Faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi politik

b. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial, masalah siapa yang berhak berpartisipasi dan dalam pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan dalam pola partisipasi politik. c. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern, ide demokratisasi partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru dan masyarakat sering berkembangnya modernisasi dan industrialisasi yang cukup matang. d. Konflik antar kelompok pemimpin politik, jika timbul konflik antar elit maka yang di cari adalah dukungan rakyat, terjadi perjuangan kelas antara para pesaing politik maka kelompok-kelompok politik mencari strategi untuk meraih dukungan masa. e. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktifitas pemerintah sering menyebabkan timbulnya tuntunan-tuntunan yang terorganisir akan kesempatan untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik. Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil bagian dalam sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian ikut serta tanpa ikut menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga berarti ikut serta dalam menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut. Syarat utama warga negara disebut berpartisipasi dalam kegiatan berbangsa, bernegara, dan berpemerintahan yaitu: ada rasa kesukarelaan tanpa paksaan, ada keterlibatan secara emosional, dan memeroleh manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari keterlibatannya. Berikut ini adalah beberapa defenisi partisipasi politik menurut para ahli juga disertai indikator-indikator partisipasi politik yang disajikan dalam tabel 4. Tabel 4. Beberapa Definisi Partisipasi Politik Sarjana Defenisi Indikator Samuel P. Huntington Joan M. Nelson 1984: 5 Partisipasi politik...kegiatan warga preman private citizen yang bertujuan memengaruhi pengambilan kebijakan oleh pemerintah. Berupa kegiatan bukan sikap-sikap dan kepercayaan; Memiliki tujuan memengaruhi kebijakan publik; dan Dilakukan warga negara preman biasa. Michael Rush Philip Althoff 2003: 23 Partisipasi politik adalah keterlibatan individu sampai macam-macam tingkatan di dalam sistem politik. Berwujud keterlibatan individu dalam sistem politik dan Memiliki tingkatan- tingkatan partisipasi. Herbert Mc Closky dalam Miriam 1994:183- 184 Partisipasi politik adalah kegiatan- kegiatan sukarela voluntary dari warga masyarakat melalui cara mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembuatan atau pembentukan kebijakan umum. Warga negara terlibat dalam proses politik. Miriam Budiarjo 1994: 183 Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yakni dengan cara memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah public policy. Berupa kegiatan individu atau kelompok dan Bertujuan ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, memilih pimpinan publik atau memengaruhi kebijakan publik. Ramlan Surbakti 1992: 140-141 Partisipasi politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau memengaruhi hidupnya. ... sesuai dengan istilah partisipasi, politik berarti keikutsertaan warga negara biasa yang tidak memunyai kewenangan dalam memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan. Keikutsertaan warga negara dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik dan Dilakukan oleh warga negara biasa. Sumber: Gatara, Said A.A Said, Dzulkiah Moh 2007 Berdasarkan pendapat para ahli pada tabel 4 dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat baik langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk memengaruhi kebijakan pemerintah yang menyangkut kepentingan masyarakat.

D. Konsep Pemilihan Kepala Desa 1. Definisi Tentang Desa

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah Desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, danatau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa memunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul, adat istiadat dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat dan melaksanakan bagian-bagian dari suatu urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh pemerintah kabupaten atau kota. Jadi untuk keperluan pengurusan masyarakat tersebut tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu memimpin jalannya pemerintahan desa.

2. Definisi Kepala Desa

Kepala Desa merupakan unsur terpenting yang harus ada dalam suatu sistem Pemerintahan Desa selain dari pada BPD. Kepala Desa merupakan pimpinan tertinggi dalam suatu desa yang dipilih langsung oleh masyarakat desa. Kepala desa memunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kepala desa adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa sebagai Pemimpin Pemerintahan Desa. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6 tahun 2015 tentang Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa, kepala desa memiliki masa jabatan selama enam tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Dan menjabat paling lama tiga kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

3. Syarat-syarat yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa

Perkembangannya pemilihan Kepala Desa juga diatur dalam Undang- Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6 tahun 2015 tentang Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang dijelaskan dalam Pasal 32 bahwasannya persyaratan untuk dapat dicalonkan sebagai kepala desa sebagai berikut: a. Warga negara republik Indonesia; b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta memertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; d. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat; e. Berusia paling rendah 25 tahun pada saat mendaftar; f. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa; g. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling kurang 1 satu tahun sebelum pendaftaran; h. Tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara; i. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memeroleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau lebih, kecuali lima tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang; j. Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah memunyai kekuatan hukum tetap; k. Berbadan sehat dan bebas narkoba; dan l. Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama tiga kali masa jabatan.

4. Syarat-syarat yang dapat memilih Kepala Desa

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014, dalam pasal 35 hanya dijelaskan bahwasannya Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa yang pada hari pemungutan suara Pemilihan Kepala Desa sudah berumur tujuh belas tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih. Sedangkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2015 tentang Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa pasal 39 menyebutkan bahwa untuk dapat menggunakan hak memilih dalam pemilihan, pemilih harus terdaftar sebagai pemilih. Pemilih sebagaimana dimaksud harus memenuhi syarat: a. Penduduk desa yang pada hari pemungutan suara pemilihan kepala desa sudah berumur 17 tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih; b. Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwaingatannya; c. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memeroleh kekuatan hukum tetap; dan d. Bedomisili di desa setempat sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk atau surat keterangan penduduk.