PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KABUPATEN CIANJUR.

(1)

JASMANI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KABUPATEN CIANJUR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh Indra Wiguna

1007278

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. H. Endang Herawan, M.Pd NIP. 19600810 198603 1 001

Pembimbing II

Dr. Cicih Sutarsih, M.Pd NIP.19700929 199802 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KABUPATEN CIANJUR” ini dan seluruh isinya adalah benar – benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

Indra Wiguna 1007278


(4)

JASMANI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KABUPATEN CIANJUR

Indra Wiguna NIM: 1007278 ABSTRAK

Supervisi Kepala Sekolah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Cianjur secara keseluruhan belum maksimal diberikan kepada guru Pendidikan Jasmani (PENJAS), sehingga menyebabkan motivasi berprestasi guru belum optimal dan kinerja guru PENJAS di sekolah relatif rendah. Permasalahan dalam penelitian adalah Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Cianjur. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh antara Supervisi Kepala Sekolah dan motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru PENJAS pada SMP Negeri di Kabupaten Cianjur.

Metode yang digunakan adalah survey deskriptif dengan penjelasan (explanatory survey method) dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dari populasi guru PENJAS se – Kabupaten Cianjur sebanyak 107 orang diambil sampel berjumlah 59 orang. Menggunakan dua teknik pengumpulan data berupa studi dokumentasi dan teknik angket. Pengolahan data menggunakan statistik yang meliputi analisis korelasi, analisis regresi linier, analisis korelasi ganda, dan analisis regresi ganda.

Hasil penelitian ini adalah ditemukannya bahwa: 1) Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah di Kabupaten Cianjur secara keseluruhan mempunyai kategori tinggi; 2) Motivasi berprestasi guru PENJAS SMP Negeri di Kabupaten Cianjur secara keseluruhan tergolong tinggi; 3) Kinerja Guru PENJAS SMP Negeri di Kabupaten Cianjur yang telah terlaksana secara keseluruhan rata – rata berada pada kategori tinggi; 4) Supervisi kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PENJAS dan pengaruhnya tergolong tinggi; 5) Motivasi berprestasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PENJAS dan pengaruhnya tinggi; 6) Supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PENJAS.

Rekomendasi dalam penelitian ini adalah sebaiknya kepala sekolah memberikan supervisi kepada guru yang mana frekuensinya ditingkatkan melalui Penataran, seminar, lokakarya, dan Diklat agar kinerjanya lebih meningkat lagi dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di tingkat SMP. Motivasi berprestasi harus terus dipelihara oleh setiap guru PENJAS agar pengajaran lebih efektif dan efisien melalui pemberian penghargaan kepada guru yang berprestasi dan memberikan sanksi kepada guru yang tidak disiplin. Selain itu, Guru pun harus lebih kreatif, kritis, dan selalu mempunyai keinginan untuk lebih baik lagi dalam meningkatkan kinerjanya dalam Proses Belajar mengajar.


(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 13

1. Tujuan Umum ... 13

2. Tujuan Khusus ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Struktur Organisasi Tesis ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 16

A. Kajian Pustaka ... 16

1. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan ... 16

2. Kinerja Guru... 18

3. Supervisi Kepala Sekolah ... 23

4. Motivasi Berprestasi... 45

B. Kerangka Pemikiran ... 55

C. Hipotesis Penelitian ... 59

BAB III METODE PENELITIAN ... 62

A. Pendekatan Penelitian ... 62

B. Populasi dan Sampel ... 63

1. Populasi ... 63


(6)

C. Teknik Pengumpulan Data ... 68

1. Studi Dokumentasi ... 68

2. Teknik Angket ... 68

3. Definisi Operasional... 70

4. Instrumen Penelitian... 70

5. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen ... 77

6. Hasil Uji Coba Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen ... 80

7. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 91

A. Hasil Penelitian ... 91

1. Hasil Analisis Data Deskriptif ... 91

2. Uji Persyaratan Analisis Korelasi dan Regresi ... 104

3. Pengujian Hipotesis ... 115

4. Interpretasi Hasil Analisis Korelasi dan Regresi ... 122

B. Pembahasan ... 122

1. Supervisi Kepala Sekolah ... 122

2. Motivasi Berprestasi... 123

3. Kinerja Guru PENJAS ... 126

4. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru PENJAS ... 127

5. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru PENJAS ... 131

6. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru PENJAS ... 133

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 135

A. Kesimpulan ... 135

B. Rekomendasi ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 142

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 145


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Guru PENJAS di Kabupaten Cianjur ... 63

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Guru PENJAS ... 65

Tabel 3.3 Jumlah Populasi dan Sampel ... 67

Tabel 3.4 Kisi – kisi Instrumen Variabel (X1) ... 71

Tabel 3.5 Kisi – kisi Instrumen Variabel (X2) ... 73

Tabel 3.6 Kisi – kisi Instrumen Variabel (Y) ... 74

Tabel 3.7 Uji Validitas Item Variabel (X1) ... 81

Tabel 3.8 Uji Validitas Item Variabel (X2) ... 82

Tabel 3.9 Uji Validitas Item Variabel (Y) ... 83

Tabel 3.10 Uji Reliabilitas Item (X1) ... 84

Tabel 3.11 Uji Reliabilitas Item (X2) ... 85

Tabel 3.12 Uji Reliabilitas Item (Y) ... 86

Tabel 3.13 Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r ... 87

Tabel 4.1 Kriteria Skor Rata – rata Variabel ... 92

Tabel 4.2 Skor Rata – rata Supervisi Kepala Sekolah (X1) ... 94

Tabel 4.3 Skor Rata – rata Motivasi Berprestasi (X2) ... 98

Tabel 4.4 Skor Rata – rata Kinerja Guru PENJAS (Y) ... 101

Tabel 4.5 Rata – rata Kecenderungan Data Variabel Penelitian ... 104

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Supervisi Kepala Sekolah (X1) ... 106

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Motivasi Berprestasi Guru (X2) ... 108

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Kinerja Guru (Y) ... 110

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data ... 112

Tabel 4.10 Hasil Uji Linieritas Data Variabel (X1) dan Variabel (Y) ... 113

Tabel 4.11 Hasil Uji Linieritas Data Variabel (X2) dan Variabel (Y) ... 114

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas ... 114

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda ... 115

Tabel 4.14 Persamaaan Regresi (X1) dan (X2) – Y ... 116


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik Kinerja Guru ... 10

Gambar 2.1 Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran ... 21

Gambar 2.2 Efek Bantuan Profesional terhadap Kinerja Guru ... 31

Gambar 2.3 Fungsi Supervisor ... 43

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ... 56

Gambar 2.5 Hubungan antar Variabel ... 58

Gambar 4.1 Diagram Batang Alternatif Jawaban Responden (X1) ... 95

Gambar 4.2 Diagram Batang Kriteria Skor (X1) ... 96

Gambar 4.3 Diagram Batang Alternatif Jawaban Responden (X2) ... 99

Gambar 4.4 Diagram Batang Kriteria Skor (X2) ... 99

Gambar 4.5 Diagram Batang Alternatif Jawaban Responden (Y) ... 102

Gambar 4.6 Diagram Batang Kriteria Skor (Y) ... 103

Gambar 4.7 Grafik Uji Normalitas Variabel (X1) ... 107

Gambar 4.8 Diagram Normal Q – Q Plot dari (X2) ... 109

Gambar 4.9 Diagram Normal Q – Q Plot dari (Y) ... 111


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi – kisi Instrumen dan Angket Penelitian ... 146

Lampiran 2 Tabel Jumlah Populasi ... 152

Lampiran 3 Tabulasi Data Responden Uji Coba... 158


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu solusi strategis yang dapat ditawarkan dalam memecahkan persoalan bangsa, baik langsung maupun secara tidak langsung, termasuk pendidikan dasar. Solusi strategis tersebut terwujud apabila didukung oleh pelaksanaan manajemen profesional yang diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan perubahan pada kenyataan masa kini dan masa depan, baik perubahan dari dalam maupun perubahan dari luar. Sekolah harus dibangun sedemikian rupa, sehingga sekolah tidak hanya berfungsi mentransfer isi kurikulum, tetapi juga bagaimana proses pembelajaran dapat memberikan segala sesuatu yang peserta didik butuhkan, sehingga kelak dapat digunakan untuk menopang kehidupan mereka di tengah – tengah masyarakat dan dunia kerja. Pendidikan Jasmani (PENJAS) sebagai salah satu mata pelajaran yang terkandung dalam pola pendidikan di Indonesia telah dirumuskan oleh pemerintah dalam Undang – undang No. 20 tahun 2003. Khusus mengenai kurikulum pendidikan dasar dan menengah telah dirumuskan pada pasal 42 yang wajib memuat Mata pelajaran – mata pelajaran sebagai berikut. (1) pendidikan agama, (2) pendidikan kewarganegaraan, (3) bahasa, (4) matematika, (5) ilmu pengetahuan alam, (6) ilmu pengetahuan sosial, (7) seni dan budaya, (8) pendidikan jasmani dan olahraga, (9) keterampilan/kejuruan, dan (10) muatan lokal. Ditetapkannya pendidikan jasmani dan olahraga sebagai mata pelajaran yang wajib diberikan di sekolah telah membuktikan pentingnya


(11)

pendidikan jasmani dan olahraga diajarkan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga telah menjadi bagian integral dari keseluruhan pendidikan. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Kinerja guru dalam proses belajar mengajar (PBM) menjadi salah satu bagian terpenting dalam mendukung terciptanya proses pendidikan secara efektif terutama dalam membangun sikap disiplin dan mutu hasil belajar siswa. Namun demikian, manakala guru gagal meminimalkan perilaku menyimpang yang diperbuat siswa sering kali membuat guru putus semangat dan malas dalam mengajar. Hal ini tentunya harus dihindari oleh setiap guru. Bagi guru yang memiliki kinerja yang tinggi harus mampu menyusun tahapan belajar siswa untuk dapat belajar dengan menciptakan atmosfir belajar yang lebih kondusif dan positif. Hal tersebut menjadi isu yang amat kritis dalam konteks pendidikan di Sekolah Menegah Pertama (SMP), yang dipandang sebagai cerminan kualitas pendidikan masa depan. Secara profesi menurut Karsidi (2006:1) guru dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, yaitu: (1) memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, (2) memiliki kompetensi


(12)

keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, dan (3) mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya. Ketiga hal tersebut menjadi landasan utama dalam menentukan kualifikasi guru dalam konteks pendidikan di sekolah. Jadi, kedudukan guru dalam proses belajar mengajar khususnya di SMP sangatlah sentral. Setiap guru pendidikan jasmani di SMP perlu mengetahui, memahami, dan menghayati prinsip – prinsip pengelolaan pembelajaran. Karakteristik guru yang berkinerja baik dalam PBM hendaknya mampu melakukan kegiatan belajar pendidikan jasmani dengan tingkat kesulitan yang sedikit.

Sekolah Menengah Pertama merupakan pondasi awal sebagai pijakan untuk menuju ke jenjang yang lebih tinggi. Sekolah sebagai pusat belajar dari berbagai disiplin ilmu, merupakan wadah berkumpulnya segala potensi siswa. Pendidikan Jasmani dan kesehatan sebagai salah satu pelajaran yang diajarkan kepada siswa memiliki peranan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan siswa dari mulai potensi fisik, penanaman sportifitas, mental, kesadaran pola hidup bersih dan sehat. Potensi fisik yang prima dan berbakat yang dimiliki siswa semestinya terus dibimbing dan dibina oleh guru Penjas supaya kemampuan anak terus meningkat dan dapat mencapai prestasi yang optimal. Berbagai kompetisi olahraga yang dilaksanakan oleh sekolah atau instansi lain merupakan sarana uji coba atau tolak ukur dari hasil pembelajaran yang sudah berjalan. Contoh kompetisi olahraga yang rutin dilaksanakan adalah perlombaan antar kelas di sekolah, O2SN tingkat Kecamatan, Kota/Kabupaten, Provinsi dan Nasional.


(13)

Guru merupakan bidang pekerjaan yang menuntut pengabdian tertentu dan memerlukan persyaratan dasar, keterampilan teknis dan sikap kepribadian tertentu serta ditandai oleh adanya tingkah laku yang mencirikan tugas seorang guru sebagai tugas „profesional‟. Keberhasilan pendidikan bukan hanya terletak pada kurikulum yang berlaku namun juga bertolak dari profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pendidikan. Guru yang profesional memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta menyikapi pekerjaannya pada pelayanan yang bertumpu pada landasan intelektual yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara langsung dapat diabadikan bagi kemaslahatan orang lain terutama siswanya.

Guru yang profesional dan produktif dibangun melalui penguasaan sejumlah kompetensi yang secara nyata diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas pekerjaannya. Kompetensi guru perlu dikembangkan terus menerus sehingga penyelenggaraan pendidikan didukung oleh tenaga pendidik yang profesional dalam melaksanakan tugas, mampu menempatkan diri sesuai dengan jabatan, dan memiliki kepribadian yang mendukung pelaksanaan tugasnya sehingga menghasilkan guru yang mempunyai produktivitas yang tinggi.

Kinerja guru dalam PBM menjadi salah satu bagian terpenting dalam mendukung terciptanya proses pendidikan secara efektif terutama

dalam membangun sikap disiplin dan mutu hasil belajar siswa. Namun demikian, manakala guru gagal meminimalkan hal menyimpang yang

diperbuat siswa, sering kali membuat guru patah semangat dan malas dalam mengajar. Hal ini tentunya harus dihindari oleh setiap guru. Bagi


(14)

guru yang memiliki kinerja yang tinggi harus mampu menyusun tahapan belajar siswa untuk dapat belajar dengan menciptakan atmosfir belajar yang lebih kondusif dan positif. Hal tersebut menjadi isu yang sangat kritis dalam konteks pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang dipandang sebagai cerminan kualitas pendidikan masa depan. Kedudukan guru dalam proses belajar mengajar khususnya di SMP sangatlah sentral. Setiap guru pendidikan jasmani di SMP perlu mengetahui, memahami, dan menghayati prinsip – prinsip pengelolaan pembelajaran. Lebih dari itu, keterampilan dan kiat penerapan prinsip – prinsip PBM itu sangat menentukan pencapaian efektivitas pengajaran pendidikan jasmani. Karakteristik guru PENJAS yang berkinerja baik dalam PBM hendaknya mampu melakukan kegiatan belajar pendidikan jasmani dengan tingkat kesulitan yang sedikit. Selain itu juga, efektivitas pembelajaran pendidikan jasmani sangat ditentukan oleh kemahiran guru dalam merumuskan tujuan.

Kondisi rendahnya kinerja guru pendidikan jasmani saat ini menjadi satu keprihatinan yang perlu disikapi dalam konteks pembelajaran, karena dapat berdampak terhadap rendahnya disiplin dan hasil belajar siswa itu sendiri. Masalah rendahnya kinerja guru pendidikan jasmani di SMP telah menjadi pembahasan utama dalam Kongres dunia pendidikan jasmani di Berlin, Jerman pada tahun 1999. Sebagaimana yang dipaparkan Rusli Lutan (1999:1) bahwa, “Pendidikan jasmani mengalami ancaman dan tekanan yang serius dengan berbagai pertanda seperti dipandang sebagai bidang studi yang dikepinggirkan dan tidak penting bagi karier”. Hal ini terlihat dari antusiasme siswa, orang tua dan guru


(15)

terhadap prestasi di bidang PENJAS serta bentuk penghargaan dari sekolah yang terkesan biasa – biasa saja terhadap siswa berprestasi di bidang PENJAS jika dibandingkan dengan prestasi siswa di bidang mata pelajaran lainnya.

Berdasarkan pengertian tersebut perbaikan mutu pendidikan erat hubungannya dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru, karena core business nya kegiatan sekolah adalah penyelenggaraan pembelajaran yang ditangani guru. Dengan kata lain fungsi guru sangat strategis dalam setiap upaya peningkatan mutu pendidikan, guru merupakan faktor penentu paling besar terhadap prestasi siswa. Demikian halnya dilihat dari perannya, peranan guru sangat penting ditengah keterbatasan sarana prasarana pembelajaran, sebaik apapun kurikulum, seberapa besar biaya yang tersedia dan secanggih apapun sarana prasarana yang tersedia menurut pakar tanpa guru dan atau tanpa guru yang berkualitas tidak mungkin mutu pendidikan akan berkualitas/bermutu tinggi. Oleh karenanya produktifitas kinerja guru merupakan sentral dari segala macam usaha peningkatan mutu dan perubahan kualitas mutu pendidikan.

Sampai saat ini sekolah masih merupakan bagian dari suatu organisasi birokrat, dalam arti segala sesuatu sudah diatur dari pusat, baik secara administratif maupun akademis. Kondisi ini seringkali menghambat kreativitas guru. Namun, dengan digunakannya manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah dan manajemen mutu dalam bidang pendidikan, maka kepala sekolah dan guru harus berupaya untuk lebih inovatif dan kreatif dalam membangun dan mengelola sekolahnya, sehingga dapat mengubah iklim organisasi birokrat menjadi lebih demokratis dan bersifat kekeluargaan. Untuk itu,


(16)

guru harus mampu membuat diagnosis sumber masalah dan menentukan penanggulangannya yang tepat, mampu beradaptasi dengan lingkungan, mampu berkomunikasi kedalam dan keluar lingkungan sekolah serta memahami dan mau melaksanakan manajemen yang berlaku.

Sejalan dengan hal tersebut perlu adanya kebijakan pemerintah demi terwujudnya kinerja guru yang diharapkan. Dalam pengelolaan sumber daya manusia sekolah dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota sangat bertanggung jawab dalam pembinaannya. Kepala sekolah dapat melaksanakan wewenang dan tanggung jawab secara penuh dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam implementasinya kesemuanya itu akan dipengaruhi oleh strategi supervisi guru baik yang dilakukan kepala sekolah maupun dinas pendidikan kabupaten/kota. Khususnya supervisi yang dilakukan dinas berupa pemberian pengawasan kepada guru di sekolah belum optimal. Hal ini disebabkan pengawas yang melakukan pengawasan tidak memiliki latar belakang pendidikan jasmani. Akibatnya guru belum dapat mengubah dirinya karena pengawasanya bukan dari orang olahraga.

Isu kritis dalam konteks pendidikan di SMP, yang dipandang sebagai peletakan dasar kependidikan adalah belum efektifnya proses pendidikan. Guru, sebagai sumber utama dalam proses pendidikan di SMP, tentunya memiliki tanggung jawab paling besar dalam upaya mengefektifkan proses pendidikan. Efektivitas pendidikan di SMP tercermin dalam keterlibatan siswa selama dan setelah pembelajaran itu berakhir. Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa esensi dari pengajaran yang baik adalah siswa harus dapat menikmati pengalaman


(17)

dan memilih untuk melanjutkan keterlibatannya dalam aktivitas tersebut di luar jam pelajaran. Jadi, untuk mewujudkan efektivitas pendidikan, guru pendidikan jasmani harus memiliki kreativitas, karena kreativitas dari langkah yang dikembangkan guru untuk mencapai tujuan pendidikan merupakan salah satu wujud keberhasilan guru. Sedangkan kinerja guru sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor seperti layanan supervisi dan motivasi berprestasi. Dengan dukungan inilah, kinerja guru pendidikan jasmani di tingkat sekolah dasar secara perlahan tetapi pasti dapat meningkat. Kondisi inilah yang diperlukan dalam mewujudkan efektivitas dan raihan tujuan pendidikan yang tertuang dalam kurikulum. Berkaitan dengan isu sentral tersebut, penulis mencoba untuk mengidentifikasi secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar yang kemudian dijadikan variabel dalam penelitian ini.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis memilih judul: “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Cianjur”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Kinerja (prestasi kerja/unjuk kerja) adalah hasil kerja, secara kualitas dan kuantitas, yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (AP. Mangkunegara, 2002:67). Kinerja karyawan adalah yang memberi kontribusi kepada organisasi. Peningkatan kinerja, baik individu ataupun kelompok menjadi fokus perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi. Sejalan dengan itu Smith


(18)

menyatakan bahwa kinerja adalah “.. output drive from process, human or otherwise” (Mulyasa, 2005:136).

Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian, menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain faktor supervisi kepala sekolah. Supervisi Kepala Sekolah meliputi: Hubungan manusiawi dengan guru (memahami potensi guru, mempartisipasikan guru, membimbing guru, memberikan kebebasan dalam mengemukakan pendapat, mengakui prestasi dan hasil kerja guru, mendorong untuk bekerja lebih baik, dan memberi kesempatan promosi). Pengelolaan atau manajemen (merencanakan, mengorganisasikan, mengatur prosedur kerja, memberikan arahan, melaksanakan kegiatan, mengontrol dan mengevaluasi), dan Kegiatan teknis (merumuskan program tahunan dan semester, menyusun program pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, memilih buku sumber, menentukan metoda dan media, membuat program evaluasi, menentukan program remedial, membuat program tindak lanjut).

Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Setiap langkah dan cara pandang guru selalu menjadi panutan para peserta didik. Namun bukan menjadi rahasia pula bila kualitas berbanding lurus dengan pendapatan yang diterima guru. Karena konsentrasi guru terhadap profesinya dipengaruhi pula oleh pendapatan yang diperolehnya.


(19)

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru. Menurut Mangkunegara dan Hubies (2007:160) ada dua faktor utama yang mempengaruhi kinerja mengajar guru adalah faktor internal dan faktor eksternal individu.

Gambar 1.1

Faktor Intrinsik dan Ektrinsik Kinerja Guru Diadopsi dari teori Mangkunegara dan Hubies (2007:160)

Kajian realitas di lapangan telah memunculkan berbagai variabel yang mempengaruhi kinerja guru. Dari banyaknya variabel, maka Penulis mengidentifikasi dua variabel yang diduga mempengaruhi kinerja guru PENJAS yaitu: (1) supervisi kepala sekolah dan (2) motivasi berprestasi.

Supervisi merupakan bentuk pembinaan dari kepala sekolah kepada para gurunya. Menurut Soetjipto dan Kosasih (1999:28) menjelaskan bahwa, “Supervisi merupakan sebuah upaya pembimbingan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada para guru untuk meningkatkan kinerjanya.” Pembinaan mutu guru perlu secara sungguh-sungguh memberikan perhatian kepada melatih kepekaan guru terhadap latar belakang peserta didik yang semakin beragam,

FAKTOR INTRINSIK

Terdiri dari :

1. Pendidikan 2. Pengalaman 3. Motivasi 4. Kesehatan 5. Usia

6. Keterampilan emosi 7. Spiritual

KINERJA GURU

FAKTOR EKSTRINSIK

Terdiri dari:

1. Kepemimpinan 2. Komunikasi 3. Kompensasi 4. Supervisi 5. Fasilitas 6. Pelatihan 7. Beban kerja 8. Prosedur kerja

9. Reward 10. Funishment


(20)

terutama pada pendidikan dasar, sebagai konsekuensi dari semakin terbukanya akses peserta didik terhadap sekolah. Oleh karena itu, peranan kepala sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru pendidikan jasmani sangat diperlukan, terutama untuk meningkatkan kinerjanya. Pelaksanaan pengawasan harus dilakukan secara sinergis antara pengawas, kepala sekolah, dan guru, sehingga tujuan yang dirumuskannya pun sebagai hasil bersama. Dengan demikian antara pengawas dan guru tidak akan ada yang merasa saling menekan tetapi sebaliknya akan lahir sikap terbuka satu sama lain demi kemaslahatan bersama.

Motivasi menurut Abu Ahmadi (2009) adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Motivasi berprestasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah. Setidaknya para guru harus memiliki motivasi berprestasi untuk meningkatkan kegairahan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah. Tanpa motivasi berprestasi sukar bagi guru pendidikan jasmani untuk mengembangkan dirinya selama proses belajar mengajarnya. Guru sangat berperan dalam menumbuhkembangkan motivasi pada peserta didik, meskipun munculnya motivasi itu dengan cara paksaan kepada mereka. Lambat laun akan muncul kesadarannya untuk belajar menurut keinginannya sendiri. Motivasi terbagi ke dalam dua bagian, yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Untuk meningkatkan motivasi instrinsik sangat diperlukan motivasi kuat dari luar dirinya. Guru agar memiliki motivasi perlu diberikan penghargaan berupa pujian, insentif yang memadai, rasa keberhasilan, dan sebagiannya, sehingga guru akan lebih bersemangat dalam melaksanakan


(21)

tugasnya dalam proses belajar mengajarnya. Kesuksesan yang diraih dalam interaksinya dengan lingkungan belajar dapat menimbulkan rasa puas. Kondisi ini merupakan sumber motivasi. Apabila terus menerus muncul pada diri guru, maka ia akan sanggup untuk melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan akan berlangsung sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja guru pendidikan jasmani variabel kedua variabel, yaitu: (1) supervisi kepala sekolah dan (2) motivasi berprestasi mutlak diperhatikan. Karena dalam operasional pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah memperlihatkan adanya sumbangan dalam meningkatkan kinerja guru.

Masalah yang menjadi rumusan utama yaitu "Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMP Negeri di Kabupaten Cianjur? Adapun rincian rumusan masalah diuraikan sebagai berikut.

1. Bagaimana Supervisi Kepala Sekolah di SMP Negeri di Kabupaten Cianjur? 2. Bagaimana Motivasi Berprestasi Guru SMP Negeri di Kabupaten Cianjur? 3. Bagaimana Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMP Negeri di

Kabupaten Cianjur?

4. Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMP Negeri di Kabupaten Cianjur?

5. Bagaimana pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMP Negeri di Kabupaten Cianjur?


(22)

6. Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMP Negeri di Kabupaten Cianjur?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru pendidikan jasmani SMP di Kabupaten Cianjur.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. Pelaksanaan supervisi kepala sekolah pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Cianjur.

b. Pengaruh motivasi berprestasi guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Cianjur.

c. Kinerja guru pendidikan jasmani Sekolah Menengah Pertama Negeri di Cianjur.

d. Seberapa besar pengaruh supervisi terhadap kinerja guru pendidikan jasmani.

e. Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru pendidikan jasmani.

f. Seberapa besar pengaruh supervisi dan motivasi berprestasi guru secara simultan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani.


(23)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menggungkap tentang pelaksanaan supervisi yang ada di sekolah dan motivasi berprestasi guru yang diharapkan sehingga berdampak baik dalam perubahan kinerja guru serta hubungan antara ketiga variabel tersebut. Selain itu penelitian ini juga dapat di jadikan sebagai sarana untuk memperkaya dan melengkapi bahan bacaan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan yang sampai saat ini jauh dari harapan berbagai pihak.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para guru Pendidikan Jasmani pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Cianjur agar semakin termotivasi untuk terus meningkatkan kinerjanya, sekaligus bahan masukan pula bagi Kepala Sekolah SMP Negeri untuk meningkatkan kemampuan supervisinya

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini terdiri atas lima Bab. Bab satu berisi tentang uraian pendahuluan, yang di dalamnya berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi tesis.


(24)

Bab dua tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Isi dari Bab ini adalah konsep atau teori, hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian.

Bab tiga berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, yang meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain dan metode penelitian, definisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

Bab empat tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta berisi pembahasan atau analisis temuan.

Bab lima tentang kesimpulan dan saran, menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran atau rekomendasi yang dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, serta kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif dengan penjelasan (explanatory survey method). Pendekatan kuantitatif melalui korelasi sederhana dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya pengaruh yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi antar variabel layanan supervisi kepala sekolah (X1), motivasi berprestasi (X2) terhadap kinerja guru pendidikan jasmani (Y). Adapun objek dan lokasi penelitiannya adalah guru PENJAS SMP Negeri di Kabupaten Cianjur. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket.

Penelitian ini juga menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data dari sumbernya, untuk itu diperlukan kejelasan sumber data yaitu populasi dan sampel dari sisi homogenitas, volume dan sebarannya. Karena data hasil penelitian berupa angka – angka yang harus diolah secara statistik, maka antar variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas), dengan demikian mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan yang cukup akurat. Sugiyono (2009:12-13) penelitian kuantitatif didasarkan kepada paradigma positivisme berdasarkan pada asumsi mengenai objek empiris, asumsi tersebut adalah: (1) objek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur, bentuk, warna dan


(26)

sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian dapat memilih variabel tertentu sebagai objek penelitian dan (2) determinisme (hubungan sebab akibat), asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada penyebabnya. Berdasarkan asumsi pertama dan kedua tersebut, maka penelitian dapat memilih variabel yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya. Suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau gejala yang diteliti itu berubah terus maka akan sulit untuk dipelajari

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari , sifat sifatnya (Sudjana, 2004:6). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pada umumnya pengertian survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Penelitian ini dilaksanakan pada guru SMP Negeri di Kabupaten Cianjur dengan jumlah populasi 107 guru PENJAS sebagai berikut :

Tabel 3.1

Jumlah Guru PENJAS di Kabupaten Cianjur

Guru PENJAS PNS Guru PENJAS Non PNS Jumlah Guru

90 orang 17 orang 107 orang


(27)

2. Sampel Penelitian

Pengertian sampel menurut Riduwan (2010a:56) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Untuk sekedar ancer – ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Memperhatikan pernyataan tersebut, karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak (Random sampling). Sedangkan Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan (2010a:65) sebagai berikut:

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi = 107 reponden

d2 = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

Karena jumlah populasi sebesar N = 107 orang dan tingkat presisi yang ditetapkan = 10% atau 0,1, maka jumlah total sampel yang diperoleh adalah : =

=

= 52 orang

Dengan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel yaitu guru PENJAS SMP Negeri di Kabupaten Cianjur sebagai berikut :


(28)

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Guru PENJAS

No Sekolah

1. SMP Negeri 1 Cianjur 3 / 107 X 52 = 1 2. SMP Negeri 2 Cianjur 3 / 107 X 52 = 1 3. SMP Negeri 3 Cianjur 5 / 107 X 52 = 2 4. SMP Negeri 4 Cianjur 3 / 107 X 52 = 1 5. SMP Negeri 5 Cianjur 3 / 107 X 52 = 1 6. SMP Negeri 1 Warungkondang 2 / 107 X 52 = 1 7. SMP Negeri 2 Warungkondang 3 / 107 X 52 = 1 8. SMP Negeri 3 Warungkondang 2 / 107 X 52 = 1 9. SMP Negeri 1 Cibeber 1 / 107 X 52 = 1 10. SMP Negeri 2 Cibeber 2 / 107 X 52 = 1 11. SMP Negeri 3 Cibeber 2 / 107 X 52 = 1 12. SMP Negeri 4 Cibeber 1 / 107 X 52 = 1 13. SMP Negeri 5 Cibeber 1 / 107 X 52 = 1 14. SMP Negeri 1 Sukanagara 3 / 107 X 52 = 1 15. SMP Negeri 2 Sukanagara 2 / 107 X 52 = 1 16. SMP Negeri 3 Sukanagara 3 / 107 X 52 = 1 17. SMP Negeri 4 Sukanagara 3 / 107 X 52 = 1 18. SMP Negeri 1 Karang Tengah 1 / 107 X 52 = 1 19. SMP Negeri 2 Karang Tengah 2 / 107 X 52 = 1 20. SMP Negeri 3 Karang tengah 3 / 107 X 52 = 1 21. SMP Negeri 4 Karang Tengah 1 / 107 X 52 = 1 22. SMP Negeri 1 Mande 1 / 107 X 52 = 1 23. SMP Negeri 2 Mande 1 / 107 X 52 = 1 24. SMP Negeri 3 Mande 1 / 107 X 52 = 1 25. SMP Negeri 1 Campaka 1 / 107 X 52 = 1 26. SMP Negeri 2 Campaka 1 / 107 X 52 = 1 27. SMP Negeri 3 Campaka 1 / 107 X 52 = 1 28. SMP Negeri 4 Campaka 2 / 107 X 52 = 1 29. SMP Negeri 1 Pacet 1 / 107 X 52 = 1 30. SMP Negeri 2 Pacet 1 / 107 X 52 = 1 31. SMP Negeri 3 Pacet 1 / 107 X 52 = 1 32. SMP Negeri 1 Gekbrong 1 / 107 X 52 = 1 33. SMP Negeri 1 Cugeunang 1 / 107 X 52 = 1 34. SMP Negeri 2 Cugeunang 1 / 107 X 52 = 1 35. SMP Negeri 3 Cugeunang 1 / 107 X 52 = 1 36. SMP Negeri 1 Cikalongkulon 1 / 107 X 52 = 1 37. SMP Negeri 2 Cikalongkulon 1 / 107 X 52 = 1 38. SMP Negeri 3 Cikalongkulon 1 / 107 X 52 = 1 39. SMP Negeri 1 Cipanas 3 / 107 X 52 = 1 40. SMP Negeri 2 Cipanas 1 / 107 X 52 = 1 41. SMP Negeri 1 Cilaku 1 / 107 X 52 = 1 42. SMP Negeri 2 Cilaku 2 / 107 X 52 = 1 43. SMP Negeri 1 Sukaresmi 1 / 107 X 52 = 1 44. SMP Negeri 2 Sukaresmi 2 / 107 X 52 = 1 45. SMP Negeri 1 Sukaluyu 2 / 107 X 52 = 1 46. SMP Negeri 2 Sukaluyu 2 / 107 X 52 = 1 47. SMP Negeri 1 Kadupandak 2 / 107 X 52 = 1 48. SMP Negeri 2 Kadupandak 2 / 107 X 52 = 1 49. SMP Negeri 3 Kadupandak 4 / 107 X 52 = 2 50. SMP Negeri 1 Ciranjang 1 / 107 X 52 = 1 51. SMP Negeri 2 Ciranjang 2 / 107 X 52 = 1 52. SMP Negeri 1 Pagelaran 2 / 107 X 52 = 1 53. SMP Negeri 2 Pagelaran 4 / 107 X 52 = 2 54. SMP Negeri 3 Pagelaran 1 / 107 X 52 = 1 55. SMP Negeri 1 Tanggeung 3 / 107 X 52 = 1 56. SMP Negeri 2 Tanggeung 3 / 107 X 52 = 1 57. SMP Negeri 3 Tanggeung 1 / 107 X 52 = 1 58. SMP Negeri 1 Campakamulya 1 / 107 X 52 = 1 59. SMP Negeri 2 Campakamulya 1 / 107 X 52 = 1


(29)

Jumlah tersebut harus disebar secara proporsional, sehingga tiap sekolah akan memiliki jumlah sampel yang berbeda. Pengambilan sampel secara proporsional memakai rumusan sebagai berikut:

Keterangan :

ni = jumlah sampel di suatu tempat Ni = jumlah populasi di suatu tempat N = jumlah populasi seluruhnya n = jumlah sampel seluruhnya

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka sampel semula dihitung berjumlah 52 kemudian ditambah 7 menjadi berjumlah 59 responden, untuk memenuhi jumlah responden sesuai dengan sekolahnya secara proporsional seperti pada tabel 3.3 sebagai berikut.


(30)

Tabel 3.3

Jumlah Populasi dan Sampel

No Sekolah Populasi Sampel

1. SMP Negeri 1 Cianjur 3 1

2. SMP Negeri 2 Cianjur 3 1

3. SMP Negeri 3 Cianjur 5 1

4. SMP Negeri 4 Cianjur 3 1

5. SMP Negeri 5 Cianjur 3 1

6. SMP Negeri 1 Warungkondang 2 1

7. SMP Negeri 2 Warungkondang 3 1

8. SMP Negeri 3 Warungkondang 2 1

9. SMP Negeri 1 Cibeber 1 1

10. SMP Negeri 2 Cibeber 2 1

11. SMP Negeri 3 Cibeber 2 1

12. SMP Negeri 4 Cibeber 1 1

13. SMP Negeri 5 Cibeber 1 1

14. SMP Negeri 1 Sukanagara 3 1

15. SMP Negeri 2 Sukanagara 2 1

16. SMP Negeri 3 Sukanagara 3 1

17. SMP Negeri 4 Sukanagara 3 1

18. SMP Negeri 1 Karang Tengah 1 1

19. SMP Negeri 2 Karang Tengah 2 1

20. SMP Negeri 3 Karang tengah 3 1

21. SMP Negeri 4 Karang Tengah 1 1

22. SMP Negeri 1 Mande 1 1

23. SMP Negeri 2 Mande 1 1

24. SMP Negeri 3 Mande 1 1

25. SMP Negeri 1 Campaka 1 1

26. SMP Negeri 2 Campaka 1 1

27. SMP Negeri 3 Campaka 1 1

28. SMP Negeri 4 Campaka 2 1

29. SMP Negeri 1 Pacet 1 1

30. SMP Negeri 2 Pacet 1 1

31. SMP Negeri 3 Pacet 1 1

32. SMP Negeri 1 Gekbrong 1 1

33. SMP Negeri 1 Cugeunang 1 1

34. SMP Negeri 2 Cugeunang 1 1

35. SMP Negeri 3 Cugeunang 1 1

36. SMP Negeri 1 Cikalongkulon 1 1

37. SMP Negeri 2 Cikalongkulon 1 1

38. SMP Negeri 3 Cikalongkulon 1 1

39. SMP Negeri 1 Cipanas 3 1

40. SMP Negeri 2 Cipanas 1 1

41. SMP Negeri 1 Cilaku 1 1

42. SMP Negeri 2 Cilaku 2 1

43. SMP Negeri 1 Sukaresmi 1 1

44. SMP Negeri 2 Sukaresmi 2 1

45. SMP Negeri 1 Sukaluyu 2 1

46. SMP Negeri 2 Sukaluyu 2 1

47. SMP Negeri 1 Kadupandak 2 1

48. SMP Negeri 2 Kadupandak 2 1

49. SMP Negeri 3 Kadupandak 4 1

50. SMP Negeri 1 Ciranjang 1 1

51. SMP Negeri 2 Ciranjang 2 1

52. SMP Negeri 1 Pagelaran 2 1

53. SMP Negeri 2 Pagelaran 4 1

54. SMP Negeri 3 Pagelaran 1 1

55. SMP Negeri 1 Tanggeung 3 1

56. SMP Negeri 2 Tanggeung 3 1

57. SMP Negeri 3 Tanggeung 1 1

58. SMP Negeri 1 Campakamulya 1 1

59. SMP Negeri 2 Campakamulya 1 1


(31)

C. Teknik Pengumpulan Data

Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka penelitian ini menggunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan teknik angket.

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara untuk mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian – bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun instansi lain yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung yaitu jumlah guru Pendidikan Jasmani di Kabupaten Cianjur.

2. Teknik angket

Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 59 responden. Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa: (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan atau pernyataan – pernyataan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat. Melalui teknik


(32)

model angket ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam angket tersebut. Indikator – indikator yang merupakan penjabaran dari variabel Supervisi Kepala Sekolah (X1), Motivasi Berprestasi (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) merupakan variabel pokok yang akan dijadikan sejumlah pertanyaan di dalam angket.

Akdon (2005:131) menyatakan bahwa:

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dan mereka bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Angket digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data secara langsung dari responden yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya. Data yang diperoleh dari responden bisa berupa apa yang diketahui, apa yang disukai, apa yang dirasakan, atau dipikirkan, apa yang diinginkan dan apa yang dibutuhkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, alat pengumpul data yang digunakan untuk mengungkap data tentang variabel Supervisi Kepala Sekolah, dan Kinerja Guru PENJAS adalah melalui teknik “Skala Linkert”; yaitu 5 = Selalu/Sangat Tinggi, 4 = Sering/Tinggi, 3 = Kadang-kadang/Cukup, 2 = Jarang/rendah, 1 = Tidak Pernah/Sangat Rendah. Untuk Motivasi Berprestasi menggunakan ukuran. 5 = Selalu/Sangat Tinggi, 4 = Sering/Tinggi, 3 = Kadang-kadang/Cukup, 2 = Jarang/rendah, 1 = Tidak Pernah/ Sangat Rendah

Penelitian ini merupakan tiga buah instrumen yang berbentuk angket untuk mengukur masing-masing (1) Supervisi Kepala Sekolah, (2) Motivasi Berprestasi, (3) Kinerja Guru PENJAS. Setiap variabel diurai dalam indikator yang dikembangkan menjadi 30 pertanyaan.


(33)

3. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Nasir. (2003:46-47) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel, yaitu :

1) Supervisi kepala sekolah adalah usaha memberi pelayanan agar guru menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani siswa dengan prosedur yang benar

2) Motivasi berprestasi adalah penggerak bagi guru baik didalam dirinya sendiri maupun dari orang lain untuk meningkatkan semangat kerja yang mengarah pada tujuan sekolah.

3) Kinerja guru pendidikan jasmani adalah hasil kerja guru dalam melaksanakan proses belajar.

4. Instrumen Penelitian

a. Supervisi Kepala Sekolah (X1)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 - 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:

1 = Sangat Tidak Baik/sangat tidak pernah/sangat tidak setuju/Sangat rendah 2 = Kurang Baik/tidak pernah/ kurang setuju/ rendah

3 = Tidak Tahu/kadang-kadang/ cukup setuju/cukup tinggi 4 = Baik/Sering/ setuju/ tinggi


(34)

Tabel 3.4

Kisi – kisi Instrumen Variabel Supervisi Kepala Sekolah (X1)

VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR

Supervisi Kepala Sekolah (X1)

Kimbal Wiles (1961:10) supervision is assistance in the development of better teaching-learning situation” selanjutnya Wiles

mengemukakan “The basic function of supervision is to improve the learning

situation for children...

Supervision is a service activity that exists to help teachers do their job better”

Supervisi mengusung pelayanan sebagai kegiatan utama dalam membantu guru meningkatkan kinerjanya. Gregorio (1966:35)

Mengemukakan lima fungsi utama supervisi, yaitu inspeksi, penelitian, pelatihan,

bimbingan dan penilaian. Layanan supervisi kepala sekolah adalah usaha memberi pelayanan agar guru menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani siswa dengan prosedur yang benar melalui lima fungsi utama yaitu inspeksi penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Inspeksi Mengetahui keadaan sekolah secara keseluruhan. 1. Memeriksa kelengkapan administrasi guru 2. Observasi kelas

terhadap guru 3. Mengetahui

kelancaran PBM di sekolah

Penelitian

Mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.

1. Mengetahui masalah di sekolah

2. Memecahkan

permasalahan guru di sekolah dalam menunjang KBM Pelatihan Peningkatan kemampuan guru dalam proses pembelajaran

1.Mengirimkan guru untuk mengikuti seminar, kunjungan ataupun pelatihan 2.Kepala sekolah

memberikan

kesempatan kepada guru untuk mengukir prestasi diluar KBM Bimbingan

Mendorong guru baik secara

perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugasnya. 1. Membangkitkan kemauan 2. Memberikan semangat

3. Mengarahkan guru 4. Melakukan percobaan 5. Membantu menerapkan prosedur mengajar yang baru Penilaian Mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan serta seberapa besar hasil yang telah tercapai

1. Menganalisis ketercapaian tujuan pembelajaran 2. Menindaklanjuti ketercapaian tujuan pembelajaran


(35)

b. Motivasi Berprestasi (X2)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 - 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:

1 = Sangat Tidak Baik/sangat tidak pernah/sangat tidak setuju/Sangat rendah 2 = Kurang Baik/tidak pernah/ kurang setuju/ rendah

3 = Tidak Tahu/kadang-kadang/ cukup setuju/cukup tinggi 4 = Baik/Sering/ setuju/ tinggi


(36)

Tabel 3.5

Kisi – kisi Instrumen Variabel Motivasi Berprestasi (X2)

VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR

Motivasi Berprestasi (X2)

David C. McClelland (1961:112) dan

Mangkunegara,

(2007:103) yaitu dimensi berhubungan dengan diri sendiri dan dimensi berhubungan dengan orang lain.

Motivasi berprestasi adalah penggerak bagi guru baik didalam dirinya sendiri maupun dari orang lain untuk

meningkatkan semangat kerja yang mengarah pada tujuan sekolah.

Berhubungan dengan diri sendiri

Prestasi lebih penting

daripada materi atau imbalan keuangan. mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan. imbalan keuangan dianggap sebagai ukuran keberhasilan, bukan tujuan itu sendiri.

1. Bertangggung jawab atas tindakan diri sendiri

2. Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan 3. Semangat, bekerja

keras dalam mencapai tujuan 4. Berpikir positif,

optimis, dan percaya diri 5. Tidak lekas puas

terhadap hasil yang diperoleh 6. Melakukan kegiatan untuk menambah pengalaman baru 7. Memecahkan masalah dengan kreatif dan inovatif 8. Berorientasi ke

masa depan dengan mengadakan antisipasi yang berencana. Berhubungan dengan orang

lain

Umpan balik sangat penting, karena memungkinkan pengukuran keberhasilan, bukan untuk alasan pujian atau pengakuan

1. Belajar dari pengalaman orang lain

2. Menyerap kritik untuk membangun 3. Memilih mitra kerja

untuk mencapai keberhasilan.


(37)

c. Kinerja Guru (Y)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 - 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:

1 = Sangat Tidak Baik/sangat tidak pernah/sangat tidak setuju/Sangat rendah 2 = Kurang Baik/tidak pernah/ kurang setuju/ rendah

3 = Tidak Tahu/kadang-kadang/ cukup setuju/cukup tinggi 4 = Baik/Sering/ setuju/ tinggi

5 = Sangat Baik/Selalu/ sangat setuju/ sangat tinggi Tabel 3.6

Kisi – kisi Instrumen Variabel Kinerja Guru (Y)

VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR

Kinerja Guru (Y) Hoy &Miskel

(2008:166),” Kinerja itu pada dasarnya adalah hasil perkalian antara kemampuan dan motivasi”. Terdapat kaitan yang erat dan saling mempengaruhi antara motivasi atau dorongan untuk berbuat sesuatu dengan kinerja yang dihasilkan. Menurut Majid (2011:91) dalam konteks ini guru berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi dan penilaian. Perencanaan

Guru hendaknya dapat mendiagnosa kebutuhan para siswa sebagai subjek belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses pembelajaran, dan menetapkan strategi pengajaran yang ditempuh untuk

merealisasikan tujuan yang telah dirumuskan. 1. Mampu merencanakan dan mendeksripsikan tujuan/kompetensi pembelajaran 2. Mampu memilih /

menentukan materi 3. Mampu mengorganisir materi 4. Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran 5. Mampu menentukan sumber belajar/media/ alat peraga pembelajaran 6. Mampu menyusun


(38)

Kinerja guru adalah hasil kerja guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. penilaian 7. Mampu menentukan teknik penilaian 8. Mampu mengalokasi waktu Pelaksanaan Sebagai pengimplementasi rencana pengajaran yang telah disusun, guru hendaknya mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada dan berusaha “memoles” setiap situasi yang muncul menjadi situasi yang memungkinkan

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

1. Mampu membuka pelajaran 2. Mampu menyajikan materi 3. Mampu menggunakan metode/media 4. Mampu menggunakan alat peraga 5. Mampu menggunakan bahasa yang komunikatif 6. Mampu memotivasi siswa dengan baik 7. Mampu mengorganisir kegiatan 8. Mampu berinteraksi dengan siswa secara komunikatif 9. Mampu menyimpulkan pembelajaran 10.Mampu memberikan umpan balik 11.Mampu melaksanakan penilaian proses 12.Mampu menggunakan waktu Penilaian

Guru melaksanakan kegiatan

1. Mampu memilih soal berdasarkan


(39)

evaluasi dan harus dapat menetapkan prosedur serta teknik evaluasi yang tepat. Jika tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan pada kegiatan perencanaan belum tercapai, maka ia harus meninjau kembali serta merencanakan implementasinya dengan maksud untuk melakukan perbaikan.

tingkat kesukaran 2. Mampu memilih

soal berdasarkan tingkat pembeda 3. Mampu

memperbaiki soal yang tidak valid 4. Mampu memeriksa jawaban 5. Mampu mengklasifikasik an hasil-hasil penelitian 6. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian 7. Mampu mengolah hasil penilaian 8. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hsil penilaian 9. Mampu menentukan korelasi antar soal berdasarkan hasil penilaian 10. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian


(40)

5. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian validitas dan reliabilitas ini bertujuan untuk mendapatkan petunjuk mengenai mutu penelitian. Keandalan menunjukkan ketepatan, kemantapan, dan homogenitas alat ukur (instrument) yang dipakai.

a. Menguji Validitas

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2010b:97- 118) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment adalah.

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 i i i i i i i i hitung Y Y n X X n Y X Y X n r            Keterangan :

r hitung = Koefisien korelasi  Xi = Jumlah skor item

Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden.


(41)

Distribusi (Tabel r) untuk  = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 1) Kaidah keputusan :

Jika r hitung> r tabel berarti valid sebaliknya

r hitung< r tabel berarti tidak valid. Sumber: Riduwan (2010b:118)

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : tinggi Antara 0,400 – 0,599 : cukup Antara 0,200 – 0,399 : rendah

Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid). b. Menguji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut: Langkah – langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut.

a) Menghitung Varians Skor tiap – tiap item dengan rumus:

N N X X S

i i i

2 2( )

 


(42)

Keterangan : Si = Varians skor tiap-tiap item Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi (Xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan

N = Jumlah responden b) Menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:

Keterangan :  Si = Jumlah Varians semua item

S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n c) Menghitung Varians total dengan rumus:

Keterangan : St = Varians total

Xt2 = Jumlah kuadrat X total

(Xt)2 = Jumlah X total dikuadratkan

N = jumlah responden

d) Masukkan nilai Alpha dengan rumus

Keterangan : r11 = Nilai Reliabilitas

 –

n

i S S S S

S123...

N N X X S t t t 2 2( )

                 t i S S k k

r .1

1 11


(43)

St = Varians total

k = Jumlah item (Sumber:Riduwan, 2010:120)

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen yang dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal – akhir yaitu:

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rb            (Riduwan, 2010:115)

Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh karenya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan rumus

Spearman Brown yakni:

b b r r   1 . 2

r11 Untuk mengetahui koefisien korelasinya

signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk  = 0,05 atau  = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk=n–1). Kemudian membuat keputusan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah keputusan : Jika r11> r tabel berarti Reliabel dan r11< r tabel berarti Tidak Reliabel.

6. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Hasil Uji Coba Validitas

a) Supervisi Kepala Sekolah (X1)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk variabel Supervisi Kepala Sekolah (X1) diperoleh kesimpulan bahwa ke-30 item tersebut tidak semuanya


(44)

valid. Item yang tidak valid adalah no 5, 19, 23, 25 dan 26. Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7

Uji Validitas Item Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)

ITEM r hitung R table

= 0,05; n = 10 Keputusan

No.1 0,68 0,632 Valid

No.2 0,643 0,632 Valid

No.3 0,684 0,632 Valid

No.4 0,655 0,632 Valid

No.5 0,182 0,632 Tidak Valid

No.6 0,834 0,632 Valid

No.7 0,834 0,632 Valid

No.8 0,892 0,632 Valid

No.9 0,682 0,632 Valid

No.10 0,729 0,632 Valid

No.11 0,727 0,632 Valid

No.12 0,911 0,632 Valid

No.13 0,636 0,632 Valid

No.14 0,746 0,632 Valid

No.15 0,712 0,632 Valid

No.16 0,677 0,632 Valid

No.17 0,679 0,632 Valid

No.18 0,656 0,632 Valid

No.19 - 0,34 0,632 Tidak Valid

No.20 0,634 0,632 Valid

No.21 0,641 0,632 Valid

No.22 0,651 0,632 Valid

No.23 0,22 0,632 Tidak Valid

No.24 0,651 0,632 Valid

No.25 - 0,016 0,632 Tidak Valid

No.26 - 0,372 0,632 Tidak Valid

No.27 0,621 0,632 Valid

No.28 0,671 0,632 Valid

No.29 0,834 0,632 Valid

No.30 0,699 0,632 Valid

Untuk instrumen yang tidak valid yaitu no 5, 19, 23, 25 dan 26 dilakukan perlakuan yang berbeda. Karena item No. 25 telah mewakili dimensi variabel


(45)

maka di hilangkan atau di hapus, sedangkan item no 5, 19, 23 dan 26 diperbaiki dari segi bahasa atau penyampaian.

b) Motivasi Berprestasi (X2)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk variabel Motivasi Berprestasi (X2) diperoleh kesimpulan bahwa ke-30 item tersebut tidak semuanya valid. Item yang tidak valid adalah no 1, 2, 28 dan 30.Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8

Uji Validitas Item Variabel Motivasi Berprestasi (X2) ITEM r hitung

R table

= 0,05; n = 10 Keputusan

No.1 - 0,1 0,632 Tidak Valid

No.2 - 0,352 0,632 Tidak Valid

No.3 0,753 0,632 Valid

No.4 0,973 0,632 Valid

No.5 0,642 0,632 Valid

No.6 0,655 0,632 Valid

No.7 0,781 0,632 Valid

No.8 0,973 0,632 Valid

No.9 0,644 0,632 Valid

No.10 0,837 0,632 Valid

No.11 0,699 0,632 Valid

No.12 0.973 0,632 Valid

No.13 0,763 0,632 Valid

No.14 0,652 0,632 Valid

No.15 0,721 0,632 Valid

No.16 0,709 0,632 Valid

No.17 0,678 0,632 Valid

No.18 0,636 0,632 Valid

No.19 0,637 0,632 Valid

No.20 0,953 0,632 Valid

No.21 0,699 0,632 Valid

No.22 0,699 0,632 Valid

No.23 0,644 0,632 Valid

No.24 0,661 0,632 Valid

No.25 0,696 0,632 Valid

No.26 0,707 0,632 Valid

No.27 0,677 0,632 Valid

No.28 0,172 0,632 Tidak Valid

No.29 0,656 0,632 Valid


(46)

Untuk instrumen yang tidak valid yaitu no 1, 2, 28 dan 30 dilakukan perlakuan yang berbeda. Karena item No. 2 dan 30 telah mewakili dimensi variabel maka di hilangkan atau di hapus, sedangkan item no 1 dan 28 diperbaiki dari segi bahasa atau penyampaian.

c) Kinerja Guru PENJAS (Y)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk variabel Kinerja Guru PENJAS (Y) diperoleh kesimpulan bahwa ke-30 item tersebut tidak semuanya valid. Item yang tidak valid adalah no 1, 10, 19, 22, dan 27. Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut:

Tabel 3.9

Uji Validitas Item Kinerja Guru PENJAS (Y)

ITEM r hitung

R table

= 0,05; n = 10 Keputusan

No.1 - 0,06 0,632 Tidak Valid

No.2 0,653 0,632 Valid

No.3 0,797 0,632 Valid

No.4 0,773 0,632 Valid

No.5 0,719 0,632 Valid

No.6 0,644 0,632 Valid

No.7 0,654 0,632 Valid

No.8 0,651 0,632 Valid

No.9 0,674 0,632 Valid

No.10 - 047 0,632 Tidak Valid

No.11 0,843 0,632 Valid

No.12 0,653 0,632 Valid

No.13 0,633 0,632 Valid

No.14 0,684 0,632 Valid

No.15 0,671 0,632 Valid

No.16 0,754 0,632 Valid

No.17 0,949 0,632 Valid

No.18 0,673 0,632 Valid

No.19 0,653 0,632 Valid

No.20 0,709 0,632 Valid

No.21 0,836 0,632 Valid

No.22 - 001 0,632 Tidak Valid

No.23 0,777 0,632 Valid

No.24 0,957 0,632 Valid

No.25 0,873 0,632 Valid

No.26 0,745 0,632 Valid

No.27 - 0,489 0,632 Tidak Valid

No.28 0,719 0,632 Valid

No.29 0,651 0,632 Valid


(47)

Untuk instrumen yang tidak valid yaitu no 1, 10, 22 dan 27 dilakukan perbaikan dari segi bahasa atau penyampaian.

b. Hasil Uji Coba Reliabilitas a) Supervisi Kepala Sekolah

Pengujian reliabilitas dapat dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,689. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori kuat. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,632) maka r hitung lebih besar dari r Tabel. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item layanan supervisi kepala sekolah (X1) tersebut adalah reliabel. seperti Tabel 3.10 sebagai berikut.

Tabel 3.10

Uji Reliabilitas Item Supervisi Kepala Sekolah (X1) Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,942

N of Items 16a

Part 2 Value ,391

N of Items 15b

Total N of Items 31

Correlation Between Forms ,545

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length ,706

Unequal Length ,706

Guttman Split-Half Coefficient ,689

a. The items are: Item1, Item2, Item3, Item4, Item5, Item6, Item7, Item8, Item9, Item10, Item11, Item12, Item13, Item14, Item15, Item16.

b. The items are: Item17, Item18, Item19, Item20, Item21, Item22, Item23, Item24, Item25, IItem26, Item27, Item28, Item29, Item30, Total.


(48)

b) Motivasi Berprestasi (X2)

Pengujian reliabilitas dapat dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,795. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori kuat. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,632) maka r hitung lebih besar dari r Tabel. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item motivasi berprestasi (X2) tersebut adalah reliabel, seperti Tabel 3.11 sebagai berikut.

Tabel 3.11

Uji Reliabilitas Item Motivasi Berprestasi (X2) Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,902

N of Items 16a

Part 2 Value ,517

N of Items 15b

Total N of Items 31

Correlation Between Forms ,906

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length ,951

Unequal Length ,951

Guttman Split-Half Coefficient ,795

a. The items are: Item1, Item2, Item3, Item4, Item5, Item6, Item7, Item8, Item9, Item10, Item11, Item12, Item13, Item14, Item15, Item16.

b. The items are: Item16, Item17, Item18, Item19, Item20, Item21, Item22, Item23, Item24, Item25, IItem26, Item27, Item28, Item29, Item30, Total.

c) Kinerja Guru Pendidikan Jasmani (Y)

Pengujian reliabilitas dapat dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,799. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,632) maka r hitung lebih besar dari r Tabel.


(49)

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item kinerja guru pendidikan jasmani (Y) tersebut adalah reliabel. seperti Tabel 3.12 sebagai berikut:

Tabel 3.12

Uji Reliabilitas Item Kinerja Guru PENJAS (Y) Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,526

N of Items 16a

Part 2 Value ,440

N of Items 15b

Total N of Items 31

Correlation Between Forms ,892

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length ,943

Unequal Length ,943

Guttman Split-Half Coefficient ,799

a. The items are: Item1, Item2, Item3, Item4, Item5, Item6, Item7, Item8, Item9, Item10, Item11, Item12, Item13, Item14, Item15, Item16.

b. The items are: Item16, Item17, Item18, Item19, Item20, Item21, Item22, Item23, Item24, Item25, IItem26, Item27, Item28, Item29, Item30, Total.

7. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis

Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah pengolahan data. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitianpun akan segera diketahui. Analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment dan korelasi ganda, namun dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui bantuan komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi pearson product moment dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam


(50)

menguji besarnya pengaruh variabel X1, dan X2 terhadap Y. Analisis ini untuk

mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah (X1) dan motivasi berprestasi (X2) terhadap kinerja guru pendidikan jasmani (Y), baik

secara bersama – sama maupun secara individu. Rumus analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah sebagai berikut.

}

)

(

.

}.{

)

(

.

{

)

).(

(

)

2 2 2 2

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

r

XY

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (–1  r  +1). Apabila nilai r = – 1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi Nilai r sebagai berikut.

Tabel 3.13

Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r Interval Koefisien Tingkat Pengaruh

0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi

Rendah Sangat Rendah Sumber: Riduwan dan Suwarno (2010c:138)

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna pengaruh variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus :

Keterangan : t hitung = Nilai t

r = Nilai Koefisien Korelasi n = Jumlah sampel

2 1 2 r n r thitung   


(51)

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan. Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi PPM yang dikalikan dengan 100%. Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai sumbangan atau ikut menentukan variabel Y. Sumbangan dicari dengan menggunakan rumus:

Keterangan : KD = Nilai Koefisien Diterminan (Pengaruh antar variabel) r = Nilai Koefisien Korelasi.

Mengetahui pengaruh antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut.

Analisis lanjut digunakan teknik korelasi baik sederhana maupun ganda. Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa komputer berupa software dengan

program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Windows Version 18. a. Pengujian Secara Individual

a) Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja Guru Pendidikan jasmani. Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan.

Ha : rx1y≠ 0 Ho : rx1y = 0

KD = r 2 x 100%

2 2 . 1 2 . 1 . 2 . 1 2 . 2 2 . 1 . 2 . 1 1 ) ).( ).( ( 2 X X X X Y X Y X Y X Y X Y X X r r r r r r R    


(52)

Hipotesis bentuk kalimat

Ha : Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru PENJAS.

Ho: Supervisi Kepala Sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru PENJAS.

b) Motivasi Berprestasi berpengaruh terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani. Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan.

Ha : rx2y ≠ 0 Ho : rx2y = 0

Hipotesis bentuk kalimat

Ha : Motivasi Berprestasi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru PENJAS

Ho: Motivasi Berprestasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru PENJAS

b. Pengujian secara simultan (bersama-sama)

Uji secara keseluruhan ditunjukkan pada hipotesis statistik dirumuskan: Ha : ryx1 = ryx2 ≠ 0

Ho : ryx1 = ryx2 = 0

Hipotesis bentuk kalimat.

Ha : Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani.


(53)

Ho: Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani

Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi analisis korelasi, maka dibandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig

dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut.

a) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig

atau [0,05 Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. b) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang merujuk kepada hipotesis penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah di Kabupaten Cianjur secara keseluruhan mempunyai kategori tinggi, aspek tertinggi untuk kategori ini terdapat pada Inspeksi dan aspek terendah dalam variabel ini adalah pada Pelatihan

2. Motivasi berprestasi guru PENJAS SMP di Kabupaten Cianjur secara keseluruhan tergolong tinggi, aspek tertinggi adalah berhubungan dengan diri sendiri dan aspek terendah adalah berhubungan dengan orang lain.

3. Kinerja Guru PENJAS SMP di Kabupaten Cianjur yang telah terlaksana secara keseluruhan rata-rata berada pada kategori tinggi. Dimensi tertinggi pada variabel ini yaitu pada aspek perencanaan pembelajaran sedangkan dimensi terendah yaitu penilaian pembelajaran.

4. Supervisi kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PENJAS dan pengaruhnya tergolong tinggi sebesar 11,62%. Dengan demikian supervisi kepala sekolah merupakan faktor penting dalam meningkatkan kinerja guru PENJAS

5. Motivasi berprestasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru PENJAS dan pengaruhnya tinggi sebesar 11,08%. Dengan demikian motivasi


(1)

Indra Wiguna, 2013

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kabupaten Cianjur

Kepala Sekolah menempatkan diri sebagai atasan. Bertentangan dengan prinsip supervisi yang menekankan hubungan konsultatif, kolegial, dan bukan hirarkis.

2. Sistem remunerasi yang kurang baik.

Kurangnya penghargaan dari Kepala Sekolah baik yang bersifat pujian atau berupa sistem penghargaan. Fenomena tidak adanya sistem penghargaan atas kinerja mengajar guru PENJAS SMP Negeri dapat menyebabkan stagnasi bagi para guru. Kecenderungan yang terjadi adalah guru semakin tidak termotivasi untuk mengembangkan strategi dan kreativitas dalam mengajar.

Hasil deskriptif variabel motivasi berprestasi diinformasikan bahwa skor yang paling kecil adalah berhubungan dengan orang lain, hal ini dikarenakan hal – hal sebagai berikut :

a) Kebanyakan guru PENJAS sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan kurang berinteraksi dengan rekan-rekan guru PENJAS di sekolah yang lain

b) Intensitas pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang tidak teratur dan terencana

c) Kurang bersilaturahmi dengan rekan kerja yang lain sehingga tidak ada tukar fikiran satu sama lain

d) Kurang berpikir positif, optimis, dan percaya diri e) Lekas puas terhadap hasil yang diperoleh

f) Kurang melakukan kegiatan untuk menambah pengalaman baru g) Kurang mencari pemecahan masalah dengan kreatif dan inovatif


(2)

Indra Wiguna, 2013

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kabupaten Cianjur

h) Kurang berorientasi ke masa depan dengan mengadakan antisipasi yang berencana dan melaksanakan serta memecahkan permasalahan secara bersama-sama.

Motivasi berprestasi harus terus dipelihara oleh setiap guru PENJAS agar pengajaran lebih efektif dan efisien, melalui pemberian reward atau hadiah dari kepala sekolah kepada guru yang berprestasi dan memberikan sanksi kepada guru yang tidak disiplin.

Hoy & Miskel (2008:166),” Kinerja itu pada dasarnya adalah hasil perkalian antara kemampuan dan motivasi”. Terdapat kaitan yang erat dan saling mempengaruhi antara motivasi atau dorongan untuk berbuat sesuatu dengan kinerja yang dihasilkan. Menurut Majid (2011:91) dalam konteks ini guru berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi dan penilaian.

Hasil deskriptif variabel kinerja guru PENJAS diinformasikan bahwa skor yang paling kecil adalah penilaian, indikator yang masih tergolong rendah adalah pada indikator mampu memperbaiki soal yang tidak valid. Maka sebaiknya guru harus mau memperdalam wawasannya tentang hal validitas soal ini. Adapun dalam hal ini Kepala Sekolah dapat membantu dengan cara mengontrol pengadministrasian hasil penilaian guru secara rutin, dan dengan mengadakan workshop tentang analisis soal dan validitas soal. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya dimensi penilaian pada guru PENJAS SMP di Kabupaten Cianjur adalah sebagai berikut :


(3)

Indra Wiguna, 2013

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kabupaten Cianjur

a) Kurang memiliki komitmen dan kemauan tinggi dalam melakukan tugasnya sebagai guru profesional yaitu melakukan penilaian terhadap siswa

b) Kelemahan dalam mengadakan test

c) Guru kurang mampu menilai kemajuan belajar siswa

d) Bekerja tidak sepenuhnya dan menilai siswa dengan setengah hati.


(4)

Indra Wiguna, 2013

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kabupaten Cianjur

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. (2009). Psikologi Sosial. Edisi ke-6. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.

Ali, M.A. (2008) “Supervisors and supervision” Journal Supervision for Teacher Development. 9 (2), 7 – 9

Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

ASCD (1987) Reading In Educational Supervision . Vol 2. Library Congres. Cox, P.M. (2009) “Criteria for Evaluating Process Improvement Options” Jounal

Perspectives On Quality Management Within a U.K. University. 135 – 137 Daresh. (1989). Supervision as Aproactive Process. New Jersey : Longman.

Depdiknas (2004). Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah. London: Depdiknas Dirjen Dikdasman

Djam’an Satori, (1999). Pengawas Sekolah dan Pengelolaan Sekolah. Makalah. Bandung: dalam acara Diklat Calon Pengawas Sekolah.

Glickman, C.D. (1981). Developmental Supervision. Alternative Practice for. Helping Teachers Improve Instruction. Virginia, Alexandria: ASCD. Engkoswara, (2011), Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Bandung, Alfabeta. Fakry Gaffar, (1987), Perencanaan Pendidikan, Jakarta: Depdikbud.

Fergusson, V (2008).”Rationale and overall design of the new supervisory system” Journal Supervision for the self-managing school. 7 (3), 15 – 19. Gregorio. (1966). School Administration And Supervision. Quezon. Garcia. Hasibuan Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta : Bumi

Aksara, 2009.


(5)

Indra Wiguna, 2013

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kabupaten Cianjur

Husdarta, JS. (2007). Hubungan Kepemimpinan dan motivasi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru Penjas. Penelitian Dana Rutin UPI. Lemlit UPI. Bandung.

Husdarta, JS. (2009) Manajemen Pendidikan Jasman., Bandung: Alfabeta.

Hoy, W.K. and Miskel, C.G. (2008). Educational Administration: Theory , Research, and Practice (Sixth Edition). New York : McGraw Hill.

Lakip. Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur Tahun 2012.

Lipham, James M and Hoeh. (1974). The Principal Ship; Foundation and Functions. New York: Harper and Row Publishers

Majid. A. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mangkunegara, A.A.A.P.(2007). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Marshall, K. (2009). “Running Fast and Getting Nowhere” Journal Rethinking Teacher Supervision and Evaluation. 34 – 36

Mitchel, T. R. dan Larson (1982). People and Organization; An Introduction to Organizational Behavior, Singapore: Mc Graw Hill Inc.

Mulyasa. E. (2005). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mondy,W., and Noe, R,M. (1993). Human Resource Management. Texas: Prentice Hall, Inc.

Nasir. (2003). Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari. (2008). Administrasi Pendidikan, Jakarta: CV Haji Masagung Riduwan (2010a). Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Riduwan dan Sunarto (2010). Pengantar Statistika (untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis). Bandung: Alfabeta.

Rifai, M. (2002) Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Jilid 1. Bagian Administrasi. Bandung : Yenmars.

Rusli Lutan (2000). Manajemen Penjaskes. Jakarta: Buku Materi Pokok, Depdikbud – Dikdasmen.


(6)

Indra Wiguna, 2013

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kabupaten Cianjur

Rusli Lutan, & Cholik, T. (1999). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Buku Materi Pokok, Depdikbud-Dikdasmen, BP2MG Penjaskes Setara D-II, Universitas Terbuka, Jakarta.

Sagala. S. (2009) Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sallis & Edward (1994). Total Quality Management in Education. London: Kogan Page Limited.

Satori, D. (2010). Pengembangan Supervisi. Bandung.

Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia; Menghadapi Abad Ke- 21 . Edisi Ke-Enam, Jakarta: Erlangga.

Schumacker, Randal E & Richard G. Lomax.(1999) A Beginner’s Guide to SEM. Mahwah. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. Inc.Pub.

Siagian, Sondang P. (2004). Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

Smith J.L. & Rusell J.P., (1982) “The Quality Audit Handbook”. Wisconsin: ASQC.

Soetisna Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis dan Praktis Profesional. Bandung: Alfabeta.

Soetisna Oteng. (1999). Pendidikan dan Pembangunan, Bandung: Ganaco. Sudjana. (2004). Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono, (2009). Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan

Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung: CV Alfabeta. Terry George R. (2001). Asas-asas Manajemen. Bandung: Alumni

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. BP. Restindo Mediatama.

Vaillant, D. (2005). “Fundamentals of Educational Planning” Journal Education

Reforms and Teachers’ Unions: Avenues for Action. 5 – 7

Wiles Kimbal (1961) Supervision For Better School. New York. Prentice Hall Inc.

Yukl, Gary. (1997). Leadership in Organization (Terjemahan). Edisi ke-3, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.


Dokumen yang terkait

PENGARUH SUPERVISI DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN PASIR SAKTI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

3 15 89

PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL DAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KABUPATEN TANGGAMUS

1 18 72

PERSEPSI GURU TENTANG POLA MANAGERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH Persepsi Guru Tentang Pola Managerial Kepala Sekolah Dan Motivasi Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kecamatan Kebakkramat Tah

0 4 17

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG.

0 1 17

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG.

0 2 46

KONTRIBUSI KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KABUPATEN PURWAKARTA.

0 0 63

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN CIANJUR.

1 8 54

PENGARUH LAYANAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SMP NEGERI DI KABUPATEN SUBANG.

0 0 46

KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMP NEGERI KABUPATEN MAJALENGKA.

0 1 102

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SDN

0 2 10