bapepam-LK mensyaratkan investor dapat menerima dana investasinya paling lambat tujuh hari bursa setelah permohonan diterima oleh manajer investasi. Namun apabila terjadi lonjakan tingkat penjualan kembali yang sangat tinggi (rush redemption), manajer investasi akan kesulitan menjual portofolio investasinya dalam waktu singkat untuk membayar kebutuhan likuiditas investor.
(37)
c. Risiko Pasar
Dalam pasar yang sangat dinamis, ada kemungkinan terjadinya kondisi bearish di mana seluruh instrumen keuangan merosot harganya secara drastis (bearish). Tentu saja hal ini akan mengakibatkan penurunan nilai aktiva bersih reksa dana.
d. Risiko Default
Ketika manajer investasi melakukan pembelian saham atau obligasi, mereka mengansumsikan bahwa kinerja emiten tersebut baik. Namun, dapat saja terjadi perusahaan emiten melakukan manipulasi atau karena sesuatu hal sehingga mengalami kesulitan keuangan yang akut sehingga tidak mampu membayar kewajibannya.
Reksa Dana memiliki kriteria berbeda–beda begitu juga dengan tingkat risiko dan tingkat pengembalian dari reksa dana tersebut. Berdasarkan risiko instrument yang menjadi investasi reksa dana, risiko tersebut dapat dikelompokan dari yang terendah sampai tertinggi. Tingkat pengembalian dan tingkat risiko untuk setiap jenis reksa dana dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:
Tingkat Pengembalian
Reksa Dana Pertumbuhan Reksa Dana Pertumbuhan & Pendapatan Reksa Dana Pendapatan
Reksa Dana Seimbang
Reksa Dana Obligasi Reksa Dana Pasar Uang
Risiko
Sumber: Manurung, Adler Haymans (2002)
Gambar 2.1
(38)
Berdasarkan gambar 2.1, dapat diketahui bahwa terdapat bermacam–macam jenis reksa dana dengan tingkat return dan risiko yang berbeda. Reksa dana pasar uang merupakan reksa dana dengan tingkat return dan risiko yang paling rendah.Sedangkan reksa dana pertumbuhan memiliki risiko paling tinggi dan return yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara return dan risiko bersifat linear atau searah. Maka, semakin tinggi return suatu reksa dana akan semakin tinggi pula risiko yang akan dihadapi.
2.6 Diversifikasi
Diversifikasi risiko sangat penting untuk investor, karena dapat meminimkan risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima. Bagian dari risiko sekuritas dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang well-diversified disebut dengan risiko yang dapat didiversifikasi (diversifiable risk). Karena risiko ini unik untuk suatu perusahaan, yaitu hal buruk terjadi di suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal yang baik terjadi di perusahaan lain, maka risiko ini dapat didiversifikasi di dalam portofolio.Contoh dari diversifiable risk adalah pemogokan buruh, tuntutan oleh pihak lain, penelitian yang tidak berhasil dan lain sebagainya.
Sebaliknya, risiko yang tidak dapat didiversifikasikan (nondiversifiable risk)oleh portofolio disebut dengan risiko pasar (market risk). Risiko ini terjadi karena kejadian-kejadian di luar kegiatan perusahaan, seperti inflasi, resesi dan
(39)
lainnya.Gambar 2.2 berikut ini menunjukkan risiko total dan komponennya yang berupa risiko yang dapat didiversifikasi dan risiko tidak dapat didiversifikasi.
Risiko Portofolio
Risiko dapat di-diversifikasi atau risiko perusahaan atau risiko spesifik atau risiko unik atau risiko tidak sistematik
Risiko Risiko tidak dapat di-diversifikasi atau risiko pasar
Total atau risiko umum atau risiko sistematik
Jumlah Saham Sumber: Jogiyanto (2003)
Gambar 2.2 Risiko Total dan Komponennya
2.7 Kinerja Reksa Dana
Return yang tinggi saja belum tentu merupakan hasil investasi yang baik. Return yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return yang rendah ini disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu, return yang dihitung perlu disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggungnya. Metode perhitungan return sesuaian-risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah reward to variability dan reward to diversifiication (Jogiyanto, 2010).
a. Metode Sharpe Ratio (reward to variability)
Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan membagi return lebih (excess return) yaitu rata-rata return total portofolio
(40)
dalam periode tertentu dikurangi rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu dengan variabilitas (variability)return portofolio. Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Sharpe(Sharpe Measure) atau disebut dengan nama reward to variability (RVAR) yang dikenalkan oleh William F. Sharpe pada tahun 1996 sebagai berikut ini:
�� � = ��� − � � �� Keterangan:
RVAR = reward to variability atau pengukur sharpe
��� = rata-rata return total portofoliodalam periode tertentu � �
= rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu
�� = variabilitas yang diukur dengan deviasi standar dari return portofolio dalam periode tertentu.
��� − � � = return lebih (excess return) portofolio.
Nilai RVAR menunjukkan kinerja dari portofolio. Semakin besar nilai RVAR semakin baik kinerja dari portofolionya.
b. Metode Treynor Modifikasian (reward to diversification)
Pengukur sharpe menggunakan pembagi deviasi standar yang menunjukkan total risiko dari portofolio. Sedangkan, pengukur treynor menggunakan pembagi beta yang menunjukkan risiko sistematik saja dari portofolio. Jika asumsi bahwa reksa dana-reksa dana yang diukur adalah portofolio optimal, maka risiko unik mereka akan terdiversifikasi dan yang tersisa hanya risiko
(41)
sistematik, sehingga risiko totalnya akan bernilai sama dengan risiko sistematiknya. Jika hal ini terjadi, yaitu reksa dana-reksa dana yang diukur adalah portofolio optimal maka kedua pengukur itu akan memberikan hasil urutan yang sama. Karena skala pembagi antara pengukur sharpe dan pengukur treynor berbeda, maka hasil keduanya tidak dapat dibandingkan.
Jogiyanto memodifikasi pengukuran treynor dengan menggunakan pembagi yang mempunyai skala yang sama dengan yang digunakan di pengukuran sharpe. Pengukuran sharpe menggunakan pembagi risiko total (deviasi standar) dengan skala presentase, sedang pengukur treynor menggunakan pembagi beta dengan skala desimal (berkisar nilai1). Nilai pembagi di pengukur treynor ini akan dimodifikasi supaya mempunyai skala persentase dengan merubah risiko sistematik dalam skala desimal menjadi risiko sistematik dalam skala persentase. Karena pengukur sharpe menggunakan deviasi standar bukan varian sebagai pengukur risikonya, maka pengukur treynor modifikasian (reward to market risk) ini akan menggunakan βp • σm.
Pengukur reward to market risk (RMAR) sebagai modifikasi dari pengukur treynor masih belum dapat menjelaskan seberapa besar diversifikasi yang seharusnya dicapai oleh portofolio.Jogiyanto memberikan suatu pengukur kinerja portofolio yang menunjukkan besarnya diversifikasi yang seharusnya dilakukan yang kenyataannya tidak dilakukan oleh portofolio. Besarnya diversifikasi yang tidak dilakukan oleh portofolio adalah sebesar risiko total yang terjadi (σP) dikurangi dengan risiko sistematiknya (βp • σM) atau sebesar
(42)
dilakukan oleh portofolio. Semakin besar nilai (σP - βp • σM) semakin jelek
kinerja dari portofolionya.
Dengan demikian, reward to diversification (RDIV) menurut Jogiyanto (2010) dapat dirumuskan sebagai berikut:
����= ��� − � � (�� − βp • ��) Keterangan:
RDIV = reward to diversification
βp • σm = risiko pasar (risiko sistematik) portofolio jika
terjadidiversifikasi penuh
(43)
2.8 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NO PENELITI JUDUL ALAT ANALISIS HASIL
1 Sandeep, Deepak, dan Sanjeev (2012)
Impact of Sharpe Ratio and
Treynor,s Ratio on Selected Mutual Fund Schemes
Metode Sharpe Ratio dan
Treynor Ratio
1. Terdapat satu kinerja reksa dana yang melebihi kinerja pasar dan memiliki peringkat yang sama diukur dengan menggunakan metode sharperatio
dan treynorratio. 2 Viena dan
Nanik (2013)
Uji Konsistensi Kinerja Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012
Metode SharpeRatio,
TreynorRatio,
JensenAlpha, dan chi
square
Kinerja reksa dana saham konsisten signifikan setelah diukur menggunakan
sharpe ratio,
treynorratio, dan
jensenalpha terhadap kinerja pasar (IHSG dan indeks LQ-45) dengan
menggunakan uji chi square
3 Fitaning, Rustam, dan Topowijono (2012) Evaluasi Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Berdasarkan Metode Sharpe, Metode Treynor, dan Metode Jensen
Metode
SharpeRatio,TreynorRatio, dan Jensen Alpha
1. Reksa dana yang memberikan kinerja positif berdasarkan metode sharpe yaitu terdapat 1 reksa dana 2. Reksa dana yang memberikan kinerja positif berdasarkan metode treynor yaitu terdapat 1 reksa dana. 3. Reksa dana yang memberikan kinerja positif berdasarkan metode jensen yaitu terdapat 5 reksa dana. 4 Qamruzzaman
(2014) Comparative Study on Performance Evaluation of Mutual Fund Schemes in Bangladesh: An Analysis of Monthly Returns
Metode
SharpeRatio,Treynor Ratio, dan Jensen Alpha
Penelitian ini menemukan bahwa selama periode penelitian return reksa dana cenderung meningkat dan bernilai positif dibandingkan pasar (outperform) Sumber: Berbagai jurnal, data diolah (2014)
(44)
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, dimana letak perbedaan yang pertama adalah peneliti menggunakan periode Januari 2011 - Desember 2013. Kedua, untuk mengukur kinerja reksa dana saham peneliti menggunakan metode sharpe(reward to variability) dan metode treynor (reward to diversification).
2.9 Kerangka Pemikiran
Dalam berinvestasi, investor menginginkan kinerja yang baik kedepannya. Penilitian ini ditujukan untuk mengetahui perbandingan kinerja reksa dana saham dan IHSG, dengan menggunakan metode sharpe ratio (reward to variability) dan treynor ratio(reward to diversification). Setelah diketahui nilai sharpe ratio dan treynor ratio(reward to diversification), maka dilakukan analisis perbandingan peringkat kinerja reksa dana saham. Berdasarkan uraian di atas dan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan, maka penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Kinerja Pasar (IHSG) dengan menggunakan
metode
sharperatio(reward to variability)
Kinerja Pasar (IHSG) dengan menggunakanmetode
treynormodifikasian (reward to diversification)
Kinerja reksa dana saham dengan menggunakan metode
sharpe ratio(reward to variability)
Kinerja reksa dana saham dengan menggunakan metodetreynormodifika
sian(reward to diversification)
Perbandingan peringkat kinerja reksa dana saham
dengan menggunakan metode
sharperatio(reward to variability) dan metode
treynormodifikasian (reward to
(45)
2.10 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas perumusan masalah yang diajukan. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. H0 = Reksa Dana saham tidak memiliki kinerja yang lebih baik dari (IHSG),
dengan menggunakan metode sharperatio(reward to variability).
H1 = Reksa Dana saham memiliki kinerja yang lebih baik dari (IHSG),
dengan menggunakan metode sharperatio(reward to variability).
2. H0 = Reksa Dana saham tidak memiliki kinerja yang lebih baik dari (IHSG),
dengan menggunakan metode treynormodifikasian (reward to diversification).
H1 = Reksa Dana saham memiliki kinerja yang lebih baik dari (IHSG),
dengan menggunakan metode treynor modifikasian (reward to diversification).
3. H0 = Tidak terdapat perbedaan peringkat kinerja reksa dana saham, dengan
menggunakan metode sharperatio(reward to variability) dan metode treynor modifikasian (reward to doversification).
H1 = Terdapat perbedaan peringkat kinerja reksa dana saham, dengan
menggunakan metode sharperatio(reward to variability) dan metode treynor modifikasian (reward to diversification).
(46)
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat explanatory research terhadap sampel yang telah ditentukan dalam penelitian selama bulan Januari 2011 sampai Desember 2013, mengenai perbandingan kinerja reksa danasaham dan IHSG, dengan menggunakan metode sharpe ratio(reward to variability) dan metode treynor modifikasian (reward to diversification). Penilitian ini untuk menguji hipotesis dan tidak memiliki faktor sebab akibat.
3.2 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana saham konvensional, bukan berbentuk syariah yang terdaftar dan aktif di Bapepam dari tahun 2011 sampai tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data nilai aktiva bersih bulanan reksa dana saham di Indonesia januari 2011 sampai desember 2013.
(47)
3.3 Sampel
Penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Reksa dana saham yang terdaftar dan aktif di Bapepam dari tahun 2011 sampai tahun 2013.
2. Reksa dana saham yang memiliki nilai aktiva bersih tidak sama dengan nol selama periode januari 2011 sampai desember 2013.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka reksa dana saham yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 49 reksa dana saham. Reksa dana saham yang menjadi sampel, secara lengkap telah dijelaskan pada lampiran 1.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Nilai aktiva bersih tiap bulan dapat diperoleh dari website resmi Bapepam, yaitu www.Bapepam.go.id periode januari 2011 sampai desember 2013. Data tentang perkembangan IHSG tiap bulan sebagai benchmark dalam penelitian ini diperoleh dari www.yahoofinance.com selama periode januari 2011 sampai desember 2013. Tingkat suku bunga bebas risiko menggunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang diperoleh dari website resmi Bank Indonesia, yaitu www.bi.go.id. Selain itu,
(48)
berbagai buku (kepustakaan) dan sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yaitu dengan melakukan pencatatan dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang digunakan yaitu:
1. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) tiap bulan diperoleh dari website resmi Bapepam, yaitu www.Bapepam.go.id periode januari 2011 sampai desember 2013.
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Data tentang perkembangan IHSG tiap bulan sebagai benchmark dalam penelitian ini diperoleh dari www.yahoofinance.com selama periode januari 2011 sampai desember 2013.
3. Suku Bunga Bebas Risiko
Data tingkat suku bunga bebas risiko diperoleh dari tingkat suku bunga bebas risiko digunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) diperoleh dari website resmi Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id.
(49)
3.6 Definisi Konseptual Variabel
Pengukuran kinerja reksa dana saham dan pemberian peringkat dapat diukur dengan menggunakan metode sharperatio (reward to variability) dan metode treynormodifikasian (reward to diversification).Dengan menggunakan metode tersebut, dapat diketahui apakah kinerja reksa dana saham melampaui IHSG. Adapun indikator-indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja reksa dana saham dengan menggunakan metode sharperatio (reward to variability) dan metode treynor (reward to diversification) yaitu:
1. Indikator-indikator metode sharperatio (reward to variability), yaitu: a. Return reksa dana saham
Return reksa dana saham menunjukkan ukuran kinerja yang telah dicapai perusahaan yang dapat dilihat dari data nilai aktiva bersih (NAB) per unit. b. Return IHSG (Benchmark)
Kinerja pasar yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini dapat diukur dengan menggunakan nilai IHSG.
c. Rata-rata Return Aktiva Bebas Risiko
Perhitungan rata-rata return aktiva bebas risiko dapat diperoleh dari rata-rata tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam periode tertentu.
d. Standar deviasi
Standar deviasi menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari rata-rata return yang dihasilkan pada reksa dana saham pada periode tertentu.
(50)
2. Indikator-indikator metode treynor(reward to diversification), yaitu: a. Return reksa dana saham
Return reksa dana saham menunjukkan ukuran kinerja yang telah dicapai perusahaan yang dapat dilihat dari data nilai aktiva bersih (NAB) per unit. b. Return IHSG (Benchmark)
Kinerja pasar yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini dapat diukur dengan menggunakan nilai IHSG.
c. Rata-rata Return Aktiva Bebas Risiko
Perhitungan rata-rata return aktiva bebas risiko dapat diperoleh dari rata-rata tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam periode tertentu.
d. Standar deviasireturn reksa dana saham
Standar deviasi menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari rata-rata return yang dihasilkan pada reksa dana saham pada periode tertentu.
e. Beta
Dalam pengukuran beta menggunakan konsep CAPM. Beta diukur dengan regresi premi return portofolio sebagai variabel dependen dan premi keuntungan pasar sebagai variabel independen.
f. Standar deviasi pasar
Standar deviasi pasar ini menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari rata-rata return IHSG pada periode tertentu.
(51)
3.7 Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Mengukur nilai sharpe ratio (reward to variability)
2. Mengukur nilai treynor modifikasian (reward to diversification) Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Indikator Rumus Kriteria 1 Nilai Sharpe
Ratio(reward to variability)
Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan membagi return lebih (excess return) yaitu rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu dikurangi rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu dengan variabilitas (variability) return portofolio.
Nilai ekspektasi return, return bebas risiko, dan standar deviasi
� = −
��
RVAR > IHSG (outperform)
RVAR < IHSG (underperform)
2 Nilai Treynor Modifikasian (reward to diversification)
Besarnya diversifikasi yang tidak dilakukan oleh portofolio adalah sebesar risiko total yang
terjadi (σP) dikurangi dengan risiko
sistematiknya (βp• σM)
atau sebesar (σP - βp •
σM). Nilai ini adalah besarnya diversifikasi yang tidak mampu dilakukan oleh portofolio. Semakin
besar nilai (σP - βp • σM) semakin jelek kinerja dari portofolionya.
Nilai ekspektasi return, return bebas risiko, standar deviasi, nilai beta, dan standar deviasi IHSG
�= − (�� −βp •� )
RVAR > IHSG (outperform)
RVAR < IHSG (underperform)
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif dari data yang telah tersedia dari berbagai sumber. Penghitungan kinerja reksa dana saham dan kinerja pasar dengan metode sharperatio(reward to variability) dan metode
(52)
treynor(reward to diversification), menggunakan program excel dan memberikan peringkat pada hasil perhitungan kedua metode. Kemudian, membandingkan kinerja reksa dana saham dengan IHSG apakah outperform atau underperform.
3.8.1 Analisis Perhitungan Nilai Sharpe dan Nilai Treynor
1. Analisis penilaian kinerja reksa dana saham dengan menggunakan metode sharperatio(reward to variability).Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung return masing-masing reksa dana saham
TRp =
( NABt −NABt−1 )
NABt−1
b. Menghitung return aktiva bebas risiko
= ∑ ∑� ��
c. Menentukan standar deviasi return reksa dana saham
�= ∑ − )
2
−1
d. Menentukan kinerja dengan metode sharpe(reward to variability)
� = − ��
(53)
2. Analisis penilaian kinerja IHSG dengan menggunakan metode sharpe ratio(reward to variability).Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Menghitung return masing-masing reksa dana saham
=( �− �−1 ) �−1
b. Menghitung return aktiva bebas risiko
= ∑ ∑� ��
c. Menentukan standar deviasi return reksa dana saham
� = ∑ − )
2
−1
d. Menentukan kinerja dengan metode sharpe(reward to variability)
� = − �
3. Analisis penilaian kinerja reksa dana saham dengan menggunakan metode treynorratio(reward to difersification). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung return masing-masing reksa dana saham
= ( � − �−1 ) �−1
b. Menghitung return aktiva bebas risiko
= ∑ ∑� ��
(54)
c. Menentukan standar deviasi return reksa dana saham
�= ∑ − )
2
−1 d. Menentukan beta pasar
� = +�� → �− = − �
e. Menentukan standar deviasi pasar
� = ∑ − )
2
−1
f. Menentukan kinerja dengan metode treynor(reward to diversification)
� = − (�� − βp • � )
4. Analisis penilaian kinerja IHSG dengan menggunakan metode treynor modifikasian(reward to difersification). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung return masing-masing reksa danasaham
=( �− �−1 ) �−1
b. Menghitung return aktiva bebas risiko
= ∑ ∑� ��
c. Menentukan beta pasar
(55)
d. Menentukan standar deviasi pasar
� = ∑ − )
2
−1
e. Menentukan kinerja dengan metode treynor (reward to diversification)
� = −
(56)
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan:
1. Perbandingan kinerja reksa dana saham dan IHSG, dengan menggunakan metode sharpe ratio (reward to variability) diperoleh 89,80% reksa dana saham di Indonesia memiliki kinerja outperform. Sedangkan 10,20% reksa dana saham di Indonesia memiliki kinerja underperform. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham di Indonesia memiliki kinerja yang baik, karena 89,80% atau 44 reksa dana saham dari 49 reksa dana saham yang menjadi sampel dalam penelitian merupakan reksa dana outperform.
2. Perbandingan kinerja reksa dana saham dan IHSG, dengan menggunakan metode treynor modifikasian (reward to diversification) diperoleh 26,53% reksa dana saham di Indonesia memiliki kinerja outperform. Sedangkan 73,47% reksa dana saham di Indonesia memiliki kinerja underperform. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham di Indonesia memiliki kinerja yang kurang baik, karena 73,47% atau 36 reksa dana saham dari 49
(57)
reksa dana saham yang menjadi sampel dalam penelitian merupakan reksa dana underperform.
3. Hasil pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan metode sharpe ratio (reward to variability) dan treynor modifikasian (reward to diversification), menghasilkan peringkat yang berbeda dari kedua metode tersebut. Hal ini membuktikan bahwa terdapat risiko yang tidak terdiversifikasi oleh portofolio, yang dapat diukur dengan menggunakan metode treynor modifikasian (reward to diversification).Metode treynor modifikasian (reward to diversification) memperhitungkan risiko yang tidak dapat didiversifikasi oleh portofolio. Namun, risiko yang tidak dapat didiversifikasi portofolio bukan merupakan risiko total atau risiko sistematik saja. Risiko yang diperhitungkan oleh treynor modifikasian (reward to diversification) ini merupakan risiko tidak sistematik dikurangi risiko sistematik dan dikalikan dengan risiko IHSG (σ–β•σm). Perbedaan peringkat
tersebut disebabkan oleh tinggi atau rendahnya nilai yang tidak dapat didiversifikasi oleh portofolio. Maka, semakin tinggi nilai risiko yang tidak dapat didiversifikasi oleh portofolio, semakin buruk kinerja portofolionya. Oleh karena itu, pengukuran treynor modifikasian (reward to diversification) lebih efisien digunakan, karena risiko yang terdapat pada reksa dana mampu didiversifikasi.
(58)
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, di peroleh beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan, yaitu:
1. Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi calon investor, untuk membantu dalam mengambil keputusan dalam memilih produk reksa dana, terutama bagi investor yang kurang memiliki pengetahuan mengenai perkembangan kinerja reksa dana. Selain itu, disarankan untuk mempertimbangkan risiko dari reksa dana tersebut. Hal ini sangat berpengaruh, karena return dan risiko bersifat linear.
2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan cakupan reksa dana yang diteliti diperluas, tidak hanya pada jenis reksa dana saham konvensional, tetapi juga pada jenis reksa dana lainnya. Selain itu, untuk mengukur kinerja reksa dana, tidak hanya melihat dari nilai aktiva bersih (NAB) saja, melainkan dari propektus reksa dana dan mekanisme pemilihan sekuritas. Periode penelitian dan metode yang digunakan sebaiknya ditambah, agar pengukuran kinerja reksa dana lebih akurat.
(1)
108
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, di peroleh beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan, yaitu:
1. Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi calon investor, untuk membantu dalam mengambil keputusan dalam memilih produk reksa dana, terutama bagi investor yang kurang memiliki pengetahuan mengenai perkembangan kinerja reksa dana. Selain itu, disarankan untuk mempertimbangkan risiko dari reksa dana tersebut. Hal ini sangat berpengaruh, karena return dan risiko bersifat linear.
2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan cakupan reksa dana yang diteliti diperluas, tidak hanya pada jenis reksa dana saham konvensional, tetapi juga pada jenis reksa dana lainnya. Selain itu, untuk mengukur kinerja reksa dana, tidak hanya melihat dari nilai aktiva bersih (NAB) saja, melainkan dari propektus reksa dana dan mekanisme pemilihan sekuritas. Periode penelitian dan metode yang digunakan sebaiknya ditambah, agar pengukuran kinerja reksa dana lebih akurat.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Asril S. 2000. Pasar Modal, Penawaran Umum dan Permasalahannya. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2014. Reksa Dana Aktif. http://aria.bapepam.go.id/reksadana/data.asp?page=reksadana&status=aktif, diakses tanggal 4 September 2014.
Fitaning, I.P., Rustam H., dan Topowijono. 2012. Evaluasi Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Berdasarkan Metode Sharpe, Metode Treynor, dan Metode Jensen. Jurnal FIA. Universitas Brawijaya.
Iman, Nofie. 2008. Panduan Singkat dan Praktis Memulai Investasi Reksa Dana. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Jogiyanto, H.M. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. BPFE. Yogyakarta.
Jogiyanto, H.M. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. BPFE. Yogyakarta.
Maginn, J.L., Tuttle, D.L., Mcleavey, D.W,. & Pinto, J.E. 2007. Investment Performance Measurement. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.
Manurung, Adler Haymans. 2002.Lima Bintang untuk Agen Penjual Reksa Dana. Cetakan 1. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Marojahan, Elekson, Atur Semartini, dan Anna N.K. 2014. Step By Step “Main” Reksa Dana Untuk Pemula. Cetakan 1. Cemerlang Publising. Jakarta.
Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. 2009. Reksa Dana: Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta PT. AXA Asset Management Indonesia. 2014. Profil Perusahaan. http://www.axa-assetmanagement.co.id/index.php?about/profil-perusahaan, diakses tanggal 4 November 2014
(3)
PT. Bahana TCW Investment Management. 2014. Profil Reksa Dana Dana Ekuitas Prima. http://www.sinar.bahanatcw.com/SecPortfolio/infoproduk, diakses tanggal 4 November 2014
PT. Batavia Prosperindo Aset Manajemen. 2014. Profil Reksa Dana Batavia Dana Saham. http://www.bpam.co.id/id/products/saham/si-dana-saham, diakses tanggal 4 November 2014
PT. Batavia Prosperindo Aset Manajemen. 2014. Profil Reksa Dana Batavia Dana Saham Optimal. http://www.bpam.co.id/id/products/saham/si-dana-saham-optimal, diakses tanggal 4 November 2014
PT. BNI Asset Management. 2014. Profil Perusahaan.
http://bnisecurities.co.id/en/about-us/, diakses tanggal 4 November 2014 PT. BNP Paribas Investment Partners. 2014. Profil Perusahaan.
http://www.bnpparibas-ip.co.id/, diakses tanggal 4 November 2014
PT. BNP Paribas Investment Partners. 2014. Profil Reksa Dana BNP Paribas Infrastruktur Plus.
http://www.bnpparibas ip.co.id/?act=pdlk_dtl&id=410200811453, diakses tanggal 4 November 2014
PT. BNP Paribas Investment Partners. 2014. Profil Reksa Dana BNP Paribas Solaris.http://www.bnpparibas-ip.co.id/?act=pdlk_dtl&id=522008110140, diakses tanggal 4 November 2014
PT. BNP Paribas Investment Partners. 2014. Profil Reksa Dana BNP Paribas Pesona.http://www.bnpparibas-ip.co.id/?act=pdlk_dtl&id=522008105345, diakses tanggal 4 November 2014
PT. BNP Paribas Investment Partners. 2014. Profil Reksa Dana BNP Paribas Ekuitas.http://www.bnpparibas-ip.co.id/?act=pdlk_dtl&id=4102008110515, diakses tanggal 4 November 2014
PT. CIMB Principal Asset Management. 2014. Profil Reksa Dana CIMB-Principal Equity Aggresive.
http://www.cimb-principal.co.id/cimbFunds_Reksa_Dana_CIMB-Principal_Equity_Aggressive.aspx, diakses tanggal 4 November 2014 PT. Ciptadana Asset Management. 2014. Profil Perusahaan.
http://www.ciptadana.com/services3/1/27/2/3/aseet_management/, diakses tanggal 4 November 2014
PT. Corfina Capital. 2014. Profil Reksa Dana GROW-2-Prosper. http://www.corfina.com/fullIndex.php?page=Grow-2-Prosper-Eng,
(4)
PT. Danareksa Investment Management. 2014. Profil Reksa Dana Danareksa Mawar Fokus10. http://reksadana.danareksaonline.com/produk/reksa-dana/reksa-dana-saham/danareksa-mawar-fokus-10.aspx, diakses tanggal 4 November 2014 PT. Danareksa Investment Management. 2014. Profil Reksa Dana Danareksa Mawar.http://reksadana.danareksaonline.com/produk/reksa-dana/reksa-dana-saham/danareksa-mawar.aspx, diakses tanggal 4 November 2014
PT. Danareksa Investment Management. 2014. Profil Reksa Dana Danareksa Mawar Agresif. http://reksadana.danareksaonline.com/produk/reksa-dana/reksa-dana-saham/danareksa-mawar-agresif.aspx, diakses tanggal 4 November 2014 PT. First State Investments Indonesia. 2014. Profil Reksa Dana Frist State Indoequity Peka Fund.
http://www.firststateinvestments.com/id/ba/Individual/Asset_Classes/First_State_ IndoEquity_Peka_Fund/, diakses tanggal 4 November 2014
PT. First State Investments Indonesia. 2014. Profil Reksa Dana Frist State Indoequity Value Select Fund.
http://www.firststateinvestments.com/id/ba/Individual/Asset_Classes/First_State_ IndoEquity_Value_Select_Fund/, diakses tanggal 4 November 2014
PT. First State Investments Indonesia. 2014. Profil Reksa Dana Frist State Indoequity Sectoral Fund.
http://www.firststateinvestments.com/id/ba/Individual/Asset_Classes/First_State_ IndoEquity_Sectoral_Fund/, diakses tanggal 4 November 2014
PT. First State Investments Indonesia. 2014. Profil Reksa Dana FS Indoequity Dividend Yield Fund.
http://www.firststateinvestments.com/id/ba/Individual/Asset_Classes/First_State_ IndoEquity_Dividend_Yield_Fund/, diakses tanggal 4 November 2014
PT. Lautandhana Investment Management. 2014. Profil Perusahaan. http://www.lautandhanainvestment.com/id/about/1/Sekilas-Tentang-Lautandhana, diakses tanggal 4 November 2014
PT. Mandiri Manajemen Investasi. 2014. Profil Reksa Dana Mandiri Investa UGM.
http://www.bankmandiri.co.id/article/MMI/Mandiri_Investa_UGM_Pembaharuan _Prospektus_Juli2012.pdf, diakses tanggal 4 November 2014
PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia. 2014. Profil Reksa Dana Manulife Dana Saham.
https://www.hsbc.co.id/1/PA_ES_Content_Mgmt/content/core/Main_Contents/H UB_PIB/Mutual_Fund/pdf/pros/Manulife_Dana_Saham.pdf, diakses tanggal 4 November 2014
(5)
PT. Panin Sekuritas, Tbk. 2014. Profil Reksa Dana. http://www.panin-am.co.id/PaninDanaPrimaPerf.aspx , diakses tanggal 4 November 2014
PT. Panin Sekuritas, Tbk. 2014. Profil Reksa Dana. http://www.panin-am.co.id/PaninDanaMaksimaPerf.aspx# , diakses tanggal 4 November 2014 PT Schroder Investment Management Indonesia. 2014. Profil Schroder Dana Prestasi Plus.
http://www.cimbniaga.com/repository/101631%20Mar%202013%20-%20Schroder%20Dana%20Prestasi%20Plus.pdf, diakses tanggal 4 November 2014
PT Schroder Investment Management Indonesia. 2014. Profil Reksa Dana Schroder 90 Plus Equity Fund.
http://www.schroders.com/staticfiles/Schroders/funds/Indonesia%20- %20Public%20Funds/90%20Plus%20Equity/Bahasa/Schroder-90-Plus-Equity-Fund-SP-IDBA.pdf, diakses tanggal 4 November 2014
PT Schroder Investment Management Indonesia. 2014. Profil Schroder Dana Prestasi. http://www.bankmandiri.co.id/article/schroder/Schroder-Dana-Prestasi-SP-IDBA.pdf, diakses tanggal 4 November 2014
PT Sinarmas Asset Management. 2014. Profil Reksa Dana Simas Danamas Saham. http://www.banksinarmas.com/id/i.php?id=danamasSaham, diakses tanggal 4 November 2014
PT Trimegah Asset Management. 2014. Profil Reksa Dana TRIM Kapital Plus. http://www.trimegah-am.com/product/view/reksa-dana-saham/trim-kapital-plus, diakses tanggal 4 November 2014
PT Trimegah Asset Management. 2014. Profil Reksa Dana TRIM Kapital. http://www.trimegah-am.com/product/view/reksa-dana-saham/trim-kapital,
diakses tanggal 4 November 2014
Pusat Informasi Reksa Dana. 2014. Perkembangan Reksa Dana. http://aria.bapepam.go.id/reksadana/statistik.asp?page, diakses tanggal 4 November 2014
Qamruzzaman. 2014. Comparative Study on Performance Evaluation of Mutual Fund Schemes in Bangladesh: An Analysis of Monthly Returns. Journal of Business Studies Quarterly2014, Volume 5, Number 4.
Sandeep B., Deepak Garg dan Sanjeev K.S. 2012. Impact of Sharpe Ratio & Treynor,s Ratio on Selected Mutual Fund Schemes. International Journal of Applied Engineering Research, ISSN 0973-4562 Vol.7 No.11 (2012).
Sharpe, William, Gordon J.A., dan Jeffery V.B. 2006. Investasi. Jilid 2 : Edisi Keenam. Indeks. Jakarta.
(6)
Viena E. dan Nanik Linawati. 2013. Uji Konsistensi Kinerja Reksadana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012. INESTA Vol.1, No.2, (2013) 130-135.