Kesehatan BPR berdasarkan Rasio CAMEL

20 rentang 66 - 81 berjumlah 5 BPR diantaranya 1 BPR milik pemda dan 4 BPR milik swasta sedangkan pada tahun 2011 berjumlah 6 BPR diantaranya 1 BPR milik pemda dan 5 BPR milik swasta. Tahun 2010 BPR yang termasuk predikat kurang sehat dalam rentang 51 - 66 berjumlah 3 BPR diantaranya 2 BPR milik pemda dan 1 BPR milik swasta sedangkan pada tahun 2011 berjumlah 1 BPR milik swasta. Sedangkan BPR yang termasuk predikat tidak sehat dalam rentang 0 - 51 tidak ada baik BPR milik pemda maupun milik swasta. Hasil rekapitulasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesehatan BPR di Jawa Tengah selama periode penelitian tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami kenaikan. Dapat dilihat dari Tabel 4.3 dengan jumlah 52 BPR berada di posisi sehat pada tahun 2010 dan meningkat pada tahun 2011 dengan jumlah 53 BPR. Sedangkan terdapat 5 BPR berada di posisi cukup sehat pada tahun 2010 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 6 BPR. Selain itu, didukung pula dengan berkurangnya BPR yang berpredikat kurang sehat pada tahun 2010 dengan jumlah 3 BPR dan pada tahun 2011 menjadi 1 BPR, serta ditunjukkan pula dengan BPR yang berpredikat tidak sehat pun tetap tidak ada perubahan baik tahun 2010 maupun tahun 2011.

4.3 Rasio CAMEL yang Kurang Mendukung Tingkat Kesehatan BPR

Untuk mengetahui rasio CAMEL mana yang kurang mendukung tingkat kesehatan BPR selama periode tahun 2010 – 2011 dapat dilihat dari tabel berikut: 21 Tabel 4.4 Rekapitulasi Rasio CAMEL Tahun 2010 – 2011 Kriteria Rasio Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat CAR 2010 57 1 1 1 2011 59 1 NPL 2010 21 39 2011 29 31 PPAP 2010 15 6 5 34 2011 11 6 6 37 ROA 2010 49 1 2 8 2011 54 1 1 4 BOPO 2010 48 5 7 2011 52 2 1 5 CASH RATIO 2010 43 3 1 13 2011 41 2 5 12 LDR 2010 50 2 1 7 2011 57 2 1 Sumber: Lampiran 2 Ket: CAR = sehat ≥ 8, cukup sehat 7,9 - 8, kurang sehat 6,5 - 7,9, tidak sehat 6,5 NPL = sehat ≤ 5, tidak sehat 5 PPAP = sehat ≥ 81, cukup sehat 66 - 81, kurang sehat 51 - 66, tidak sehat 51 ROA = sehat ≥ 1,215, cukup sehat 0,99 - 1,215, kurang sehat 0,765 - 0,99, tidak sehat 0,765 BOPO = sehat ≤ 93,52, cukup sehat 93,52 -≤ 94,72, kurang sehat 94,72 -≤ 95,92, tidak sehat 95,92 Cash Ratio = sehat ≥ 4,05, cukup sehat 3,30 - 4,05, kurang sehat 2,55 - 3,30, tidak sehat 2,55 LDR = sehat ≤ 94,75, cukup sehat 94,75 -≤ 98,50, kurang sehat 98,50 -≤ 102,25, tidak sehat 102,25 Tingkat kesehatan untuk rasio CAR menunjukkan bahwa lebih banyak BPR yang termasuk sehat, ditunjukkan dari 57 BPR pada tahun 2010 dan 59 BPR pada tahun 2011, sedangkan hanya 1 BPR yang termasuk tidak sehat. Namun, untuk rasio NPL menunjukkan bahwa terdapat BPR yang tidak sehat dimana jumlahnya melebihi BPR yang sehat, yaitu 21 BPR pada tahun 2010 dan 29 BPR pada tahun 2011 termasuk sehat sedangkan 70 BPR termasuk 22 tidak sehat selama periode penelitian. Sama halnya dengan rasio PPAP yang juga menunjukkan bahwa BPR pada rasio ini cenderung tidak sehat, ditunjukkan dari BPR yang sehat sebanyak 15 BPR di tahun 2010 dan 11 BPR di tahun 2011 sedangkan terdapat 71 BPR yang tidak sehat selama periode penelitian. Selama periode penelitian, pada rasio ROA menunjukkan bahwa lebih banyak BPR di Jawa Tengah yang termasuk sehat, yaitu 49 BPR di tahun 2010 dan 54 BPR di tahun 2011 sedangkan yang tidak sehat lebih sedikit yaitu sebanyak 8 BPR di tahun 2010 dan berkurang menjadi 4 BPR di tahun 2011. Demikian juga dengan rasio BOPO yang menunjukkan bahwa lebih banyak BPR yang termasuk sehat sebanyak 48 BPR di tahun 2010 dan meningkat menjadi 52 BPR di tahun 2011, sedangkan yang tidak sehat sebanyak 12 BPR selama tahun 2010 – 2011. Pada Cash Ratio juga menunjukkan bahwa BPR di Jawa Tengah termasuk sehat ditunjukkan dari hasil penelitian sebanyak 43 BPR di tahun 2010 dan 41 BPR di tahun 2011, sedangkan yang tidak sehat terdapat 25 BPR selama periode penelitian. Sama halnya dengan rasio LDR, selama periode penelitian sebanyak 50 BPR dan 57 BPR yang termasuk sehat sedangkan 7 BPR yang termasuk tidak sehat.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis tingkat kesehatan keuangan bank pada BPR di Jawa Tengah untuk faktor permodalan dengan rasio CAR selama tahun 2010 – 2011 termasuk dalam predikat sehat. Hal ini menunjukkan bahwa BPR di Jawa Tengah dengan kecukupan modalnya mampu untuk menutupi risiko kemungkinan kerugian yang ditimbulkan dari kegiatan usaha bank tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Mahardian 2008 dimana CAR berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan yang membuktikan bahwa peran kecukupan modal bank dalam menjalankan usaha pokoknya adalah hal yang mutlak harus dipenuhi, sehingga dengan terpenuhinya CAR maka bank dapat menyerap kerugian-kerugian yang dialami. 23 Tingkat kesehatan keuangan bank pada BPR di Jawa Tengah untuk faktor kualitas aktiva produktif dengan rasio NPL dan PPAP selama tahun 2010 – 2011 termasuk dalam predikat tidak sehat yang menunjukkan bahwa banyaknya BPR di Jawa Tengah yang mengalami penurunan pada faktor kualitas produktif ini. Rasio NPL yang melebihi batas standar yang ditetapkan dan rasio PPAP yang tidak mencapai standar yang ditetapkan mencerminkan bahwa semakin besarnya biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank Mawardi, 2005. Seperti penelitian Almilia dan Herdiningtyas 2005 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara rasio NPL dengan tingkat prediksi kondisi bermasalah pada sektor perbankan. Hal ini merupakan dampak dari pemberian kredit yang tingkat kolektibilitasnya rendah, sehingga dana yang dikelola tidak produktif dalam menghasilkan laba sebagaimana mestinya. Djohanputro dan Kountur 2007 serta Ristadewi 2009 mengungkapkan bahwa faktor penyebab tingginya NPL pada BPR dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menjalankan proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan pemantauan monitoring setelah kredit disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar, kondisi internal bank, kondisi calon debitur dan kondisi lingkungan bank. Penilaian terhadap faktor manajemen pada penelitian ini menggunakan rasio NPM yang erat hubungannya dengan kegiatan manajemen permodalan. Sawir 2011 mengungkapkan bahwa semakin besar nilai presentasinya maka semakin bagus dalam menunjukkan kinerja yang baik dan sebaliknya. Sejalan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini tingkat kesehatan keuangan bank pada BPR di Jawa Tengah selama tahun 2010 – 2011 mengalami peningkatan pada rasio NPM, yang berarti kinerja manajemen BPR semakin bagus dan meningkatkan kesehatan bank. Tingkat kesehatan keuangan bank pada BPR di Jawa Tengah untuk faktor rentabilitas dengan rasio ROA dan BOPO selama tahun 2010 – 2011 termasuk dalam predikat sehat dimana kedua rasio tersebut telah mencapai