Rukun dan Syarat Murabahah

b. Al- hadits Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung dengan keperluan rumah, bukan untuk dijual,” HR Ibnu Majah Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka” HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban c. Fatwa DSN MUI tentang pembiayaan murabahah : a. Fatwa DSN No. 04DSN-MUIIV2000 tentang Murabahah; b. Fatwa DSN No. 13DSN-MUIXI2000 tentang uang muka Murabahah.

3. Rukun dan Syarat Murabahah

Rukun dari murabahah jual beli adalah sebagai berikut: 1. Pihak yang berakad terdiri dari penjual ba’i dan pembeli musytari. 2. Barangobjek mabi’ yaitu barang yang diperjual belikan. Barang tersebut harus sudah dimiliki oleh penjual sebelum dijual kepada pembeli, atau penjual menyanggupi untuk mengadakan barang yang diinginkan pembeli. 3. Harga tsaman. Harga yang disepakati harus jelas jumlahnya dan jika dibayar secara hutang maka harus jelas waktu pembayaranya. Universitas Sumatera Utara 4. Ijab qabul sighat. Ijab qabul sebagai indikator saling ridha antara kedua pihak penjua dan pembeli untuk melakukan transaksi. Syarat murabahah sebagai berikut: a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah calon pembeli. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara utang. Secara prinsip, jika syarat a, d, atau e tidak dipenuhi maka pembeli memiliki pilihan: a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya. b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidak setujuan atas barang yang dijual. c. Membatalkan kontrak. Jual beli secara al-murabahah di atas hanya untuk barang atau produk yang dikuasai atau di miliki oleh penjual pada waktu saat negosiasi dan berkontrak Muhammad Ridwan, 2007. Universitas Sumatera Utara

B. Teori Pembiayaan 1. Pengertian pembiayaan

Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan hal itu berupa: a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah danatau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Sedangkan definisi pembiayaan menurut Muhammad Syafi’i Antonio sebagai salah satu tugas pokok bank adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit Rivai, Veithzal; Ariviyan Arifin, 2010. Pembiayaan atau dengan kata lain financing menurut Muhammad yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung Universitas Sumatera Utara