Prinsip-Prinsip Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah

urusan kabupatenkota. Apabila regional, menjadi urusan provinsi, dan apabila nasional menjadi kewenangan pusat. 2. Akuntanbilitas Yang berwenang mengurus adalah tingkatan pemerintahan yang paling dekat dengan dampak tersebut sesuai dengan prinsip demokrassi. Pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan pertimbangan bahwa tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian dari urusan adalah tingkat pemerintahan yang lebih langsung dekat dengan dampakakibat dari urusan yang ditangani tersebut. Dengan demikian akuntanbilitas penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan tersebut kepada masyarakat akan lebih terjamin. 3. Efisiensi Otonomi daerah harus mampu menciptakan pelayanan publik yang efisien dan mencegah high cost economy. Efisiensi dapat dicapai melalui skala ekonomis economic of scale pelayanan publik. Skala ekonomis dapat dicapai melalui cakupan pelayanan yang lebih optimal. Pendekatan ini dengan pertimbangan bahwa apabila suatu urusan dalam penanganannya dipastikan akan lebih berdaya guna dan berhasil guna dilaksanakan dalam suatu strata pemerintahan, maka strata pemerintahan itulah yang lebih tepat untuk menangani urusan pemeritahan yang dimaksud. Daya guna dan hasil guna dapat diukur dari proses yang lebih cepat, tepat dan mura, serta manfaatnya lebih besar, luas dan dengan resiko yang minimal. 16 Bagian urusan pemerintahan yang dilaksanakan masing-masing tingkatan pemerintahan berdasarkan tiga kriteria tadi adalah sebagai berikut: 1. Pusat berwenang membuat norma, standar, prosedur, keuangan, supervisi, fasilitas, dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas nasional. 2. Provinsi berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas regional lintas kabupatenkota 3. Kabupatenkota berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas lokal dalam satu kabupatenkota 17

C. Prinsip-Prinsip Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah

16 Ibid., hlm. 171 17 Ibid., hlm. 172. 10 Dengan memperhatikan pengalaman penyelenggaraan Otonomi Daerah pada masa lampau yang menganut prinsip otonomi yang nyata dan bertagung jawab dengan penekanan pada otonomi yang lebih merupakan kewajiban daripada hak, maka dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 pemberian kewenangan otonomi kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota didasarkan pada asas desentralisasi saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Kewenangan otonomi luas adalah kekuasaan Daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Disamping itu, kekuasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi. Otonomi nyata adalah keleluasaan Daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup, dan berkembang di Daerah. Sedangkan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepala Daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh Daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar- Daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi untuk Daerah Propinsi diberikan secara terbatas yang meliputi kewenangan lintas Kabupaten dan Kota, dan kewenangan yang tidak atau belum dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, serta kewenangan bidang pemerintahan tertentu lainnya. 18 Atas dasar pemikiran diatas, berdasarkan penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, prinsip penyelenggaraan otonomi daerah adalah: 18Deddy Supriady Bratakusumsh dan Dadang Solihin, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm.3-4 11 1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah. 2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. 3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah dan daerah kota, sedangkan otonomi provinsi adalah otonomi yang terbatas. 4. Pelaksanaan otonomi harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. 5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah kabupaten dan derah kota tidak lagi wilayah administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah. 6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawasan, mempunyai fungsi anggaran atas penyelenggaraan otonomi daerah. 7. Pelaksanaan dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintah tertentu dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah. 8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya di pemerintah daerah dan daerah kepada desa yang disertai pembiayaan, sarana dan pra sarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan. 19 Perbandingan prinsip otonomi yang dianut oleh Indonesia: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Otonomi nyata dan bertanggung jawab Penjelasan Umum Romawi I huruf e. 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab Penjelasan Umum angka 1 huruf h. 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 19 http:oto-watcher.blogspot.co.id201306prinsip-otonomi-daerah.html , diakses pada Jumat, 1 April 2016 pukul 19.06 12 Otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini Penjelasan Umum angka 1 huruf b. 20 Prinsip-prinsip yang digunakan dalam otonomi daerah, yaitu: a. Prinsip otonomi seluas-luasnya, artinya daerah berwenang mengatur semua urusan pemerintahan yang ditetapkan Undang-undang misalnya selain bidang-bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiscal nasional, serta agama. b. Prinsip otonomi nyata adalah bahwa untuk menangani urusan pemerintahan, berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada serta berpotensi untuk hidup dan berkembangsesuai potensi serta kekhasan daerah. Prinsip otonomi bertanggung jawab adalah otonomi yang penyelenggaraannya benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi. 21

D. Asas-Asas Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah