Analisis produk pembiayaan kepemilikan rumah BNI IB Griya: studi pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Syariah Jakarta Selatan

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

AHMAD SYUKRI

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Skripsi yang berjudul Analisis Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah BNI iB Griya (Studi Pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Nopember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 25 Nopember 2010 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (...) NIP. 197107011998032002

Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH. (...) NIP. 197407252001121001

Pembimbing : Dr. Syahrul A’dam, M.Ag. (...) NIP. 197305042000031002

Penguji I : J. M. Muslimin, M.A, Ph.D (...) NIP. 150295489


(3)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

AHMAD SYUKRI NIM. 105046101581

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

DR. SYAHRUL A’DAM, M.Ag.

NIP. 197305042000031002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 Nopember 2010


(5)

Rumah BNI iB Griya (Studi Pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Syariah Jakarta Selatan)”, Program Strata 1 (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Penelitian ini adalah penelitian empiris yang dilakukan pada tahun 2010 yang bertujuan untuk mengetahui praktek mekanisme pembiayaan KPR BNI iB Griya pada bank BNI Syariah dan mengetahui hasil analisa Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weaknes), Peluang (Opportunity) dan Tantangan (Threat) serta ancangan strateginya sehingga dapat diaplikasikan untuk peningkatan pembiayaan produk KPR BNI iB Griya.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penulis menggambarkan permasalahan yang didasari pada data-data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu kesimpulan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini penulis melakukan observasi langsung ke Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan untuk memperoleh informasi atau data, dalam hal ini penulis melakukan wawancara pribadi dengan Staf Penglelola Pemasaran Produk KPR BNI iB Griya Saudari Suci Hanum L. Sedangkan, untuk melengkapi data-data yang diperlukan diperoleh dari dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.


(6)

vi











Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dengan kasih sayang dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan risalah kebenaran di muka bumi ini.

Di balik kekurangan dan keterbatasannya, penulis merasa sangat bahagia atas terselesaikannya skripsi ini. Cukup banyak hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini yang penulis temui namun alhamdulillah berkat izin dan pertolongan-Nya serta bantuan dari berbagai pihak, penulis mampu mengatasinya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H. Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Syahrul A’dam, M.Ag, pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukan untuk memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melakukan penelitian diperusahaan tersebut. Kepada Saudara Heru Setiawan (Assistant Finance and General Accounting) dan Saudari Suci Hanum L (Staf Pengelola Pemasaran KPR BNI iB Griya), terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

6. Orang tua penulis, Bapak H. Hamdani bin Moch. Izzi dan Ibu Hj. E Nurlaila. Terima kasih tiada terhingga atas dukungan moril dan materil serta doa yang selalu dipanjatkan sehingga ananda diberi kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Suadara-saudariku tercinta, kakak-kakak penulis; Fahmalia, Ahmad Syarif, Aida, Inayah, Zulkifli, A.Md. terima kasih atas segala fasilitas yang diberikan dan doa sehingga adinda bisa menyelesaikan kuliah ini, adik-adik penulis; Mahdi Maulidi, Ana Fitriana dan Ahmad Muttaqin semoga semakin giat dalam menuntut ilmu dan meraih prestasi yang gemilang. Juga kepada Bang Ardian terima kasih atas motivasi yang diberikan dan pemahaman akan pentingnya legalisasi diri.

8. Tim redaksi Majalah Sharing, Bang Ibrahim Aji, Bapak Yudi Suharso, Bapak Haryanto terima kasih atas konsultasi yang diberikan kepada penulis. Kepada Bang Muchamad Romly terima kasih atas penjelasan tentang Need and Want


(8)

viii

sehingga penulis semakin termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

10.Seluruh teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2005, khususnya kelas B, Naidy Sultony, Mochammad Imam Baihaqi, Khoirul Anwar HD, Arif Hamdan, Sadar Rukmana, Abdul Fatah, Firdaus Simatupang, Istiana, Dhatin Ifadha, dll. Juga Zainal Arifin, Erik Lesmana, Bang Ali Palevi (teman suka cita satu kost). Terima kasih atas persahabatan yang terjalin dan dorongan semangat yang diberikan. Semoga silaturahim kita takkan terputus selama-lamanya.

11.Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa terima kasih dari penulis.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak, Ibu, dan Saudara/i semua dengan pahala yang berlipat ganda.

Jazaa Kumullah Khairan Katsiraa.

Jakarta, 1 Nopember 2010


(9)

ix

DAFTAR ISI ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……….... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 7

D. Kajian Terdahulu ………... 9

E. Objek Penelitian ……….. 10

F. Metode Penelitian ……… 10

G. Teknik Penulisan ………. 12

H. Sistematika Penulisan………... 12

BAB II PERSPEKTIF TEORITIS A. Teori Pembiayaan ……… 15

1. Pengertian Pembiayaan ……….. 15

2. Penilaian Pemberian Pembiayaan ……….. 18

3. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan ……….. 24


(10)

x

2. Landasan Hukum Murabahah ……… 27

3. Rukun dan Syarat Murabahah ………... 29

4. Komponen Murabahah ……….. 31

C. Analisis SWOT ……… 32

1. Pengertian Analisis SWOT ……… 32

2. Fungsi, Manfaat dan Tujuan Analisis SWOT ………... 33

3. Makanisme dan Ancangan Strategi Analisis SWOT ………. 36

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdiri ………. 44

B. Visi dan Misi ………... 47

C. Logo Perusahaan ……….. 47

D. Struktur Organisasi ……….. 48

E. Produk-produk ………. 50

BAB IV ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH BNI IB GRIYA A. Mekanisme Pelaksanaan Pembiayaan KPR BNI iB Griya ……….. 63

a. Prosedur Umum Pembiayaan ……… 66


(11)

xi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……….. 88

B. Saran ……… 90

DAFTAR PUSTAKA ……… 92


(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance Islam modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Upaya awal penerapan sistem profit and loss sharing tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola dana jamaah haji secara nonkonvensional. Rintisan institusi lainnya adalah Islamic Rural Bank di desa Mit Ghamer pada tahun 1963 di Kairo, Mesir.

Setelah dua rintisan yang cukup sederhana itu, bank Islam tumbuh dengan sangat pesat. Sesuai dengan analisa Prof. Khursid Ahmad dan laporan International Association of Islamic Bank, hingga akhir 1999 saja sudah tercatat lebih dari dua ratus lembaga keuangan Islam yang beroperasi di seluruh dunia, baik di Negara-negara berpenduduk muslim maupun di Eropa, Australia, maupun Amerika. 1

1

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta, Gema Insani Press, 2001), h.19.


(13)

Prakarsa untuk mendirikan bank Islam di Indonesia dilakukan pada tahun 1990. Majlis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di hotel Sahid Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. Kelompok tim kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait.2

Setelah krisis ekonomi tahun 1998, Bangsa Indonesia semakin giat membangun berbagai aspek kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, terutama pembangunan dalam sektor ekonomi. Di sini peran bank syariah cukup diperhitungkan, sehingga bank syariah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Bank syariah pun melebarkan sayap bisnisnya, termasuk dalam bidang pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR).

Berbagai cara dilakukan bank-bank syariah dalam menyelami bisnis KPR ini. KPR merupakan bisnis yang membutuhkan kesabaran dan perhitungan yang matang agar dapat berjalan dengan baik. Selain itu, diperkirakan bisnis KPR jarang mengalami kerugian apabila pengembang dapat mengelolanya secara professional. Kebutuhan manusia akan papan akan selalu ada dan diperkirakan akan selalu bertambah karena kebutuhan rumah berbanding linier dengan

2


(14)

pertumbuhan penduduk sehingga semakin pesat pertumbuhan penduduk di suatu Negara maka akan semakin besar pula kebutuhan pemukiman untuk mereka.3

Properti masih dianggap sebagai instrumen investasi yang menguntungkan. Pertama, nilai properti terus meningkat setiap tahun sehingga konsumen akan mendapatkan capital gain yang cukup besar tergantung lokasi dan jenis properti. Kedua, keuntungan dari tingkat sewa jika properti tersebut disewakan ke orang lain. Tarif sewa juga terus naik setiap tahun. Karena menguntungkan, banyak orang yang berusaha membeli properti berupa tanah, rumah, apartemen, kavling, kondominium, ruko, dan sebagainya. Untuk membelinya konsumen tidak harus punya uang tunai. Dengan uang yang tidak banyak pun konsumen bisa membeli properti yang diinginkannya. Karena mereka memanfaatkan fasilitas pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) dari kalangan perbankan.4

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Pada istilah teknisnya pada perbankan syariah pembiayaan disebut sebagai Earning Assets (Aktiva Produktif). Earning Assets

adalah berupa investasi dalam bentuk: Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah),

3

Fauzia Ramadhany, “Analisis terhadap Mekanisme Take Over Pada Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Studi Pada Devisi Syariah PT. BNI)” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), hal 2.

4


(15)

Pembiayaan berdasarkan prinsip jual-beli (Murabahah), Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah, dan Ijarah wa Iqtina’/Ijarah Muntahiya bittamlik), Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya.5

Bisnis properti pada tahun ini diprediksikan akan terus membaik, seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional. Para pengamat properti memperkirakan pasar properti di tanah air akan naik sekitar 15% pada tahun 2010 dengan nilai kapitalisasi penjualan mencapai Rp 103 triliun. Pada tahun 2009 lalu nilai penjualan properti mencapai angka Rp 85 triliun.

Sejalan dengan tumbuhnya sektor properti maka sektor kredit untuk perumahan pun juga mengalami pertumbuhan yang cukup besar. Meningkatnya pertumbuhan KPR disebabkan semakin banyaknya perbankan yang terjun membiayai sektor KPR ini. termasuk bank syariah. BNI Syariah merupakan salah satu bank syariah yang aktif menawarkan kredit perumahan, dengan nama BNI iB Griya. Produk KPR BNI iB Griya ini semakin diminati masyarakat sejalan dengan semakin dikenalnya bank syariah di Indonesia. Berkembangnya KPR syariah ini tidak terlepas dari berbagai keunggulan produk KPR BNI iB Griya yang tidak dimiliki oleh KPR konvensional.6

Bambang Widjanarko, Direktur Bisnis PT Bank BNI Syariah menjelaskan bahwa secara umum perbedaan KPR konvensional dan KPR syariah terletak pada 3 hal pokok. Pertama, Aspek akad dan legalitas. Ini lah kunci utama pembeda

5

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta, Pustaka Alvabet, 2006), Cet.4, h.53.

6


(16)

KPR Syariah dan KPR konvensional. KPR syariah dapat berupa jual beli (Murabahah), untuk rumah inden (Istisna), dan sistem sewa beli Ijarah Muttahiyah BiTamlik (IMBT) yang maksudnya kepemilikan rumah terjadi pada akhir masa sewa. Kedua, objek yang dibiayai. Pada KPR konvensional, cara pembiayaannya adalah bank memberi pinjaman uang untuk membeli rumah, sehingga bank pun mengenakan bunga. Sedangkan pada KPR syariah, caranya adalah bank membeli rumah yang diminati nasabah dari pihak pengembang/ penjual, kemudian bank menjual kembali ke pihak nasabah. Ketika menjual lagi, bank mengambil margin/ keuntungan sesuai kesepakatan dengan nasabah. Ketiga, sistem angsuran. Pada KPR konvensional, angsuran bersifat floating

(mengambang) tergantung pada suku bunga yang berlaku. Sedangkan pada KPR syariah, angsuran akan tetap selama masa pembiayaan sesuai kesepakatan pada saat akad.7

Produk KPR syariah ini mendapat respons yang bagus dari konsumen. Ini karena tingginya kebutuhan sebagian masyarakat terhadap jasa keuangan perbankan yang berlandaskan syariah.

BNI iB Griya sebagai produk pembiayaan rumah yang dikeluarkan oleh BNI Syariah pada kuartal pertama 2010 mengalami peningkatan pembiayaan dengan total Rp1,4 trilyun. Pertumbuhan pembiayaan rumah meningkat sekitar 20% dari Desember 2009 dan ditargetkan sampai akhir tahun ini bisa mencapai Rp2 trilyun,” ujar Rizqullah selaku Pimpinan UUS BNI Syariah ketika

7


(17)

diwawancarai setelah menjadi pembicara Seminar International “Potensi Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Pembiayaan Rumah” yang diselenggarakan Islamic Banking and Finance Institute Trisakti, di Hotel Sultan, Senin 19 April 2010.8

BNI iB Griya menggunakan akad jual beli (murabahah), yakni pembiayaan dengan prinsip Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dimana pihak bank selaku penjual dan nasabah selaku pembeli. Pembayarannya dilakukan secara angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama. Dengan menggunakan akad syariah maka nasabah akan merasa tentram karena terhindar dari riba dan rumah yang dibelinya pun akan semakin barokah.9

Beranjak dari latar belakang masalah tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul :

ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH BNI IB GRIYA (STUDI PADA PT. BANK BNI SYARIAH CABANG SYARIAH JAKARTA SELATAN)

8

http://ib.eramuslim.com/bni-ib-griya-capai -pengingkatan--pembiayaan-rp1-4-trilyun.html 9 http://bataviase.co.id/node/197998.html


(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan karya tulis ini, agar tidak keluar dan mencapai fokus yang diharapkan, maka penulis perlu membatasi penulisan ini membahas tentang mekanisme pembiayaan KPR BNI iB Griya, analisa Strength, Weakness,

Opportunity dan Threat (SWOT) serta ancangan strategi peningkatan pembiayaan KPR BNI iB Griya.

Proses perumusan masalah merupakan tahapan paling penting dalam sebuah proses penelitian. Sehingga permasalahan yang menjadi pokok bahasan menjadi lebih jelas dan terfokus. Adapun secara spesifik perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana praktek mekanisme pelaksanaan pembiayaan KPR BNI iB Griya?

2. Bagaimana analisa matrik SWOT produk pembiayaan KPR BNI iB Griya?

3. Bagaimana ancangan strategi agar dapat diaplikasikan untuk peningkatan pembiayaan KPR BNI iB Griya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan oleh penulis di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin di capai dari hasil penelitian ini, di antaranya :


(19)

1. Untuk mengetahui praktek mekanisme pembiayaan KPR BNI iB Griya pada bank BNI Syariah.

2. Untuk mengetahui hasil analisa matrik SWOT dan ancangan strateginya sehingga dapat diaplikasikan untuk peningkatan pembiayaan produk KPR BNI iB Griya.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat secara akademik

Sebagai asset pustaka yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiwa dalam upaya memberikan pengetahuan, informasi, dan sebagai proses pembelajaran mengenai produk pembiayaan bank BNI Syariah khususnya produk KPR BNI IB Griya.

2. Manfaat bagi masyarakat

Sebagai informasi dan bahan penambah wawasan mengenai produk pembiayaan kepemilikan rumah secara syariah dan juga sebagai media sosialisasi sehingga produk ini difahami oleh masyarakat.

3. Manfaat secara praktek

Bagi PT Bank BNI Syariah sebagai masukan dan saran untuk dapat memperbaiki cara dalam pembiayaan produk kepemilikan rumah syariah bagi nasabahnya.


(20)

D. Kajian Terdahulu

Sebelum membuat skripsi ini, penulis melakukan perbandingan antara penelitian-penelitian yang terdahulu untuk mendukung materi dalam penelitian ini. Sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang mengangkat tema tentang produk kepemilikan rumah di bank syariah. Salah satu diantaranya oleh Ayub Mahri.10 Dalam penelitiannya, Ayub membahas tentang analisis mekanisme pembiayaan kepemilikan rumah melalui Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah Jakarta. Hasil penelitiannya yaitu mekanisme pelaksanaan kepemilikan perumahan rakyat di BTN Cabang Syariah Jakarta berjalan dengan cukup baik, tanpa harus melewati prosedur yang rumit dan dengan menggunakan asas kekeluargaan.

Sedangakan penelitian yang dilakukan Dian Lestari11. Dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisa Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) BTN Syariah” lebih kepada bagaimana aplikasi produk ini dari persfektif hukum syariah. Hasil penelitiannya, pembiayan KPR BTN Syariah merupakan praktik dengan skim murabahah, bila semua rukun dan syarat pada akad-akad dalam pembiayaan ini terpenuhi sempurna maka dapat dikatakan bahwa transaksi tersebut sah dan sesuai dengan prinsip syariah. Penetapan margin keuntungan

10

Ayub Mahri, “Analisis Mekanisme Pembiayaan Kepemilikan Rumah Melalui PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Syariah Jakarta”. Skripsi S 1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta,2009

11

Dian Lestari, ”Analisa Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) BTN Syariah (Studi Kasus: Bank BTN Kantor Cabang Syariah Jakarta Harmoni)”. Skripsi S 1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta,2006


(21)

bank menggunakan persentase (Pendekatan base lending rate) dan perlakuan akuntansi mengacu pada Akuntansi Syariah, PAPSI dan PSAK No. 59.

Namun, dalam penelitian yang penulis lakukan ini berbeda dengan kedua penelitian yang ada di atas yaitu objek penelitian pada PT. Bank BNI Syariah yang membahas mengenai hal mekanisme pembiayaan KPR BNI iB Griya, analisa Strength, Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT) serta ancangan strategi peningkatan pembiayaan KPR BNI iB Griya. Untuk metode penelitian menggunakan data kualitatif dan deskriptif analisis.

E. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan. Adapun lokasi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan adalah komplek ITC Dutamas Fatmawati blok A1-2 dan A1-3 Jl. R.S. Fatmawati Jakarta Selatan – Indonesia 12150 Telp. (021)72798266, 72798267, 72798268, Fax. (021)72798733

F. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu metode penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis dari sumber-sumber yang diperoleh. Lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu


(22)

kesimpulan. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutip oleh Lexy J. Maleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.12

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan judul skripsi, penulis menggunakan teknik pengumpulan sebagai berikut :

a. Observasi

Untuk mendapatkan data yang kongkrit, maka penulis mengadakan kunjungan dan pengamatan langsung terhadap Bank BNI Syariah.

b. Wawancara

Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan

interview guide (panduan wawancara). c. Dokumentasi

Dokumentasi dipakai untuk melengkapi data-data yang diperlukan dan juga mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan

12

Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2000), Cet.11, h.3.


(23)

yang diteliti antara lain mencari data berupa buku, catatan, transkrip, bulletin, makalah dan sebagainya.

3. Teknik Analisa Data

Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode Analisis Deskriptif yaitu suatu teknik analisa data dimana penulis membaca, mempelajari, memahami dan kemudian menguraikan semua data yang diperoleh lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

G. Teknik Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini semua berpedoman pada prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibakukan dalam buku “Pedoman Penulisan Skripsi fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut :


(24)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II PERSPEKTIF TEORITIS

Bab ini membahas tentang teori. Teori pembiayaan, mencakup pengertian pembiayaan, penilaian pemberian pembiayaan, tujuan dan manfaat pembiayaan. Teori akad murabahah, mencakup pengertian murabahah, landasan hukum murabahah, rukun dan syarat murabahah, komponen murabahah. Bab ini juga membahas tentang teori analisis SWOT, yang mencakup pengertian, fungsi, manfaat dan tujuan analisis SWOT serta mekanisme dan ancangan strateginya.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini memuat tentang latar belakang sejarah berdirinya, visi dan misi, logo perusahaan, Struktur organisasi, produk-produk.


(25)

BAB IV ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH BNI IB GRIYA

Membahas mekanisme pelaksanaan pembiayaan KPR BNI iB Griya meliputi persyaratan-persyaratan pengajuan pembiayaan dan prosedur operasional pembiayaan. Analisa matrik Strength, Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT) serta ancangan strategi peningkatan pembiayaan KPR BNI iB Griya.

BAB V PENUTUP

Merupakan bagian terakhir penulisan yang menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan. Bagian ini merupakan jawaban ringkas dari permaslahan yang dibahas yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


(26)

15

PERSPEKTIF TEORITIS

A. TEORI PEMBIAYAAN 1. Pengertian Pembiayaan

Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan hal itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik;

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna;

d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

e. transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.1

1

UU No. 21 Tahun 2008 sebagai revisi UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat 25.


(27)

Sedangkan definisi pembiayaan menurut Muhammad Syafi’i Antonio sebagai salah satu tugas pokok bank adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.2

Pembiayaan atau dengan kata lain financing menurut Muhammad yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri atau lembaga.3 Pembiayaan dapat dijadikan salah satu fungsi intermediary bank syariah dalam menyalurkan dana yang telah dikumpulkan dari surplus unit melalui suatu kesepakatan dalam jangka waktu tertentu dikembalikan dengan imbalan atau bagi hasil.

Dalam istilah teknisnya pada perbankan syariah pembiayaan disebut sebagai aktiva produktif. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia aktiva produktif adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (Peraturan Bank Indonesia No. 4/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003).4

Dalam aktivitas pembiayaan bank syariah akan menjalankan dengan berbagai teknik dan metode, yang penerapannya tergantung pada tujuan dan

2

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.160.

3

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.17.

4


(28)

aktivitas. Mekanisme perbankan syariah yang berdasarkan prinsip mitra usaha, adalah bebas bunga. Oleh karena itu, soal membayarkan bunga kepada depositor atau pembebanan suatu bunga dari pada nasabah tidak timbul.

Tabel Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil5

BUNGA BAGI HASIL

a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung

a. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad

dengan berpedoman pada

kemungkinan untung rugi b. Besarnya persentase berdasarkan

pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

b. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh.

c. Pembayaran bunga tetap seperti

yang dijanjikan tanpa

pertimbangan apakan proyek yang dilankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

c. Bagi hasil bergantung pada

keuntungan proyek yang

dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”.

d. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

e. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk Islam.

e. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

5


(29)

2. Penilaian Pemberian Pembiayaan

Dalam pendanaan kepada nasabah dalam bentuk pemberian pembiayaan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penilaian pembiayaan, oleh karena layak atau tidaknya pembiayaan yang diberikan akan sangat mempengaruhi stabilitas keuangan bank. Menurut Raharja6, penilaian pembiayaan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Keamanan Pembiayaan (safety).

Harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut dapat dilunasi kembali.

2. Terarahnya tujuan penggunaan pembiayaan (suitability).

Pembiayaan akan digunakan untuk tujuan yang sejalan dengan kepentingan masyarakat atau setidaknya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

3. Menguntungkan.

Pembiayaan yang diberikan menguntungkan bagi bank maupun bagi nasabah. Menurut Sinungan7, metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan nilai kredit adalah dengan menggunakan formula 4P, yaitu :

1. Personality

Bank mencari data tentang kepribadian si peminjam seperti riwata hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan sebagainya), hobinya, keadaan keluarga, (istri, anak), social standing (pergaulan dalam

6

Raharja Pratama, Uang dan Perbankan, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 1997) Cet.3

7

Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank, (Jakarta, Bumi Askara, 1993) Cet.3, h.241.


(30)

masyarakat serta bagaimana pendapat masyarakat tentang diri si peminjam) serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian si peminjam.

2. Purpose

Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah akan dipergunakan untuk berdagang, berproduksi atau membeli rumah. Dan apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit bank bersangkutan. Misalnya, keperlua atau tujuan untuk perkapalan sedangkan line of business bank justru dalam bidang pertanian.

3. Prospect

Yang dimaksud dengan prospek adalah harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha si peminjam. Ini dapat diketahui dari perkembangan usaha si peminjam selama beberapa bulan / tahun, perkembangan keadaan ekonomi perdagangan, keadaan ekonomi atau perdagangan sektor usaha si peminjam, kekuatan keuangan perusahaan yang dibuat dari learning power

(kekuatan pendapatan/keuntungan) masa lalu dan perkiraan masa mendatang.

4. Payment

Mengetahui bagaimana pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan prospek, kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya.


(31)

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi resiko penilaian kredit, 8 antara lain :

1. Character

Watak (character), yang dimaksud adalah kepribadian, moral dan kejujuran dari ada pemohon peminjaman. Apakah ia nantinya akan memenuhi kewajiban dengan baik yang timbul dari perjanjian kredit yang akan diadakan. Hal ini menyangkut sejauh mana kebenaran dari keterangan-keterangan yang diberikan pemohon tentang data-data perusahaannya. Bank juga menyelidiki asal-usul si pemohon, misalnya tentang keroyalan si debitur dan juga keadaan masa lalunya apakah ia pernah terlibat blacklist.

2. Capasity

Kemampuan (capacity), dimaksud sebagai kemampuan mengendalikan, memimpin, menguasai bidang usahanya, kesungguhannya dan melihat perspektif masa depan sehingga usahanya berjalan dengan baik dan memberikan untung. Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar pinjaman. Dari penilaian ini terlihat kemampuaan nasabah dalam mengelola bisnis, kempuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan pinjaman yang disalurkan, capacity sering juga disebut dengan nama

8


(32)

Capability.9 Definisi lain tentang capacity adalah menggambarkan tentang kemampuan seorang langganan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya. Suatu estimasi yang dianggap cukup baik diperoleh dengan menilai posisi likuiditas dan proyeksi cash flow dari calon langganan.10 Capacity menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya, baik dalam kemampuan manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya. Untuk itu bank harus memperhatikan :

a. angka-angka hasil produksi

b. angka-angka penjualan dan pembelian

c. perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya

d. data-data financial di waktu-waktu yang lalu, yang tercermin di dalam laporan keuangan perusahaan, sehingga dapat diukur kemampuan perusahaan calon penerima kredit utuk melaksanakan rencana di waktu yang akan datang.11

Capacity adalah kempuan yang dimiliki calaon nasabah dalan menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui / mengukur sampai sejauh mana calon nasabah

9

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta, PT Grafindo Persada, 2003), h. 118

10

Syamsudin, Lukman, Manajemen Keuangan Perusahaan, Konsep Aplikasi dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.31.

11


(33)

mampu untuk mengembalikan atau melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya.12

3. Capital

Modal (Capital) disyaratkan disini debitur agar mempunyai modal sendiri, tidak hanya mengandalkan pinjaman pada bank. Data-data modal dilihat dari neraca debitur.

4. Conditional

Kondisi ekonomi (Condition of Economic), adalah tentang keadaan situasi ekonomi pada waktu dan jangka tertentu, dimana kredit dapat diberikan pada debitur, kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa pada asasnya kelima unsur tersebut mengandung tiga faktor pokok yaitu :

a. Faktor subyektif (modal).

b. Faktor obyektif yang berkenaan dengan organisasi administrasi, modal dan keadaan ekonomi.

c. Faktor yuridis yang berkenaan dengan struktur yuridis dari badan usaha penerima kredit.

Faktor-faktor diatas kemudian oleh pihak bank akan dibuat dalam satu formulir yang telah disediakan dimana merupakan data-data yang wajib diisi oleh pemohon pembiayaan.

12

Rivai, Vietzhal dan Andria Permata Vietzhal, Credit Manajemen Hand Book, Teori, Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2007)


(34)

5. Collateral

Jaminan (Collateral), diartikan sebagai kekayaan ata orang yang dapat diikat sebagai jaminan kepastian pelunasan hutang dibelakang hari, kalau debitur tak melunasi hutangnya. Pada dasarnya yang memberi pembiayaan tentu menghendaki jaminan berada ditangannya yang mudah dijadikan uang untuk dapat menutup pinjaman karena tidak dilunasi oleh si peminjam tersebut. Jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pinjaman yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga terjadi suatu masalah, maka jaminan yang akan dititipkan dapat dipergunakan secepat mungkin.

Collateral dalam perkreditan murupakan hal terpenting, terutama dalam fungsinya untuk pengamanan apabila pembiayaan yang diberikan tersebut mengalami kegagalan.13 Oleh karena itu syarat yang diminta oleh kreditur ialah supaya debitur itu menguasai dan menyimpan jaminan, agar supaya pada waktu yang diperlukan benda atau harta jaminan dapat dijadikan uang oleh debitur sendiri.

13

Thomas, Suyanto, et, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1996), Edisi II, h.19.


(35)

3. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu, kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama dari pemberian suatu pembiayaan antara lain :

1. Mencari keuntungan yaitu untuk memperoleh dari pemberian kredit tersebut, hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2. Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun untuk modal kerja.

3. Membantu pemerintah bagi pemerintah semakin banyak pembiayaan yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.14

Dilihat dari tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian suatu pembiayaan tidak hanya menguntungkan bagi satu sisi pihak saja yaitu pihak yang diberikan pembiayaan tetapi juga meguntungkan bagi pihak yang memberikan pembiayaan.

Manfaaat pembiayaan ditinjau dari berbagai segi : 1. Kepentingan Debitur

14


(36)

a. Memungkinkan untuk memperluas dan mengembangkan usahanya.

b. Jangka waktu pembiayaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana debitur uantuk pembiayaan investasi dapat disesuaikan dengan kapasitas perusahaan yang bersangkutan, untuk pembiayaan modal kerja dapat diperpanjang berulang-ulang.15 2. Kepentingan Perbankan

a. Menjaga stabilitas usahanya, serta membantu memasarkan jasa-jasa bank.

b. Untuk merebut pasar (Market Share) dalam industri perbankan, berhubung pada saat ini keseimbangan antara penawaran dana dan permintaan akan dana masih belum ada, maka fasilitas pembiayaan sering digunakan oleh bank sebagai perangsang dalam merebut nasabah bank lain dengan pemberian kredit yang lebih besar jumahnya dan dengan bunga yang lebih rendah.

3. Kepentingan Pemerintah

a. Pembiayaan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara umum, diantaranya menciptakan lapangan kerja.

b. Sebagai sumber pendapatan Negara.

15

Teguh Pudjo Muljono, Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersial, (Yogyakarta, Penerbit BPFE, 1996), Cet.3, h.59-61.


(37)

4. Kepentingan Masyarakat Luas

a. Dengan adanya kelancaran dari proses pembiayaan yang diharapkan akan memperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan nantinya akan menimbulkan lapangan kerja baru.

b. Meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatan daya beli.16

B. AKAD MURABAHAH

1. Pengertiaan Murabahah

Menurut istilah fiqh dalam kamus istilah fiqh dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan jual beli murabahah adalah jual beli barang dengan tambahan harga atas harga belian yang pertama secara jujur. Dengan murabahah ini, orang pada hakikatnya ingin mengubah bentuk bisnisnya dari kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi jual beli.

Menurut Syafi’i Antonio yang dimaksud dengan murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus memberitahukan harga pokok yang ia beli dan menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

Ba’I al-murabahah dapat juga didefinisikan sebagai jual beli barang pada harga asal dengan tambahan harga asal yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat

16


(38)

keuntungan sebagai tambahannya. Pembayarannya dapat dilakukan secara tunai maupun angsur pada jangka waktu tertentu.

Menurut Sutan Remy Sjahdeini, murabahah adalah jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli dengan cicilan. Adiwarman Karim pun mengemukakan bahwa tata cara pembayaran dalam jual beli murabahah dapat secara lumsum (tunai) maupun angsuran.

Dari beberapa pendapat di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa cara pembayaran murabahah dapat secara tunai maupun cicilan. Namun, apabila ditelusuri lagi, seorang nasabah mengadakan kerjasama dengan pihak bank untuk tujuan kepemilikan terhadap suatu barang tertentu disebabkan oleh karena nasabah tersebut tidak memiliki dana tunai untuk transaksi langsung dengan pihak supplier. Bank adalah pihak yang memiliki kelebihan dana yang merupakan hasil himpunan dana dari nasabah-nasabahnya. Dana tersebut disalurkan oleh bank kepada pihak-pihak yang kekurangan dana agar dapat memenuhi kebutuhannya dan bank mengambil keuntungan dari transaksi ini. Dengan begini, nasabah dapat melakukan jual beli dengan pembayaran tangguh (angsuran). Murabahah adalah bagian dari muamalah yang merupakan satu bentuk perjanjian jual beli yang harus tunduk kaidah dan hukum umum yang dalam muamalah islamiyah.

2. Landasan Hukum Murabahah


(39)































































Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu”(QS. An-Nisa/4: 29)







































































































































Artinya : “orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah

penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”(QS. Al-Baqarah/2:


(40)

b. Al-hadits

Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung dengan keperluan rumah, bukan untuk dijual,” (HR Ibnu Majah)

Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka” (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban)

c. Fatwa DSN MUI tentang pembiayaan murabahah :

1) Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah;

2) Fatwa DSN No. 13/DSN-MUI/XI/2000 tentang uang muka murabahah.

3. Rukun dan Syarat Murabahah

Yang menjadi rukun dari murabahah adalah seebagai berikut :

a. Pihak yang berakad terdiri dari penjual dan pembeli. Syarat dari pihak-pihak yang berakad ini adalah :

1. Penjual dan pembeli sudah tamyiz; 2. Penjual dan pembeli sudah cakap hukum;


(41)

3. Pihak-pihak yang berakad melakukan aktivitas jual beli tidak dalam keadaan terpaksa.

b. Objek yang diakadkan terdiri dari barang yang diperjual belikan (mabi’) dan harga (tsaman). Syarat mabi’ adalah :

1. Barang yang diperjual belikan tidak termasuk barang yang diharamkan oleh syara’;

2. Barang tersebut harus bermanfaat;

3. Barang tersebut dapat diserahterimakan pada waktu yang ditentukan oleh kedua belah pihak;

4. Barang yang diperjual belikan harus jelas spesifikasinya;

5. Pada saat akad barang yang diperjualbelikan adalah milik penjual. Sedangkan syarat sebuah harga (tsaman) adalah :

1. Bank menjual barang sesuai dengan harga pokok yang dibeli dari supplier ditambah keuntungan yang disepakati bersama sehingga nasabah berhak mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank; 2. Selama akad belum berakhir, maka harga beli tidak boleh berubah.

Apabila terjadi perubahan, maka akad tersebut batal (An-nisa:29); 3. Kesepakatan pembayaran dan sistem pembayaran.

c. Akad (sighat) yang terdiri dari serah (ijab) dan terima (qabul). Syarat dari sighat ini adalah:


(42)

1. Suatu akad harus jelas dan disebutkan secara spesifik pihak-pihak yang berakad;

2. Antara ijab dan qabul harus selaras terkait dengan spesifikasi barang dan harga yang dissepakati;

3. Akad tidak boleh mengandung klausul yang menggantungkan keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang;

4. Akad tidak boleh dibatasi waktu.

4. Komponen Murabahah

Berdasarkan pengertian mengenai murabahah, dapat dilihat bahwa akad murabahah memiliki komponen sebagai berikut :17

a. Harga pokok barang yaitu harga barang ditambah dengan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sehingga barang tersebut memiliki nilai ekonomis. Masalah terkait dengan harga pokok barang ini adalah :

1. Pengadaan barang yang diperjualbelikan; 2. Diskon dari supplier;

3. Pengadaan barang bila diwakilkan/ menggunakan jasa perwakilan; 4. Nilai harga pokok (perolehan).

b. Keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak atas dasar rela sama rela.

17


(43)

c. Harga jual murabahah yaitu harga yang disepakati meliputi harga pokok ditambah keuntungan yang disepakati. Masalah yang terkait dengan harga jual ini adalah :

1. Hutang nasabah; 2. Uang muka nasabah; 3. Pembaayaran angsuran;

4. Pembayaran pelunasan lebih awal.

C. ANALISIS SWOT

1. Pengertian Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi, berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kuatan (Strength) dan peluang (Opportunity), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat). Jadi, analsis SWOT membandingkan antara faktor ekternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan18.

Teknis SWOT atau yang dikenal dengan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) pada dasarnya merupakan satu teknik untuk mengenali berbagai kondisi yang berbasis bagi perencanaan strategi. Setelah mengenali isu permasalahan yang dihadapi secara teoritis perlu dibangun kesepakatan antar

18

Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet. Ke-12, h.19.


(44)

stakeholder mengenai “apa yang diinginkan kedepan” terhadap isu tersebut. Komponen atau elemen apa yang diperlukan untuk lebih ditingkatkan, dikurangi, atau justeru diganti, memerlukan proses analisis yang banyak didasarkan pada peta kondisi SWOT dari isu tersebut.

SWOT singkatan dari Bahasa Inggris yakni Strength (Kekuatan), Weakness

(kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (Ancaman)19. Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi.

2. Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Analisis SWOT a. Fungsi Analsis SWOT

Secara umum analisis SWOT sudah dikenal oleh sebagian besar tim teknis penyusun corporate plan. Sebagian dari perencanaan strategi terfokus kepada apakah perusahaan mempunyai sumberdaya dan kapabilitas yang memadai untuk menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Pengenalan akan kekuatan yang dimiliki akan mebantu perusahaan untuk tetap menaruh perhatian dan melihat peluang-peluang baru, sedangkan penilaian yang jujur terhadap kelemahan-kelemahan yang ada akan memeberikan bobot realisme

19


(45)

pada rencana-rencana yang akan dibuat oleh perusahaan, jadi fungsi Analisis SWOT adalah menganalisis mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, serta analisa mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi ekternal perusahaan.

b. Manfaat Analisis SWOT

Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan dalam bisnis apa perusahaan beroperasi, dan arah mana perusahaan menuju ke masa depan serta ukuran apa saja yang digunakan untuk menilai keberhasilan menejemen perusahaan dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya dari hasil analisis akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran perusahaan selama 3-5 tahun ke depan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari para stakeholder atau analisis SWOT berguna untuk menganalisa faktor-faktor di dalam perusahaan yang memberikan andil terhadap kualitas pelayanan atau salah satu komponenya sambil mempertimbangkan faktor-faktor eksternal.20

20


(46)

c. Tujuan Analisis SWOT

Tujuan utama Analsis SWOT adalah mengidentifikasi strategi perusahaan secara keseluruhan. Hampir setiap perusahaan maupun pengamat bisnis dalam pendekatannya banyak menggunakan analisis SWOT. Kecendrungan ini tampaknya akan terus semakin meningkat, terutama dalam era perdagangan bebas abad 21, yang mana satu sama yang lain saling berhubungan dan saling tergantung. Penggunaan analisis SWOT ini sebenarnya telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu dari bentuknya yang paling sederhana, yaitu dalam menyusun strategi untuk mengalahkan musuh dalam pertempuran.21

Konsep dasar pendekatan SWOT ini tampaknya sederhana sekali sebagaimana dikemukakan oleh Sun Tzu bahwa “apabila kita telah mengenali kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat dipastikan kita dapat memenangkan pertempuran”. Dalam perkembangannya saat ini analisis SWOT, tidak hanya dipakai untuk menyusun strategi di medan pertempuran, melainkan banyak dipakai dalam menyusun perencanaan bisnis (Strategic Business Planning) yang bertujuan untuk menyusun strategi-straategi jangka panjang sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas dan dapat segera diambil keputusan berikut semua perubahannya dalam menghadapi pesaing.22

21

Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, h.10.

22


(47)

3. Makanisme dan Ancangan Strategi Analisis SWOT a. Mekanisme SWOT

Mekanisme pembahasan analisis SWOT mencakup tiga tahapan, yaitu:

1. Penyepakatan pengertian atau persepsi di antara stakeholder23

Di bawah ini disampaikan upaya-upaya sistematis untuk dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mendeskrifsikan kondisi yang dihadapi.

a) Strengths (Kekuatan)

Kekuatan adalah sesuatu yang selama ini menjadi kekuatan utama (internal-sesuatu yang dapat dipengaruhi secara langsung) dari dahulu sampai sekarang.

Contoh kekuatan :24

1) Perusahaan memiliki modal yang cukup

2) Perusahaan memiliki citra yang baik di masyarakat 3) Perusahaan memiliki jaringan kerja yang luas 4) Lokasi erusahaan strategis

5) Pendapatan perusahaan meningkat dari tahun ke tahun

b) Weakness (Kelemahan)

Kelemahan adalah sesuatu yang menjadi kelemahan utama (internal) dari dahulu sampai sekarang.

23

www.delivery.org/Guidelines/how/hm,Analisis Cepat SWOT.pdf

24

Gaspersz, Vincent, Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi, Bisnis dan Pemerintah. (PT. Gramedia Pustaka Utama. 2005), h.15.


(48)

Contoh kelemahan :

1) Perusahaan terhadap promosi masih kurang 2) Produk yang ditawarkan masih sedikit/terbatas 3) Sumber daya manusia kurang memadai

c) Opportunities (Peluang)

Peluang adalah berbagai potensial yang dapat dieksplorasi untuk mempengaruhi pencapaian sasaran yang diharapkan.

Contoh peluang :

1) Faktor ekonomi yang membaik 2) Meningkatnya kehidupan masyarakat d) Threats (Ancaman)

Ancaman adalah sesuatu yang dapat membatasi / menggagalkan pencapaian (eksternal) sasaran yang ditetapkan tetapi belum pernah terjadi dan tidak dapat dipengaruhi secara langsung.

Contoh ancaman :

1) Banyaknya pesaing perusahaan 2) Faktor makro ekonomi setelah krisis

2. Pengisian informasi untuk tiap variabel atau aspek SWOT

Setelah mengenali pengertian atau batasan tiap aspek SWOT di atas, menjadi sangat diperlukan untuk mendapatkan isinya, yang paling memungkinkan untuk mendapat isi tersebut :


(49)

a. Brainstorming : Saling mengajukan pendapat atas dasar pengalamannya untuk didiskusikan bersama-sama sampai didapat kesepakatan bahwa apa yang disampaikan memang sesuai untuk mengisi aspek SWOT.

b. Kuisoner : Untuk menginventarisir berbagai pandangan untuk pendapat tentang isi dari aspek SWOT untuk kasus tertentu.

3. Memakai relevansi data

Melalui mekannisme koleksi data seperti dimaksud di atas akan menghasikan beberapa temuan/identifikasi yang berupa daftar panjang di tiap aspek SWOT yang ada. Dengan kedalaman informasi yang berbeda-beda, maka daftar panjang tersebut perlu disusun persepsi yang sama di antara stakeholder, yakni dengan cara menyusun bobot tiap temuan di masing-masing aspek SWOT, seperti table berikut.

No. Aspek SWOT Hasil Identifikasi Bobot

A B C

Kekuatan 1. Perusahaan memiliki citra yang baik di masyarakat

2. Perusahaan memiliki jaringan kerja yang luas

3. Lokasi peruahaan strategis

Kelemahan 1. Promosi perusahaan terhadap

promosi kurang

2. Produk yang ditawarkan masih sedikit/terbatas

Peluang 1. Faktor ekonomi yang membaik

2. Meningkatnya kehidupan masyarakat


(50)

Ancaman 1. Banyaknya pesaing perusahaan 2. Faktor makro ekonomi setelah

krisis

Keterangan : Kategori A adalah yang paling diutamakan / signifikan nyata berpengaruh paling perlu diantisipasi segera, demikian selanjutnya sampai kategori C sebagai ukuran yang paling rendah.

Hasil akhir dari hasil keseluruhan proses berupa informasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang telah disepakati oleh seluruh stakeholder yang akan menjadi bahan masukan utama bagi penyusun strategi penganganan isu terkait, informasi SWOT di sini mengandung bahwa :

a. Pengelompokan informasi ke dalam masing-masing aspek SWOT sudah tidak diragukan lagi dengan adanya persepsi yang sama.

b. Peran atau keterkaitan antara tiap informasi di dalam tiap kelompok aspek SWOT sudah dapat dibedakan karena keberatan bobot masing-masing.

b. Ancangan Strategi Analisis SWOT

Analisis SWOT membandingkan antra faktor eksternal peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dengan faktor internal kekuatan (strength)


(51)

dan kelemahan (weeakness).25 Faktor internal diperoleh dari data lingkungan perusahaan, seperti dari laporan keuangan, kegiatan operasional, kegiatan pemasaran, dan staf atau karyawan. Sedangkan faktor eksternal diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan, seperti dari analisis pasar, competitor (pesaing), komunitas, pemasok, pemerintah, dan anailisis kelompok (untuk kepentingan tertentu). Perencanaan usaha yang baik dengan metode analisis SWOT dirangkum dalam matrik SWOT yang dikembangkan oleh Kearns (1992).26 IFAS EFAS Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) Strategi S-O (Agresif) Strategi W-O (Turn-around) Threaths (Ancaman) Strategi S-T (Diversifikasi) Strategi W-T (Defensif)

IFAS adalah Internal strategic Faktors Analysis Summary yaitu faktor-faktor strategi internal suatu perusahaan. EFAS adalah Eksternal strategic Faktors Analysis Summary yaitu faktor-faktor strategis eksternal suatu perusahaan. Keduanya dibandingkan yang dapat menghasilkan

25

Ferddy Rangkuty, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, h.19.

26


(52)

alternative strategi (S-O, S-T, W-O dan W-T). hasil analisis pada table Matrik Evaluasi Faktor Eksternal dan Matrik Evaluasi Faktor Internal dapat dipetakan pada matrik posisi Organisasi dengan cara sebagai berikut :

a. Sumbu horizontal (X) menunjukkan kekuatan dan kelemahan sedangkan sumbu vertical (y) menunkukkan peluang dan ancaman b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil analisis sebaai berikut: c. Kalau peluang lebih besar dari pada ancaman maka nilai y>0 dan

sebaliknya apabila ancaman lebih besar dari pada peluang maka nilai y<0

d. Kalau kekuatan lebih besar dari pada kelemahan maka nilai x>0 dan sebaliknya apabila kelemahan lebih besar dari pada kekuatan maka nilai x<0

DIAGRAM POSISI PERUSAHAAN Peluang

Kuadran III Kuadran I

Kuadran IV Kuadran II


(53)

1. Strategi S-O = Kuadran 127

a. Merupakan posisi yang sangat meguntungkan

b. Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal.

c. Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif

2. Strategi S-T = Kuadran 2

a. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumberdaya

b. Perusahaan-perusahaan pada posisi seperti ini dapat menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

c. Dilakukan melalui penggunaan strategi Diversifikasi produk atau pasar.

3. Strategi W-O = Kuadran 3

a. Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar tetapi sumber dayanya lemah.

b. Karena itu tidak dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal.

c. Fokus strategi perusahaan pada posisi seperti ini ia meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.

27


(54)

4. Strategi W-T = Kuadran 4

a. Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan.

b. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.


(55)

44

A. SEJARAH BERDIRI

Sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter 1997, meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu menjawab kebutuhan perbankan yang transparan. Berdasarkan hal itu dan mengacu pada UU no 10 Tahun 1998, mulailah PT Bank Negara Indonesia (Persero ) merintis Divisi Usaha Syariah.1

Berawal dari 5 kantor Cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin yang mulai beroperasi tanggal 29 April 2000, kini BNI Syariah memiliki lebih dari 20 Cabang di seluruh Indonesia. Untuk memperluas layanan pada masyarakat, masing-masing kantor cabang utama tersebut membuka kantor-kantor cabang pembantu syariah (KCPS), sehingga keseluruhan kantor-kantor cabang syariah sampai tahun 2010 berjumlah 58 buah. Selanjutnya berlandaskan peraturan Bank Indonesia No 8/3/ PBI/2006 tentang pemberian ijin bagi kantor cabang Bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah untuk melayani pembukaan rekening produk dana syariah, BNI Syariah merespon ketentuan ini dengan cara bersinergi dengan cabang konvensional guna melakukan office channelling. Hingga saat ini outlet layanan syariah pada kantor cabang

1


(56)

konvensional berjumlah 750 outlet, dan didukung oleh jaringan 4.000 ATM BNI ditambah 10.000 ATM LINK dan 15.000 ATM Bersama.2

Dengan pola Dual System Bank, maka BNI Syariah saat ini didukung oleh sistem informasi teknologi yang modern dan jaringan transaksi yang sangat luas di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan jaringan Kantor Cabang BNI.

Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2004 sebagai Perbankan Syariah Terbaik.

Dengan dukungan teknologi, BNI Syariah bersinergi dengan cabang-cabang BNI konvensional untuk memberikan layanan pembukaan rekening syariah. Cabang-cabang BNI tersebut dinamakan Syariah Channeling Outlet

(SCO).

Saat ini seluruh cabang BNI di Jabodetabek telah dilengkapi dengan layanan pembukaan rekening syariah. Sehingga masyarakat yang menghendaki untuk melakukan investasi mudharabah melalui deposito syariah, tabungan syariah atau menitipkan dana melalui giro syariah dan tabungan titipan (wadiah), atau bahkan menghendaki mempersiapkan dana haji melalui tabungan iB (Islamic Banking) Haji, dan juga tabungan perencanaan iB Tapenas, maka nasabah dapat mengunjungi cabang BNI terdekat.

2


(57)

Dengan diterbitkannya surat keputusan gubernur BI no.12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 mei 2010, divisi usaha syariah bank BNI telah resmi menjadi bank umum syariah (spin off) sejak dilaksanaknnya soft launching BNI Syariah pada tanggal 18 Juni 2010.

Spin off dilakukan sebagai langkah strategis BNI dalam merespon perkembangan faktor-faktor eksternal, yaitu situasi ekonomi, kebutuhan pasar, dan regulasi, serta faktor internal, antara lain corporate plan, kesiapan organisasi, dan customer base. Demikian disampaikan Gatot M Suwondo, Direktur Utama BNI, pada kesempatan soft launching PT Bank BNI Syariah, bersama Mulya E Siregar, Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, dan segenap Komisaris dan Direksi PT Bank BNI Syariah.3

Spin off unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah diyakini akan membuat BNI Syariah memiliki kinerja lebih unggul dan akselerasi di bidang bisnis. Suara optimistis ini disampaikan Direktur Utama BNI Syariah, Rizqullah, saat berkunjung ke Republika, Kamis (15/7/2010). “Sejak awal pelepasan UUS menjadi BUS memang sudah menjadi rencana korporasi, yaitu dengan target spin off pada 2009. Sebagai BUS, BNI Syariah memantapkan fokus bisnisnya di bidang retail banking dan consumer banking. Karena dari hasil pemantauan, kedua bidang ini lebih tahan dari guncangan. Untuk itu, ke depannya

3


(58)

BNI Syariah akan mengandalkan sejumlah produk unggulan. Misalnya saja BNI iB Griya, Gadai Emas, Hasanah Card.4

B. VISI DAN MISI

VISI

Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya Allah membawa berkah.

MISI

Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.

C. LOGO PERUSAHAAN

4


(59)

(60)

E. PRODUK-PRODUK

1. Produk Inovatif Sesuai Syariah

BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah, seperti jual beli dan bagi hasil serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan nasabah.

BNI Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan syariah tidak terbatas pada masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh seluruh golongan masyarakat yang menghendaki layanan dan fasilitas perbankan yang nyaman, adil, dan modern.

Untuk itulah BNI Syariah senantiasa melakukan peningkatan kualitas produk, baik produk dana maupun pembiayaan serta terus menerus melakukan penyempurnaan pada fitur-fiturnya.

Konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah:

1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan cara diangsur.

2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsipbagi hasil antara bank dan nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (Bank) menyediakan sebagian besar modal pada suatu usaha yang disepakati.

3. Atau dalam hal produk penghimpunan dana/tabungan, maka pihak penabung bertindak sebagai investor (shahibul maal) sedangkan bank


(61)

bertindak sebagai pengelola keuangan (mudharib) yang akan menginvestasikan dana ke sektor -sektor riil yang sesuai syariah. Antara investor dan pihak Bank sebelumnya melakukan akad terhadap nisbah keuntungan yang akan dibagi. Jadi penabung tidak mendapatkan bunga namun akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.

4. Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha antara Bank dengan nasabah dimana modal usaha berasal dari kedua belah pihak. Dalam pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing. 5. Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas

barang/jasa yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.

a. BNI iB Giro (IDR & USD)

Giro Syariah merupakan produk yang memberikan segala kemudahan bertransaksi Giro yang menggunakan prinsip Wadiah Yadh Dhamanah. Giro Syariah mendukung usaha customer dengan kemudahan on-line pada cabang-cabang BNI di seluruh Indonesia. Wadiah Yadh Dhamanah merupakan titipan dana yang dengan seizin dari pemilik dana dapat


(62)

dioperasikan oleh Bank untuk mendukung sektor riil, dengan jaminan bahwa dana dapat ditarik sewaktu waktu oleh pemilik dana.

b. Tabungan iB Plus

Tabungan iB Plus (dhl. Tabungan Syariah Plus) adalah tabungan yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Mutlaqah. Dengan prinsip ini tabungan anda akan diinvestasikan secara produktif dalam investasi yang halal sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan dari investasi akan dibagihasilkan antara Anda dan Bank sesuai dengan nisbah yang disepakati di awal pembukaan rekening tabungan.

c. BNI iB Tapenas

Merencanakan dan mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin untuk buah hati adalah sebuah tindakan bijaksana. BNI Syariah membantu masyarakat untuk menyiapkan pendidikan melalui BNI iB Tapenas. Dengan setoran sesuai kemampuan dan perlindungan asuransi, BNI iB Tapenas dapat membantu masyarakat mewujudkan rencana masa depan keluarga yang lebih baik.

d. BNI iB Deposito

BNI iB Deposito diperuntukkan bagi mereka yang ingin memiliki investasi berjangka yang menguntungkan dan menenangkan. Menggunakan prinsip Mudharabah Mutlaqah, BNI iB Deposito mengelola dana masyarakat dengan cara disalurkan untuk pembiayaan usaha


(63)

produktif maupun pembiayaan konsumtif yang halal dan bermanfaat untuk kemaslahatan umat.

Mudharabah Muthlaqah merupakan simpanan dana masyarakat (permilik dana/shahibul maal) yang oleh BNI Syariah (mudharib) dapat dioperasikan untukmendapatkan keuntungan. Hasil keuntungan tersebut akan dilakukan bagi hasil antara penabung dan pihak bank sesuai dengan nisbah yang disepakati.

e. BNI iB Haji

BNI Syariah memahami bahwa setiap muslim bercita-cita menunaikan ibadah setidaknya sekali seumur hidup. BNI iB Haji dari BNI Syariah merupakan produk tabungan yang dikhususkan untuk memenuhi Ongkos Naik Haji (ONH) yang dikelola secara aman dan bersih sesuai syariah. BNI iB Haji telah tergabung dalam layanan online SISKOHAT (Sistem Koordinasi Haji Terpadu) yang memungkinkan jamaah haji memperoleh kepastian porsi dari Departemen Agama pada saat jumlah tabungan telah memenuhi persyaratan.

2. Pembiayaan komersial

Dalam perjalanan usaha terkadang pengusaha menghadapi tantangan yang membutuhkan kecepatan pengambilan keputusan, dimana keputusan tersebut membutuhkan dukungan modal. Untuk menangkap peluang emas


(64)

tersebut BNI Syariah menyediakan pembiayaan yang dijalankan dengan prinsip syariah dengan target win-win solution.

a. BNI iB WIRAUSAHA

BNI iB Wirausaha (iB diabaca aibi, = islamic Banking) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha Anda, dengan besarnya pembiayaan dari Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta yang diproses lebih cepat dan fleksibel sesuai dengan prinsip syariah.

Jenis akad yang digunakan : Murabahah adalah prinsip jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.

Mudharabah adalah kerjasama antara pihak bank sebagai penyedia dana 100% sedangkan nasabah menjadi pengelola dana dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil.

Musyarakah adalah kerjasama dalam penyertaan modal antara pihak bank dan nasabah dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil.

b. BNI iB Usaha Kecil

BNI iB Usaha Kecil (iB dibaca aibi = islamic Banking) adalah pembiayaan modal kerja atau investasi kepada pengusaha kecil sampai dengan Rp 10 miliar berdasarkan prinsip murabaha, musyarakah, mudharabah dan ijarah.


(65)

Jenis akad BNI iB Usaha Kecil Jenis akad yang digunakan :

Murabahah adalah prinsip jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.

Mudharabah adalah kerjasama antara pihak bank sebagai penyedia dana 100 % sedangkan nasabah menjadi pengelola dana dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil.

Musyarakah adalah kerjasama dalam penyertaan modal antara pihak bank dan nasabah dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil.

Ijarah adalah perjanjian sewa suatu barang antara bank dengan nasabah

c. BNI iB Usaha Besar

Sesuai dengan falsafah dasar ekonomi syariah yaitu bertransaksi dengan penuh keberkahan dan saling menguntungkan, maka produk-produk perbankan syariah didisain untuk melayani dunia usaha sehingga antara pemodal dan pengusaha dapat bertumbuh bersama-sama dalam prinsip keadilan.

Pembiayaan Produktif dari BNI Syariah mendukung kemajuan usaha dengan cara mudah dan fleksibel berdasarkan prinsip – prinsip syariah. Cara kerja pembiayaan syariah hampir sama dengan cara kerja perbankan pada umumnya, sehingga masyarakat akan mendapati prosedur


(66)

yang umum berlaku dan tidak rumit. Demikian pula dengan maksimum pembiayaan, BNI Syariah dapat membiayai korporasi yang memerlukan dana diatas Rp 10 milyar melalui BNI Pembiayaan Besar Syariah.

BNI Pembiayaan Besar Syariah adalah Pembiayaan Modal Kerja atau Investasi kepada pengusaha menengah dan korporasi diatas Rp. 10 Milyar berdasarkan prinsip Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan Ijarah.

3. Produk Pembiayaan

a. Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan Modal Kerja dengan akad Mudharabah/ Musyarakah aplofend dapat diberikan s/d 5 tahun atau dapat diperpanjang setiap tahun

b. Pembiayaan Investasi

Pembiayaan Investasi memiliki jangka waktu maksimal 7 tahun dengan angsuran kewajiban tetap selama periode pembiayaan sehingga terbebas dari fluktuasi suku bunga pasar.

c. Pembiayaan Beragunan Tunai (Cash Collateral Financing)

Pembiayaan Beragunan Tunai merupakan jenis pembiayaan yang memungkinkan investor memperoleh pembiayaan dengan menjaminkan agunan dalam bentuk tunai yaitu deposito ataupun giro.


(1)

pembiayaan itu akan disetujui. Misalkan harga rumah Rp. 100 juta, bank akan mengambil keuntungan berupa margin yang disepakati di awal. Nasabah ditunjuk sebagai wakil dari bank untuk membeli barang yang dibutuhkan nasabah (dalam hal ini rumah) atas nama bank secara cash, ketika rumah yang dimaksud telah menjadi milik bank, maka bank akan menjual kembali rumah tersebut kepada nasabah dengan perjanjian jual beli murabahah.

3. Bagaimana prosedur pengajuan sampai realisasi pembiayaan BNI iB Griya? Jawab : Cukup mudah bagi calon nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan ini. pertama calon nasabah harus memiliki tujuan yang jelas mengenai objek yang ingin dibeli. Nasabah datang ke bank untuk mencari informasi mengenai pembiayaan yang akan diajukannya. Setelah membicarakan persyaratan dan sudah setuju, maka pembicaraan akan meningkat pada pembicaraan pada margin. Apabila sudah positif, nasabah akan menyerahkan dokumen yang dibutuhkan. Jika dokumen yang diserahkan ke pihak bank belum lengkap maka pihak bank akan menghubungi calon nasabah yang bersangkutan untuk melengkapinya untuk keperluan analisa. Setelah itu, bank akan melakukan analisa dokumen tersebut mulai dari persyaratan administrative sampai persyaratan financial. Analisa yang dilakukan adalah 3 pilar analisa, yaitu Kemampuan, Legalitas dan Objek Akad. Untuk pembelian rumah yang indent, pengembang (developer) perumahannya disyaratkan harus sudah memiliki kerjasama dengan bank BNI Syariah. Apabila


(2)

semua sudah disetujui, maka akan keluar Surat Keputusan Pembiayaan (SKP), bank akan menawarkan perjanjian murabahah, jangka waktu, margin dan ketentuan lain. Kemudian penandatanganan akad dilakukan oleh nasabah dan disaksikan oleh pendamping, penjual (developer) rumah dan notaries yang akan membacakan hak dan kewajiban nasabah. Dalam proses realisasi pembiayaan dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu : Plafond yang direalisasikan tetap (sesuai dengan permintaan nasabah), Plafond yang direalisasikan lebih dari permintaan nasabah, dan Plafond yang direalisasikan kurang dari permintaan nasabah. Pada saat pembiayaan sudah sudah dimasukkan ke rekening nasabah, maka hak dan kewajiban masing-masing pihak sudah dimulai. Prosesnya tidak lama, setelah dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap maka kurang dari 1 minggu akan keluar SKP.

4. Apa saja yang dinilai dari objek pembiayaan (dalam hal ini rumah)?

Jawab : Hal-hal yang menjadi pertimbangan mengenai objek akad adalah seberapa marke table objek tersebut. Disini dalam artian apabila terjadi wanprestasi, seberapa mudah objek terseebut dicairkan. Dalam penilaian perumahan yang dipertimbangkan yaitu tidak banyaknya rumah dijual di daerah tersebut menunjukkan bahwa di daerah tersebut memang bagus dan berkualitas. Beberapa hal yang menjadi alasan banyaknya rumah dijual di suatu daerah antara lain karena adanya perumahan yang lebih bagus di daerah tersebut, kesejahteraan


(3)

penduduk di sekitar daerah tersebut meningkat sehingga banyak yang pindah untuk mencari hunian baru yang lebih baik dan menunjang, daerah tersebut memang langganan banjir, atau daerah tersebut terkena proyek pemerintah sehingga akan terjadi penggusuran. Selain itu, akses jalan, lokasi yang strategis dan tata ruang bangunan juga harus di check.

5. Apakah ada penilaian kelayakan nasabah dari segi perhitungan pendapatan perbulan harus dilampirkan slip gaji?

Jawab : Tergantung rumah yang dibeli, BNI Syariah mensyaratkan untuk angsuran tiap bulannya maksimal 40% dari take home pay atau penghasilan nasabah.

6. Dalam proses sosialisasi, apakah bank menjalin kerjasama dengan pihak tertentu? Jawab : Untuk sekarang ini BNI Syariah masih bekerja sama dengan developer-developer untuk rumah inden, kalau dengan developer-developer yang belum memiliki ikatan kerjasama kami hanya memberikan penjelasan tentang produk KPR yang kami miliki dan juga memberikan brosurnya, ada juga brosur-brosur yang kami letakkan di ATM-ATM, dan iklan di website BNI pusat. Sebelumnya BNI Syariah juga pernah menjalin kerjasama dengan institusi-institusi untuk menawarkan kepada karyawan mereka agar mau menggunakan jasa produk KPR kami tetapi sekarang sudah tidak lagi.


(4)

7. Apakah ada training khusus dalam memasarkan produk KPR BNI IB Griya ini? Jawab : Untuk training khusus produk ini tidak ada karena setiap karyawan di BNI Syariah khususnya bagian marketing ditraining untuk semua produk bank BNI Syariah baik yang dimasukkan ke klasikal teori dan praktik.

8. Bagaimana keunggulan produk ini sehingga dapat menarik minat masyarakat? Jawab : Di antara keunggulan yang dimiliki produk KPR ini yaitu margin yang kompetitif dibandingkan dengan produk KPR yang dimiliki oleh bank lain, tingkat margin yang berlaku saat ini 7,18% sampai 9,31% flat, Pembayaran dapat dengan cara diangsur dalam periode waktu 1 sampai 15 tahun, uang muka 10% dari harga rumah. Dan masih banyak lagi keunggulan dari produk ini.

9. Peluang apa saja yang dimanfaatkan bank dalam memasarkan produk ini?

Jawab : Dengan pertumbuhan kepadatan penduduknya sangat tinggi maka kebutuhan akan perumahan juga semakin meningkat, ini peluang yang bagus untuk memasarkan produk pembiayaan pembelian rumah bagi masyarakat. Biasanya kalau ada event atau acara pameran dan kita anggap acara tersebut sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan, maka kita jadikan event atau pameran tersebut sebagai media marketing kita.


(5)

10.Bagaimana langkah kedepan dalam sosialisasi produk ini sehingga dapat bersaing dengan produk sejenis yang dimiliki oleh bank lain?

Jawab : Langkah strategisnya kami terus mempromosikan produk ini ke masyarakat dan cepat menjalin kerjasama jika ada developer-developer baru baik dengan alat komunikasi ataupun langsung mengunjungi ke tempat mereka dan seterusnya memperbanyak kerjasama dengan developer-developer dan juga dengan agent-agent properti.

11.Apa yang menjadi kelemahan produk KPR ini yang harus dibenahi?

Jawab : Bila dibandingkan dengan produk sejenis yang dimiliki bank lain, produk kami masih memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki produk KPR bank lain. Akan tetapi mungkin kita masih kalah dari segi promosi khususnya di media elektronik karena biayanya yang mahal.

12.Kendala apa saja yang dihadapi dalam memasarkan produk KPR ini?

Jawab : Kendala yang dihadapi saat ini yaitu masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan produk KPR yang berbasis syariah. Sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa angsuran KPR Syariah perbulannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan angsuran KPR Konvensional. Namun jika dipertimbangkan untuk jangka panjang, KPR syariah dinilai lebih menguntungkan dan memberikan rasa aman karena angsuran tidak akan berubah sampai jangka waktu berakhir.


(6)

13.Selama proses pemasaran, apakah ada kendala dari pemerintah?

Jawab : Sejauh ini tidak terlihat kendala dari pemerintah terhadap upaya-upaya bank syariah dalam melakukan pemasaran produk-produknya termasuk pembiayaan KPR. Sekarang ini pemerintah malah sangat mendukung pemasaran produk KPR karena mempermudah masyarakat memiliki rumah yang mereka inginkan.