42 dalam segala hal, maka keadilan legal disebut keadilan umum
justitis generalis
.
2. Pandangan Modern
Menurut John Rawls, pada masyarakat yang telah maju modern, hukum baru akan ditaati apabila ia mampu meletakkan prinsip-prinsip
keadilan.
19
Pemikiran mengenai keadilan John Rawls inilah, yang penulis anggap sebagai kategori konsep keadilan modern. Menurut pendapat Rawls,
berbicara mengenai keadilan, maka hukum tidak boleh dipersepsikan sebagai wasit yang tidak memihak dan bersimpati dengan orang lain. Hukum justru
harus menjadi penuntun agar orang dapat mengambil posisi tetap memperhatikan kepentingan individunya. Jika bidang utama keadilan adalah
struktur dasar masyarakat, problem utama keadilan, menurut Rawls, adalah merumuskan dan memberikan alasan pada sederet prinsip-pisnsip yang harus
dipenuhi oleh sebuah struktur dasar masyarakat yang adil. Dengan diterapkan pada fakta struktur dasar masyarakat, prinsip-prinsip keadilan
harus mengerjakan dua hal:
20
a. Prinsip keadilan harus memberi penilaian konkret tentang adil tidaknya
institusi-institusi dan praktik institusional.
19
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Op. cit., hal. 161.
20
Ibid, hal. 162-163.
43 b.
Prinsip-prinsip keadilan harus membimbing kita ke dalam memperkembangkan
kebijakan-kebijakan dan
hukum untuk
mengoreksi ketidakadilan alam struktur dasar masyarakat. Rawls
mengakui bahwa
kecenderungan manusia
untuk mementingkan diri sendiri merupakan kendala utama dalam mencari prinsip-
prinsip keadilan itu. Apabila dapat menempatkan diri pada posisi asli, manusia akan sampai pada dua prinsip keadilan yang paling mendasar,
yaitu:
21
1 Prinsip kebebasan yang sama sebesar-besarnya
principle of greatest equal liberty
. Menurut pinsip ini setiap orang mempunyai hak yang sama atas seluruh keuntungan masyarakat.
2 Prinsip ketidaksamaan atau perbedaan, yang menyatakan bahwa
situasi perbedaan sosial ekonomi harus diberikan aturan sedemikian rupa sehingga dapat menguntungkan golongan masyarakat yang
paling lemah paling tidak mendapat peluang untuk mencapai prospek kesejahteraan, pendapatan dan otoritas. Rumusan prinsip
kedua ini sesungguhnya merupakan gabungan dari dua prinsip, yaitu prinsip perbedaan
difference principle
dan prinsip persamaan yang adil atas kesempatan
the principle of fair equality of opportunity
.
21
Ibid , hal 165.
44 Menurut Rawls, kekuatan dalam keadilan dalam arti
Fairness
justru terletak pada tuntutan bahwa ketidaksamaan dibenarkan sejauh juga
memberikan keuntungan bagi semua pihak dan sekaligus memberi prioritas pada kebebasan.
22
Ini merupakan dua tuntutan dasar yang dipenuhi dan dengan demikian juga membedakan secara tegas konsep keadilan sebagai
Fairness
dari teori-teori yang dirumuskan dalam napas intuisionisme dalam cakrawala teologis. Untuk terjaminnya efektivitas dari kedua prinsip keadilan
itu, Rawls menegaskan bahwa keduanya harus diatur dalam suatu tatanan yang disebutnya
serial order.
23
Dengan pengaturan seperti itu, Rawls menegaskan bahwa hak-hak serta kebebasan-kebebasan dasar tidak dapat
ditukar dengan keuntungan sosial dan ekonomis. Ini berarti prinsip keadilan yang kedua hanya bisa mendapat tempat dan diterapkan apabila prinsip
keadilan yang pertama telah dipenuhi. Artinya penerapan dan pelaksanaan prinsip keadilan yang kedua tidak boleh bertentangan dengan prinsip
keadilan yang pertama. Dengan demikian hak-hak dan kebebasan-kebebasan dasar dalam konsep keadilan memiliki priroritas utama atas keuntungan
sosial dan ekonomis. Setelah era pandangan tradisional mengenai keadilan, Karen Lebacqz
mengevaluasi pemikiran enam tokoh mengenai keadilan, yaitu: Mill, Rawls, Nozick, Para Uskup, Niebuhr, dan Miranda. Mereka menggunakan keadilan
22
Abdul Ghofur Anshori, Op.cit, hal.52.
23
Ibid.
45 distributif dalam maknanya yang luas: pertanyaannya bukan lag
i “Siapa yang memperoleh?”, namun juga “Apakah jenis yang diperoleh semestinya?” dan
“Siapa yang berhak memutuskannya?”.
24
Berikut ini merupakan ringkasan pemikirin keadilan Mill, Rawls, Nozick, Para Uskup, Niebuhr, dan Miranda:
a. John Stuart Mill
25
Pendekatannya terhadap keadilan terletak di dalam analisis mengenai akal sehat dan kepekaan moral pada saat itu. Keadilan dipahami oleh
Mill ketika berhadapan dengan klaim atau hak personal, dan berusaha melandasi klaim-klaim tersebut dengan argumen utilitarian. Menurut
Mill, tidak ada teori teori keadilan yang bisa dipisahkan dari tuntutan kemanfaatan. Keadilan adalah istilah yang diberikan kepada aturan-
aturan yang melindungi klaim-klaim yang dianggap esensial bagi kesejahteraan masyarakat, klaim untuk memegang janji, diperlakukan
setara, dan sebagainya. Klaim seperti ini merupakan pokok-pokok hitungan utilitarian. Sifat esensial keadilan dalam skema utilitarian
adalah: keadilan mengakui hak-hak individu yang didukung masyarakat. Keadilan mensyaratkan aturan-aturan yang ditetapkan
menjadi kebaikan masyarakat demi menjamin pemenuhan kewajiban tertentu yang keras dan demi melindungi hak-hak individu. Keadilan
24
Karen Lebacqz, Teori-teori Keadilan Six Theories of Justice, Nusa Media, Bandung, 1986, hal. 2.
25
Ibid, hal. 13-41.
46 bisa memadukan konsep mengenai perlakukan setara dan pengabaian.
Keadilan bukan
Sui Generis
, karena dia bergantung sepenuhnya pada kemanfaatan sosial sebagai fondasinya. Semua aturan keadilan bisa
tunduk kepada tuntutan-tuntutan kemanfaatan. Apapun yang membawa kebaikan terbesar bagi semuanya dapat disebut adil.
b. John Rawls
26
Prinsip-prinsip keadilan diperoleh bukan dengan mengevaluasi kemanfaatan dari tindakan-tindakan melainkan dari pilihan rasional
di dalam kondisi adil. Prinsip-prinsip tersebut dilekatkan pada struktur dasar masyarakat, bukannya setiap tindakan atau setiap
tingkatan di mana keadilan dipersoalkan. Teori keadilan Rawls, menggunakan kontrak sosial sebagai basis teori keadilan. Prinsip-
prinsip Rawls melindungi pihak-pihak yang paling kurang beruntung di masyarakat. Tidak ada pertukaran kebebasan atau kesejahteraan
mereka dengan kesejahteraan orang lain yang dibolehkan. Kebebasan-kebebasan dasar harus didistribusikan setara dan tidak
boleh dikorbankan demi pencapaian ekonomi. c.
Robert Nozick
27
Nozick menolak peran negara di dalam keadilan distributif. Keadilan dibatasi hanya pada ruang komutatif pertukaran individu. Keadilan
26
Ibid , hal. 49-79.
27
Ibid , hal 89-113.
47 terdapat di dalam pertukaran yang adil. Keadilan tidak dapat
membuat klaim yang substantif apapun, selain hanya mengandung persyaratan prosedural bagi keadilan pertukaran. Keadilan tidak
terdapat di dalam propaganda kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar dan tidak juga di dalam upaya untuk melindungi pihak-pihak
yang kurang beruntung. d.
Para Uskup
28
Keadilan berakar pada tradisi iman yang merespon Tuhan yang adil dan penuh kasih. Para Uskup mengajukan konsep keadilan sebagai
kebaikan bersama. Kebaikan bersama didasarkan pada keberpihakan kepada orang miskin, tidak pernah kebaikan yang lebih besar
sejumlah orang dapat menjustifikasi keterpurukan orang lain. Keberpihakan kepada orang-orang yang malang menjadi tongkat
pengukur keadilan suatu masyarakat. e.
Reinhold Niebuhr
29
Pendekatan Niebuhr terhadap keadilan adalah dengan penekanan terhadap konsep dosa. Menurut Niebuhr, di sebuah dunia yang sudah
dirembesi dosa, tidak ada satu pun prinsip atau pendekatan dapat menghasilkan prinsip keadilan yang sahih selamanya. Keadilan tetap
harus dicirikan pertama dan terutama oleh keseimbangan kekuasaan.
28
Ibid , hal 119-146.
29
Ibid , hal 157-184.
48 Yang ideal adalah harmoni diri dengan diri, sehingga keadilan
berusaha mendekati yang ideal dengan menyeimbangkan kekuasaan sehingga yang lemah akan terlindungi dari yang kuat. Kesimbangan
seperti itu bukan harmoni yang relatif, melainkan harmoni yang dibutuhkan dan adil. Keadilan tidak pernah bersifat mutlak dan
tercapai seutuhnya. Setiap keadilan relatif adalah sekaligus ketidak- adilan relatif.
f. Jose Porforio Miranda
30
Miranda berfokus pada kasih istimewa Tuhan bagi kaum papa dan tertindas. Keadilan dimulai dari menolak ketidakadilan. Tuhan
dikenal hanya dari tindakan keadilan, dan tindakan keadilan berarti bertindak adil kepada orang miskin. Tidak ada pemisahan ruang
ekonomi dan politik, karena keadilan meliputi segala sesuatu. Tradisi menyebutkan bahwa prinsip resmi keadilan distributif adalah
”bagi masing-masing sesuai dengan yang layak baginya.”
31
Pemikiran enam tokoh mengenai keadilan, yaitu: Mill, Rawls, Nozick, Para Uskup, Niebuhr,
dan Miranda —berbeda dengan pandangan tradisional yaitu:
32
a. John Stuart Mill: Bagi masing-masing sesuai dengan kecenderungan
tindakan yang memaksimalkan kemanfaatan bagi semuanya.
30
Ibid , hal 196-233.
31
Karen Lebacqz, Op.cit, hal. 236.
32
Ibid.
49 b.
John Rawls: Bagi masing-masing sesuai dengan struktur dasar yang dapat menguntungkan pihak-pihak kurang beruntung di mana
batasannya adalah
kesetaraan hak-hak
politik, kesetaraan
kesempatan, dan pelestarian yang adil bagi generasi masa depan c.
Robert Nozick: Bagi masing-masing sesuai dengan pilihan-pilihan yang sudah menjadi hak mereka.
d. Para Uskup: Bagi masing-masing sesuai dengan martabat mereka
sebagai makhluk yang diciptakan secitra Allah dengan kewajiban dan hak yang sesuai dengan citra tersebut dalam bentuk tiga aspek
keadilan e.
Reinhold Niebuhr: Bagi masing-masing sesuai dengan prinsip kebebasan, khususnya kesetaraan, yang diimbangi kasih da keadilan.
f. Jose Porforio Miranda: Bagi masing-masing sesuai dengan campur
tangan Tuhan di dalam sejarah dalam membebaskan orang miskin dan tertindas.
Dari pemikiran enam tokoh di atas mengenai keadilan, yang mengejutkan adalah hilangnya beberapa konsep tradisional seperti klaim
aristotelian bahwa keadilan bisa dimaknai sebagai distribusi asalkan beriringan dengan kebaikan.
33
Dalam hal pencapaian keadilan, tentunya
33
Ibid , hal 237.
50 dibutuhkan persyaratan. Karen Lebacqz juga mengevaluasi pemikiran enam
tokoh mengenai persyaratan keadilan, yaitu:
34
a. John Stuart Mill: Persyaratan keadilan tercapai melalui pencarian
hakikat umum di dalam konsep-konsep yang ada selama ini mengenai apa yang adil dan tidak adil.
b. John Rawls: Persyaratan keadilan tercapai melalui pilihan rasional di
dalam setting yang
fair
. c.
Robert Nozick: Persyaratan keadilan bagi hak-hak minimal tercapai melalui pendeduksian maksim Kantian yang memperlakukan setiap
pribadi sebagai tujuan akhir, bukan hanya sebagai alatcara. d.
Para Uskup: Persyaratan keadilan tercapai melalui perwujudan visi keadilan berbasis iman dalam prinsip-prinsip filosofis dan teologis
mengenai kewajiban dan hak. e.
Reinhold Niebuhr: Persyaratan keadilan tercapai melalui prinsip kasih berbasis iman yang selalu tarik ulur dengan realitas-realitas
dosa. f.
Jose Porforio Miranda: persyaratan keadilan tercapai melalui konfirmasi Alkitab bagi analisis Marxis tentang ketidakadilan yang
dialami kaum tertindas.
34
Ibid.
51 Dari Mill dan kaum utilitarian, keadilan mencakup pengertian
fundamental mengenai kesetaraan, karena setiap kebaikan pribadi haruslah terhitung sama dengan kebaikan orang lain.
35
Di mata Rawls, teori keadilan pada akhirnya harus bergerak menuju kesetaraan distribusi, meskipun dia
tidak mensyaratkan kesetaraan sebagai prinsip distribusi. Jika bidang utama keadilan adalah struktur dasar masyarakat, problem utama keadilan, menurut
Rawls, adalah merumuskan dan memberikan alasan pada sederet prinsip- pisnsip yang harus dipenuhi oleh sebuah struktur dasar masyarakat yang adil.
Keadilan dalam pandangan Niebuhr lebih kepada fundamental hakikat manusia. Perhatian Nozick terarah kepada keniscayaan dan batasan-batasan
negara; perhatian Miranda terfokus kepada cara berpikir Alkitab; sedangkan perhatian para uskup terfokus langsung pada kemiskinan.
3. Pandangan Tokoh bangsa Indonesia