Laporan Tahunan PT Bank Mandiri Tbk. 2007
137
Corporate Center
Manajemen Risiko
Anggaran Perusahaan tahun 2008, sampai dengan 12 bulan ke depan likuiditas Bank
diproyeksikan akan berada dalam posisi surplus. Setiap proyeksi defisit pendanaan
dipantau melalui limit Maximum Cumulative Outflow
MCO. b. Manajemen Risiko Suku Bunga
Dalam pengelolaan risiko suku bunga, Bank menggunakan analisa re-pricing
gap, duration gap dan simulasi. Untuk
menggambarkan besarnya eksposur risiko suku bunga, Bank menggunakan
pendekatan re-pricing gap, sedangkan untuk mengukur sensitivitas pendapatan
NII Sensitivity dan nilai modal ekonomis
Economic Value of Equity, EVE akibat
pergerakan suku bunga, Bank melakukan simulasi dengan skenario kenaikan dan
penurunan suku bunga rate shock. c. Manajemen Pricing
Pricing Management merupakan salah
satu strategi yang dilakukan dalam upaya mendukung Bank menguasai pangsa
pasar pendapatan revenue market share dengan cara memaksimalkan Net Interest
Margin NIM terutama melalui pricing
Dana Pihak Ketiga DPK dan Kredit. d. Manajemen Risiko Pasar
Bank melakukan pengelolaan risiko pasar melalui monitoring atas aktivitas
trading yang dilakukan oleh Treasury. Sebagai acuannya, Bank menetapkan
limit transaksi yang meliputi Value at Risk Limit VaR Limit
, limit nominal dealer
, dan dealer loss limit. Hasil dari monitoring tersebut dituangkan dalam
laporan Trading Risk Profile secara periodik yaitu harian, mingguan dan bulanan.
Berbeda dengan laporan lainnya, Laporan Bulanan menjabarkan secara lengkap
pengelolaan risiko pasar termasuk didalamnya perhitungan Stress Testing
Scenario Analysis yang mengkuantifikasi
pergerakan pasar yang abnormal. Selain itu, juga dilaporkan hasil back testing
untuk menilai efektivitas pengukuran VaR dan akurasi metodologi yang digunakan.
e. Manajemen Risiko Nilai Tukar Bank mengukur dan mengelola risiko
nilai tukar struktural untuk mengetahui dampak pergerakan nilai tukar terhadap
pendapatan dan modal Bank. Posisi valuta asing Bank sebagian besar dalam
denominasi US Dollar, dimana disisi kewajiban terutama berbentuk dana pihak
ketiga dan pinjaman diterima sementara disisi aktiva terutama dalam bentuk
kredit, penempatan antar bank dan surat berharga.
3. Risiko Operasional
Bank melakukan manajemen risiko operasional secara proaktif untuk membantu
memenuhi target usaha serta meningkatkan citra Bank dengan tetap menerapkan prinsip
kehati-hatian pada setiap kegiatan usaha Bank. Melalui penerapan manajemen risiko
operasional maka diharapkan : − Setiap Unit Kerja memiliki proses kerja dan
mengidentifikasi dimana potensi terjadi risiko operasional, apa penyebabnya, dan
bagaimana cara mitigasi risiko tersebut. − Bank secara periodik mengevaluasi action
plan sebagai langkah mitigasi untuk
mengurangi potensi kerugian risiko operasional.
Bank memiliki beberapa perangkat untuk penerapan manejemen risiko operasional yaitu:
− Mandiri Loss Event Database. − Key Risk Indicator
− Risk and Control Self Assessment dan Key
Operational Risk Control − New Product and Activity Assessment
− Business Continuity Planning Selain berbagai framework di atas, untuk
meningkatkan kompetensi jajaran bank dalam manajemen risiko, pejabat Bank yang telah
ditetapkan akan mengikuti sertifikasi manajemen risiko serta berbagai program pengembangan
kompetensi secara berkelanjutan.
138
Laporan Tahunan PT Bank Mandiri Tbk. 2007
Corporate Center
Compliance and Human Capital
Dalam fase Outperform The Market, program-program kerja Direktorat CHC ditujukan untuk menumbuhkan intellectual capital pada setiap
individu untuk membangun excellent people yang mampu menciptakan nilai tambah bagi bank. Selain itu, kami juga melakukan reposisi peran
untuk menjadi strategic business partner bagi SBU dalam mendorong pertumbuhan bisnis, meningkatkan penerapan Good Corporate
Governance GCG serta menjaga kepatuhan terhadap regulasi.
Bambang Setiawan - Direktur
Laporan Tahunan PT Bank Mandiri Tbk. 2007
139
Corporate Center
Compliance and Human Capital
Sejalan dengan upaya membangun competitive advantage bagi Bank pada tahapan Outperform
the Market , Bank Mandiri terus meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia yang ada agar memiliki kompetensi, kinerja tinggi serta
berwawasan luas namun tetap menjaga prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap regulasi
yang berlaku. Direktorat Compliance Human Capital CHC
merupakan motor penggerak dalam upaya pengembangan SDM yang profesional, menjaga
kepatuhan bank terhadap regulasi yang ada serta mengedepankan prinsip taat azas dan taat
hukum dalam bisnis. Pengelolaan SDM selalu diupayakan untuk tetap dapat menarik attract,
mempertahankan retain serta memotivasi motivate para pegawai yang memiliki
kompetensi dan kinerja yang baik. Sejalan dengan upaya tersebut, Direktorat CHC mengembangkan
tema: Outperform The Market through Excellent People Compliant Business sebagai dasar
dalam pengembangan pegawai.
Menyempurnakan kebijakan dan membangun kapabilitas human capital, memperkuat
penerapan Good Corporate Governance serta mengamankan posisi hukum Bank Mandiri
Dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia guna mendukung pertumbuhan
bisnis di SBU, Bank Mandiri terus melakukan penyempurnaan atas sistem maupun kebijakan
SDM yang dimiliki. Salah satunya adalah melalui penyempurnaan dalam metode, serta
pendelegasian kewenangan dibidang rekrutmen kepada masing-masing SBU. Tujuan dari
penyempurnaan ini adalah untuk mempercepat turn-around time
pemenuhan pegawai, namun dengan tetap menjaga kualitas dari SDM baru di
dalam SBU. Selain itu, untuk mendukung pemenuhan
pegawai yang memiliki kompetensi tinggi, maka jalur penerimaan dalam rekrutmen lebih
dipertajam dan disederhanakan menjadi jalur Reguler dan Pro Hire. Pemenuhan pegawai
pada jalur Reguler mencakup rekrutmen internal dari pegawai level pelaksana menuju
level pimpinan atau Staff Development Program SDP, fresh graduates dari Universitas terbaik
atau Officer Development Program ODP, serta promosi. Sedangkan untuk Pro Hire adalah jalur
penerimaan bagi kandidat eksternal yang telah memiliki pengalaman dan dapat memberikan
nilai tambah bagi Bank. Model kompetensi juga disempurnakan menjadi
lebih fokus, ringkas dan mudah diaplikasikan, namun tetap selaras dengan nilai budaya
dan perilaku Bank Mandiri. Sejalan dengan diterapkannya model kompetensi yang baru ini,
juga dilakukan penyempurnaan sistem penilaian kinerja pegawai yang lebih dipertajam dengan
berbasis pada performance dan kompetensi,
atau lebih dikenal dengan nama “Mandiri Easy“
Mandiri Employee Appraisal System. Kebijakan
ini memberikan fleksibilitas pada distribusi hasil penilaian kinerja yang diintegrasikan dengan
sistem benefit dengan tetap mempertimbangkan kemampuan perusahaan. Penerapan manajemen
kinerja ini didukung dengan penyesuaian siklus penilaian kinerja pegawai yang mengacu pada
best practices . Penyelarasan ini semua bertujuan
untuk memudahkan proses penilaian kinerja, mendapatkan hasil penilaian yang lebih obyektif,
serta meningkatkan peran pimpinan dalam melakukan coaching dan counseling pegawai.
Inovasi juga dilakukan pada sistem remunerasi pegawai. Sistem yang semula berbasis pada
”single salary system“ disempurnakan dengan
penambahan tunjangan lokasi agar sesuai dengan perkembangan organisasi bank yang
memiliki banyak cabang di daerah terpencil. Sebagai organisasi yang berbasis SBU, Bank
Mandiri menyadari pentingnya pengembangan kemampuan SDM. Program-program pelatihan
yang berbasis pada kebutuhan SBU terus dilakukan secara berkesinambungan untuk
meningkatkan level kompetensi pegawai agar menjadi SDM yang berkualitas dan handal.
Program-program pelatihan dilakukan di berbagai bidang yang mencakup Performance Culture,
Credit Risk, Sales Services Culture dan Leadership.
Pelaksanaan program pelatihan tersebut tidak hanya dilakukan secara in-class, namun juga
berupa job assignment pada pekerjaan yang menantang, outbond serta melalui e-Learning.
Dengan menggunakan e-Learning, maka proses pembelajaran dapat dilakukan setiap waktu diluar
jam kerja melalui jaringan internal yang dimiliki Bank.
Dibidang budaya, pada tahun 2007, pelaksanaan implementasi budaya kerja lebih dipertajam dan
disempurnakan diantaranya dengan membentuk Tim Budaya di setiap unit kerja yang membantu
Tim Pusat meyakini terlaksananya program budaya diseluruh unit kerja. Disamping itu,
diadakan juga Culture Fair dan Culture Excellence Award
yang bertujuan untuk menampilkan LFHJBUBOQSPHSBNEBSJTFUJBQVOJULFSKBEBMBN
melaksanakan program implementasi budaya serta memberikan apresiasi bagi unit terbaik
dalam penerapan TIPCE. Upaya untuk memperkuat penerapan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance GCG dalam berbagai aspek dilakukan melalui self assessment
dan evaluasi oleh pihak independen dalam Corporate Governance Perception Index 2006 CGPI
2006 yang diselenggarakan oleh The Indonesian
Institute for Corporate Governance IICG. Hasil yang
dicapai adalah penghargaan sebagai perusahaan dengan kategori “Sangat Terpercaya” peringkat 1
dengan skor 88,66 dan emiten terbaik di sektor keuangan.
Disamping itu, dari kalangan internasional, Bank Mandiri juga memperoleh penghargaan dari
majalah Asia Money sebagai The Best Corporate Governance Award dan The Best Disclosure
Transparancy. Sejalan dengan upaya pengembangan bisnis
yang didukung pengamanan dari aspek hukum, maka Bank Mandiri selalu berusaha
mengoptimalkan solusi Aspek Hukum Dalam Operasional Bank dan menciptakan budaya taat
hukum pada setiap jajarannya, agar kegiatan operasional dan bisnis berjalan sesuai ketentuan
hukum yang berlaku. Dukungan terhadap
140
Laporan Tahunan PT Bank Mandiri Tbk. 2007
Corporate Center
Compliance and Human Capital
organisasi Bank Mandiri yang berbasis SBU dilakukan secara desentralisasi dengan adanya
Legal Officer yang ditempatkan pada setiap SBU dan Kantor-Kantor Wilayah. Peningkatan
kompetensi Legal Officer dan pemahaman hukum seluruh pegawai ditempuh antara lain
melalui dukungan penyediaan ulasan kasus hukum berkaitan dengan operasional Bank,
penerbitan buku saku tanya jawab hukum perbankan, penyediaan Buku Pedoman Hukum
berikut kegiatan updating dan sosialisasinya. Untuk keperluan monitoring penyelesaian perkara
hukum, juga telah dilakukan pemutakhiran database Sistem Informasi Perkara. Salah satu
keberhasilan dari upaya ini terlihat dengan makin menurunnya jumlah perkara hukum yang berasal
dari Legacy Bank.
Peran sebagai Strategic Business Partner Bagi SBU
Dalam upaya untuk terus mendukung fase Outperform The Market
di tahun 2008, Direktorat CHC melakukan reposisi perannya melalui
optimalisasi human intellectual capital yang dimiliki setiap individu untuk menciptakan nilai
tambah bagi bank dan melakukan transformasi menjadi strategic business partner bagi SBU,
namun dengan tetap menjaga kepatuhan. Untuk menjalankan peran tersebut, maka
telah dirumuskan beberapa inisiatif strategis. Pada pengelolaan SDM, akan dilakukan
penyempurnaan sistem pengembangan karir pegawai dengan disertai peningkatan
kompetensinya secara simultan, yaitu melalui penyempurnaan pada sistem dan mekanisme
career track yang lebih simple, mudah dan jelas.
Dalam pengelolaan top talent, Bank Mandiri mengelola secara khusus dengan memberikan
pelatihan-pelatihan di dalam dan luar negeri, coaching
dari Top Management, serta penempatan pada posisi-posisi strategis sebagai upaya job
enrichment serta fast track career progression bagi
mereka. Upaya-upaya ini dilakukan dalam rangka pengembangan dan retention para top talent agar
tetap berkinerja optimal. Fungsi rekrutmen pada Human Capital:
Management ditransformasikan menjadi
SBU’s resourcing center guna mendukung SBU memenuhi kebutuhan pegawai dengan cepat
namun tetap terjaga kualitasnya. Peningkatan kompetensi pegawai melalui
pendidikan dan pelatihan terus berlangsung secara berkesinambungan, melalui program-
program pelatihan terpadu di bidang performance culture, credit risk culture, sales service culture
dan leadership. Dalam rangka menambah wawasan dan
meningkatkan kompetensi, masing-masing JSFLTJCBOZBLNFOHJLVUJCFSQBSUJTJQBTJEBMBN
seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang
terkait dengan bank. Pelatihan dalam rangka meningkatkan
Performance Culture dilakukan melalui program
Simplifikasi Business Process, Efisiensi dan Produktifitas, Performance Management System
serta Inovasi Proses dan Produk. Dalam bidang Credit
dan Risk Culture, dilakukan melalui training perkreditan, Assessment, Mobile Coaching Clinic,
dan program Sertifikasi Risk Management. Program Sales dan Services Culture dimaksudkan
untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan melalui berbagai model pelatihan antara lain:
Front liners, Sales, Banking Operation, Dealer Simulation
dan Sertifikasi Profesi. Dalam penguatan penerapan prinsip GCG,
Bank Mandiri mentransformasikannya menjadi “Corporate Value Bank”. Upaya yang ditempuh
antara lain: i internalisasi prinsip-prinsip GCG ke dalam setiap proses pengambilan
keputusan, proses bisnis dan hubungan dengan seluruh stakeholders. ii menjaga penerapan
Anti Money Laundering AML dan Know Your
Customer KYC secara berkesinambungan, iii
melakukan review dan penyempurnaan terhadap kebijakan Bank sesuai dengan prinsip-prinsip
GCG dan iv memonitor dan memastikan agar Bank Mandiri senantiasa memenuhi ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu, untuk memperkuat pengendalian kepatuhan,
dikembangkan sistem monitoring kepatuhan yang terintegrasi serta dilakukan peningkatan
kompetensi dari para pejabat Quality Assurance Compliance QAC
yang tersebar di seluruh SBU. Bank Mandiri menyadari bahwa kekuatan hukum
merupakan unsur vital dalam bisnis bank. Untuk itu, terus dilakukan upaya pengamanan bisnis
dan peningkatan pemahaman hukum secara preventif maupun melakukan Legal Action
terhadap nasabah, debitur dan pihak ke 3 lainnya yang tidak beritikad baik. Selain itu, peningkatan
kapabilitas Legal Officer dan penyelenggaraan forum-forum komunikasi hukum dilakukan guna
membangun pemahaman “law as a second nature” di lingkungan Bank Mandiri.