15 memberikan gambaran yang sederhana bahwa setiap perjumpaan antara manusia
yang relatif cukup lama tak berjumpa andum slamet berbagi keselamatan. Sementara itu yang dibutuhkan manusia bukan hanya keselamatan masa kini,
melainkan keselamatan di dunia yang akan datang. Bukan keselamatan yang sementara melainkan keselamatan yang kekal.
12
2.3 Pola Slametan Dalam Budaya Jawa
Slametan adalah merupakan upacara keagamaan versi Jawa yang paling umum di dunia. Geertz melakukan penelitan pada masyarakat
Mojokutho, Ia
melambangkan kesatuan mistis dan sosial mereka yang ikut serta di dalamnya seperti: tetangga, rekan sekerja, sanak sekeluarga, arwah setempat, nenek moyang
yang sudah mati dan dewa-dewa yang hampir terlupakan, semua duduk bersama mengelilingi satu meja dan karena itu terikat kedalam suatu kelompok sosial
tertentu yang diwajibkan untuk tolong-menolong dan bekerja sama. Slametan merupakan wadah bersama masyarakat yang mempertemukan berbagai aspek
kehidupan sosial. Dengan demikian slametan merupakan upacara dasar yang inti bagi masyarakat Jawa, karena slametan mencakup seluruh kegiatan orang Jawa
mulai dari kelahiran, pernikahan, kematian, panen dan acara yang lain. Selain itu slametan juga merupakan suatu budaya warisan nenek moyang yang masih
dipegang oleh masyarakat Jawa.
13
12
Pdt. Em. Siman Widyatmanta. Mth, Sikap Gereja Terhadap Budaya dan Adat-i stiadat Yogyakarta: BMGJ 2007. 30-35
13
Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, Jakarta: Pustaka Jaya, 1989. Hal 13
16 Kebanyakan slametan diselenggarakan waktu malam setelah matahari
terbenam dan sembahyang magrib dilakukan oleh mereka yang mengamalkanya. Biasanya seorang yang melakukan slametan akan mengundang ahli agama untuk
menentukan hari yang baik menurut hitungan sistem kalender Jawa, jikalau menyangkut kelahiran dan kematian maka peristiwa itulah yang menentukan
waktunya, karena peristiwa tersebut tidak bisa diprediksikan. Pada siang hari dipergunakan untuk menyiapkan hidangan, dalam hal ini peran perempuan yang
melakukan, untuk pesta kecil hanya keluargalah yang menyiapkan tetapi untuk pesta besar tetangga sekitar akan dimintai bantuan. Sedangkan upacara slametan
itu sendiri dilakukan oleh kaum pria, semua pria yang diundang adalah tetangga dekat. Begitu para undangan datang mereka mengambil tempat diatas tikar dan
duduk dengan posisi formal yang disebut sila dengan dua kaki dilipat kedepan dan badan tegak lurus. Sedikit demi sedikit ruangan tersebut dipenuhi dengan
bau kemenyan, hal ini dimaksudkan untuk mengundang roh nenek moyang. Dalam upacaara slametan tuan rumah membuka upacara dengan menggunakan
bahasa Jawa krama alus bahasa Jawa yang halustinggi hal ini dilakukan untuk mengetahui maksud dan tujuan slametan serta menghargai undangan yang datang,
berharap semua memperoleh berkah yang ditimbulkan dari upacara slametan tersebut.
14
Pada upacara slametan, yang menjadi pesertanya bukan sekedar dari orang-orang yang masih hidup, tetapi turut juga diundang orang yang sudah mati
yang disebut dengan roh leluhur
15
. Yang dimaksud dengan roh leluhur adalah
14
Ibid, 14-15
15
Ibid, 18
17 nenek moyang mereka atau para pendahulu mereka yang sudah mati dan pernah
berjasa pada mereka. Mereka itu misalnya orang-orang yang telah berjasa dalam mendirikan suatu desa atau cikal bakal desa, yang biasanya kemudian disebut
sebagai danyang desa. Selain itu juga orang-orang yang pernah mendirikan suatu kerajaan dan berjasa dalam memakmurkannya. Inti dari slametan terletak pada
makanan karena makanan merupakan persembahan buat roh-roh nenek moyang, dimana roh tersebut juga ikut makan bersama yang hadir. Dalam hal ini bukan
berti roh tersebut memakan makanan yang disiapkan, melainkan roh tersebut memakan aroma atau bau dari makanan tersebut. Dalam hal ini dimaknai agar
para roh nenek moyang dan roh yang berada di sekitar masyarakat tidak mengganggu. Dalam segi sosial slametan sangat erat hubunganya dengan relasi
antar manusia. Dimana upacara slametan mengundang warga setempat serta keluarga agar relasi antara mereka tetap terjaga dengan baik.
Upacara slametan dapat digolongkan ke dalam empat macam sesuai dengan peristiwa atau kehidupan manusia sehari-hari yakni:
1. Slametan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, seperti hamil
tuju bulan, kelahiran, upacara potong rambut pertama, upacara untuk menyentuh tanah pertama kali, sunat, kematian serta saat-saat
setelah kematian. 2.
Slametan yang berkaitan dengan bersih desa, penggarapan tanah pertanian dan setelah panen.
18 3.
Slametan yang berhubungan dengan hari-hari serta bulan-bulan Islam dan Negara.
4. Slametan pada saat yang tidak tertentu berkenaan dengan kejadian-
kejadian, seperti perjalanan jauh, rumah kediaman baru, menolak bahaya, janji setelah sakit dan lain-lain.
Di antara keempat macam golongan upacara slametan tadi, maka upacara slametan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, khususnya yang berhubungan
dengan kematian serta saat sesudahnya, adalah suatu adat yang sangat diperhatikan dan kerap dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Jawa. Hal ini
mungkin disebabkan karena orang Jawa sangat menghormati arwah orang meninggal, terutama kalau orang itu keluarganya. Sehingga salah satu jalan yang
baik untuk menolong keselamatan roh nenek moyang ialah dengan membuka upacara slametan sejak awal kematianya sampai seribu harinya.
16
2.4 Makna Slametan Orang Jawa