5
Seluruh kegiatan manajemen tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba Nanang dan Sutapa, 2010. Semakin
tinggi laba maka kinerja manajemen dinilai semakin baik atau semakin besar NPM dan tingkat kesehatan bank semakin bagus.
4. Rentabilitas Earning
Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi dan kemampuan rentabilitas bank dalam mendukung kegiatan operasional dan
permodalan dalam rangka menciptakan laba. a.
ROA Return On Assets adalah rasio yang untuk digunakan mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba
sebelum pajak yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan. Semakin tinggi aset bank dialokasikan pada pinjaman
dan semakin rendah rasio permodalan, maka kemungkinan bank untuk gagal akan semakin meningkat. Sedangkan semakin tinggi nilai ROA,
maka kemungkinan bank akan gagal semakin kecil Haryati, 2001. Kr
iteria penilaian ROA adalah ≥ 1,215 berpredikat ”Sehat”, 0,99 - 1,215 berpredikat ”Cukup Sehat”, 0,765 - 0,99 berpredikat
”Kurang Sehat” dan 0,765 berpredikat ”Tidak Sehat” SK DIR BI
No. 3021KEPDIR tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank.
c. BOPO Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional Mahardian, 2008. Kriteria penilaian BOPO adalah ≤
93,52 berpredikat ” Sehat”, 93,52 - ≤ 94,72 berpredikat ”Cukup
Sehat”, 94,72 - ≤ 95,92 berpredikat ”Kurang Sehat” dan 95,92 berpredikat ”Tidak Sehat” SK DIR BI No. 3021KEPDIR tanggal 30
April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank.
6
5. Likuiditas Liquidity
Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan
manajemen risiko likuiditas. a.
Cash Ratio merupakan perbandingan antara aktiva likuid terhadap hutang lancar. Aktiva Likuid yaitu kas dan penanaman pada bank lain
dalam bentuk giro dan tabungan setelah dikurangi tabungan lain pada bank. Hutang lancar yaitu meliputi kewajiban segera, tabungan dan
deposito Taufik, 2012. Kriteria penilaian Cash Ratio adalah ≥ 4,05
berpredikat ”Sehat”, 3,30 - 4,05 berpredikat ”Cukup Sehat”, 2,55 - 3,30 b
erpredikat ”Kurang Sehat” dan 2,55 berpredikat ”Tidak Sehat”.
b. LDR Loan to Deposit Ratio adalah rasio yang menunjukkan seberapa
jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah, dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar Almilia dan Herdiningtyas, 2005. Kriteria penilaian LDR
≤ 94,75 berpredikat “Sehat”, 94,75 - ≤ 98,50 berpredikat “Cukup Sehat”, 98,50 - ≤
102,25 berpredikat “Kurang Sehat” dan 102,25 berpredikat “Tidak Sehat” SK DIR BI No. 3021KEPDIR tanggal 30 April 1997
tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank.
2.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku Triandaru dan Totok, 2006:51. Supardi dan Mastuti
2003 menyatakan bahwa manajemen cukup sering mengalami kegagalan dalam membesarkan perusahaan akibatnya prospek perusahaan tidak terlihat
7
dengan jelas. Perusahaan menjadi tidak sehat sakit, bahkan berkelanjutan mengalami krisis yang berkepanjangan. Martin 1995 dalam Supardi dan
Mastuti 2003 menyatakan bahwa kondisi bermasalah sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan.
Kesehatan bank diartikan sebagai kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik melalui cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku Susilo, 2000. Penilaian tingkat kesehatan bank
bertujuan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian serta mengantisipasi risiko yang timbul sehubungan dengan kegiatan operasional bank. Penetapan dan
implikasi strategi pengawasan bank yang dilakukan oleh bank Indonesia juga menggunakan dasar penilaian tingkat kesehatan bank Astutik, 2009.
Mengacu pada peraturan Bank Indonesia Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang menyatakan bahwa untuk menilai kesehatan
bank di Indonesia pada umumnya menggunakan rasio keuangan CAMEL. Tingkat kesehatan BPR dinilai atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
kondisi dan perkembangan suatu bank, yang meliputi aspek Capital Permodalan, Aset Quality Kualitas Aktiva Produktif, Management
Manajemen, Earning Kemampuan mencetak labarentabilitas, dan Liquidity Likuiditas atau biasa disingkat dengan CAMEL. Berikut ukuran
penilaian bobot CAMEL menurut BI:
Tabel 2.1 Ukuran Penilaian Bobot Camel
Faktor CAMEL Bobot
Permodalan 30
Kualitas Aktiva Produktif 30
Kulaitas Manajemen 20
Rentabilitas 10
Likuiditas 10
Sumber: www.bi.go.id, diakses tahun 2012 Terhadap masing-masing komponen tersebut maka diberikan bobot
yang sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap tingkat kesehatan bank.
8
Berdasarkan nilai CAMEL secara keseluruhan maka dapat ditetapkan empat golongan tingkat kesehatan bank. Berikut ukuran kesehatan BPR menurut BI:
Tabel 2.2 Ukuran Penilaian Tingkat Kesehatan BPR
Nilai Kredit CAMEL Predikat
81 – 100
Sehat 66 - 81
Cukup Sehat 51 - 66
Kurang Sehat 0 - 51
Tidak Sehat Sumber: www.bi.go.id, diakses tahun 2012
3. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah BPR Propinsi Jawa Tengah yang terdaftar di Bank Indonesia untuk periode pengamatan tahun 2009 - 2011.
Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BPR pemerintah maupun swasta di Jawa Tengah periode tahun 2009 - 2011. Teknik
pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel ditarik sejumlah tertentu dari populasi berdasarkan
kriteria sebagai berikut: 1. BPR di Jawa Tengah yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2009
– 2011; 2. BPR tersebut menerbitkan Laporan Keuangan Tahunan selama tiga tahun yaitu tahun 2009
– 2011; 3. BPR tersebut mempunyai Laporan Keuangan yang berakhir 31 Desember; 4.
Terdapat data identitas yang lengkap profil, alamat lokasi BPR.
Tabel 3.1 Pengambilan Sampel Penelitian
No. Kriteria
Jumlah 1.
Bank Perkreditan Rakyat Propinsi Jawa Tengah yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2009
– 2011 260
2. Data tidak lengkap
200 Sampel yang digunakan
60 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Dari 260 BPR Propinsi Jawa Tengah yang terdaftar di Bank Indonesia, terdapat 200 BPR yang datanya tidak lengkap pada tahun 2009, yaitu tidak
9
tersedianya data kualitas aktiva produktif pada laporan keuangan publikasi di BPR Propinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, sampel yang dapat digunakan
untuk penelitian hanya 60 BPR pada tahun 2010 dan tahun 2011 yang sesuai dengan kriteria pemilihan sampel.
3.2 Pengukuran Data
Pengukuran data pada variabel penelitian ini menggunakan rasio
keuangan dalam metode CAMEL sebagai berikut:
1. Permodalan
a. CAR merupakan perbandingan antara modal bank dengan aktiva
tertimbang menurut risikoATMR kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari modal sendiri disamping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.
modal bank = modal inti + modal pelengkap b.
Perhitungan ATMR ATMR = Aktiva neraca x bobot risiko
2. Kualitas Aktiva Produktif
a. NPL merupakan perbandingan antara total kredit bermasalah kredit
yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total kredit yang diberikan.
b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP terhadap Penyisihan
Penghapusan Akiva Produktif Wajib Dibentuk PPAPWD
3. Faktor Manajamen
NPM merupakan perbandingan antara laba bersih dengan pendapatan operasional yang digunakan dalam faktor manajemen karena seluruh