51 Dari Mill dan kaum utilitarian, keadilan mencakup pengertian
fundamental mengenai kesetaraan, karena setiap kebaikan pribadi haruslah terhitung sama dengan kebaikan orang lain.
35
Di mata Rawls, teori keadilan pada akhirnya harus bergerak menuju kesetaraan distribusi, meskipun dia
tidak mensyaratkan kesetaraan sebagai prinsip distribusi. Jika bidang utama keadilan adalah struktur dasar masyarakat, problem utama keadilan, menurut
Rawls, adalah merumuskan dan memberikan alasan pada sederet prinsip- pisnsip yang harus dipenuhi oleh sebuah struktur dasar masyarakat yang adil.
Keadilan dalam pandangan Niebuhr lebih kepada fundamental hakikat manusia. Perhatian Nozick terarah kepada keniscayaan dan batasan-batasan
negara; perhatian Miranda terfokus kepada cara berpikir Alkitab; sedangkan perhatian para uskup terfokus langsung pada kemiskinan.
3. Pandangan Tokoh bangsa Indonesia
Konsep keadilan sosial di negara Indonesia telah mendapat tempat yang utama oleh para tokoh bangsa Indonesia. Salah satunya adalah
Soekarno, hal ini jelas sekali dapat dibuktikan dari gagasan Soekarno dalam pembicaraannya tentang Dasar Negara Indonesia di dalam sidang BPUPKI
1 Juni 1945. Menurut Soekarno, yang dimaksud sebagai keadilan sosial ialah:
“Suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur, berbahagia buat semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada
35
Karen Lebacqz, Op.cit, hal. 233.
52 penindasan, tidak ada penghisapan. Tidak ada
exploitation de
I’homme par I’homme. Semuanya berbahagia, cukup sandang, cukup pangan,
gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja
.”
36
Pemikiran Soekarno tentang keadilan sosial di atas sungguh jelas, tepat, sistematis dan tegas. Tampak sekali bahwa Seoekarno sangat
memprioritaskan nilai keadilan dan menjunjung tinggi nilai hak-hak asasi manusia dalam konsep hidup berbangsa dan bernegara. Sudah tentu, lahirnya
gagasan tentang definisi keadilan sosial ini merupakan hasil refleksi Soekarno tentang masa gelap sejarah bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia
telah mengalami penderitaan, penindasan, penghinaan dan penghisapan oleh penjajahan Belanda dan Jepang. Pernyataan teks di atas membuktikan bahwa
Soekarno ingin mencanangkan keadilan sosial sebagai warisan dan etika bangsa Indonesia yang harus diraih. Selain itu, cita-cita keadilan Soekarno
juga berdasarkan penggunaan industrialisme modern untuk kepentingan umum, Soekarno pernah mengatakan bahwa:
“Sudah pernah saya katakan bahwa cita-cita dengan keadilan sosial ialah suatu masyarakat yang adil dan makmur. Saya tekankan adil
dan makmur, makmur dan adil, dengan menggunakan alat-alat industri,
alat-alat teknologi
yang sangat
modern....Tetapi industrialisme modern itu kita pergunakan untuk kepentingan
umum.”
37
Upaya agar keadilan sosial dapat terwujud, maka keadilan sosial itu
harus dimulai dari hidup bermasyarakat. Soekarno menyadari bahwa negara
36
Soekarno, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno, Media Pressindo, Yogyakarta, 2006, hal 277-278.
37
Ibid, hal 295.
53 Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa akan mencapai
keadilan sosial asalkan rakyat Indonesia telah dipersatukan menjadi satu bangsa, yakni bangsa Indonesia. Pemahaman aspek persatuan ini jelas tidak
bisa terlepas dari aspek “rasa” setiap orang. Rupanya konsep tentang persatuan bangsa ini sudah lama digagas oleh Soekarno. Hal ini dapat dibaca
dalam isi pidatonya di Sidang BPUPKI: “Kita hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua”. Bukan
buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, -
tetapi “semua buat semua”. Inilah salah satu dasar pikiran yang nanti yang akan saya kupas lagi. Maka,
yang selalu mendengung di dalam saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa hari di dalam sidang Dokuritu Zyunbi Tyoosakai ini,
akan tetapi sejak tahun 1918, 25 tahun lebih, ialah: Dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buatan Negara Indonesia, ialah dasar
kebangsaan.”
38
Berbicara tentang cara mencapai keberhasilan ide menunju keadilan
sosial ini, maka Soekarno melihat bahwa keadilan sosial tidak bisa terlepas dari usaha mempersatukan bangsa. Demikian juga bahwa persatuan bangsa
juga tidak bisa lepas dari tata negara “Gotong Royong”. Apa yang dimaksud dengan Gotong Royong? Menurut Soekarno :
“Gotong-royong” adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan”, saudara-saudara Kekeluargaan adalah salah satu
faham yang statis, tetapi gotong-rouong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat
Soekardjo: satu
karyo
, satu
gawe
. Marilah kita menyelesaikan
karyo
,
gawe
, pekerjaan amal ini, bersama-sama Gotong-royong adalah pembanting tulang bersama pemerasan keringat bersama, perjuangan
38
Saafroedin Bahar ed, Risalah Sidang BPUPKI-PPKI 29 Mei 1945-19 Agustus 1945
. Edisi kedua. Sekretaris Negara RI, Jakarta, 1995, hal. 71.
54
bantu-binantu
bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua.
Holopis-kuntul-baris
buat kepentingan bersama Itulah gotong-royong
”
39
Soekarno memiliki buah pikiran yang cemerlang tentang keadilan
sosial. Gagasan keadilan sosial tidak bisa terlepas dari gerakan persatuan dan gotong royong. Justru bangsa yang tahu bersatu dan mau berkerjasama akan
dapat memahami nilai keadilan sosial. Pernyataan ini ditegaskan lagi oleh Soekarno dalam pidatonya yang berbicara tentang nilai kebersamaan untuk
mencapai cita-cita bangsa, yakni menciptakan masyarakat adil dan makmur. Selain Soekarno, tokoh bangsa Indonesia adalah Sutan Syahir. Sjahrir
dalam pidato di depan Kongres Majelis Pemuda Kristen Oikumenia IV di Bandung, 18 April 1957, berkata, Tujuan itu haruslah membangun suatu
masyarakat yang berbahagia, yang berdasarkan kerakyatan serta keadilan sosial. Rasa kemanusiaan harus kita perkuat.
40
Menurut Sjahrir, kita harus pula menyadarkan rakyat kita bahwa rasa kemanusiaan, kerakyatan, dan
keadilan sosial hanya berarti serta dapat diwujudkan dengan sempurna, jika masyarakat kita berdasarkan pada kemakmuran bersama serta merata.
41
Jakob Oetama Pimpinan Umum Kompas ketika menyampaikan makna Peringatan Seratus Tahun Sutan Sjahrir mengatakan, buah pemikiran Sjahrir
adalah sistem ekonomi pasar sosial yang mengombinasikan peran sosial
39
Ibid, hal 82.
40
Kompas, Sosok
Sjahrir Relevan
bagi Masa
Depan Bangsa
, http:nasional.kompas.comread2009033120504632
, diakses pada tanggal 7 Maret 2012.
41
Ibid.
55 peran negara dan peran pasar, yang bertujuan untuk menyejahterakan
rakyat.
42
Apa yang dinyatakan oleh Sjahrir tersebut senada dengan Muh. Yamin yang menyatakan bahwa kesejahteraan rakyat yang menjadi dasar dan
tujuan Negara Indonesia Merdeka adalah pada ringkasannya keadilan masyarakat atau keadilan sosial.
43
Mohammad Hatta juga menyadari mengenai pentingnya keadilan sosial bagi rakyat Indonesia, yang berakibat kepada kesejahteraan rakyat,
namun hal ini menurutnya harus mengandaikan kedaulatan rakyat. Dalam sebuah pidato di Aceh pada tahun 1970, ia mengatakan:
“Apakah yang dimaksud dengan Indonesia yang adil? Indonesia yang adil maksudnya tak lain daripada memberikan perasaan kepada
seluruh rakyat bahwa ia dalam segala segi penghidupannya diperlakukan secara adil dengan tiada dibeda-bedakan sebagai warga
negara. Itu akan berlaku apabila pemerintahan negara dari atas
sampai ke bawah berdasarkan kedaulatan rakyat.”
44
Pemikiran Bung Hatta yang sangat komprehensif tentang keadilan
sosial dapat dilihat dan ditelusuri pada saat ia berbicara tentang Pancasila, suatu dasar yang dibelanya secara sungguh-sungguh baik dalam teori
maupun praktek. Bagi Hatta sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan prinsip pembimbing bagi cita-cita kenegaraan di Indonesia. Prinsip spiritual
dan etik ini memberikan bimbingan kepada semua pihak yang baik bagi
42
Kompas, Buah
Pikiran Sjahrir
Tidak Lekang
oleh Waktu
, http:nasional.kompas.comread2009030522073081Buah.Pikiran.Sjahrir.Tidak.Lekang.
oleh.Waktu , diakses pada tanggal 7 Maret 2012.
43
Saafroedin Bahar ed, Op.cit, hal. 28.
44
Mohammad Hatta, dalam Franz Magnis Suseno, Bung Hatta dan Demokrasi, Tempo, 18 Agustus 2002.
56 rakyat dan bangsa. Sejalan dengan prinsip dasar ini, sila kemanusiaan yang
adil adan beradab adalah kelanjutan dari sila pertama dalam praktik. Begitu pula sila ketiga dan keempat. Sedangkan sila kelima, “Keadilan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”, menjadi tujuan terakhir dari ideologi Pancasila.
45
Hatta juga menegaskan bahwa di bawah bimbingan sila pertama, sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kelima sila itu saling mengikat.
46
Hal yang pernah diperjuangkan Bung Hatta dalam rangka penyusunan konsep keadilan sosial dalam UUD 1945 adalah dengan
keberhasilannya memasukkan perihal ekonomi dan kesejahteraan rakyat pada pasal 33 sebelum diamandemen yang berbunyi:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan. 2.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat.
Dari isi Pasal 33 UUD 1945 ini sangat terasa bahwa HAM dalam artian berpihak pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia cukup
45
A. Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi Tentang Percaturan dalam Konstituante
. LP3ES, Jakarta, 1987, hal. 155.
46
Mohammad Hatta, Pengertian Pancasila, Idayu Press, Jakarta, 1977, hal.20.
57 dijamin.
47
Hatta ingin agar Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat
— dengan demikian nasionalisme Indonesia jika ingin difungsikan dalam
kenyataan tidak harus sekedar ditujukan untuk melawan eksploitasi dan dominasi asing dalam politik, ekonomi, dan budaya, tetapi juga harus
dihadapkan kepada unsur kolonial domestik.
48
Senada dengan konsep keadilan Bung Hatta, Abdurrahman Wahid juga menyatakan bahwa keadilan itu tidak hanya dibatasi hanya pada lingkup
mikro dari kehidupan warga masyarakat Indonesia secara perorangan, melainkan juga lingkup makro kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri.
49
O. Notohamidjojo juga menuturkan bahwa keadilan itu menuntut perlawanan terhadap kesewanang-wenangan kepada manusia, keadilan memberikan
kepada masing-masing haknya, dengan kata lain keadilan merupakan postulat tuntutan atau dalil, yang tidak dapat dibuktikan, yang harus
diterima untuk memahami fakta atau peristiwa tertentu bagi perbuatan manusia
—karena keadilan menuntut untuk melihat sesama manusia sebagai
47
Todung Mulya Lubis, Hak Azasi Manusia dan Kita . Sinar Harapan, Jakarta, 1982, hal 18.
48
Alfian, Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia: Kumpulan Karangan. Gramedia, Jakarta, 1981, hal.120.
49
Abdurrahman Wahid,
Konsep Keadilan
, http:www.gusdur.netPemikiranDetail?id=28hl=idKonsep_Keadilan
, diakses
pada tanggal 5 Maret 2012.
58 manusia, mewajibkan memanusiakan manusia
Vermenschlichung den Menschen
.
50
B. Fungsi Pemerintah Sebagai Pewujud Keadilan Sosial