keagamaan muncul pada ajaran ingkang tansah kula mantepi agami kula lan kejawen kula. Ajaran ini mengajarkan kepada bangsa Indonesia agar dalam menjalani
kehidupan selalu berpegang teguh pada agama atau kepercayaan yang dianut. Pada ajaran ini disebutkan adanya sebuah kepercayaan kejawen. Konsep kejawen pada
ajaran ini tatarannya sama dengan agama., karena kejawen merupakan tuntunan sikap orang Jawa dalam menjalani kehidupan. Secara tersirat, ajaran ini juga mengajarkan
konsep saling menghormati antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan. Ajaran ini mengajarkan untuk menghindari sikap saling mengejek atau membenci antar umat
bergama, karena pada dasarnya semua agama dan kepercayaan adalah mulia. Konsep ajaran agama yang satu dengan yang lain adalah sama yaitu mengajarkan manusia
untuk berbuat kebaikan. Begitu juga dengan kepercayaan yang dianut oleh bangsa Indonesia, semisal kejawen. Prinsip ajaran kejawen sama dengan ajaran agama.
Prinsip ajaran kejawen juga mengajarkan kebaikan, dan sama sekali tidak mengajarkan kejelekan. Bangsa Indonesia dalam menjalani kehidupan haruslah selalu
berpegang teguh pada agama dan kepercayaannya. Tujuannya yaitu tidak lain agar antar pemeluk agama serta penganut kepercayaan di Indonesia dapat saling
menghormati dan menghargai, sehingga terciptalah kerukunan antar umat beragama yang berujung pada persatuan dan kesatuan bangsa.
4.2.3 Pendidikan Sosial
Pendidikan sosial merupakan salah satu aspek pendidikan yang meitikberatkan pada pelajaran mengenai hubungan manusia dengan masyarakat.
Manusia selain sebagai makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial inilah yang menyebabkan manusia harus berinteraksi dengan
manusia yang lain. Pendidikan sosial inilah yang memberikan pengajaran mengenai cara bersosial di masyarakat dengan tujuan agar terwujud masyarakat yang harmonis,
serta tercipta persatuan dan kesatuan antar anggota masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada aspek pendidikan sosial, terdapat ajaran dari beberapa kategori yang telah ditentukan di awal. Ajaran yang memunculkan pendidikan sosial terakumulasi
dalam kategori eling, pracaya, rila, narima, temen, dan budi luhur. Ajaran tersebut memunculkan pendidikan sosial yang bertujuan memberikan gambaran dan
mengajarkan cara hidup bersosial di masyarakat. Muara akhir dari ajaran tersebut adalah untuk mewujudkan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat dan
menciptakan rasa persatuan kesatuan sebagai bangsa Indonesia. Ajaran yang mengandung pendidikan sosial pada kategori eling yaitu 1
memayu ayuning urip, memayu awonipun agesang, nyuwita, ngawula, bekti dhateng sesaminipun, 2 tansah anglampahi dados kawulaning sesami, tansah anglampahi
dados muriding agesang, sinahu anglaras batos saha raos, 3 nindhakaken ibadat inggih menika nindakaken kuwajiban bakti lan suwita kula dhateng sesami. Ketiga
ajaran pada kategori eling ini mengajarkan untuk saling tolong menolong antar sesama. Hidup bermasyarakat haruslah saling melaksanakan kewajiban tolong
menolong. Hal ini dikarenakan, manusia tidak dapat hidup sendirian. Manusia hidup pasti membutuhkan orang lain. Apabila seseorang dalam menjalani kehidupan
mengalami kesusahan, maka sudah menjadi kewajiban untuk saling tolong menolong terhadap sesama. Ajaran ini mengajarkan untuk hidup tolong menolong dan saling
membantu kepada sesama. Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mewujudkan rasa persaudaraan dan persatuan antar anggota masyarakat dalam menjalani kehidupan
sebagai bangsa Indonesia. Pada kategori pracaya juga terdapat ajaran yang memunculkan wujud
pendidikan sosial. Ajaran yang memunculkan wujud pendidikan sosial pada kategori pracaya yaitu ngawula dhateng kawulaning Gusti lan memayu ayuning urip, tanpa
pamrih, tanpa ajrih, jejeg, mantep, mawi pasrah. Ajaran ini juga memberikan pengertian bahwa manusia hidup di dunia membutuhkan pertolongan dari orang lain.
Kewajiban utama manusia adalah saling melindungi terhadap sesama, seperti yang tergambarkan pada ajaran ini. Tujuan yang sama juga tergembarkan pada ajaran ini,
yaitu untuk mewujudkan persatuan kesatuan dan semangat kebangsaan. Ajaran pada kategori selanjutnya yang memunculkan pendidikan sosial yaitu
rila. Pada kategori ini ajaran yang memunculkan pendidikan sosial yaitu 1 sinau nyupekaken susah lan sakitipun piyambak, sinau ambelani lan ngraosaken susah lan
sakitipun sesame, 2 sinau ngudi raos lan batos. Sinau ngudi kamanungsan, 3 nulung pepadhane ora nganggo mikir wayah, waduk, kanthong. Yen ana isi lumuntur
marang sesame, 4 susah padha susah, seneng padha seneng, eling padha eling, pring padha pring.
Pada kategori rila ini ajaran yang memunculkan pendidikan kebangsaan mengajarkan untuk ikut merasakan susah dan sakitnya orang lain, khususnya saudara
sebangsa dan setanah air. Ikut merasakan susah dan sakitnya sesama bukan berarti hanya menaruh simpati kepada orang yang kesusahan, tetapi juga ikut membantu
memberikan pertolongan. Ajaran ini tidak lain muara yang menjadi tujuannya adalah untuk mewujudkan rasa persaudaraan dan persatuan antar masyarakat. Dengan kata
lain, ajaran ini bertujuan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Pada kategori narima juga memunculkan penafsiran yang tidak jauh berbeda dengan kategori sebelumnya. Ajaran pada kategori narima yang memuncukan
pendidikan sosial adalah anggagas, amandeng, lan matheng susahipun sesami. Ajaran ini juga mengajarkan untuk saling tolong menolong dan ikut merasakan
kesusahan orang lain. Ajaran pada duua kategori selanjutnya yang memunculkan pendidikan kebangsaan juga memiliki pengertian yang hampir sama dengan ajaran
ini. Dua kategori selanjutnya yang memunculkan pendidikan sosial yaitu kategori temen dan budi luhur. Pada kategori temen, ajaran yang memunculkan pendidikan
sosial yaitu pring padha pring, weruh padha weruh, eling padha eling, eling tanpa nyandhing. Ajaran ini memberikan pengertian bahwa sesama manusia harus saling
ingat kepada sesama yang membutuhkan dan tidak boleh egois. Sedangkan pada kategori budi luhur, ajaran yang memunculkan pendidikan sosial yaitu 1 ngupadosi
padhang ing peteng, seneng ing sengsara, tunggaling sewu yuta dan 2 nulung tiyang kula tindakaken ing pundi-pundi, samangsa-mangsa, sawanci-wanci. Pada ajaran ini
juga mengajarkan untuk dapat meringankan beban sesama, yaitu tergambar pada kata ngupadosi seneng ing sengsara. Ajaran ini mengajarkan sikap tolong menolong
terhadap sesama, karena saudara sebangsa dan setanah air masih banyak yang mengalami kesusahan dan membutuhkan pertolongan. Tujuannya tidak lain adalah
untuk mewujudkan rasa persaudaraan dan persatuan antar sesama bangsa Indonesia.
4.2.4 Pendidikan Berbangsa dan Bernegara