Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Kpr) Griya Ib Hasanah Pada Bank Bni Syariah Kantor Cabang Fatmawati- Jaksel

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

MUTIARA YASMI SUMANTRI

NIM: 1110053000010

KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2014


(5)

Manajemen Lembaga Keuangan Syariah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Dibawah bimbingan Muammar Aditya, M.Ak

Bank BNI Syariah merupakan salah satu Lembaga Keuangan Syariah yang berada di jl. R.S fatmawati Jakarta selatan, yang berperan penting dalam penyimpanan dan penyaluran dana kepada masyarakat yang membutuhkan. Dalam menyalurkan pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) bank BNI Syariah harus selektif dalam menilai kelayakan yang diajukan oleh debitur. Penilaian ini dilakukan agar bank BNI Syariah terhindar dari risiko atau kerugian akibat tidak dapat dikembalikannya kredit yang disalurkan. Dengan demikian dalam melakukan pemberian kredit atau pembiayaan bank BNI Syariah harus melakukan penilaian berdasarkan prosedur atau mekanisme pemberian kredit serta pengendalian intern agar tidak terjadi kredit macet.

Rumusan masalah penelitian ini adalah. Bagaimana mekanisme operasional pembiayaan KPR iB Griya Hasanah? Bagaimana penerapan manajemen risiko pada pembiayaan KPR Griya iB Hasanah di BNI syariah KC Fatmawati? . Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui mekanime operasional KPR BNI Syariah, dan bagaimana penerapan pelaksanaan manajemen risiko pembiayaan KPR Griya iB Hasanah.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggukan pendekatan deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan merupakan perpaduan antara penelitian keperpustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang mengumpulkan data-data di lapangan,kemudian menganalisisnya dan mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini

Hasil Penelitian ini menunjukkan, untuk mengantisipasi risiko yang muncul pada produk KPR IB Griya Hasanah, BNI Syariah memiliki penerapan dalam mengantisipasi risiko yang terjadi khususnya risiko kredit atau pembiayaan. Bank BNI Syariah menerapkan beberapa cara dengan berpedoman pada peraturan Bank Indonesia no 13/23/PBI/2011 mengenai penerapan manajemen Risiko pada bank umum syariah dan unit usaha syariah, diantaranya yaitu proses penilaian risiko dengan langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi risiko, kemudian pengukuran risiko menurut PBI dengan menggunakan metode scoring dilakukan berdasarkan pada data historis nasabah dan menggunakan analisis 5C yaitu character (watak atau kepribadiaan), capacity (kemampuan), capital

(modal), collateral (barang jaminan), dan condition of economic setelah itu pemantauan risiko dan langkah terakhir adalah pengendalian risiko.


(6)

ii

KATA PENGANTAR Bismillahirohmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dengan kasih sayang dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan risalah kebenaran dimuka bumi ini.

Pada penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Terselesaikannya skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, terima kasih kepada kedua orang tuaku tercinta ibunda Yasmida dan ayahanda Usman yang telah memberi semangat dan motivasi yang tiada henti, yang telah mencurahkan kasih sayang, nasihat dan doa yang begitu besar, serta perhatian yang tiada henti kepada ananda dalam menyelesaikan skripsi ini, dan pada kesempatan yang baik ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed.,Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan II Bidang Administrtasi Umum, Dr. H. Sunandar, MA. Selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.


(7)

3. Muammar Aditya M.Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, koreksi serta saran-sarannya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya Jurusan Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Syariah (MLKS) serta tanpa mengurangi rasa hormat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama dibangku kuliah.

5. Seluruh Dosen Penguji, Sekretaris, dan Ketua sidang Munaqasah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mempersentasikan hasil skripsi ini.

6. Pihak Bank BNI Syariah Fatmawati dan seluruh staf nya khususnya bapak Heru setyawan selaku staf bagian processing KPR ib Griya Hasanah. Bapak Ermawan, bapak Fatih yang telah membantu dalam penelitian yang penulis lakukan diperusahaan tersebut.

7. Segenap Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan


(8)

iv

pinjaman buku kepada penulis, sehingga dapat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk Keluarga di padang Alm. Nenek ku tercinta Hj. Baheram, Mami Genti, Maktekjun, yang selalu mendukung dan mendoakan ananda Mutiara dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Seluruh teman- teman MLKS angkatan 2010, Isniyatul Muffarokhah, Melda Alini, Eliyah, Rika Fitrianti, Nurul Husna, Ratih Khairunnisa, Neneng Zakiatul, Ahmad Zaki dan teman-teman yang lainnya, yang penulis tidak dapat sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas persahabatan yang terjalin dan dorongan semangat yang diberikan. Semoga silaturrahim kita takkan terputus selama-lamanya.

10.Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa terima kasih dari penulis.

Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ini merupakan refleksi studi S1 dan dapat memberikan sumbangan keilmuan, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang berminat dengan tulisan ini. Dengan harapan, karya tulis ini dapat dijadikan amal

bagi penulis, Amin ya robbal ‘alamin.

Jakarta, Juli 2014


(9)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Risiko ... 17

1. Pengertian Manajemen Risiko ... 17

2. Penerapan Manajemen Risiko Islami dan Al-Quran ... 17

3. Jenis-jenis Risiko Perbankan Syariah ... 19


(10)

vi

5. Tujuan Manajemen Risiko ... 29

B. Pembiayaan ... 29

1. Pengertian Pembiayaan ... 29

2. Penilaian Pemberian Pembiayaan ... 31

3. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan ... 38

4. Kolektibitas Kredit/pembiayaan ... 40

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat BNI Syariah ... 43

B. Visi dan Misi BNI Syariah ... 44

C. Budaya Kerja BNI Syariah ... 45

D. Logo Perusahaan BNI Syariah ... 45

E. Produk-produk BNI Syariah ... 47

F. Struktur Organisasi dan Jobs Description BNI Syariah ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Deskripsi Mekanisme Pengajuan penerimaan nasabah KPR Griya iB Hasanah BNI Syariah ... 59

B. Proses Manajemen RisikoKPR iB Griya Hasanah ... 66

1. Proses Penilaian Risiko ... 67

2. Proses pengelolaan Risiko ... 76

3. Proses Mitigasi Risiko ... 79

C. Analisis Penerapan Pelaksanaan Manajemen Risiko ... 83


(11)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kolektibilitas kredit PT. Bank BNI Syariah ... 4 Tabel 4.1 Penggolongan kolektibilitasPT. Bank BNI Syariah ... 75 Tabel 4.2 Total pembiayaan KPR macet Bank BNI Syariah ... 78


(13)

Gambar 3.1. Struktur Organisasi BNI Syariah KC Fatmawati-jaksel ... 53 Gambar 4.1. Mekanisme KPR iB Griya Hasanah ... 59


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan masyarakat yang semakin beraneka ragam menempatkan kredit atau pembiayaan sebagai produk jasa perbankan yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan pembiayaan sangat membantu masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan maupun papan. Sebagai salah satu kebutuhan utama manusia, sektor papan (perumahan) merupakan salah satu sektor bisnis menarik. Perkembangan manusia yang semakin bertambah menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan akan perumahan. Rumah merupakan kebutuhan primer bagi pemenuhan kesejahteraan manusia setelah sandang dan pangan. Namun demikian, ternyata kebutuhan akan perumahan ini seringkali terbentur pada minimnya dana yang dimiliki oleh konsumen yang mendambakan memiliki rumah sendiri. Sehingga, pengembangan melalui pembiayaan kepemilikan rumah dilirik sebagai alternatif utama pembiayaan perumahan.

Dalam menyalurkan KPR Bank BNI Syariah harus selektif dalam menilai kelayakan yang diajukan oleh debitur. Penilaian ini dilakukan agar bank BNI Syariah terhindar dari kerugian akibat tidak dapat dikembalikannya kredit yang disalurkan. Dengan demikian dalam


(15)

melakukan pemberian kredit atau pembiayaan bank BNI Syariah harus melakukan penilaian berdasarkan prosedur atau mekanisme pemberian kredit serta pengendalian intern agar tidak terjadi kredit macet.

Pemberian kredit yang secara otomatis akan menyusung risiko kredit atau pembiayaan macet atau kemungkinan tidak terbayarnya kewajiban-kewajiban oleh debitur. Disamping itu apabila suatu bank memberikan kredit atau pembiayaan, tentu harus diperhatikan pula tentang risiko-risiko yang akan dihadapi oleh bank BNI Syariah. Risiko kredit atau risiko pembiayaan menjadi suatu permasalahan tersendiri yang cukup penting untuk diperhatikan. Demikian pula bank BNI Syariah sebagai salah satu badan usaha perbankan juga harus mengevaluasi secara baik dan tepat.

Untuk mengantisipasi hal itu bank BNI Syariah harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit atau pembiayaan kepemilikan rumah kepada debitur. Bank BNI syariah wajib memberikan keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan sesuai dengan perjanjian atau akad (Sulhan, 2008:15-16). Dimana sikap kehati-hatian merupakan prinsip yang harus diterapkan dalam setiap pemberian kredit atau pembiayaan. Tujuannya adalah untuk mencegah risiko yang mungkin terjadi.

Teknik-teknik yang digunakan oleh bank BNI syariah untuk mengurangi risiko pembiayaan adalah sama dengan yang digunakan oleh


(16)

3

bank-bank konvensional. Namun, karena tidak adanya lembaga pemeringkat kredit, bank BNI Syariah hanya mengandalkan catatan sejarah nasabah dengan bank tersebut dan mengumpulkan informasi tentang kelayakan kredit dari nasabah melalui sumber-sumber informal dan jaringan masyarakat lokal.

Manajemen risiko kredit atau pembiayaan bagi Bank BNI Syariah lebih diperumit dengan adanya eksternalitas tambahan. Terutama dalam kasus rekanan tidak melakukan pembayaran, Bank BNI syariah dilarang untuk menagih bunga tertangguh atau mengenakan denda, kecuali dalam kasus penundaan yang disengaja. Klien dapat mengambil keuntungan dengan menunda pembayaran, dengan mengetahui bahwa bank tidak akan mengenakan denda atau meminta pembayaran tambahan. Selama penundaan itu, modal bank tertahan pada kegiatan yang tidak produktif dan deposa-nasabah bank tidak mendapatkan penghasilan apapun. Contoh: nasabah menggunakan agunan dan janji sebagai jaminan terhadap risiko kredit adalah hal yang umum bagi Bank Syariah. Bank dapat meminta klien untuk menyerahkan agunan sebelum memulai transaksi murabahah. Dalam beberapa kasus, subyek murabahah diterima sebagai agunan. Menggunakan agunan sebagai jaminan bukan berarti tanpa kesulitan, terutama di Negara-negara berkembang. Masalah yang umum termasuk likuiditas dari agunan atau ketidakmampuan bank untuk menjual agunan tersebut, kesulitan dalam menentukan harga pasar wajar secara periodik, dan kendala hukum serta hambatan dalam menguasai agunan tersebut.


(17)

Lemahnya lembaga-lembaga hukum dan lambatnya proses menyulitkan bank untuk menguasai agunan tersebut.

Kolektibilitas kredit merupakan kredit yang terdiri dari lancar, kredit dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan hingga macet. Dalam pengelompokan ini kredit lancar adalah kredit yang selalu tepat waktu dalam melunasi hutangnya, kredit dalam perhatian khusus adalah kredit yang terlambat pembayarannya dalam jangka waktu 1-3 bulan, kredit kurang lancar adalah kredit yang terlambat pembayarannya hingga jangka waktu 4 bulan, dan dikatakan diragukan jika pembayaran kredit terlambat hingga 5 bulan, dan jika dikatakan kredit macet hingga tunggakan dalam jangka waktu 6 bulan keatas tidak melunasi hutangnya.

Tabel. 1.1 Kolektibilitas kredit PT. Bank BNI Syariah

Kolektibility 2012 2013

Lancar 188.191.805 238.073.767

Dalam perhatian khusus 6.913.686 7.143.033

Kurang lancar 641.351 546.276

Diragukan 666.263 736.350

Macet 4.329.200 4.138.41

Jumlah 250.637.843 200.742.305


(18)

5

Tahun 2012 sampai dengan 2013 bank BNI syariah mengalami peningkatan jumlah kredit lancar yaitu tahun 2012 sebesar 188.191.805, tahun 2013 adalah 238.073.767. hal tersebut berbanding terbalik dengan kredit macet yang mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 4.329.200 pada tahun 2013 menurun menjadi 4.138.41.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kelancaran dalam pembayaran kredit mengalami kenaikan dilihat dari tahun 2012-2013 dan kolektibilitas tergolong macet mengalami penurunan dari tahun 2012-2013.

Aspek terpenting dalam penerapan manajemen risiko pembiayaan adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali (manageable).1 Pada batas yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Namun demikian mengingat perbedaan kondisi pasar struktur, ukuran serta kompleksitas usaha Bank, tidak ada satu sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh Bank, sehingga setiap bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen risiko pada Bank.2

Penerapan manajemen risiko perbankan ternyata menjanjikan beberapa kegunaan yang di antaranya bersifat strategis bagi kelangsungan bisnis suatu Bank. Sesungguhnya penerapan manajemen risiko perbankan yang sistematis dan terintegritasi sudah merupakan keharusan bagi

1

Veithzal Rivai, 2007, Bank and Financial Instution, (Jakarta: PT. Raja Grando Persada)

h. 792

2

Rahmani Timorita Yulianti. Manajemen Risiko Perbankan Syariah. Jurnal Ekonomi


(19)

manajemen Bank. Namun, manajemen bank tetap memiliki kebebasan untuk menetapkan cakupan dan skala penerapan manajemen risiko yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing bank. 3

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian, dengan judul “Penerapan Manajemen Risiko

Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) pada Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati- Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas, yaitu:

a. Kriteria pembahasan skripsi ini penulis hanya mengkhususkan membahas tentang Manajemen Risiko Pembiayaan Kepemilikan Rumah Griya iB Hasanah pada Bank BNI Syariah KC Fatmawati Jakarta Selatan.

b. Produk pembiayaan KPR Griya iB Hasanah dibatasi pada Bank BNI syariah KC Fatmawati Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa pokok-pokok permasalahan yang dibahas sebagai berikut:

3


(20)

7

a. Bagaimana mekanisme operasional Pembiayaan KPR iB Griya Hasanah KPR Griya iB Hasanah pada Bank BNI Syariah KC Fatmawati Jakarta Selatan?

b. Bagaimana penerapan manajemen risiko pada pembiayaan KPR Griya iB Hasanah di Bank BNI syariah KC Fatmawati Jakarta Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme operasional pembiayaan KPR Griya iB Hasanah di BNI Syariah KC Fatmawati-Jakarta selatan.

b. Untuk mengetahui analisis penerapan pelaksanaan manajemen risiko pembiayaan KPR Griya iB Hasanah di BNI Syariah KC Fatmawati-Jakarta selatan.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan muamalah pada umumnya dan khususnya tentang penerapan manajemen risiko pada KPR Griya iB Hasanah di Bank BNI Syariah

b. Secara praktis 1. Bagi akademisi


(21)

Dari hasil penelitian ini akan menambah referensi bagi mahasiswa sebagai penjunjang untuk melanjutkan penelitian berikutnya.

2. Bagi Bank Syariah

Sebagai kontribusi ilmiah untuk menambah ilmu dan wawasan pengetahuan. Selain itu skripsi ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan atau informasi bagi BNI Syariah dalam manajemen risiko perbankan syariah harus memperhatikan dan menerapkan prosedur-prosedur kehati-hatian terhadap pemberiaan Kredit KPR Griya iB Hasanah.

D. Metodologi Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data yang di perlukan maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian yang deskriptif kualitatif dengan cara menggunakan mengenai suatu kenyataan empiris dari objek yang dijadikan penelitian.

1. Jenis dan Pendekatan penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis untuk memaparkan data-data yang dapat di lapangan kemudian menganalisisnya dan mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini.


(22)

9

Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (maleong, 2006:6)

Sedangkan penelitian deskriptif menurut Arikunto (2005:234) adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Lebih kanjut Arikunto menjelaskan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.

Menurut Starauss dan Corbin (2003) penelitian kualitatif adalah sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur stastistik atau bentuk hitungan lainnya. Selanjutnya,dipilihnya penelitian kualitatif karena kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kualitatif.


(23)

Proses penelitian kualitatif agar dapat menghasilkan temuan yang benar-benar bermanfaat, memerlukan perhatian yang serius terhadap berbagai hal yang dipandang perlu. Dalam memperbincangkan proses penelitian kualitatif paling tidak tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu kedudukan teori, metodologi penelitian dan desain penelitian kualitatif.

Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini, perlu kiranya dikemukakan teori menurut Bogdan dan Taylor mendefenisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang perilaku yang dapat diamati.4 Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian datanya, Penulis menggunakan metode deskriptif dimana metode ini merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau prediksi.5

2. Sumber Data

Secara garis besar data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

a. Data Primer diambil dengan melakukan obeservasi dan wawancara dengan pengurus PT. Bank BNI Syariah Kantor

4

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

2000), cet. Ke 11, hal 3

5


(24)

11

Cabang Fatmawati Jakarta Selatan yaitu pada bagian

Processing KPR Griya iB Hasanah.

b. Data sekunder didapatkan dari dokumen-dokumen laporan keuangan atau Annual Report PT. Bank BNI Syariah 2012 dan 2013.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di BNI Syariah KC Fatmawati yang beralamat di Jalan RS. Fatmawati No.30.C-D Cilandak Jakarta Selatan. Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2014 .

4. Teknik analisis data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi yang berlandaskan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan, dianalisis kemudian disimpulkan. Analisis data adalah proses mengatur urutan data dan mengorganisasikannya kedalam pola kategori.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Riset kepustakaan, riset ini dimaksudkan untuk mendapatkan acuan teori dalam melengkapi data yang ada. Dengan cara membaca buku-buku, mempelajari literature dan catatan, yang sesuai dengan


(25)

masalah yang dibahas, agar yang diperoleh benar-benar memiliki landasan teori dan acuan yang jelas.

2. Riset lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data primer yang dilakukan peneliti sebagai pelengkap data dalam hasil penelitian kelak yaitu dengan melakukan wawancara dengan pejabat yang berwenang untuk memperoleh data yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

3. Dokumentasi yakni mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada standar penulisan

skripsi pada buku “ Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi,Tesis dan Disertasi)” yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Cet. Ke-2

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum membuat skripsi ini, penulis melakukan perbandingan antara penelitian-penelitian yang terdahulu untuk mendukung materi dalam penelitian ini. Sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang mengangkat tema tentang manajemen risiko bank syariah dan produk pembiayaan kepemilikan rumah di bank syariah. Salah satunya adalah:


(26)

13

1. Ahmad Syukri. Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah BNI iB Griya (studi pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Syariah Jakarta Selatan)”. Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Penelitian skripsinya membahas mengenai hasil analisa swot yaitu Kekuatan (Strengh), Kelemahan (Weaknes), Peluang (Opportunity) dan Tantangan (Threat) serta ancangan strategi sehingga dapat diaplikasikan untuk peningkatan pembiayaan produk KPR BNI IB Griya. Perbedaan dengan penulis teliti adalah membahas mengenai Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Kepemilikan rumah (KPR) IB Griya Hasanah yang terdiri dari bagaimana cara Mengidentifikasi Risiko, Mengukur risiko, Memantau Risiko dan Mengendalikan Risiko dari produk pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) Griya Hasanah BNI Syariah.

2. Fitri, wulandari. “Manajemen Risiko pada Produk Dirham Card Danamon Syariah". Skripsi S1 Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2011. Skripsi ini membahas risiko yang ada didalam produk Dirham Card Danamon Syariah. Perbedaan yang penulis teliti adalah mengenai Penerapan manajemen risiko yang ada di produk KPR iB Griya Hasanah pada Bank BNI syariah KC fatmawati.

3. Nursyamsiyah. Dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Manajemen Risiko Dalam Pembiayaaan Murabahah (studi kasusu pada Bank BNI

Syariah Sudirman)”. Program Studi Muamalat (ekonomi islam)


(27)

Hidayatullah Jakarta, 2009. Skripsi ini membahas mengenai penyebab pembiayaan murabahah bermasalah pada bank BNI Syariah Sudirman. Perbedaan dengan penulis teliti adalah membahas mengenai Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Kepemilikan rumah (KPR) IB Griya Hasanah yang terdiri dari bagaimana cara Mengidentifikasi Risiko, Mengukur risiko, Memantau Risiko dan Mengendalikan Risiko dari produk pembiayaan KPR iB Griya Hasanah.

4. Jurnal Hukum dan Bisnis. Volume 23-No. 3 Tahun 2004. Kegunaan Penerapan Manajemen Risiko untuk perbankan. Penulis : Rudjito. Jurnal ini membahas mengenai kegunaan Penerapan Manajemen Risiko untuk perbankan. Perbedaan dengan penulis teliti adalah membahas mengenai Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Kepemilikan rumah (KPR) IB Griya Hasanah yang terdiri dari bagaimana cara Mengidentifikasi Risiko, Mengukur risiko, Memantau Risiko dan Mengendalikan Risiko dari produk pembiayaan KPR iB Griya Hasanah.

5. Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Manajemen Risiko Perbankan Syariah.

Penulis : Rahmani Timorita Yulianti. Vol. III, no. 2, Desember 2009. Jurnal ini membahas mengenai Fungsi dan peran DPS di bank Syari’ah, memiliki relevansi yang kuat dengan manajemen risiko perbankan Syari’ah, yakni risiko reputasi, yang selanjutnya berdampak pada risiko lainnya seperti risiko likuiditas. Perbedaan dengan penulis teliti adalah membahas mengenai Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Kepemilikan rumah (KPR) IB Griya Hasanah yang terdiri dari bagaimana cara


(28)

15

Mengidentifikasi Risiko, Mengukur risiko, Memantau Risiko dan Mengendalikan Risiko dari produk pembiayaan KPR iB Griya Hasanah.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, dengan maksud untuk memudahkan dalam melakukan pembahasan. Hal ini penulis lakukan agar pembahasan yang dilakukan tidak menyimpang dari tema dan pokok pembahasan. Adapun pembagiannya sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan.

Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

Bab II Kerangka Teori

Pada bab ini berisi tentang pengertian manajemen risiko, jenis-jenis risiko perbankan syariah, proses manajemen risiko, tujuan manajemen risiko, teori pembiayaan, penilaian pemberian pembiayaan, tujuan dan manfaat pembiayaan, dan kolektibilitas kredit atau pembiyaan.

Bab III Gambaran Umum Bank BNI Syariah.

Pada bab ini menguraikan tentang sejarah berdirinya Bank BNI Syariah, visi dan misi Bank BNI Syariah, budaya kerja Bank BNI Syariah, logo BNI Syariah, produk-produk Bank BNI Syariah, Struktur organisasi dan


(29)

Bab IV Hasil penelitian dan Analisis

Pada bab ini terdiri dari dua bagian yaitu, deskripsi mekanisme pengajuan penerimaan nasabah KPR Griya iB Hasanah yang menggambarkan tentang mekanisme operasional pembiayaan Griya iB Hasanah, Proses manajemen Risiko KPR Griya iB Hasanah terdiri dari proses penilaian risiko, proses mitigasi risikodan analisis penerapan pelaksanaan manajemen risiko di Bank BNI Syariah.

Bab V Penutup.

Pada bab ini menguraikan tentang Kesimpulan yaitu menjawab dari rumusan masalah dari penelitian tentang Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Kepemilikan Rumah Griya iB Hasanah pada Bank BNI Syariah KC Fatmawati Jakarta selatan. Serta saran-saran dan masukan serta lampiran-lampiran sebagai penunjang dalam perbaikan penulisan skripsi ini.


(30)

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Manajemen Risiko

1. Pengertian Manajemen Risiko

Menurut Herman Darmawi, “Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi”.1

Menurut Adiwarman A.Karim, “Manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar dan terarah, terintegrasi, dan

berkesinambungan”.2

Menurut Ferry N. Idroes, “Manajemen Risiko

didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam indentifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang

berlangsung pada setiap aktivitas atau proses”. 3

Menurut Bank Indonesia, “Manajemen Risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank”.4

2. Penerapan Manajemen Risiko islami dan Al-Quran

Risiko bukan merupakan kekhususan yang terdapat hanya pada sistem keuangan Islam saja. Risiko ada pada semua sistem keuangan, yakni risiko-risiko yang berkaitan dengan

1

Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2006), h.17

2

Ir. Adiwarman A. Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan), (Jakarta:

PT.Raja Grafindo Persada, 2010), Ed.4, Cet.7, h. 255

3

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan Pilar

Kesepakatann Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Ed. I (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 5

4

Robert Tampubolon, Risk Management, Manajemen Risiko Pendekatan


(31)

uang pemerintah (fiduciary money), fluktuasi nilai tukar dan suku bunga, kredit macet, kegagalan operasional, bencana alam, kejahatan orang lain, kelemahan manajerial dan lingkungan. Sistem keuangan islam pun terekspos juga pada risiko-risiko tersebut.5 Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat Al-Baqarah ayat 279:

                             



Artinya : Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

Kedua, adanya kepuasan bahwa ketentuan ilahiah

tersebut didasarkan pada upaya membantu mewujudkan tujuan-tujuan kemanusian, di antaranya adalah keadilan, simak firman Allah SWT. Dalam surat Al-Hadiid ayat 25:

                                        



5

Prof. Dr. Veithzal Rivai dan Rifki Ismail,S.E. IslamicIslamic Risk


(32)

220-19

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul

Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa”.

Menurut ayat di atas, Bank harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh potensi risiko yang dihadapi dan mengembangkan sistem untuk mengidentifikasi, mengontrol, dan mengelola risiko-risiko tersebut. Pengembangan budaya manajemen risiko pada Bank merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tanggung jawab otoritas pengawasan dan regulator. Oleh karena itu, otoritas pengawas juga harus mengenal baik karakter risiko bank islam dan turut serta dalam pengembangan manajemen risiko yang efisien.

3. Jenis- jenis Risiko Perbankan Syariah6

a. Risiko Kredit/Pembiayaan

Merupakan bentuk risiko pembayaran yang muncul pada saat satu pihak bersepakat untuk membayar sejumlah uang (misalnya: dalam akad isthisna dan salammurabahah) atau mengirimkan barang misalnya: dalam akad murabahah) sebelum menerima aset atau uang cash-nya sendiri, sehingga

6

Tariqullah Khan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan


(33)

menyebabkan terjadinya kerugian. Dalam kasus pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), risiko kredit adalah adalah tidak terbayarnya kembali bagian Bank oleh pihak pengusaha ketika jatuh tempo.7

b. Risiko Benchmark

Bank syariah tidak berhubungan dengan suku bunga, hal ini ditunjukan bahwa bank syariah tidak menghadapi risiko pasar yang muncul karena perubahan suku bunga. Namun bagaimanapun, perubahan suku bunga di pasar, memunculkan beberapa risiko didalam pendapatan lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan syariah memakai

benchmark rate. Khususnya dalam akad murabahah, dimana

mark-up ditentukan dengan menambahkan premi risiko pada

benchmark rate.8 c. Risiko Operasional

Karena usianya yang relatif muda, risiko operasional, terutama yang terkait dengan faktor manusiawi menjadi suatu yang akut bagi lembaga ini. Risiko operasional bisa muncul, terutama akibat Bank tidak memiliki personal (dengan kapasitas dan kapabilitas) yang memadai untuk menjalankan operasional keuangan syariah. Karena adanya

7

Tariqullah Khan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan

Syariah, (Jakarta:Bumi Aksara,2008), h. 11

8


(34)

21

perbedaan karakteristik bisnis, software computer yang tersedia di pasar konvensional bisa jadi tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan bank syariah. Hal ini melahirkan risiko sistem yang menuntut Bank syariah untuk mengembangkan dan memakai teknologi internasional.

d. Risiko Hukum

Karena adanya perbedaan karakteristik akad atau kontrak keuangan, Bank syariah menghadapi risiko yang berhubungan dengan proses dokumentasi dan pelaksanaan hukum. Akibat tidak adanya standar kontrak bagi instrumen-instrumen keuangan yang ada, Bank syariah harus menyiapkan hal ini berdasarkan pemahamannya terhadap syariah, undang-undang yang berlaku, dan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan mereka sendiri. Langkanya standarisasi kontrak disertai dengan adanya kenyataan akan tidak adanya sistem peradilan untuk menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan kontrak, telah meningkatkan risiko hukum bagi Bank syariah.9

9

Tariqullah Khan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan


(35)

e. Risiko Penarikan Dana

Perbedaan tingkat return pada tabungan atau investasi mengakibatkan ketidakpastian tentang nilai sebenarnya (real value) dari jenis simpanan tersebut. Perlindungan aset untuk memperkecil risiko kerugian akibat rendahnya tingkat return, mungkin menjadi faktor penting dalam keputusan penarikan dana para deposan.10

f. Risiko Fidusia

Rendahnya tingkat return Bank dibandingkan dengan tingkat return yang berlaku di pasar, juga berakibat pada munculnya risiko fidusia (fiduciary risk), yaitu ketika deposan atau investor menafsirkan rendahnya tingkat return

tersebut sebagai pelanggaran kontrak investasi atau kesalahan manajemen dana oleh pihak Bank (AAOIFI 1999). Risiko fidusia bisa dipicu oleh pelanggaran kontrak oleh pihak Bank. Misalnya Bank tidak menjalankan kontrka dengan penuh kepatuhan pada ketentuan syariah.11

g. Displace Commercial Risk

Adalah transfer risiko yang berhubungan dengan simpanan kepada pemegang ekuitas.

10

Tariqullah Khan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah,

(Jakarta:Bumi Aksara,2008), h. 14

11


(36)

23

Risiko ini bisa muncul ketika Bank berada dibawah tekanan untuk mendapatkan profit, namun bank justru harus memberikan sebagaian profitnya kepada deposan untuk menghindari adanya penarikan dana akibat rendahnya tingkat return.

4. Proses Manajemen Risiko12

Gambar .2.1. Proses Manajemen Risiko

Penjelasan mengenai proses manajemen Risiko dibawah ini yaitu:

1) Identifikasi dan Pemetaan Risiko13

12

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan Pilar

Kesepakatann Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Ed. I (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 7

13

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan Pilar

Kesepakatann Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Ed. I (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 8

Identifikasi dan pemetaan Risiko

kuantifikasi/menilai/ peringkat Risiko

menegaskan Profil Risiko/ Rencana Manajemen Risiko Solusi Risiko

Implementsi Tindakan Mitigasi

Pemantauan dan Pengkinian/ Kaji Ulang Risiko dan


(37)

a. Menetapkan kerangka kerja untuk implementasi strategi risiko secara keseluruhan.

b. Menentukan definisi kerugian.

c. Menyusun dan melakukan implementasi mekanisme pengumpulan data.

d. Membuat pemetaan kerugian kedalam kategori risiko yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.

2) Kuantifikasi/ Menilai/ Melakukan Peringkat Risiko14

a. Aplikasi teknik permodelan dalam mengukur risiko

b. Menentukan tingkat frekuensi dan tingkat kerugian dari risiko berdasarkan data historis yang tersedia.

c. Perluasan dengan memanfaatkan tolok ukur (benchmarking), permodelan (modelling), dan peramalan (forecasting) yang berasal dari luar organisasi/eksternal. Sumber eksternal yang dimaksud berasal dari praktik-praktik terbaik yang telah dilakukan didalam industri (best practices)

3) Menegaskan Profil Risiko dan Rencana Manajemen Risiko

a. Identifikasi selera risiko organisasi (risk appetite), apakah manajemen secara umum terdiri dari:

1) Penghindar risiko (risk averter)

2) Penerima risiko sewajarnya (risk neutral) 3) Pencari risiko (risk seeker)


(38)

25

b. Identifikasi visi strategik (strategic vision) dari organisasi, apakah organisasi berada dalam visi:

1) Agresif yang terobsesi untuk mengejar peningkatan volume usaha serta keuntungan sebesar-besarnya untuk mendukung pertumbuhan.

2) Konservatif yang ingin menjaga kelangsungan usaha pada situasi aman dengan volume usaha dan keuntungan yang stabil.

Penghindar risiko tidak bersedia menerima risiko dengan tingkat tinggi. Sebaliknya, pencari risiko bersedia menerima risiko tinggi untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi.

Visi strategik yang agresif bersedia menerima risiko tinggi untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi.Visi ini biasanya diterapkan pada organisasi yang berada dalam tahap pertumbuhan.Sebaliknya, visi stratejik yang konservatif tidak bersedia menerima risiko dengan tingkat tinggi.Biasanya organisasi pada tahap konservatif adalah organisasi yang telah mapan dengan aktivitas yang stabil.

4) Solusi Risiko/Implementasi Tindakan terhadap Risiko15

a. Hindari (Avoidance): keputusan yang diambil adalah tidak melakukan aktivitas yang dimaksud. Misalnya

15

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan Pilar

Kesepakatann Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Ed. I (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 15


(39)

sebuah bank mendapat tawaran untuk melakukan bisnis pencucian uang (money laundering) dari kegiatan terorisme yang menjanjikan keuntungan dari penempatan dalam jumlah besar dengan bunga yang sangat rendah. Risiko aktivitas tersebut adalah ancaman penutupan bank serta ancaman pidana terhadap pelakunya. Maka, bank memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas tersebut. b. Alihkan (Transfer): menbagi risiko dengan pihak lain.

Konsekuensinya terhadap biaya yang harus dikeluarkan atau berbagi keuntungan yang diperoleh. Misalnya untuk pembiayaan proyek yang sangat besar, sebuah bank melakukan skema pinjaman sindikasi. Sindikasi adalah bentuk berbagi bisnis, risiko, dan hasil yang lazim dilakukan bank. Pengalihan risiko juga termasuk penggunaan lembaga asuransi sebagai penanggung kerugian dengan membayar premi. Selain itu, penggunaan sumber daya di luar organisasi (outsourcing) juga termasuk kedalam pengalihan risiko.

c. Mitigasi Risiko (Mitigate Risk): menerima risiko pada tingkat tertentu dengan melakukan tindakan untuk mitigasi risiko melalui peningkatan kontrol, kualitas proses, serta aturan yang jelas terhadap pelaksanaan aktivitas dan risikonya. Misalnya, pengikatan pinjaman dan agunan


(40)

27

pada bank. Pengikatan sangat rentan terjadi masalah. Akibatnya adalah bank tidak dapat atau berada pada posisi hukum yang lemah dalam penyelesaian pinjaman atau eksekusi agunan. Bank perlu menerapkan sistem dan prosedur yang jelas tentang pengikatan serta aspek-aspek pendukungnya. Selanjutnya ditetapkan secara tegas mengenai sanksi yang dapat dikenakan pada individu-individu yang melakukan penyimpangan prosedur.16

d. Menahan Risiko Residual (Retention of Residual Risk):

menerima risiko yang mungkin timbul dari aktivitas yang dilakukan. Kesediaan menerima risiko dikaitkan dengan ketersediaan penyangga jika kerugian atas risiko terjadi. Peran inilah yang ditekankan dalam membahas manajemen risiko perbankan. Perbankan harus mengambil berbagai macam risiko dalam menjalankan aktivitasnya. Risiko yang dimaksud tidak dapat dihindari, dialihkan, dan dimitigasi. Akibatnya, risiko tersebut harus ditanggung sejalan dengan pelaksanaan aktivitas. Misalnya bank menerima transaksi pembelian valuta asing dan nasabah untuk menyerahkan setoran jaminan. Pada situasi normal, mitigasi risiko cukup untuk mengatasi kemungkinan risiko

16

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan Pilar

Kesepakatann Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Ed. I (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 15


(41)

yang terjadi. Namun, jika situasi menjadi tak terkendali, yaitu nilai tukar melonjak drastis, nasabah membatalkan kontarka dengan menjual pada pasar spot dan membiarkan setoran jaminan diambil bank. Pada situasi itu terjadi kerugian karena setoran jaminan tidak dapat menutupi kerugian tersebut. Situasi inilah yang dikatakan sebagai risiko redusial yang harus ditanggung bank. Setiap risiko redusial pada bank diperlukan ketersediaan modal untuk menyangganya.17

5) Pemantauan dan Pengkinian/ Kaji Ulang Risiko dan Kontrol

a. Seluruh entitas organisasi harus yakin bahwa strategik manajemen risiko telah diimplementasikan dan berjalan dengan baik.

b. Lakukan pengkiniaan dengan mengevaluasi dan menindak lanjuti hasil evaluasi terhadap implementasi kerangka manajemen risiko yang terintegrasi kedalam strategi risiko keseluruhan.

17

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan Pilar

Kesepakatann Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Ed. I (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 15


(42)

29

5. Tujuan Manajemen Risiko

Manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan usaha bank. Tujuan manajemen risiko itu sendiri adalah sebagi berikut: 18

1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator. 2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat

unacceptable.

3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat

uncontrolled.

4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko. 5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.

B. Teori Pembiayaan KPR Syariah 1. Pengertian Pembiayaan KPR

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan salah satu jenis layanan pembiayaan yang diberikan oleh Bank kepada para nasabah yang menginginkan pinjaman khusus untuk memenuhi kebutuhan dalam pembangunan atau revonasi rumah. KPR juga muncul karena adanya berbagai kondisi penunjang yang strategis diantaranya adalah pemenuhan kebutuhan perumahan

18


(43)

yang semakin lama semakin tinggi namun belum dapat mengimbangi kemampuan daya beli kontan dari masyarakat.19

Dikarenakan di dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit, KPR Syariah sering digantikan dengan berbagai istilah seperti Kebutuhan Pemilikan Rumah Syariah, Kongsi Pemilikan Rumah Syariah, Kerjasama Pemilikan Rumah Syariah dan Kepemilikan Pembiayaan Rumah Syariah. Beberapa bank syariah juga menggunakan istilah tersendiri untuk pembiayaan ini, misalkan Bank muamalat Indonesia menggunakan istilah pembiayaan Hunian Syariah, yaitu pembiayaan yang membantu nasabah untuk memiliki rumah (ready stock/bekas), apartemen, ruko, rukan, kios maupun pengalihan take-over KPR dari bank lain. 20Sedangkan Unit Usaha Syariah Bank BNI Syariah menggunakan istilah KPR iB Griya Hasanah (baca: ai-Bi) yang merupakan fasilitas pembiayaan untuk memiliki rumah, ruko, apartemen, villa, kavling renovasi atau untuk konstruksi / pembangunan rumah. Di Indonesia, saat ini dikenal ada 2 (dua) jenis KPR: 21

19

Suzanna Hardjono , Mudah Memiliki Rumah Idaman Lewat KPR (Jakarta: PT.

Pustaka Grahatama, 2008), h.25

20

Suzanna Hardjono , Mudah Memiliki Rumah Idaman Lewat KPR (Jakarta: PT.

Pustaka Grahatama, 2008), h.25

21


(44)

31

a. KPR Subsidi

Yaitu suatu Kredit yang diperuntukan kepada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk subsidi yang diberikan berupa: subsidi meringankan kredit dan subsidi menambah dana pembangunan atau perbaikan rumah. Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh Pemerintah, sehingga tidak setiap masyarakat yang mengajukan kredit dapat diberikan fasilitas ini.Secara umum batasan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam memberikan subsidi adalah penghasilan pemohon dan maksimum kredit yang diberikan.22

b. KPR Non Subsidi

Yaitu suatu KPR yang diperuntukan bagi seluruh masyarakat. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.23

2. Penilaian Pemberian Pembiayaan

Dalam Pendanaan kepada nasabah dalam bentuk pemberiaan pembiayaan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan penilaian pembiayaan, oleh karena layak atau tidaknya pembiayaan yang diberikan akan sangat

22 Ibid.

23

Bank Indonesia, “Memiliki Rumah Sendiri dengan KPR” dalam Program


(45)

mempengaruhi stabilitas keuangan bank. Menurut Raharja, penilaian pembiayaan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 24

a) Keamanan Pembiayaan (safety).

Harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut dapat dilunasi kembali.

b) Terarahnya tujuan penggunaan pembiayaan (suitability)

Pembiayaan akan digunakan untuk tujuan yang sejalan dengan kepentingan masyarakat atau setidaknya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

c) Menguntungkan (profit)

Pembiayaan yang diberikan menguntungkan bagi bank maupun nasabah, menurut sinungan25, metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan nilai kredit adalah dengan menggunakan formula 4P, yaitu:

1. Personality

Bank mencari data tentang kepribadian si peminjam seperti riwayat hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan sebagainya), hobinya, keadaan keluarganya, (istri, anak), social standing

(pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana pendapat

24

Raharja Pratama, Uang dan Perbankan, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1997)

Cet.3.h.23

25


(46)

33

masyarakat tentang diri si peminjam) serta hal-hal yang erat hubungannya dengan kepribadiaan si peminjam.

2. Purpose

Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah akan dipergunakan untuk berdagang, berproduksi atau membeli rumah. Dan apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business

kredit bank bersangkutan.Misalnya, keperluan atau tujuan untuk perkapalan sedangkan line of business bank justru dalam bidang pertanian.26

3. Prospect

Yang dimaksud dengan prospek adalah harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha si peminjam.Ini dapat diketahui dari perkembangan keadaan ekonomi perdagangan, keadaan ekonomi atau perdagangan sektor usaha si peminjam, kekuatan keuangan perusahaan yang dibuat dari learning power (kekuatan pendapatan/ keuntungan) masa lalu dan perkiraan masa mendatang. 4. Payment

Mengetahui bagaimana pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan prospek kelancaran penjualan dan pendapatan

26

Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank, (Jakarta, Bumi Aksara, 1993) Cet. 3,


(47)

sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko penilaian kredit,27 antara lain:

1) Character

Watak (character), yang dimaksud adalah kepribadiaan, moral dan kejujuran dari ada pemohon peminjaman. Apakah ia nantinya akan memenuhi kewajiban dengan baik yang timbul dari perjanjian kredit yang akan diadakan. Hal ini menyangkut sejauh mana kebenaran dari keterangan-keterangan yang diberikan pemohon tentang data-data perusahaannya. Bank juga menyelidiki asal-usul si pemohon, misalnya tentang keroyalan si debitur dan juga keadaan masa lalunya apakah ia pernah terlibat blacklist.

2) Capacity

Kemampuan (Capacity), dimaksud sebagai kemampuan mengendalikan, memimpin, menguasai bidang usahanya berjalan dengan baik dan memberikan untung. Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar pinjaman. Dari

27


(48)

35

penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis, kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat

“kemampuannya” dalam mengembalikan pinjaman

yang disalurkan, capacity sering juga disebut dengan nama Capability.28 Definisi lain tentang capacity adalah menggambarkan tentang kemampuan seseorang langganan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya. Suatu estimasi yang dianggap cukup baik diperoleh dengan menilai posisi likuiditas dan proyeksi

cash flow dari calon langganan. Capacity menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya, baik dalam kemampuan manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya. Untuk itu bank harus memperhatikan:29

a. Angka-angka hasil produksi

b. Angka-angka penjualan dan pembeliaan

c. Perhitungan laba rugi perusahaan saat ini dan proyeksinya

28

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta, PT Grafindo Persada, 2003) h.118

29


(49)

d. Data-data financial di waktu-waktu yang lalu, tercermin didalam laporan keuangan perusahaan.

3) Capital

Modal diisyaratkan di sini debitur agar mempunyai modal sendiri, tidak hanya mengandalkan pinjaman dari bank.Data-data modal dilihat dari neraca debitur.

4) Conditional

Kondisi ekonomi (Conditional of Economic), adalah tentang keadaan situasi ekonomi pada waktu dan jangka tertentu, di mana kredit dapat diberikan pada debitur, kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa pada asasnya kelima unsur tersebut mengandung tiga faktor pokok yaitu:

a. Faktor subyektif (modal)

b. Faktor obyektif yang berkenaan dengan struktur

yuridis dari badan usaha penerima kredit.

Faktor-faktor di atas kemudian oleh pihak bank akan dibuat dalam satu formulir yang telah disediakan dimana merupakan data-data yang wajib diisi oleh pemohon pembiayaan.30


(50)

37

5) Collateral

Jaminan (Collateral), diartikan sebagai kekayaan atas orang yang dapat diikat sebagai jaminan pelunasan hutang dibelakang hari, kalau debitur tak melunasi hutangnya. Pada dasarnya yang memberi pembiayaan tentu menghendaki jaminan berada ditangannya yang mudah dijadikan uang untuk dapat menutup pinjaman karena tidak dilunasi oleh sipeminjam tersebut. Jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik.Jaminan hendaknya melebihi jumlah pinjaman yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, ssehingga terjadi suatu masalah, maka jaminan yang akan dititipkan dapat dipergunakan secepat mungkin.

Collateral dalam perkreditan merupakan hal terpenting, terutama dalam fungsinya untuk pengamanan apabila pembiayaan yang diberikan tersebut mengalami kegagalan.31 Oleh karena itu syarat yang diminta oleh kreditur ialah supaya debitur itu menguasai dan menyimpan jaminan, agar supaya pada waktu yang diperlukan benda atau harta jaminan dapat dijadikan uang oleh debitur sendiri.

31

Thomas, Suyanto, et, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta, Gramedia Pustaka


(51)

3. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu, kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan.

Adapun tujuan utama dari pemberian suatu pembiayaan antara lain: 32

a. Mencari keuntungan yaitu untuk memperoleh dari pemberiaan kredit tersebut, hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

b. Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun untuk modal kerja.

c. Membantu pemerintah bagi pemerintah semakin banyak pembiayaan yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin benyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor.

Dilihat dari tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian suatu pembiayaan tidak hanya menguntungkan bagi satu sisi pihak saja yaitu pihak yang diberikan pembiayaan tetapi juga menguntungkan bagi pihak yang memberikan pembiayaan.


(52)

39

Manfaat pembiayaan ditinjau dari berbagai segi: 33

1) Kepentingan Debitur

a. Memungkinkan untuk dan mengembangkan usahanya. b. Jangka waktu pembiayaan investasi dapat disesuaikan

dengan kapasitas perusahaan yang bersangkutan, untuk pembiayaan modal kerja dapat diperpanjang berulang-ulang.

2) Kepentingan Perbankan

a. Menjaga stabilitas usahanya, serta membantu memasarkan jasa-jasa bank.

b. Untuk merebut pasar (market share) dalam industry perbankan, berhubung pada saat ini keseimbangan antara penawaran dana dan permintaan akan dana masih belum ada, maka fasilitas pembiayaan sering digunakan oleh bank sebagai perangsang dalam merebut nasabah bank lain dengan pemberian kredit yang lebih besar jumlahnya dan bunga yang rendah.

3) Kepentingan Pemerintah

a. Pembiayaan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara umum, diantaranya menciptakan lapangan kerja.

b. Sebagai sumber pendapatan Negara.

33

Teguh Pudjo Muljono, Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersial,


(53)

4) Kepentingan Masyarakat Luas

a. Dengan adanya kelancaran dari proses pembiayaan yang diharapkan akan memperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan nantinya akan menimbulkan lapangan kerja baru.

b. Meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatan daya beli.34

Dalam hal ini seorang kreditur dituntut agar mampu untuk meningkatkan kualitas kreditnya, terutama yang masuk golongan lancar. Sebaliknya, kreditur juga haru berhati-hati jika kondisi kredit yang disalurkan lebih banyak dalam kondisi diragukan atau macet. Karena hal ini sudah pasti akan merugikan perbankan. Sekali lagi, prinsip kehati-hatian perlu diterapkan guna menghindari atau meminimalkan risiko kerugian.

4. Kolektibilitas Kredit

Kolektibilitas kredit dimaksudkan untuk pengamanan dari kredit itu sendiri. Dalam pengaman kredit ini perlu diambil langkah untuk menkategorikan kredit berdasarkan kelancarannya dan kredit yang ada dikumpulkan serta disusun berdasarkan kriteria.

Pengelompokan ini wajib dilakukan demi kelancaran tugas pengamanan fasilitas-fasilitas yang telah diberikan kepada nasabah,

34


(54)

41

sehingga sikap dan cara-cara menghadapi para nasabah pula dapat disesuaikan dengan kelancaran kreditnya.kolektibilitas kredit meliputi:35

a. Kolektibilitas (A), yaitu kredit yang perjalanannya lancar (memuaskan) artinya segala kewajiban (angsuran utang pokok) diselesaikan oleh nasabah secara baik.

b. Kolektibilitas (B), yaitu kredit-kredit yang kurang lancar atau dalam dalam perhatian khusus seperti: kredit yang selama 3 sampai 6 bulan mutasinya tidak lancar, pembayaran-pembayaran bunga tidak baik serta angsuran utang, pokok pun demikian pula. Usaha-usaha approach telah dilakukan tapi hasilnya tetap kurang baik.

c. Kolektibilitas (C), yaitu kredit yang tidak lancar dan telah sampai pada jatuh temponya belum dapat juga diselesaikan oleh nasabah yang bersangkutan. Umumnya bank member kesempatan untuk berusaha menyelesaikan selam 3/6 bulan.

d. Kolektibilitas (D), yaitu kredit bermasalah atau dikenal dengan kredit macet. Kredit macet sebagai kelanjutan dari usaha penyelesaian atau pengaktifan kembali yang tidak lancar dan

35

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2012), cet ke-10, h.133


(55)

usaha itu tidak membuahkan hasil, barulah dikatakan kredit macet.36

Pengelompokan kredit ini dimaksudkan untuk memudahkan bank dalam melakukan pengawasan fasilitas kredit yang diberikan dapat di ikuti secara baik.

36


(56)

43

BAB III

GAMBARAN UMUM BANK BNI SYARIAH KC FATMAWATI

A. Sejarah Singkat

Berawal pada tanggal 29 April 2000, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, membentuk Unit Usaha Syariah (UUS) untuk merespon kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih tahan terhadap krisis ekonomi. Pembentukan Tim implementasi Bank Umum Syariah yang akan mentranformasikan UUS BNI Syariah sebagai implementasi dari UU Perbankan Syariah No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah didukung dengan Peraturan Bank Indonesia No. 11/10/PBI/2009 tanggal 19 Maret 2009 tentang Pemisahan Unit Usaha Syariah dari Bank Konvensional.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 12/41/KEP.GBI/2010, PT Bank BNI Syariah resmi beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 19 Juni 2010 dengan 27 Kantor Cabang (KC) dan 31 Kantor Cabang Pembantu (KCP). Termasuk Bank BNI Syariah KC Fatmawati yang beralamat di Jl.RS .Fatmawati No.39 C-D, Cilandak, Jakarta Selatan dengan jumlah karyawan sebanyak 50 orang.1

Pada saat berdirinya BNI Syariah KC Fatmawati, memiliki legalitas usaha yaitu izin domisili dengan No. 0035/ 1.824.1/12/2010, TDP No. 09. 05. 1. 85. 37895, dan NPWP No. 01.061.343.8-093.004 kemudian dengan badan hukumnya itu sendiri No. 18/68/ Kep. GBI/ DPG/ 2009.

1


(57)

Makna dari logo Bank BNI Syariah yang menunjukan angka “46” diletakkan secara diagonal menembus kotak berwarna jingga untuk menggambarkan BNI baru yang modern keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BNI Syariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna turquoise dan jingga. Warna turquoise yang digunakan pada logo baru ini lebih gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih stabil dan kokoh. Warna jingga yang baru lebih cerah dan kuat, mencerminkan citra lebih percaya diri dan segar. Angka 46 merupakan simbolisasi tahun kelahiran BNI, sekaligus mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di Indonesia. Dengan tujuan Bank BNI Syariah menjadi Bank yang terbaik sesuai kaidah.2

B. Visi dan Misi Bank BNI Syariah3 a. Visi

Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga Insya Allah membawa berkah.

b. Misi

Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadikan bank syariah kebanggaan anak negeri.

2

Wawancara pribadi dengan Bapak Ermawan Penyelia Umum, pada Maret 2014

3


(58)

45

C. Budaya Kerja Bank BNI Syariah4

Amanah : Menjalankan tugas dan kewajiban dengan penuh tanggung jawab untuk memperoleh hasil yang optimal.

1. Jujur dan tepati janji

2. Berani mengambil tanggung jawab 3. Semangat menghasilkan karya terbaik.

4. Bekerja ikhlas dan mengutamakan niat ibadah. 5. Beri layanan melebihi harapan.

Jamaah: Bersinergi dalam menjalankan tugas dan kewajiban 1. Berani member dan menerima umpan balik yang konstruktif, 2. Bangun sinergi secara kekeluargaan,

3. Sebarkan ilmu yang bermanfaat,

4. Pahami kaitan proses kerja dengan rekan, 5. Perkuat kepemimpinan Diri (self-leadership).

D. Logo Perusahaan

Filosofi yang terkandung dalam logo BNI Syariah adalah: Dalam logo ini terkandung, angka “46” diletakkan secara diagonal

4


(59)

menembus kotak berwarna jingga untuk menggambarkan BNI baru yang modern. Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap mempertahankan warna korporat yang lama, yakni turquoise dan jingga. Warna turquoise yang digunakan pada logo baru ini lebih gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih stabil dan kokoh. Warna jingga yang baru lebih cerah dan kuat, mencerminkan citra lebih percaya diri dan segar. 5

Logo “46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan

dinamis. Sedangkan penggunakan warna korporat baru memperkuat identitas tersebut. Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di pasar perbankan melalui identitas yang unik, segar dan modern.

Huruf “BNI” dibuat dalam warna turquoise baru, untuk

mencerminkan kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern.

Huruf tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan struktur yang orisinal dan unik. Angka 46 merupakan simbolisasi tahun kelahiran BNI, sekaligus mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di Indonesia. Dengan tujuan Bank BNI Syariah menjadi Bank yang terbaik sesuai kaidah.6

5

Wawancara pribadi dengan Bapak Heru Setyawan, Jakarta, 10 April 2014.

6


(60)

47

E. Produk-produk BNI Syariah 1. Produk Dana7

a) Tabungan iB Hasanah

Tabungan iB Hasanah adalah tabungan yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Mutlaqah atau simpanan berdasarkan akad wadiah. Dengan prinsip ini tabungan anda akan diinvestasikan secara produktif dalam investasi yang halal sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan dari investasi akan dibagihasilkan antara anda dan Bank sesuai dengan nisbah yang disepakati di awal pembukaan rekening.

b) Tabungan iB Tapenas Hasanah

Investasi dana untuk perencanaan masa depan yang dikelola secara syariah dengan akad mudharabah muthlaqah dengan sistem setoran bulanan, bermanfaat untuk membantu menyiapkan rencana masa depan seperti rencana liburan, ibadah umrah, pendidikan ataupun rencana masa depan lainnya.

c) Tabungan iB Prima Hasanah

Investasi dana dalam mata uanag rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah dan bagi hasil yang lebih kompetitif.

7


(61)

d) Tabungan iB Tunas Hasanah

Investasi dana dalam mata uang rupiah berdasarkan akad wadiah yang diperuntukkan bagi anak-anak dan pelajar yang berusia dibawah 17 tahun.

e) Tabungan iB Bisnis Hasanah

Investasi dana dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah

dan dilengkapi dengan detail mutasi debet dan kredit pada tabungan.

f) Tapenas Griya Hasanah

Dengan Tapenas Griya Hasanah, dapat merencanakan memliki rumah lebih awal dan mendapatkan kemudahan untuk memperoleh pembiayaan kepemilikan rumah dengan proses persetujuan yang relative cepat dan mudah.8

2. Produk pembiayaan Produktif9 a) Tunas Usaha iB Hasanah

Fasilitas pembiayaan produktif berlandaskan akad mudharabah yang diberikan untuk usaha produktif yang

feasible namun belum bankable guna memenuhi kebutuhan modal usaha atau investasi usaha.

8

Brosur BNI Syariah 2013

9


(62)

49

b) Wirausaha iB Hasanah

Fasilitas pembiayaan produktif berlandaskan akad mudharabah, musyarakah yang diberikan untuk pertumbuhan usaha produktif yang feasible guna memenuhi kebutuhan modal usaha atau investasi usaha.

c) Usaha Kecil iB Hasanah

Fasilitas pembiayaan produktif berlandaskan akad mudharabah, musyarakah yang diberikan untuk perngembangan usaha produktif yang feasible guna memenuhi kebutuhan modal usaha atau investasi usaha.

3. Produk Pembiayaan Konsumtif10

Dalam kehidupan banyak hal-hal yang harus dipilih dan

dipilah secara bijak. Kita harus membedakan antara “needs” dan

wants”. Kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah segala

sesuatu yang dibutuhkan untuk melengkapi hidup dan prasarana hidup. Keinginan adalah segala sesuatu yang dapat memuaskan selera, gaya dan level kepuasan tertentu. Untuk itu BNI Syariah menyajikan rangkaian jenis pembiayaan yang dikelola secara syariah.

a) Griya iB Hasanah

1. Pengertian Griya IB Hasanah

Griya IB Hasanah yaitu Pembiayaan pemilikan

10


(63)

rumah, ruko, kavling siap bangun, pembangunan dan renovasi rumah serta pembelian rumah inden.

2. Akad Griya IB Hasanah

Griya IB Hasanah menggunakan akad murabahah. Murabahah yaitu akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.

3. Keunggulan Griya IB Hasanah

a. Rasa tenteram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar dari transaksi yang ribawi.

b. Selama masa pembiayaan besarnya angsuran tetap dan tidak berubah sampai lunas.

c. Proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat.

d. Uang muka ringan, minimum 10% khusus untuk pembelian rumah.

e. Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis dan dapat dilakukan di seluruh kantor cabang BNI Syariah.

f. Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 15 tahun. g. Maksimum pembiayaan sampai Rp 5 miliar.


(64)

51

h. Tarif bersaing.

b) Oto iB Hasanah

Oto iB Hasanahmerupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan dengan proses yang mudah dan cepat berdasarkan syariah. Uang muka relatif ringan dan pembayaran dapat dilakukan secara debet otomatis.11

c) iB Hasanah Card

Kartu pembiayaan yang berfungsi seperti kartu kredit berdasarkan prinsip syariah yaitu dengan sistem perhitungan biaya bersifat fix, adil, transparan, dan kompetitif tanpa perhitungan bunga, iB Hasanah card tidak hanya digunakan untuk kegiatan konsumtif namun dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan ibadah umroh, pendidikan dan kegiatan usaha.

d) Pembiayaan EmasiB Hasanah

Pembiayaan Emas iB Hasanah merupakan fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan untuk membeli emas logam mulia dalam bentuk batangan yang diangsur secara rutin tiap bulannya.

e) Flexi iB Hasanah

Fasilitas pembiayaan konsumtif bagi pegawai/karyawan perusahaan/lembaga/ instansi untuk penggunaan jasa antara

11


(65)

lain pengurusan biaya pendidikan, perjalanan ibadah umrah, travelling, pernikahan dan lain-lain.

f) CFC iB Hasanah

Dengan prinsip murabahah atau ijarah untuk karyawan suatu perusahaan.

g) Multiguna iB Hasanah

Fasilitas pembiayaan konsumtif bagi pegawai/karyawan perusahaan/lembaga/instansi atau professional untuk pembelian barang dengan agunan berupa fixed asset.


(66)

53

F. Struktur Organisasi BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Fatmawati Jakarta Selatan

Gambar. 3.1. Struktur Organisasi BNI Syariah KC Fatmawati-jaksel

Sumber: PT. Bank BNI Syariah KC Fatmawati

3.1. Job description, Tugas dan wewenang masing-masing bagian adalah sebagai berikut:

1. Branch Manager (BM) atau Kepala Cabang

Merupakan jabatan yang bertanggung jawab terhadap semua aktivitas karyawan bank BNI Syariah KC Fatmawati, mewakili bank dalam semua kegiatan diwilayahnya. Melakukan koordinasi

Branch Manager ( M. Syarif )

Operasional Manajer Pemasaran

( Ervita )

Pemasaran Dana ( Luana )

Pemasaran Pembiayaan ( A. Mubarok)

Penyelia Collection ( Joko Strisno)

Penyelia Operation ( Iis Aprianti )

Penyelia Processing ( Wahyudi Hidayat )

Penyelia Umum ( Ermawan )

Oprasional Manajer Penyelia Umum ( Bambang Hartopo )

Penyelia Layanan Nasabah Pimpinan Cabang Pembantu Bintaro Juanda Polim Cilandak Tebet UIN Kalibata


(67)

dalam pembuatan rencana kerja. Anggaran kantor cabang dan melakukan evaluasi serta mencapai target yang telah ditetapkan. Menjamin produktivitas, kemampuan motivasi dan kesidiplinan pegawai yang tinggi.

2. Operasional Manager Pemasaran

a. Tugasnya yaitu memimpin operasional pemasaran Produk-produk bank BNI Syariah KC Fatmawati

b. Operasional Manajer Pemasaran bertanggung-jawab terhadap perolehan hasil penjualan dan penggunaan dana promosi

c. Manajer pemasaran sebagai koordinator manajer produk dan manajer penjualan

d. Manajer pemasaran membina bagian pemasaran dan membimbing seluruh karyawan dibagian pemasaran

e. Manajer pemasaran membuat laporan pemasaran kepada direksi.

3. Operasional Manager Penyelia Umum

Mengelola seluruh kegiatan operasional Bank BNI Syariah KC Fatmawati, Bertanggung jawab untuk membuat perencanaan, pengembangan karyawan Bank BNI Syariah, Menetapkan prioritas dan tujuan kerja sesuai dengan ketentuan yang ada di bank BNI Syariah KC Fatmawati.


(68)

55

4. Pemasaran Dana

Bertugas mengkoordinasikan dan mensupervisi teamwork dalam kegiatan pemasaran dana untuk mencapai target dan plan bank BNI Syariah KC Fatmwati secara efektif dan efisien.

5. Pemasaran Pembiayaan

Bertugas menghimpun dana dan mengelola dana dalam bentuk pembiayaan dalam batas wewenang cabang, Melakukan koordinasi dengan kantor pusat berkaitan dengan penyaluran pembiayaan dengan jumlah plafon tertentu yang pemrosesan permohonan kreditnya dilaksanakan oleh kantor pusat, Melaksanakan administrasi Kredit Menengah, Kecil, Mikro dan Program, membuat laporan, melakukan peninjauan lapangan, pengawasan dan pembinaan terhadap debitur kredit serta memantau perkembangan daftar hitam dan kredit macet yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, Melaksanakan pengawasan dan penelitian atas semua kegiatan di unit kerjanya agar sesuai dengan ketentuan, melakukan pencegahan timbulnya kesalahan dalam pelaksanaan tugas di unit kerjanya serta membuat laporan atas hasil pengamatan yang dilakukan jika perlu.

6. Penyelia Collection

Bertugas melakukan pengihan langsung pada nasabah dan melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu dalam upaya penyelesaian pembiayaan sesuai dengan ketentuan berlaku atau sesuai dengan prosedur Term Of Use dari pihak bank BNI Syariah KC Fatmawati.


(69)

7. Penyelia Operation

Bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan operasional bank BNI Syariah KC Fatmawati untuk mendukung pertumbuhan bisnis dengan cara memberikan pelayanan terbaik sehingga transaksi dari nasabah di BNI Syariah KC Fatmawati dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan justifikasi master plannya.

8. Penyelia Processing

Bertugas menerima permintaan pembukaan LC(PLC) impor dan permintaab perubahan LC (PPLC), melakukan proses transaksi pembukaan dan perubahan LC atau PPLC sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku, melakukan inputan transaksi hasil pembayaran wesel ekspor negosiasi atau collection cabang atau capem pada sistem Bank vision.

9. Penyelia Umum

Bertugas menyelanggarakan usaha-usaha kesekretariatan, personalia, umum dan usaha lain yang sejenis sepanjang usaha-usaha tersebut menjadi wewenang kantor cabang, Menyelenggarakan kegiatan penghitungan/pembayaran gaji karyawan, pajak, dan asuransi pegawai serta hak-hak pegawai lainnya, Menyusun laporan berkala atas kegiatannya, Melakukan pengawasan dan penelitian atas semua kegiatan di unit kerjanya agar sesuai dengan ketentuan, melakukan pencegahan timbulnya kesalahan dalam pelaksanaan tugas unit


(70)

57

kerjanya serta membuat laporan atas hasil pengamatan jika dipandang perlu.12

10. Penyelia Layanan Nasabah

Bertugas menyelesaikan permohonan nasabah dan calon nasabah dalam hubungannya dengan penjualan produk dan jasa, Mengusahakan secara aktif bertambahnya nasabah-nasabah baru, Melaksanakan pelayanan kepada nasabah dominan/prima agar hubungan yang terjalin dapat berkesinambungan dan saling menguntungkan melalui program layanan prima, Melakukan pengawasan dan penelitian atas semua kegiatan di unit kerjanya agar sesuai dengan ketentuan, melakukan pencegahan timbulnya kesalahan dalam pelaksanaan tugas unit kerjanya serta membuat laporan atas hasil pengamatan bila dipandang perlu.

11.Pimpinan Cabang Pembantu

Pimpinan Cabang Pembantu (PinCaPem) atau Sub-BM memiliki tugas yang identik dengan pimpinan Cabang yaitu merencanakan, mengkoordinasikan dan mensupervisi seluruh kegiatan karyawan yang ada dikantor Cabang Pembantu atau Kantor Kas. Perbedaannya terletak pada tempat dan area yang menjadi tanggungjawabnya, yaitu di Kantor Cabang Pembantu atau Kantor Kas. Wilayah KCP (Kantor Cabang Pembantu) Bank BNI Syariah

12


(71)

Jakarta selatan terdiri dari KCP Bintaro, Polim, Cilandak, UIN, Tebet, Kalibata. Kantor Kas Juanda yang berada di ciputat.

Dengan demikian dapat diketahui struktur organisasi BNI Syariah KC Fatmwati Jakarta selatan dikepalai oleh Branch Manager

yang didukung oleh beberapa divisi, untuk menjalankan operasional bank sesuai standar perbankan.


(72)

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Mekanisme pengajuan Pembiayaan KPR Griya iB Hasanah BNI Syariah KC Fatmawati

Gambar 4.1 SkemaKPR iB Griya Hasanah.

Sumber: Data Bank BNI Syariah KC Fatmawati

Nasabah (1 & 2) Marketing

(3)

Processing

(5) Sentra Taksasi

(4)

Operational

(8)

Pemutus Cabang

(6)

Pemutus Pusat

(6)

Approve/Reject/Cancel (7)


(1)

87

risiko yang terjadi khususnya risiko kredit atau pembiayaan. Bank BNI Syariah menerapkan beberapa cara dengan berpedoman pada peraturan Bank Indonesia no 13/23/PBI/2011 mengenai penerapan manajemen Risiko pada bank umum syariah dan unit usaha sayriah, diantaranya yaitu proses penilaian risiko dengan langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi risiko, kemudian pengukuran risiko menurut PBI dengan menggunakan metode scoring dilakukan berdasarkan pada data historis nasabah dan menggunakan analisis 5C yaitu character (watak atau kepribadiaan), capacity (kemampuan), capital (modal), collateral (barang jaminan), dan condition of economic setelah itu pemantauan risiko dan langkah terakhir adalah pengendalian risiko. B. SARAN-SARAN

1. Pihak bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan KPR syariah, kepada para nasabahnya dengan melalui proses analisa yang baik, jujur dan benar (proses yang dilakukan secara sehat) agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan dan berisiko tinggi

2. Pembinaan dan pengawasan yang kooperatif serta memperhatikan tingkat kolektibilitas pembiayaan sehingga menjadi sehat dan menghindari pembiayaan macet.

3. Pengembangan terhadap produk dan jasa layanan Bank BNI syariah khususnya KPR syariah iB Griya Hasanah harus disesuaikan dengan konsep muamalat menurut ketentuan syariat islam.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Basyaib, Fahmi. Manajemen Risiko. Jakarta: PT. Raja Grafinndo Persada. 2007

Bank Indonesia, Memiliki Rumah Sendiri dengan KPR dalam Program Edukasi Masyarakat dalam Rangka Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia.

Booklet Perbankan Indonesia. Manajemen Risiko Terhadap KPR iB. Jakarta: Bank Indonesia.2013.

Darmawi, Herman. Manajemen Risiko.Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006

Idroes, Ferry N. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatann Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Ed. I.Jakarta: Rajawali Pers. 2008

Iqbal Zamir, Greuning Hennie Van. Analisis Risiko Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat. 2011.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010.

Kasmir,.Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT Grafindo Persada. 2003

Khan, Thariqullah dan Ahmed Habib. Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: 2008

Maleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (bandung: PT.Remaja Rosdakarya 2000). cet. Ke -11

Muchdarsyah, Sinungan,. Manajemen Dana Bank. Jakarta, Bumi Aksara, 1993. Cet. 3

Muljono, Teguh Pudjo. Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersial. Yogyakarta : Penerbit BPFE.1996.Cet.3


(3)

Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,Tesis Dan Disertasi)” yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance). Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, 2007. Cet. Ke-2

Pratama, Raharja. Uang dan Perbankan. Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1997. Cet ke-3.

Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistic.(bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002). Cet ke-11.

Rivai,Veithzal dan Rifki Ismail. Islamic Risk Management for Islamic Bank. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.2013. Soeisno Djojosoedarso. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko

Asuransi, Jakarta:Salemba Empat.2003

Suyanto, Thomas. Kelembagaan Perbankan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996. Edisi II

Suzanna, Hardjono. Mudah Memiliki Rumah Idaman Lewat KPR Jakarta: PT. Pustaka Grahatama, 2008.

Tampubolon, Robert. Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004.

Jurnal

Rudjito.“Kegunaan Penerapan Risk Management untuk perbankan”. Jurnal Hukum dan Bisnis. Volume 23-No. 3 Tahun 2004.

Yulianti, Rahmani Timorita. Manajemen Risiko Perbankan Syariah.Jurnal Ekonomi Islam La_Riba. Vol. III, no. 2, Desember 2009.

Sari, Lisa Kartika. “ Penerapan Manajemen Risiko pada Perbankan di Indonesia”. Jurnal Akutansi. http://journal.unesa.ac.id. index.phpjurnal-akuntansi article view 280204


(4)

(5)

(6)