16
Disamping itu terdapat juga tujuan dari sosiodrama. Adapun tujuan penggunaan sosiodrama dalam teknik bimbingan menurut Nursalim dan
Suradi 2002 adalah :
a. Mengembangkan bagaimana seseorang atau beberapa orang
menghadapi suatu situasi sosial. b.
Menggambarkan bagaimana cara memecahkan suatu masalah sosial.
c. Mengembangkan sikap kritis terhadap tingkah laku yang harus
atau jangan dilakukan dalam situasi sosial tertentu. d.
Memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari berbagai sudut pandang tertentu.
2.2.2 Cara Pelaksanaan Bimbingan dengan Teknik Sosiodrama
Menurut Nursalim dan Suradi 2002, adapun cara pelaksanaan bimbingan dengan menggunakan teknik sosiodrama sebagai berikut:
a. Pembimbing membicarakan suatu hal yang menarik dan dapat
menggerakkan perasaan atau emosi individu sehingga mereka dapat mengadakan identifikasi dengan orang-orang atau tokoh-
tokoh dalam cerita. Masalah dalam cerita harus dipahami sehingga secara mudah tergugah untuk ikut berpartisipasi dalam
masalah penyelesaian dan pengatasannya.
b. Setelah pembimbing selesai dalam ceritanya, lalu menentukan
siapa individu-individu yang akan berperan sebagai tokoh-tokoh tertentu. Dalam hal menentukan peranan perlu diperhatikan
sifat-sifat yang justru sebaliknya, misal anak yang kejang-kejang memerankan sebagai tokoh yang sabar dan penolong.
c. Dalam cerita yang akan didramakan, individu bukan hanya
dihadapkan pada suatu persoalan saja tetapi mereka diperhadapakan pada bagaimana dia sendiri memilih jalan keluar
dari problem tadi sebagai akhir cerita; untuk ini perlu dipersiapkan terlebih dahulu penonton yang akan memberikan
penilaian terhadap jalannya cerita dalam drama, dimana sikap- sikap yang salah atau tidak seharusnya dilakukan.
d. Dalam melakukan drama tidak ada batasan waktu.
e. Selesai pementasan drama diadakan diskusi-diskusi yang
membahas baik dan tidaknya pengatasan masalah tadi. f.
Setelah diskusi dilakukan maka diadakan pementasan drama kembali dengan pemain dari individu yang berbeda. Ini
dimaksudkan agar dapat ditemukan cara penyelesaian yang sebaik-baiknya.
17
2.2.3 Teknik Sosiodrama dalam Mereduksi Perilaku Kenakalan Remaja
Perilaku kenakalan remaja merupakan fenomena umum dan masalah yang sampai saat ini masih menjadi beban dan tanggung jawab masyarakat
pada umumnya. Untuk itu peran aktif bimbingan dan konseling sangat diperlukan untuk membantu memecahkan masalah terkait fenomena
kenakalan remaja yang terjadi. Bimbingan dan konseling hendaknya dapat menemukan jalan keluar, mengatasi atau setidaknya mereduksi kenakalan
remaja. Kata mereduksi berasal dari kata benda
“reduksi” yang artinya pengurangan, potongan harga, dsb, menjadi kata sifat
“mereduksi” yang artinya membuat pengurangan, potongan harga, dsb, dalam KBBI, 2008.
Melalui pengertian tersebut mereduksi perilaku kenakalan remaja berarti membuat pengurangan atau mengurangi perilaku menyimpang atau kenakalan
yang selama ini dilakukan oleh remaja. Merujuk mulai dari pengertian kenakalan remaja dan teknik
sosiodrama hingga pada teknik sosiodrama dalam mereduksi perilaku kenakalan remaja, tepat digunakan sebagai strategi intervensi dalam rangka
memecahkan masalah mengenai kenakalan yang telah dilakukan remaja. Perilaku kenakalan remaja perlu untuk dirubah atau setidaknya direduksi
melalui kegiatan layanan bimbingan.
18
Suatu layanan bimbingan dibuat agar tujuan bimbingan yang diberikan kepada siswa tepat sasaran dan dapat memecahkan persoalan. Oleh karena itu
dapat dirumuskan beberapa karakteristik pribadi sosial remaja yang nantinya diharapkan melalui adanya bimbingan Novia, 2010, yaitu :
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mau melaksanakan perintah
dan menjauhi larangan-Nya. b.
Mampu menerima diri dan mengembangkan potensi yang ada di dalam diri.
c. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam komitmen
terhadap tugas dan kewajiban. d.
Menjalin hubungan yang baik dan persahabatan dengan teman-teman. e.
Mampu menolak ajakan yang tidak benar. f.
Dapat menyelesaikan masalah atau konflik yang terjadi dalam diri sendiri maupun dengan teman, lingkungan sekitar secara bijaksana.
g. Menghormati dan menghargai orang lain; teman, guru, orang tua serta
masyarakat sekitar. h.
Menerima dan menjalankan peraturan sekolah yang berlaku. i.
Berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku.
2.3 Temuan Penelitian Terdahulu