62
Motto Rumah S akit ini adalah “Feeling at Home.” Pelayanan yang di
laksanakan adalah hemodialisa pada penderita gagal ginjal kronik, rawat inap pada penderita yang melaksanakan Hemodialisa, Poly Umum, Poly Spesialis Gigi.
Jumlah pasien yang cuci darah setiap hari rata-rata 60 orang. Rumah Sakit ini juga melayani Askes dan jaminan kesehatan warga miskin. Hemodialisa
dilaksanakan 2-3 kali dalam satu minggu yaitu pada hari Selasa dan Kamis. Dalam satu hari waktu yang dijadwalkan untuk hemodialisa cuci darah ada 2
dua jadwal, yaitu jadwal pagi yang dimulai pada pukul 07.00-11.00 Wib dan jadwal siang dimulai pukul 11.00-16.00 Wib. Lama waktu dalam menjalani
hemodialisa cuci darah 5 lima jam. Rumah Sakit ini memiliki 80 buah mesin hemodialisa cuci darah. Pasien
yang cuci darah di Rumah Sakit ini tidak hanya dari Bandung atau Jawa Barat, tetapi juga dari propinsi lain, seperti Sumatera Utara dan Riau.
3.2. PENEMUAN MAKNA HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL YANG
HIDUP LEBIH LAMA DARI PROGNOSIS DOKTER.
3.2.1. Kebebasan Berkehendak The Freedom of Will.
Kebebasan berkehendak adalah merupakan karakteristik unik dari keberadaan dan pengalaman eksistensial manusia. Kebebasan yang dimaksudkan
bukan “bebas dari apa” tetapi “bebas untuk apa”. Kebebasan manusia adalah
kebebasan yang terbatas. Manusia tidaklah bebas dari kondisi-kondisi biologis, psikologis, dan sosiologis akan tetapi manusia berkebebasan untuk mengambil
63
sikap terhadap kondisi-kondisi tersebut. Manusia tidak dapat bebas dari keadaan tetapi bebas mengambil sikap terhadap keadaan.
Subjek G mempunyai kebebasan untuk berkehendak. Bebas melaksanakan kehendak untuk beraktivitas, namun kebebasan itu dibatasi karena tergantung
dengan mesin pencuci darah. Demikian juga dalam hal makanan mempunyai kebebasan untuk makan dan minum namun kebebasan itu dibatasi oleh ukuran
yang telah ditentukan para medis. Namun dalam hal memahami penderitaan penyakit gagal ginjal kronik yang sedang dialami, subjek G memiliki kebebasan
berkehendak untuk bersikap. Sebelumnya subjek G tidak dapat menerima keadaannya sebagai seorang penderita gagal ginjal kronik, hal itu dirasakan
bagaikan disambar petir di siang bolong, namun dua tahun kemudian subjek G dapat menerima keadaannya.
Sebelum menderita gagal ginjal kronik, Subjek G pernah menderita gangguan di kepala karena mengalami kecelakan. Dalam proses pengobatan
penyakit tersebut subjek G terlalu banyak makan dan minum obat-obatan. Selain obat-obatan tersebut subjek G juga tidak menjaga pola makan yang sehat. Obat-
obatan dan pola makan yang tidak sehat akhirnya berdampak negatif terhadap kesehatan tubuh subjek G.
Menurut subjek G, penyakit gagal ginjal kronik adalah ujian dari Tuhan. Alasan subjek G mengatakan hal tersebut karena subjek G belum memberikan
segala kemampuan talenta yang dimiliki selama ini kepada jemaat yang dia layani. Demikian penuturan subjek G: Saya tetap bekerja, melayani, pergi ke
Siantar untuk memeriksa keuangan gereja walaupun saya sudah menderita gagal ginjal. Namun saya tidak dapat berlama-lama di satu tempat karena tergantung
64
kepada mesin pencuci darah. Makanan dan minuman bebas tetapi dibatasi ukurannya sesuai aturan medis. Penyakit gagal ginjal ini merupakan ujian dari
Tuhan, karena selama ini saya belum menyampaikan semua parbinotoakku tu ruas kemampuantalenta kepada jemaat. Karena itu Tuhan menguji saya sekarang.
Maka dengan demikian kesempatan ini saya akan pakai untuk melayani lebih baik dari sebelumnya.
1
Subjek T, mempunyai kekebasan berkehendak untuk melakukan apa yang dia kehendaki, namun kebebasan itu dibatasi karena tergantung dengan mesin
pencuci darah. Demikian juga makanan dan minuman mempunyai kebebasan untuk memakan dan meminumnya namun kebebasan itu dibatasi sesuai dengan
aturan diet kesehatan pada penderita gagal ginjal kronik. Namun dalam hal bersikap terhadap penderitaan yang dia alami subjek T mempunyai kebebasan
berkehendak untuk mengambil sikap terhadap keadaannya sebagai penderita gagal ginjal selama 5 lima tahun dan cuci darah selama 5 lima tahun. Menurut subjek
T sakit ginjal kronik merupakan ujian dari Allah. Memang pada awalnya subjek T, tidak dapat menerima keadaannya
sebagai penderita gagal ginjal kronik. Subjek T kabur karena kurang pengetahuan dan pemahaman tentang cuci darah. Subjek T memahami bahwa cuci darah itu
berarti dimasukkan ke dalam mesin, namun setelah mendapat penjelasan dari dokter akhirnya subjek T bersedia cuci darah dan ikhlas menerima keadaannya.
Sebelum mengalami gagal ginjal kronik subjek T mempunyai kebiasaan buruk seperti kurang tidur, banyak merokok, minum kopi, dan teh botol. Demikian
penuturan subjek T: Saya tetap bekerja, mengajar anak TK namun tidak dapat
1
Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung
65
mengerjakan pekerjaan yang terlalu berat karena daya tahan tubuh saya menurun. Penyakit gagal ginjal kronik yang saya alami merupakan ujian dari Allah, supaya
saya dapat mengubah pola hidup dan menghargai kesehatan.
2
Subjek U, mempunyai kebebasan untuk berkehendak dalam melaksanakan aktivitasnya.Demikian juga dalam hal makanan dan minuman, Subjek U
mempunyai kebebasan untuk makan dan minum sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan medis, namun dalam hal bersikap terhadap penderitaan penyakit gagal
ginjal kronik subjek U mempunyai kebebasan untuk berkehendak. Penyakit gagal ginjal kronik merupakan peringatan dan ultimatum dari Tuhan supaya dia
bertobat. Pada awalnya subjek U, tidak dapat menerima keadaannya sebagai
penderita gagal ginjal kronik, namun seiring berjalannya waktu subjek U dapat menerima keadaannya setelah menjalani cuci darah 2 dua tahun. Sebelum
menderita gagal ginjal kronik, subjek U mempunyai kebiasaan buruk seperti sering keluar malam dan pulang subuh, banyak minum alkohol dan pola makan
yang tidak sehat. Demikian penuturan subjek U: Saya tetap bekerja seperti biasanya namun saya memakai jaket supaya benjolan di tangan bekas suntikan
tidak kelihatan. Saya bebas makan dan minum namun dibatasi sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan medis. Penyakit gagal ginjal ini karena perbuatan
saya maka penderitaan ini merupakan peringatan dan lebih jelasnya ultimatum dari Allah supaya saya dapat bertobat dari sikap negatip kepada yang positif.
3
2
Wawancara, hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.
3
Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.
66
Subjek C, mempunyai kebebasan untuk berkehendak. Bebas melakukan aktivitas namun tidak dapat mengerjakan pekerjaan yang terlalu berat. Demikian
juga makanan dan minuman, subjek C mempunyai kebebasan untuk makan dan minum sesuai ukuran yang telah ditetapkan medis. Dalam hal memahami
penderitaannya Subjek C mempunyai kebebasan untuk berkehendak. Menurut subjek C penyakit gagal ginjal kronik merupakan takdir dari Allah. Pada awalnya
subjek C, tidak dapat menerima keadaannya sebagai penderita gagal ginjal kronik, akhirnya subjek C down. Namun seiring berjalannya waktu, dua tahun kemudian
sunjek C dapat menerima keadaannya, karena melihat teman-teman yang lebih muda dari subjek C menjalani cuci darah, hal ini turut memotivasi untuk cepat
menerima keadaannya. Sebelum mengalami gagal ginjal, subjek C mempunyai kebiasaan buruk
seperti kurang tidur yang mengakibatkan pusing dan hipertensi. Demikian penuturan subjek C: Saya bebas melakukan aktivitas tetapi tidak sebebas
sebelumnya karena tergantung pada mesin pencuci darah. Saya bebas makan dan minum tetapi dibatasi ukurannya sesuai dengan aturan medis. Pada awalnya saya
mengalami hipertensi, mual-mual seperti sakit maag. Dokter mendiagnosa saya sakit jantung, dan gejala-gejala tadi terus tidak berhenti akhirnya saya bolak balik
masuk Rumah Sakit. Kemudian pindah ke dokter yang lain akhirnya ditemukan bahwa saya bukan menderita penyakit maag dan jantung tetapi gagal ginjal
kronik. Hal ini membuat saya shock dan down karena tidak dapat menerima vonis dokter tersebut. Tetapi seiring berjalannya waktu 2 dua tahun kemudian saya
67
dapat menerima dan penyakit ini adalah takdir dari Allah, karena itu saya jalani saja hidup ini.
4
Subjek S, mempunyai kebebasan untuk melakukan aktivitas namun tidak sebebas yang sebelumnya karena tergantung dengan mesin pencuci darah. Dalam
hal menyikapi
keadaannya subjek
S mempunyai
kebebasan untuk
berkehendak.Subjek S memahami penyakit gagal ginjal kronik merupakan cobaan dari Allah. Subjek S, mengalami gagal ginjal sejak berumur 14 tahun, karena pola
hidup yang tidak sehat, makan mie instan 1 satu dooze dalam 2 dua hari dan terlalu banyak minum teh botol. Subjek S telah menjalani cuci darah selama 12
tahun 6 bulan. Demikian penuturan subjek S: Saya tetap bekerja, mau pergi ya pergi saja. Saatnya cuci darah saya pergi ke rumah sakit sendirian tanpa orang
lain. Sudah saja penyakit gagal ginjal ini cobaan dari Allah, kalau Allah kasih cobaan pasti Allah juga kasih jalan keluar. Tidak perlu terlalu dipikikan, karena
dipikirkan atau tidak dipikirkan toh tetap sakit, karena itu masa lalu tidak perlu disesali yang penting yang keadaan sekarang, jalani saja hidup ini dengan
semangat.
5
Subjek H, memiliki kebebasan untuk berkehendak seperti subjek lainnya. Bebas beraktivitas namun tidak sebebas sebelumnya karena tergantung dengan
mesin pencuci darah. Dalam hal mengambil sikap terhadap keadaannnya, subjek H mempunyai kebebasan untuk berkehendak. Menurut Subjek H, penyakit gagal
ginjal kronik merupakan cambuk dari Allah. Subjek H telah mengalami gagal ginjal 6 enam tahun dan menjalani cuci darah 6 enam tahun. Subjek H berbeda
4
Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 13.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.
5
Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00. Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.
68
dengan subjek yang lain karena dia dapat menerima langsung keadaan nya, dia menyadari semua itu terjadi akibat dari perbuatannya yang buruk keluar malam
kurang tidur, pulang subuh, memakai narkoba, bermain perempuan, pola makan yang tidak sehat, tidak pernah sholat bahkan melecehkan orang-orang yang pergi
sholat. Demikian subjek H menuturkannya: sebelumnya hidupku terlalu capek,
sering keluar malam bersama teman sekampus akibatnya saya kurang tidur. Play boy, dan memakai narkoba, pola makan yang tidak sehat. Makanan dan minuman
yang saya senangi adalah nasi goreng dan botol. Hal ini membuat saya sering pusing, mual, lemas, dan sakit. Akhirnya saya pergi ke Rumah Sakit untuk cek up
untuk mengetahui apa penyakit saya. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan saya menderita gagal ginjal kronik dan harus cuci darah. Pada awalnya saya berpikir
cuci darah hanya satu kali atau dua kali. Untuk mengetahui kebenarannya saya kemudian informasi di internet, dan ternyata cuci darah itu seumur hidup. Saya
kaget namun semua itu saya jalani karena saya sadar itu akibat perbuatan saya, tidak mungkin jagung yang di tanam lalu padi yang dituai. Maka saya pahami
gagal ginjal ini sebagai cambuk dari Allah, supaya saya bertobat dan menghentikan segala yang jahat. Walaupun sudah gagal ginjal saya masih tetap
pergi kemana saya suka hanya tidak bisa jauh-jauh karena tergantung dengan mesin pencuci darah. Demikian makanan dan minuman saya bebas memakannya
tetapi ukurannya telah ditentukan oleh medis.
6
6
Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul, 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.
69
3.2.2. Kehendak Untuk Bermakna The Will to Meaning.