C. 2. Terminologi Monopoli Alamiah
Pandangan pemerintah yang menyebutkan bahwa monopoli yang bersifat alami diperbolehkan karena tidak mengganggu persaingan. Menurut Dede
Suganda Adiwinata monopoli alamiah dapat diterima kehadirannya sepanjang mempunyai arti dan makna yang sama dengan Pasal 33 UUD 1945. Oleh karena
itu, perlu ada kesamaan persepsi terhadap apa yang dimaksud dengan monopoli yang bersifat alami.
Menurut H.A. Walid, tidak semua perusahaan monopoli alamiah otomatis diperbolehkan hadir, tetapi harus dilihat dulu realitanya. Kehadiran perusahaan
monopoli alamiah dapat ditolelir apabila perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang dikehendaki rakyat. Apabila kehadiran perusahaan monopoli alamiah tidak
sesuai dengan kehendak rakyat, maka tetap akan dilarang eksistensinya. Menurut anggota Pansus dari FPP ini, meskipun pemerintah mengatakan bahwa
monopoli alamiah itu dapat diterima kehadirannya, karena dianggap tidak mengganggu persaingan usaha, tetap harus dilihat seberapa manfaatnya untuk
kepentingan rakyat.
24
H.A. Walid menambhakan meskipun pemerintah membolehkan keberadaan perusahaan monopoli alamiah, tetapi sebelumnya perlu disamakan
terlebih dahulu mengenai pengertian monopoli alamiah itu sendiri. Oleh karena itu menurut H.A.Walid redaksi judul RUU harus mengacu kepada kata-kata yang
sudah populer di masyarakat. Kata monopoli, lebih populer dibandingkan persaingan usaha yang dapat menimbulkan pertanyaan masyarakat.
Anggota Pansus dari FKP Dede Suganda Adiwinata, secara khusus menyatakan bahwa sesuai dengan TAP MPR RI Nomor 10 Tahun 1998 hal yang
penting untuk diperhatikan pemerintah adalah: ”... meningkatkan keterbukaan pemerintah dalam pengelolaan usaha
untuk menghapus korupsi, kolusi dan nepotisme serta praktek ekonomi lainnya yang merugikan negara dan rakyat. Kelemahan rezim
pemerintahan sebelumnya adalah penyelenggaraan perekonomian nasional yang dikontrol oleh pemerintah kurang mengacu kepada amanat
24
Ibid, h. 483..
Neagra dan pengusaha..., Muhammad Findi Alexandi, FISIP UI, 2008.
UUD 1945 Pasal 33 dan pemerintah lebih memprioritaskan kepada pengusaha yang dekat dengan kekuasaan.
25
C. 3. Legitimasi KPPU