Rasio CAMEL yang Kurang Mendukung Tingkat Kesehatan BPR
23
Tingkat kesehatan keuangan bank pada BPR di Jawa Tengah untuk faktor kualitas aktiva produktif dengan rasio NPL dan PPAP selama tahun
2010 – 2011 termasuk dalam predikat tidak sehat yang menunjukkan bahwa
banyaknya BPR di Jawa Tengah yang mengalami penurunan pada faktor kualitas produktif ini. Rasio NPL yang melebihi batas standar yang ditetapkan
dan rasio PPAP yang tidak mencapai standar yang ditetapkan mencerminkan bahwa semakin besarnya biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun
biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank Mawardi, 2005. Seperti penelitian Almilia dan Herdiningtyas 2005 yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara rasio NPL dengan tingkat prediksi kondisi bermasalah pada sektor perbankan. Hal ini merupakan dampak dari pemberian
kredit yang tingkat kolektibilitasnya rendah, sehingga dana yang dikelola tidak produktif dalam menghasilkan laba sebagaimana mestinya. Djohanputro dan
Kountur 2007 serta Ristadewi 2009 mengungkapkan bahwa faktor penyebab tingginya NPL pada BPR dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam
menjalankan proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan pemantauan monitoring setelah kredit
disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar, kondisi internal bank, kondisi calon
debitur dan kondisi lingkungan bank. Penilaian terhadap faktor manajemen pada penelitian ini menggunakan
rasio NPM yang erat hubungannya dengan kegiatan manajemen permodalan. Sawir 2011 mengungkapkan bahwa semakin besar nilai presentasinya maka
semakin bagus dalam menunjukkan kinerja yang baik dan sebaliknya. Sejalan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini tingkat kesehatan keuangan bank
pada BPR di Jawa Tengah selama tahun 2010 – 2011 mengalami peningkatan
pada rasio NPM, yang berarti kinerja manajemen BPR semakin bagus dan meningkatkan kesehatan bank.
Tingkat kesehatan keuangan bank pada BPR di Jawa Tengah untuk faktor rentabilitas dengan rasio ROA dan BOPO selama tahun 2010
– 2011 termasuk dalam predikat sehat dimana kedua rasio tersebut telah mencapai
24
standar yang ditetapkan. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian Almilia dan Herdiningtyas 2005 yang menyatakan bahwa rasio ROA
mempunyai pengaruh negatif yang artinya semakin rendah rasio ini semakin besar kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah dan rasio BOPO
mempunyai pengaruh positif yang artinya semakin tinggi rasio ini kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan berjalan secara efisien sehingga meningkatkan kinerja keuangan bank tersebut.
Tingkat kesehatan keuangan bank pada BPR di Jawa Tengah untuk faktor likuiditas dengan Cash Ratio dan LDR selama tahun 2010
– 2011 termasuk dalam predikat sehat dimana kedua rasio tersebut telah mencapai
standar yang ditetapkan. Seperti penelitian Achmad dan Kusumo 2003 yang menyatakan bahwa komponen likuiditas mampu menunjukkan pengaruh
rasio-rasio keuangan yang masuk ke dalam kelompok-kelompok tersebut terhadap kebangkrutan suatu bank pada periode dua tahun dan tiga tahun
sebelum kebangkrutan. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa perkembangan tingkat
kesehatan pada BPR di Jawa Tengah dengan menggunakan rasio CAMEL sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan
melihat faktor modal, aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditasnya selama tahun 2010 - 2011 diperoleh predikat sehat. Jumlah BPR
yang termasuk sehat sebanyak 52 BPR pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 53 BPR pada tahun 2011, sedangkan BPR yang tidak sehat sebanyak
4 BPR pada tahun 2010 dan menurun menjadi 1 BPR pada tahun 2011. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Anggraeni 2011 yang menyatakan dalam
penelitiannya bahwa penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan metode CAMEL Studi Kasus pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Tengah mendapat predikat sehat pada periode penelitian tahun 2006 – 2009.
25