Pendidikan Ketuhanan Pendidikan Kebangsaan dalam Ilmu dan Laku Jawa Ajaran R.M.P.

pendidikan. Setelah dilakukan penganalisisan dan pengklasifikasian, diketemukan nilai-nilai yang terkandung dalam Ilmu dan Laku Jawa Ajaran R.M.P. Sosrokartono merupakan nilai-nilai yang dapat mewujudkan semangat kebangsaan. Nilai-nilai kebangsaan yang muncul pada penganalisisan Ilmu dan Laku Jawa Ajaran R.M.P. Sosrokartono adalah pendidikan ketuhanan, pendidikan keagamaan, pendidikan sosial, pendidikan berbangsa dan bernegara, dan pendidikan budi pekerti. Kelima wujud pendidikan kebangsaan yang ada tersebut saling berkaitan dan relevan satu dengan lainnya. Tujuan akhir yang ingin dicapai pada pemaknaan Ilmu dan Laku Jawa Ajaran R.M.P. Sosrokartono yaitu upaya untuk mewujudkan semangat kebangsaan atau nasionalisme. Wujud nasionalisme sebagai tujuan akhir penganalisisan ajaran ini terakumulasi dalam lima wujud pendidikan kebangsaan yang ada. Dapat dikatakan bahwa kelima wujud pendidikan kebangsaan yang muncul pada penganalisisan ajaran Ilmu dan Laku Jawa Ajaran R.M.P. Sosrokartono ini mengacu pada tujuan yang akhir yaitu mewujudkan semangat kebangsaan atau nasionalisme.

4.2.1 Pendidikan Ketuhanan

Pendidikan ketuhanan merupakan aspek pendidikan yang paling mendasar dan penting. Pendidikan ketuhanan mengajarkan mengenai hubungan manusia dengan Tuhan. Pendidikan ketuhanan juga mengajarkan agar manusia dalam menjalani hidup meyakini adanya Tuhan. Manusia adalah makhluk Tuhan yang selalu berhubungan dengan Tuhan YME. Pada ajaran Sosrokartono yang terkemas dalam Ilmu dan Laku Jawa Ajaran R.M.P. Sosrokartono memunculkan aspek pendidikan, yaitu pendidikan ketuhanan. Pada aspek pendidikan ini, mengajarkan mengenai keyakinan terhadap Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Aspek ketuhanan muncul pada ajaran dengan kategori pracaya, rila, dan narima. Pada kategori pracaya, ajaran yang muncul yaitu 1 payung kula Gusti kula, tameng kula inggih Gusti kula, 2 ajinipun inggih boten sanes namung aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah, rapalipun adilipun Gusti, dan 3 masang alif menika inggih kedah mawi sarana lampah, boten kenging kok lajeng dipuncanthelaken kemawon, lajeng dipuntilar kados mepe rasukan. Pada ajaran payung kula Gusti kula, tameng kula inggih Gusti kula,mengajarkan tentang keesaan Tuhan. Ajaran ini mengajarkan agar dalam menjalani kehidupan selalu percaya dan yakin akan adanya Tuhan dan keagungan Tuhan. Ajaran ini memberikan pengertian bahwa dalam menjalani kehidupan tidak ada yang perlu ditakuti selagi benar, karena yang patut ditakuti hanyalah Tuhan. Ajaran ajinipun inggih boten sanes namung aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah, rapalipun adilipun Gustijuga mengajarkan mengenai kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan. Tidak jauh berbeda dengan ajaran yang di atas, pada ajaran ini juga mengingatkan kembali agar dalam menjalani kehidupan tiada yang perlu ditakuti kecuali Tuhan. Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berhubungan secara vertikal, yaitu hubungan manusia dengan Tuhannya. Pada ajaran masang alif menika inggih kedah mawi sarana lampah, boten kenging kok lajeng dipuncanthelaken kemawon, lajeng dipuntilar kados mepe rasukan juga memunculkan pendidikan ketuhanan, yang mengajarkan cara berhubungan dengan Tuhan. Ajaran ini memberikan pemahaman bahwa manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, tidak boleh dianggap sepele. Keseriusan manusia dalam berhubungan dengan Tuhan bertujuan agar memperoleh ridha dan tercapai apa yang menjadi harapan manusia. Ajaran pada kategori rila juga memunculkan pendidikan ketuhanan. Ajaran yang termasuk dalam kategori rila dan memunculkan pendidikan kebangsaan yaitu Suwung pamrih, suwung ajrih, namung madosi barang ingkang sae, sedaya kula sumanggakaken dhateng Gusti. Ajaran ini dikatakan memunculkan pendidikan ketuhanan, karena ajaran ini juga mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhannya. Ajaran ini memberikan pengertian bahwa dalam menjalankan pekerjaan apapun, haruslah dilandasi dengan keyakinan kepada Tuhan. Manusia haruslah yakin bahwa semua yang ada di dunia ini yang berkuasa adalah Tuhan. Secara tidak langsung ajaran ini mengajarkan agar dalam melaksanakan pekerjaan apapun tidaklah baik terlalu berambisius, karena semuanya yang akan menentukan adalah Tuhan. Kesimpulannya, manusia dalam menjalankan apapun janganlah melupakan Tuhan dan harus selalu memohon ridha Tuhan. Kategori yang juga memunculkan pendidikan ketuhanan adalah kategori narima. Pada kategori narima ajaran yang memunculkan pendidikan ketuhanan adalah Trimah mawi pasrah, suwung pamrih tebih ajrih, langgeng tan ana susah tan ana seneng, anteng mantheng sugeng jeneng. Tidak berbeda jauh dengan ajaran sebelumnya, ajaran ini juga mengajarkan agar manusia selalu ingat kepada kekuasaan Tuhan. Ajaran ini juga memberikan pengertian agar manusia janganlah terlalu berambisi dalam melaksanakan pekerjaan, karena baik buruknya hasil yang diperoleh adalah mutlak keputusan Tuhan. Aspek ketuhanan muncul pada Ilmu dan Laku Jawa Ajaran R.M.P. Sosrokartono sebagai landasan atau fondasi bagi masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Aspek ketuhanan sebagai fondasi kehidupan bangsa Indonesia haruslah diimbangi dengan ajaran agama sebagai tuntunannya. Tanpa adanya aspek ketuhanan sebagai fondasi dan agama sebagai tuntunan, maka dikhawatirkan akan terjadi krisis moral dan keimanan pada bangsa Indonesia. Aspek pendidikan yang selanjutnya akan dibahas mengenai pendidikan keagamaan sebagai penyeimbang pendidikan ketuhanan.

4.2.2 Pendidikan Keagamaan