14.75 Indonesia Best Brand Award

Laporan Tahunan PT Bank Mandiri Tbk. 2007 137 Corporate Center Manajemen Risiko Anggaran Perusahaan tahun 2008, sampai dengan 12 bulan ke depan likuiditas Bank diproyeksikan akan berada dalam posisi surplus. Setiap proyeksi defisit pendanaan dipantau melalui limit Maximum Cumulative Outflow MCO. b. Manajemen Risiko Suku Bunga Dalam pengelolaan risiko suku bunga, Bank menggunakan analisa re-pricing gap, duration gap dan simulasi. Untuk menggambarkan besarnya eksposur risiko suku bunga, Bank menggunakan pendekatan re-pricing gap, sedangkan untuk mengukur sensitivitas pendapatan NII Sensitivity dan nilai modal ekonomis Economic Value of Equity, EVE akibat pergerakan suku bunga, Bank melakukan simulasi dengan skenario kenaikan dan penurunan suku bunga rate shock. c. Manajemen Pricing Pricing Management merupakan salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya mendukung Bank menguasai pangsa pasar pendapatan revenue market share dengan cara memaksimalkan Net Interest Margin NIM terutama melalui pricing Dana Pihak Ketiga DPK dan Kredit. d. Manajemen Risiko Pasar Bank melakukan pengelolaan risiko pasar melalui monitoring atas aktivitas trading yang dilakukan oleh Treasury. Sebagai acuannya, Bank menetapkan limit transaksi yang meliputi Value at Risk Limit VaR Limit , limit nominal dealer , dan dealer loss limit. Hasil dari monitoring tersebut dituangkan dalam laporan Trading Risk Profile secara periodik yaitu harian, mingguan dan bulanan. Berbeda dengan laporan lainnya, Laporan Bulanan menjabarkan secara lengkap pengelolaan risiko pasar termasuk didalamnya perhitungan Stress Testing Scenario Analysis yang mengkuantifikasi pergerakan pasar yang abnormal. Selain itu, juga dilaporkan hasil back testing untuk menilai efektivitas pengukuran VaR dan akurasi metodologi yang digunakan. e. Manajemen Risiko Nilai Tukar Bank mengukur dan mengelola risiko nilai tukar struktural untuk mengetahui dampak pergerakan nilai tukar terhadap pendapatan dan modal Bank. Posisi valuta asing Bank sebagian besar dalam denominasi US Dollar, dimana disisi kewajiban terutama berbentuk dana pihak ketiga dan pinjaman diterima sementara disisi aktiva terutama dalam bentuk kredit, penempatan antar bank dan surat berharga.

3. Risiko Operasional

Bank melakukan manajemen risiko operasional secara proaktif untuk membantu memenuhi target usaha serta meningkatkan citra Bank dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian pada setiap kegiatan usaha Bank. Melalui penerapan manajemen risiko operasional maka diharapkan : − Setiap Unit Kerja memiliki proses kerja dan mengidentifikasi dimana potensi terjadi risiko operasional, apa penyebabnya, dan bagaimana cara mitigasi risiko tersebut. − Bank secara periodik mengevaluasi action plan sebagai langkah mitigasi untuk mengurangi potensi kerugian risiko operasional. Bank memiliki beberapa perangkat untuk penerapan manejemen risiko operasional yaitu: − Mandiri Loss Event Database. − Key Risk Indicator − Risk and Control Self Assessment dan Key Operational Risk Control − New Product and Activity Assessment − Business Continuity Planning Selain berbagai framework di atas, untuk meningkatkan kompetensi jajaran bank dalam manajemen risiko, pejabat Bank yang telah ditetapkan akan mengikuti sertifikasi manajemen risiko serta berbagai program pengembangan kompetensi secara berkelanjutan. 138 Laporan Tahunan PT Bank Mandiri Tbk. 2007 Corporate Center Compliance and Human Capital Dalam fase Outperform The Market, program-program kerja Direktorat CHC ditujukan untuk menumbuhkan intellectual capital pada setiap individu untuk membangun excellent people yang mampu menciptakan nilai tambah bagi bank. Selain itu, kami juga melakukan reposisi peran untuk menjadi strategic business partner bagi SBU dalam mendorong pertumbuhan bisnis, meningkatkan penerapan Good Corporate Governance GCG serta menjaga kepatuhan terhadap regulasi. Bambang Setiawan - Direktur Laporan Tahunan PT Bank Mandiri Tbk. 2007 139 Corporate Center Compliance and Human Capital Sejalan dengan upaya membangun competitive advantage bagi Bank pada tahapan Outperform the Market , Bank Mandiri terus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang ada agar memiliki kompetensi, kinerja tinggi serta berwawasan luas namun tetap menjaga prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku. Direktorat Compliance Human Capital CHC merupakan motor penggerak dalam upaya pengembangan SDM yang profesional, menjaga kepatuhan bank terhadap regulasi yang ada serta mengedepankan prinsip taat azas dan taat hukum dalam bisnis. Pengelolaan SDM selalu diupayakan untuk tetap dapat menarik attract, mempertahankan retain serta memotivasi motivate para pegawai yang memiliki kompetensi dan kinerja yang baik. Sejalan dengan upaya tersebut, Direktorat CHC mengembangkan tema: Outperform The Market through Excellent People Compliant Business sebagai dasar dalam pengembangan pegawai. Menyempurnakan kebijakan dan membangun kapabilitas human capital, memperkuat penerapan Good Corporate Governance serta mengamankan posisi hukum Bank Mandiri Dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia guna mendukung pertumbuhan bisnis di SBU, Bank Mandiri terus melakukan penyempurnaan atas sistem maupun kebijakan SDM yang dimiliki. Salah satunya adalah melalui penyempurnaan dalam metode, serta pendelegasian kewenangan dibidang rekrutmen kepada masing-masing SBU. Tujuan dari penyempurnaan ini adalah untuk mempercepat turn-around time pemenuhan pegawai, namun dengan tetap menjaga kualitas dari SDM baru di dalam SBU. Selain itu, untuk mendukung pemenuhan pegawai yang memiliki kompetensi tinggi, maka jalur penerimaan dalam rekrutmen lebih dipertajam dan disederhanakan menjadi jalur Reguler dan Pro Hire. Pemenuhan pegawai pada jalur Reguler mencakup rekrutmen internal dari pegawai level pelaksana menuju level pimpinan atau Staff Development Program SDP, fresh graduates dari Universitas terbaik atau Officer Development Program ODP, serta promosi. Sedangkan untuk Pro Hire adalah jalur penerimaan bagi kandidat eksternal yang telah memiliki pengalaman dan dapat memberikan nilai tambah bagi Bank. Model kompetensi juga disempurnakan menjadi lebih fokus, ringkas dan mudah diaplikasikan, namun tetap selaras dengan nilai budaya dan perilaku Bank Mandiri. Sejalan dengan diterapkannya model kompetensi yang baru ini, juga dilakukan penyempurnaan sistem penilaian kinerja pegawai yang lebih dipertajam dengan berbasis pada performance dan kompetensi, atau lebih dikenal dengan nama “Mandiri Easy“ Mandiri Employee Appraisal System. Kebijakan ini memberikan fleksibilitas pada distribusi hasil penilaian kinerja yang diintegrasikan dengan sistem benefit dengan tetap mempertimbangkan kemampuan perusahaan. Penerapan manajemen kinerja ini didukung dengan penyesuaian siklus penilaian kinerja pegawai yang mengacu pada best practices . Penyelarasan ini semua bertujuan untuk memudahkan proses penilaian kinerja, mendapatkan hasil penilaian yang lebih obyektif, serta meningkatkan peran pimpinan dalam melakukan coaching dan counseling pegawai. Inovasi juga dilakukan pada sistem remunerasi pegawai. Sistem yang semula berbasis pada ”single salary system“ disempurnakan dengan penambahan tunjangan lokasi agar sesuai dengan perkembangan organisasi bank yang memiliki banyak cabang di daerah terpencil. Sebagai organisasi yang berbasis SBU, Bank Mandiri menyadari pentingnya pengembangan kemampuan SDM. Program-program pelatihan yang berbasis pada kebutuhan SBU terus dilakukan secara berkesinambungan untuk meningkatkan level kompetensi pegawai agar menjadi SDM yang berkualitas dan handal. Program-program pelatihan dilakukan di berbagai bidang yang mencakup Performance Culture, Credit Risk, Sales Services Culture dan Leadership. Pelaksanaan program pelatihan tersebut tidak hanya dilakukan secara in-class, namun juga berupa job assignment pada pekerjaan yang menantang, outbond serta melalui e-Learning. Dengan menggunakan e-Learning, maka proses pembelajaran dapat dilakukan setiap waktu diluar jam kerja melalui jaringan internal yang dimiliki Bank. Dibidang budaya, pada tahun 2007, pelaksanaan implementasi budaya kerja lebih dipertajam dan disempurnakan diantaranya dengan membentuk Tim Budaya di setiap unit kerja yang membantu Tim Pusat meyakini terlaksananya program budaya diseluruh unit kerja. Disamping itu, diadakan juga Culture Fair dan Culture Excellence Award yang bertujuan untuk menampilkan LFHJBUBOQSPHSBNEBSJTFUJBQVOJULFSKBEBMBN melaksanakan program implementasi budaya serta memberikan apresiasi bagi unit terbaik dalam penerapan TIPCE. Upaya untuk memperkuat penerapan prinsip- prinsip Good Corporate Governance GCG dalam berbagai aspek dilakukan melalui self assessment dan evaluasi oleh pihak independen dalam Corporate Governance Perception Index 2006 CGPI 2006 yang diselenggarakan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance IICG. Hasil yang dicapai adalah penghargaan sebagai perusahaan dengan kategori “Sangat Terpercaya” peringkat 1 dengan skor 88,66 dan emiten terbaik di sektor keuangan. Disamping itu, dari kalangan internasional, Bank Mandiri juga memperoleh penghargaan dari majalah Asia Money sebagai The Best Corporate Governance Award dan The Best Disclosure Transparancy. Sejalan dengan upaya pengembangan bisnis yang didukung pengamanan dari aspek hukum, maka Bank Mandiri selalu berusaha mengoptimalkan solusi Aspek Hukum Dalam Operasional Bank dan menciptakan budaya taat hukum pada setiap jajarannya, agar kegiatan operasional dan bisnis berjalan sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Dukungan terhadap 140 Laporan Tahunan PT Bank Mandiri Tbk. 2007 Corporate Center Compliance and Human Capital organisasi Bank Mandiri yang berbasis SBU dilakukan secara desentralisasi dengan adanya Legal Officer yang ditempatkan pada setiap SBU dan Kantor-Kantor Wilayah. Peningkatan kompetensi Legal Officer dan pemahaman hukum seluruh pegawai ditempuh antara lain melalui dukungan penyediaan ulasan kasus hukum berkaitan dengan operasional Bank, penerbitan buku saku tanya jawab hukum perbankan, penyediaan Buku Pedoman Hukum berikut kegiatan updating dan sosialisasinya. Untuk keperluan monitoring penyelesaian perkara hukum, juga telah dilakukan pemutakhiran database Sistem Informasi Perkara. Salah satu keberhasilan dari upaya ini terlihat dengan makin menurunnya jumlah perkara hukum yang berasal dari Legacy Bank. Peran sebagai Strategic Business Partner Bagi SBU Dalam upaya untuk terus mendukung fase Outperform The Market di tahun 2008, Direktorat CHC melakukan reposisi perannya melalui optimalisasi human intellectual capital yang dimiliki setiap individu untuk menciptakan nilai tambah bagi bank dan melakukan transformasi menjadi strategic business partner bagi SBU, namun dengan tetap menjaga kepatuhan. Untuk menjalankan peran tersebut, maka telah dirumuskan beberapa inisiatif strategis. Pada pengelolaan SDM, akan dilakukan penyempurnaan sistem pengembangan karir pegawai dengan disertai peningkatan kompetensinya secara simultan, yaitu melalui penyempurnaan pada sistem dan mekanisme career track yang lebih simple, mudah dan jelas. Dalam pengelolaan top talent, Bank Mandiri mengelola secara khusus dengan memberikan pelatihan-pelatihan di dalam dan luar negeri, coaching dari Top Management, serta penempatan pada posisi-posisi strategis sebagai upaya job enrichment serta fast track career progression bagi mereka. Upaya-upaya ini dilakukan dalam rangka pengembangan dan retention para top talent agar tetap berkinerja optimal. Fungsi rekrutmen pada Human Capital: Management ditransformasikan menjadi SBU’s resourcing center guna mendukung SBU memenuhi kebutuhan pegawai dengan cepat namun tetap terjaga kualitasnya. Peningkatan kompetensi pegawai melalui pendidikan dan pelatihan terus berlangsung secara berkesinambungan, melalui program- program pelatihan terpadu di bidang performance culture, credit risk culture, sales service culture dan leadership. Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing JSFLTJCBOZBLNFOHJLVUJCFSQBSUJTJQBTJEBMBN seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank. Pelatihan dalam rangka meningkatkan Performance Culture dilakukan melalui program Simplifikasi Business Process, Efisiensi dan Produktifitas, Performance Management System serta Inovasi Proses dan Produk. Dalam bidang Credit dan Risk Culture, dilakukan melalui training perkreditan, Assessment, Mobile Coaching Clinic, dan program Sertifikasi Risk Management. Program Sales dan Services Culture dimaksudkan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan melalui berbagai model pelatihan antara lain: Front liners, Sales, Banking Operation, Dealer Simulation dan Sertifikasi Profesi. Dalam penguatan penerapan prinsip GCG, Bank Mandiri mentransformasikannya menjadi “Corporate Value Bank”. Upaya yang ditempuh antara lain: i internalisasi prinsip-prinsip GCG ke dalam setiap proses pengambilan keputusan, proses bisnis dan hubungan dengan seluruh stakeholders. ii menjaga penerapan Anti Money Laundering AML dan Know Your Customer KYC secara berkesinambungan, iii melakukan review dan penyempurnaan terhadap kebijakan Bank sesuai dengan prinsip-prinsip GCG dan iv memonitor dan memastikan agar Bank Mandiri senantiasa memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu, untuk memperkuat pengendalian kepatuhan, dikembangkan sistem monitoring kepatuhan yang terintegrasi serta dilakukan peningkatan kompetensi dari para pejabat Quality Assurance Compliance QAC yang tersebar di seluruh SBU. Bank Mandiri menyadari bahwa kekuatan hukum merupakan unsur vital dalam bisnis bank. Untuk itu, terus dilakukan upaya pengamanan bisnis dan peningkatan pemahaman hukum secara preventif maupun melakukan Legal Action terhadap nasabah, debitur dan pihak ke 3 lainnya yang tidak beritikad baik. Selain itu, peningkatan kapabilitas Legal Officer dan penyelenggaraan forum-forum komunikasi hukum dilakukan guna membangun pemahaman “law as a second nature” di lingkungan Bank Mandiri.