ANALISIS KEMENANGAN SUPAING DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

ANALISIS KEMENANGAN SUPAING DALAM PEMILIHAN

KEPALA DESA DI DESA CANDIMAS KECAMATAN NATAR

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Rizki Agung Mentari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF VICTORY SUPAING IN ELECTION OF VILLAGE HEADMAN CANDIMAS SUB-DISTRICT NATAR OF SOUTH LAMPUNG

REGENCY

By :

RIZKI AGUNG MENTARI

Implementation of the elections in the village Candimas party democracy in 2012 is to select appropriate candidates assume office as mayor, usually in voting is not easy to know who is going to win the political battle. But the democratic party in the village that happens is that the victory of a candidate named opposite Supaing has been predicted since the holding of the elections.

Additionally Pilkades Candimas village littered with elements of gambling money politics through practice that ironically conducted by the village heads including Supaing candidates who won the elections and to earn money in attracting capital where the mass of the officers involved in the provision of capital to the candidates come from various backgrounds and background different rear.

The purpose of this study to analyze the strategies Supaing victory on village elections in the village Candimas Perspective views of Sun Tzu. By using the descriptive method describes the state of the object or subject of study.


(3)

Results of this study explain that to gain the victory in a village election victory Supaing run strategy of Sun Tzu is the first perspective, Supaing know yourself through social capital, political, and its economy. Second, mapping Village area Candimas by Supaing with understanding rural conditions and their communities through social networking, mapping voter behavior, and communication media. Third, Supaing forming an alliance network of kinship support with various community leaders. Fourth, Supaing a religious leader whose character and a friendly attitude towards the villagers Candimas.


(4)

ABSTRAK

ANALISIS KEMENANGAN SUPAING

DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh :

RIZKI AGUNG MENTARI

Pelaksanaan pilkades di Desa Candimas tahun 2012 merupakan pesta demokrasi untuk memilih kandidat yang layak memangku jabatan sebagai Kepala Desa, lazimnya dalam pemungutan suara tidak mudah diketahui siapa yang akan memenangkan pertarungan politik tersebut. Namun pesta demokrasi di desa tersebut yang terjadi adalah yang sebaliknya kemenangan seorang kandidat bernama Supaing telah diprediksi sejak diselenggarakannya pilkades tersebut.

Selain itu pilkades Desa Candimas dikotori oleh unsur money politic melalui praktek perjudian yang ironisnya dilakukan oleh para kandidat kepala desa termasuk Supaing yang memenangkan pilkades tersebut untuk memperoleh modal uang dalam menjaring massa yang dimana oknum yang terlibat dalam pemberian modal kepada kandidat berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda.


(5)

Tujuan penelitian ini menganalisis strategi Supaing dalam meraih kemenangan pada pemilihan kepala desa di Desa Candimas dilihat dari Perspektif Sun Tzu. Metode yang digunakan adalah deskriptif pendekatan kualitatif dengan menggambarkan keadaan obyek atau subyek penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa strategi Supaing untuk memenangkan pemilihan kepala desa dilihat dari perspektif Sun Tzu adalah pertama, Supaing mengenal diri sendiri melalui modal sosial, politik, dan ekonomi yang dimilikinya. Kedua, pemetaan wilayah Desa Candimas oleh Supaing dengan pemahaman kondisi desa dan masyarakatnya melalui jaringan sosial, pemetaan prilaku pemilih, dan media komunikasi. Ketiga, Supaing membentuk jaringan aliansi dari dukungan kekerabatan dengan berbagai tokoh desa. Keempat, Supaing menjadi pemimpin berkarakter yang religius dan sikap yang ramah terhadap masyarakat desa Candimas.


(6)

(7)

(8)

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 10

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Kegunaan Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Strategi Memenangkan Kontestasi Ala Sun Tzu ... 11

1. Mengenal Diri Sendiri: kekuatan dan kelemahan diri sendiri ... 17

2. Mengenal Lawan: kekuatan dan kelemahan lawan ... 18

3. Mengenal Medan Pertempuran: seluk beluk masyarakat (pemilih) 18 4. Hindari Kekuatan Lawan dan serang kelemahannya ... 20

5. Gunakan Pengetahuan dan Teknik Mata-mata ... 21

6. Kecepatan dan Persiapan ... 21

7. Membentuk Jaringan Aliansi ... 22

8. Menjadi Seorang Pemimpin Berkarakter ... 22

B.Tinjauan Tentang Pemilihan Kepala Desa ... 23

1. Syarat-syarat Menjadi Kepala Desa ... 25

2. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa ... 26

3. Tahapan Pencalonan Kepala Desa ... 27

4. Tahapan Pemilihan Kepala Desa ... 28

5. Tata cara, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan No 06 Tahun 2006 ... 29


(10)

A.Jenis Penelitian ... 33

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

C.Fokus Penelitian ... 35

D.Penentuan Informan ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Pengolahan Data ... 39

G.Teknik Analisis Data ... 40

H.Teknik Keabsahan Data ... 41

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A.Gambaran Umum Desa Candimas ... 43

1. Letak Geografis ... 43

2. Keadaan Penduduk ... 43

3. Keadaan Ekonomi... 45

4. Struktur Organisasi Desa Candimas ... 46

B.Sejarah Pemilihan Kepala Desa Di Candimas ... 51

C.Dinamika Pemilihan Kepala Desa Di Candimas ... 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil... ... 57

1. Supaing Mengenal Diri Sendiri ... 58

2. Supaing Kurang Mengenal Lawan ... 62

3. Pemetaan Wilayah Desa Candimas Oleh Supaing ... 66

4. Supaing Tidak Menghindari Kekuatan Lawan Dan Tidak Menyerang Kelemahannya ... 71

5. Supaing Hanya Menggunakan Pengetahuan dan Tidak Menggunakan Teknik Mata-mata ... 73

6. Kurangnya Persiapan Supaing Menjalankan Strategi ... 75

7. Supaing Membentuk Jaringan Aliansi ... 77

8. Supaing Menjadi Pemimpin Berkarakter ... 80

B.Pembahasan ... 84

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 93

B.Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA


(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan Umum (pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (undang-undang nomor 8 tahun 2012 pasal 1).

Pemilihan umum dilakukan langsung oleh masyarakat untuk menentukan/memilih calon wakil rakyat yang nantinya akan menjadi penyalur aspirasi masyarakat dan melayani masyarakat, terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yang berkaitan satu dengan yang lainnya baik di DPD dan DPRD sampai ketingkat yang terkecil seperti desa. Desa merupakan tonggak dasar pembangunan, itu berarti pemerintah desa memiliki peran yang sangat penting dalam kemajuan dan perkembangan negara ini karena mereka yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(12)

Pernyataan tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa. Berdasarkan pernyataan di atas maka desa berhak menyelenggarakan urusan pemerintahan dan membentuk pemerintahan yang sesuai dengan pedoman pelaksanaan ketatanegaraan di Republik Indonesia yang berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Untuk melaksanakan pemerintahan di desa diperlukan adanya pimpinan penyelenggara pemerintahan yaitu Kepala Desa yang terpilih dari hasil pemilihan yang demokratis, jujur, dan adil oleh warga yang telah memiliki hak pilih. Pemilihan Kepala Desa (pilkades) sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005 ; Pilkades adalah suatu pemilihan kepala desa secara langsung oleh warga desa setempat.

Dalam pemilihan umum kepala desa, diperlukan strategi dan kecermatan (seperti persiapan dan perumusan konsep-konsep dan ide jangka panjang serta penerapan kebijakan dan kampanye pemilu) oleh masing-masing kandidat sebagai jalan untuk memenangkan pertarungan politik. Memenangkan suatu pemilihan kata kuncinya adalah strategi pemenangan yang diterapkan oleh kandidat. Strategi ini yang sesungguhnya menentukan seorang kandidat menang atau kalah dalam sebuah pemilihan umum. Strategi yang dimaksud disini adalah bagaimana cara atau jurus seorang kandidat dalam mengalahkan lawan-lawannya.

Para bakal calon kepala desa biasanya melaksanakan sosialisasi politik yang dilakukan jauh-jauh hari sebelum penyelenggaraan pemilihan kepala desa berlangsung kepada masyarakat/partisipan dengan berbagai cara yang


(13)

3

seringkali mengabaikan etika politik seperti adanya intrik-intrik teror dan politik uang.

Pada umumnya para calon kepala desa memiliki jaringan kekeluargaan yang sangat kuat, solid dan kompak serta bagi yang memiliki modal uang besar, paling memiliki potensi besar pula untuk memenangkan pemilihan kepala desa. Para bakal calon biasanya orang yang kuat secara politik dan ekonomi di desanya, sebagai modal menarik suara warga demi memperoleh suara pemilih terbanyak.

Ditinjau dari fenomena pemilihan kepala desa yang ada saat ini sering dilaksanakan di negeri kita bahwa pada dasarnya setiap pemilihan kepala desa di tiap-tiap desa memiliki tujuan yang sama, namun terkadang dalam pelaksanaanya ada yang berbeda satu dengan yang lainya, baik dari tatacara pelaksanaannya, tujuan dari masing-masing calon maupun cara memperoleh kemenangan atau memperoleh suara dalam pelaksanaan pemilihan yang dilaksanakan namun pada dasarnya adalah untuk menentukan seseorang yang pantas duduk menjadi seorang yang dipercaya di desa tersebut.

Ada kejadian di beberapa daerah yang dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa tidak sesuai dengan keinginan dan harapan kita sebagai negara yang menerapkan sistem pemerintahan demokrasi, terkadang ada ketidak adilan dan kejanggalan-kejanggalan dalam pemilihan kepala desa yang sering muncul di dalam pelaksanaan pemilihan. Seperti halnya fenomena pemilihan kepala desa yang ada di desa Candimas Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan yang telah dilaksanakan pada hari minggu tanggal 14


(14)

oktober 2012, bertempat di dusun Candimas 2 Gang Lumayan di Lapangan Volley Desa. Di dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa tersebut terdapat kejanggalan yang ditemukan baik dalam pelaksanaan maupun dalam memperoleh suara bagi para calon kepala desa.

Menurut informasi yang peneliti terima dari warga desa Candimas yang bernama Yoga, saat melakukan pra-riset di desa tersebut bahwa pemilihan kepala desa justru menjadi ajang perjudian dari kandidat calon dalam mencalonkan diri sebagai kepala desa. Pemilihan kepala desa yang terjadi di desa tersebut dikotori dengan perjudian yang dilakukan justru oleh para kandidat yang sedang mempertaruhkan dirinya sebagai calon kepala desa. Perjudian tersebut berperan dalam urusan menjaring suara masyarakat, dengan memberi modal uang kepada para kandidat calon kepala desa untuk memenuhi segala keperluan kampanye kandidat.

Hal tersebut biasa disebut politik uang atau money politic. Pemilihan kepala desa merupakan pesta demokrasi yang dimana tidak seorangpun akan mengetahui siapa yang akan memperoleh suara terbanyak dan berhasil duduk sebagai kepala desa, namun dikarenakan adanya permainan kekuatan modal uang oleh segelintir orang menjadikan pilkades tersebut mudah diketahui siapa calon yang akan berhasil sebagai pemenang pilkades dan memangku jabatan kepala desa. Di Desa Candimas merupakan contoh proses pemilihan kepala desa yang berlangsung seru dalam arena perpolitikannya. Hal ini disebabkan pada saat sebelum pelaksanaan pilkades, para calon kepala desa mencari dukungan modal dari berbagai pihak seperti pemilik modal


(15)

5

perjudian, untuk mendapat bantuan keuangan dalam pemenuhan kebutuhan kampanye mereka serta untuk mencari dukungan massa sebanyak-banyaknya dengan cara menjanjikan sesuatu kepada warga Candimas dengan me-lobby warga Desa Candimas.

Diketahui bahwa para masing-masing kandidat menggunakan cara atau strategi yang sama dalam berkampanye melalui pendekatan dan pengenalan diri kepada masyarakat melalui selebaran biografi atau profil diri sebagai calon kepala desa, banner, kostum, memberi bola untuk para pemuda desa, serta acara makan-makan bersama warga desa. Pilkades pada hari minggu tanggal 14 oktober 2012 yang lalu di Candimas, diikuti lima calon yang sama-sama belum pernah menjabat sebagai kepala desa. Mereka memiliki latar belakang baik pendidikan, status sosial, pekerjaan dan tujuan pencalonan yang berbeda-beda dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Data kandidat peserta pilkades Candimas.

Nama Kandidat Pekerjaan Modal Sosial Jaringan Sosial Acep dodi Pengusaha

angkutan kota

- Pegawai/Supir angkutan

Andri Suwardi Wiraswasta - Sekertaris desa

Indra Pemilik tempat penggilingan padi dan petani buah Semangka

- Petani desa candimas

M. Suparman Pegawai BPBD - -

Supaing Satpam Mantan Kepala dusun Candimas 2

Kadus 2, kadus 3, kadus 4, kadus 5,6,7,8,dan kadus 9.


(16)

Dilihat dari segi kehidupan sosial di masyarakat, Supaing adalah seorang kepala dusun di dusun Candimas induk 2, dan keempat kandidat lain adalah warga biasa dimasing-masing dusunnya yang diketahui desa Candimas terbagi dalam 9 dusun. Dalam pilkades tersebut dimenangkan oleh Supaing yang dimana sebelumnya menjabat sebagai kepala dusun Candimas 1, kini mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk menjabat sebagai kepala desa Candimas.

Tabel 2. Data perolehan suara dalam pilkades di Desa Candimas.

No Nama Calon Perolehan Suara Jumlah Suara yang tidak terpakai (golput) Jumlah Surat Suara Gugur Jumlah Mata Pilih 1 Acep Dodi

Saputra

262

2.103 43 7.584 2 Andri Suwardi 2.157

3 Indra 532 4 M. Suparman 257 5 Supaing 2.230 Jumlah 5438

Sumber : Hasil perolehan suara pilkades Desa Candimas, oktober 2012

Dari tabel perolehan suara tersebut terlihat bahwa Supaing memenangkan persaingan pilkades dengan jumlah suara 2.230 suara, dan diurutan kedua di peroleh oleh Andri Suwardi terpaut 73 suara, hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Supaing bisa memperoleh kemenangan menjadi kepala desa karena jika dilihat dari strategi kampanye masing-masing kandidat sama, tidak ada yang berbeda.

Apakah faktor yang mempengaruhi pilihan para pemilih bahwa figur Supaing yang sudah dikenal sebagai kepala dusun Candimas 2 sekaligus menjadi nilai tambah bagi keunggulan dalam pemilihan kepala desa atau karena Supaing didukung oleh kekuatan modal uang yang berasal dari pemilik modal


(17)

7

perjudian atau money politic yang menjadi tolak ukur kekuatan menjaring suara sebagai jaminan suksesnya Supaing?. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diperlukan suatu penelitian yang lebih mendalam.

Adapun penelitian terdahulu tentang pilkades yang membuat perbedaan dari penelitian ini antara lain, Arie Setiawan yang berjudul “Perilaku Golput Masyarakat Dalam Pilkades di desa Waringin, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu”, menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan konsep kausal variabel (hubungan sebab-akibat). Membahas tentang faktor penyebab masyarakat desa Waringin Barat tidak menggunakan hak pilihnya dalam pilkades tahun 2011.

Martha Leny Ronauli Panjaitan, penelitian berjudul “Budaya Paternialistik dalam Pilkades Desa Margadadi tahun 2007” dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan konsep Patron-client, yang dimana hubungan spesial antara dua pihak yang status ekonominya lebih tinggi memakai pengaruh dan resources untuk melindungi dan memberi manfaat pada status ekonomi yang lebih rendah, dan imbalan yang diberi oleh client dalam bentuk bantuan atau dukungan termasuk pelayanan kepada Patron. Meliyani Tika Dewi Lia dengan penelitian yang berjudul “Implementasi Nilai-nilai Demokrasi Dalam Pilkades” dengan konsep yang digunakan adalah penerapan nilai Demokrasi dalam pilkades.

Berdasarkan kondisi di atas penulis tertarik melakukan penelitian tentang strategi yang dilakukan oleh Supaing untuk memenangkan pemilihan kepala desa di desa Candimas tahun 2012 yang di analisis tidak menggunakan


(18)

strategi politik yang biasa digunakan dalam pemilihan umum, melainkan melalui strategi perang Sun Tzu, karena menurut peneliti pemilihan kepala desa dapat diibaratkan sebagai suatu kontestasi peperangan yang dimana dalam suatu kontes tersebut pemimpin perang membutuhkan pemetaan wilayah, mengetahui lawan perang/pesaing, jaringan massa/ prajurit perang, dan strategi/taktik sampai pelaksanaan strategi untuk mencapai atau memperoleh kemenangan.

Dalam konteks pemilihan kepala desa, calon kepala desa yang langsung berperan memimpin dan mengatur tim suksesnya untuk menjalankan strategi yang dibentuk untuk menjalin kedekatan dengan masyarakat/pemilih merumuskan program yang dibutuhkan masyarakat sehingga meraih kemenangannya. Dalam strategi Sun Tzu, terdapat pertimbangan sebelum ikut berperang atau bersaing, yaitu ; pertama, alasan moral yang dimana pemimpin harus memiliki persetujuan dan pendapat prajurit (tim sukses) dalam menentukan strategi serta kebijakan bagi masyarakat. Kedua, melihat kondisi/iklim atau waktu yang tepat dalam pelaksanaan strateginya. Ketiga, mampu mengendalikan para prajurit (tim sukses) dan menjamin kesejahteraan prajurit.

(http://cicaktersepit.blogspot.com/2012/03/sumbangan-nicolo-machiavelli-dan-sun.html)

Berbeda dengan strategi perang Genghis Khan seorang kaisar bangsa Mongol yang dimana dalam salah satu strategi perangnya yaitu Psy-War (perang psikologis) dalam berperang untuk memperoleh kekuasaan, Genghis Khan beserta prajurit perangnya menyebarkan teror kepada lawan perangnya serta


(19)

9

masyarakat diwilayah tersebut untuk menyerah dan memberikan upeti atau wilayah tempat mereka menjadi tidak aman, dalam konteks pemilihan kepala desa, peneliti melihat strategi tersebut bertolak belakang dengan sistem demokrasi pemilihan kepala desa, apabila salah satu kandidat menggunakan intrik teror yang disebar melalui tim suksesnya demi memperoleh kekuasaan sebagai kepala desa (http://cecep1986.blogspot.com/2013/02/strategi-perang-genghis-khan.html).

Berdasarkan hal tersebut penulis berpendapat bahwa strategi Sun Tzu bisa digunakan sebagai salah satu model strategi yang digunakan oleh masing-masing kandidat untuk memenangkan suatu persaingan dalam hal ini pemilihan kepala desa.


(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis paparkan dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana Strategi Kemenangan Supaing Dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari Perspektif Sun Tzu ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi kemenangan Supaing dalam pemilihan kepala desa di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari Perspektif Sun Tzu.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara akademis, dari penelitian ini menambah informasi mengenai strategi pemenangan dalam pemilihan kepala desa .

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang strategi apa yang dapat digunakan kandidat dalam pemilihan kepala desa.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi Memenangkan Kontestasi Ala Sun Tzu

Sun Tzu adalah seorang jenderal militer dari Cina pada zaman Sebelum

Masehi. Dalam buku “The Art of War” bagi Sun Tzu perang sudah menjadi seni, seni perang dan bukan lagi menjadi suatu teori yang hanya ada di dalam buku, tapi sudah diaplikasikan dalam setiap peperangan yang dimenangkannya. The Art of War yang terdiri dari 7000 aksara pada kira-kira tahun 500 sebelum Masehi. The Art of War salah satu buku yang ditulis pada

bilah-bilah bambu, karya yang diakui ini telah meraih reputasi internasional

sebagai intisari strategi meraih kemenangan.

Berikut adalah 36 ayat yang terdapat dalam buku seni perang ala Sun Tzu yang diresume menjadi acuan dalam penelitian ini (Hou Wee:2003) :

Strategi 1 Perdaya Langit untuk melewati Samudera. Bergerak di kegelapan dan bayang-bayang, menggunakan tempat-tempat tersembunyi, atau bersembunyi di belakang layar hanya akan menarik kecurigaan. Untuk memperlemah pertahanan musuh anda harus bertindak di tempat terbuka menyembunyikan maksud tersembunyi anda dengan aktivitas biasa sehari-hari.

Strategi 2 Kepung Wei untuk menyelamatkan Zhao. Ketika musuh terlalu kuat untuk diserang, seranglah sesuatu yang berharga yang dimilikinya. Ketahui bahwa musuh tidak selalu kuat di semua hal. Entah dimana, pasti ada celah di antara senjatanya, kelemahan pasti dapat diserang. Dengan kata lain, anda dapat menyerang sesuatu yang berhubungan atau dianggap berharga oleh musuh untuk melemahkannya secara psikologis.


(22)

Strategi 3 Pinjam tangan seseorang untuk membunuh (Bunuh dengan pisau pinjaman). Serang dengan menggunakan kekuatan pihak lain (karena kekuatan yang minim atau tidak ingin menggunakan kekuatan sendiri). Perdaya sekutu untuk menyerang musuh, sogok aparat musuh untuk menjadi pengkhianat, atau gunakan kekuatan musuh untuk melawan dirinya sendiri.

Strategi 4 Buat musuh kelelahan sambil menghemat tenaga.adalah sebuah keuntungan, merencanakan waktu dan tempat pertempuran. Dengan cara ini, anda akan tahu kapan dan di mana pertempuran akan berlangsung, sementara musuh anda tidak. Dorong musuh anda untuk menggunakan tenaga secara sia-sia sambil anda mengumpulkan/menghemat tenaga. Saat ia lelah dan bingung, anda dapat menyerangnya.

Strategi 5 Gunakan kesempatan saat terjadi kebakaran untuk merampok lainnya (Merampok sebuah rumah yang terbakar). Saat sebuah negara mengalami konflik internal, ketika terjangkit penyakit dan kelaparan, ketika korupsi dan kejahatan merajalela, maka ia tidak akan bisa menghadapi ancaman dari luar. Inilah waktunya untuk menyerang.

Strategi 6 Berpura-pura menyerang dari timur dan menyeranglah dari barat. Pada tiap pertempuran, elemen dari sebuah kejutan dapat menghasilkan keuntungan ganda. Bahkan ketika berhadapan langsung dengan musuh, kejutan masih dapat digunakan dengan melakukan penyerangan saat mereka lengah. Untuk melakukannya, anda harus membuat perkiraan akan apa yang ada dalam benak musuh melalui sebuah tipu daya.

Strategi 7 Buatlah sesuatu untuk hal kosong. Anda menggunakan tipu daya yang sama dua kali. Setelah breaksi terhadap tipuan pertama dan biasanya kedua, musuh akan ragu-ragu untuk bereaksi pada tipuan yang ketiga. Oleh karenanya, tipuan ketiga adalah serangan sebenarnya untuk menangkap musuh saat pertahanannya lemah.

Strategi 8 Secara rahasia pergunakan lintasan Chen Chang (Perbaiki jalan utama untuk mengambil jalan lain). Serang musuh dengan dua kekuatan konvergen. Yang pertama adalah serangan langsung, sesuatu yang sangat jelas dan membuat musuh mempersiapkan pertahanannya. Yang kedua secara tidak langsung, sebuah serangan yang menakutkan, musuh tidak mengira dan membagi kekuatannya sehingga pada saat-saat terakhir mengalami kebingungan dan kemalangan.

Strategi 9 Pantau api yang terbakar sepanjang sungai. Tunda untuk memasuki wilayah pertempuran sampai seluruh pihak yang bertikai mengalami kelelahan akibat pertempuran yang terjadi antar mereka. Kemudian serang dengan kekuatan penuh dan habiskan.


(23)

13

Strategi 10 Pisau tersarung dalam senyum. Puji dan jilat musuh anda. Ketika anda mendapat kepercayaan darinya, anda bergerak melawannya secara rahasia.

Strategi 11 Pohon prem berkorban untuk pohon persik (Mengorbankan perak untuk mempertahankan emas). Ada suatu keadaan dimana anda harus mengorbankan tujuan jangka pendek untuk mendapatkan tujuan jangka panjang. Ini adalah strategi kambing hitam dimana seseorang akan dikorbankan untuk menyelamatkan yang lain.

Strategi 12 Mencuri kambing sepanjang perjalanan (Ambil kesempatan untuk mencuri kambing). Sementara tetap berpegang pada rencana, anda harus cukup fleksibel untuk mengambil keuntungan dari tiap kesempatan yang ada sekecil apapun.

Strategi 13 Kagetkan ular dengan memukul rumput di sekitarnya. Ketika anda tidak mengetahui rencana lawan secara jelas, serang dan pelajari reaksi lawan. Perilakunya akan membongkar strateginya.

Strategi 14 Pinjam mayat orang lain untuk menghidupkan kembali jiwanya (Menghidupkan kembali orang mati) Ambil sebuah lembaga, teknologi, atau sebuah metode yang telah dilupakan atau tidak digunakan lagi dan gunakan untuk kepentingan diri sendiri. Hidupkan kembali sesuatu dari masa lalu dengan memberinya tujuan baru atau terjemahkan kembali, dan bawa ide-ide lama, kebiasaan, dan tradisi ke kehidupan sehari-hari.

Strategi 15 Giring macan untuk meninggalkan sarangnya. Jangan pernah menyerang secara langsung musuh yang memiliki keunggulan akibat posisinya yang baik. Giring mereka untuk meninggalkan sarangnya sehingga mereka akan terjauh dari sumber kekuatannya

Strategi 16 Pada saat menangkap, lepaslah satu orang. Mangsa yang tersudut biasanya akan menyerang secara membabi buta. gah hal ini, biarkan musuh percaya bahwa masih ada kesempatan untuk bebas. Hasrat mereka untuk menyerang akan teredam dengan keinginan untuk melarikan diri. Ketika pada akhirnya kebebasan yang mereka inginkan tersebut tak terbukti, moral musuh akan jatuh dan mereka akan menyerah tanpa perlawanan.

Strategi 17 Melempar Batu Bata untuk mendapatkan Giok. Persiapkan sebuah jebakan dan perdaya musuh anda dengan umpan. Dalam perang, umpan adalah ilusi atas sebuah kesempatan untuk memperoleh hasil. Dalam keseharian, umpan adalah ilusi atas kekayaan, kekuasaan, dan sex. Strategi 18 Kalahkan musuh dengan menangkap pemimpinnya. Jika tentara musuh kuat tetapi dipimpin oleh komandan yang mengandalkan uang dan ancaman, maka ambil pemimpinnya. Jika komandan mati atau


(24)

tertangkap maka sisa pasukannya akan terpecah belah atau akan lari ke pihak anda. Akan tetapi jika pasukan terikat atas sebuah loyalitas terhadap pimpinannya, maka berhati-hatilah, pasukan akan dapat melanjutkan perlawanan dengan motivasi balas dendam.

Strategi 19 Jauhkan kayu bakar dari tungku masak (Lepaskan pegangan kayu dari kapaknya) Ketika berhadapan dengan musuh yang sangat kuat untuk menghadapinya secara langsung anda harus melemahkannya dengan meruntuhkan pondasinya dan menyerang sumberdayanya.

Strategi 20 Memancing di air keruh. Sebelum menghadapi pasukan musuh, buatlah sebuah kekacauan untuk memperlemah persepsi dan pertimbangan mereka. Buatlah sesuatu yang tidak biasa, aneh, dan tak terpikirkan sehingga menimbulkan kecurigaan musuh dan mengacaukan pikirannya. Musuh yang bingung akan lebih mudah untuk diserang.

Strategi 21 Lepaskan kulit serangga (Penampakan yang salah menipu musuh). Ketika anda dalam keadaan tersudut, dan anda hanya memiliki kesempatan untuk melarikan diri dan harus mengonsolidasi kelompok, buatlah sebuah ilusi. Sementara perhatian musuh terfokus atas muslihat yang anda lakukan, pindahkan pasukan anda secara rahasia di belakang muka anda yang terlihat.

Strategi 22 Tutup pintu untuk menangkap pencuri. Jika anda memiliki kesempatan untuk menangkap seluruh musuh maka lakukanlah, sehingga dengan demikian pertempuran akan segera berakhir. Membiarkan musuh untuk lepas akan menanam bibit dari konflik baru. Akan tetapi jika mereka berhasil melarikan diri, berhati-hatilah dalam melakukan pengejaran. Strategi 23 Berteman dengan negara jauh dan serang negara tetangga. Jamak diketahui bahwa negara yang berbatasan satu sama lain menjadi musuh sementara negara yang terpisah jauh merupakan sekutu yang baik. Ketika anda adalah yang terkuat di sebuah wilayah, ancaman terbesar adalah dari terkuat kedua di wilayah tersebut, bukan dari yang terkuat di wilayah lain

Strategi 24 Cari lintasan aman untuk menjajah Kerajaan Guo. Pinjam sumberdaya sekutu untuk menyerang musuh bersama. Sesudah musuh dikalahkan, gunakan sumberdaya tersebut untuk menempatkan sekutu anda pada posisi pertama untuk diserang.

Strategy 25 Gantikan balok dengan kayu jelek. Kacaukan formasi musuh, ganggu metode operasinya, ubah aturan-aturan yang digunakannya, buatlah sebuah hal yang berlawanan dengan latihan standarnya. Dengan cara ini anda telah meruntuhkan tiang-tiang pendukung yang dibutuhkan oleh musuh dalam membangun pasukan yang efektif.


(25)

15

Strategi 26 Lihat pada pohon murbei dan ganggu ulatnya. Untuk mendisiplinkan, mengontrol, dan mengingatkan suatu pihak yang status atau posisinya di luar konfrontasi langsung; gunakan analogi atau sindiran. Tanpa langsung menyebut nama, pihak yang tertuduh tidak akan dapat memukul balik tanpa keberpihakan yang jelas.

Strategi 27 Pura-pura menjadi seekor babi untuk memakan macan (Bergaya bodoh). Sembunyi di balik topeng ketololan, mabuk, atau gila untuk menciptakan kebingungan atas tujuan dan motivasi anda. Giring lawan anda ke dalam sikap meremehkan kemampuan anda sampai pada akhirnya terlalu yakin akan diri sendiri sehingga menurunkan level pertahanannya. Pada situasi ini anda dapat menyerangnya.

Strategi 28 Jauhkan tangga ketika musuh telah sampai di atas (Seberangi sungai dan hancurkan jembatan). Dengan umpan dan tipu muslihat giring musuh anda ke dalam daerah berbahaya. Kemudian putus jalur komunikasi dan jalan untuk melarikan diri. Untuk menyelamatkan dirinya, dia harus bertarung dengan kekuatan anda dan sekaligus elemen alam.

Strategi 29 Hias pohon dengan bunga palsu. Menempelkan kembang sutera di atas pohon memberikan sebuah ilusi bahwa pohon tersebut sehat. Dengan menggunakan muslihat dan penyamaran akan membuat sesuatu yang tak berarti tampak berharga; tak mengancam kelihatan berbahaya; bukan apa-apa kelihatan berguna.

Strategi 30 Buat tuan rumah dan tamu bertukar tempat. Kalahkan musuh dari dalam dengan menyusup ke dalam benteng lawan di bawah muslihat kerjasama, penyerahan diri, atau perjanjian damai. Dengan cara ini anda akan menemukan kelemahan dan kemudian saat pasukan musuh sedang beristirahat, serang secara langsung ke jantung pertahanannya

Strategi 31 Jebakan indah (jebakan bujuk rayu, gunakan seorang perempuan untuk menjebak seorang laki-laki). Kirim musuh anda perempuan-perempuan cantik yang akan menyebabkan perselisihan di basis pertahanannya. Strategi ini dapat bekerja pada tiga tingkatan. Pertama, penguasa akan terpesona oleh kecantikannya sehingga akan melalaikan tugasnya dan tingkat kewaspadaannya akan menurun. Kedua, para laki-laki akan menunjukkan sikap agresifnya yang akan menyulut perselisihan kecil di antara mereka, menyebabkan lemahnya kerjasama dan jatuhnya semangat. Ketiga, para perempuan akan termotivasi oleh rasa cemburu dan iri, sehingga akan membuat intrik yang pada gilirannya akan semakin memperburuk situasi.

Strategi 32 Kosongkan benteng (Jebakan psikologis, benteng yang kosong akan membuat musuh berpikir bahwa benteng tersebut penuh dengan jebakan ). Ketika musuh kuat dalam segi jumlah dan situasinya tidak menuntungkan bagi diri anda, maka tanggalkan seluruh muslihat militer dan bertindaklah seperti biasa. Jika musuh tidak mengetahui secara pasti


(26)

situasi anda, tindakan yang tidak biasanya ini akan meningkatkan kewaspadaan. Dengan sebuah keberuntungan, musuh akan mengendorkan serangan.

Strategi 33 Biarkan mata-mata musuh menyebarkan konflik di wilayah pertahanannya (Gunakan mata-mata musuh untuk menyebarkan informasi palsu) Perlemah kemampuan tempur musuh anda dengan secara diam-diam membuat konflik antara musuh dan teman, sekutu, penasihat, komandan, prajurit, dan rakyatnya. Sementara ia sibuk untuk menyelesaikan konflik internalnya, kemampuan tempur dan bertahannya akan melemah.

Strategi 34 Lukai diri sendiri untuk mendapatkan kepercayaan musuh (Masuk pada jebakan, jadilah umpan). Berpura-pura terluka akan mengakibatkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, musuh akan bersantai sejenak oleh karena dia tidak melihat anda sebagai sebuah ancaman serius. Yang kedua adalah jalan untuk menjilat musuh anda dengan berpura-pura luka oleh sebab musuh merasa aman.

Strategi 35 Ikat seluruh kapal musuh secara bersamaan (Jangan pernah bergantung pada satu strategi) Dalam hal-hal penting, seseorang harus menggunakan beberapa strategi yang dijalankan secara simultan. Tetap berpegang pada rencana berbeda-beda yang dijalankan pada sebuah skema besar, dengan cara ini jika satu strategi gagal, anda masih memiliki beberapa strategi untuk tetap maju.

Strategi 36 Selain dari semua hal di atas, salah satu yang paling dikenal adalah strategi ke 36 : lari untuk bertempur di lain waktu. Hal ini diabadikan dalam bentuk peribahasa Cina: “Jika seluruhnya gagal,

mundur” Jika keadaannya jelas bahwa seluruh rencana aksi anda akan mengalami kegagalan, mundurlah dan konsolidasi pasukan. Ketika pihak anda mengalami kekalahan hanya ada tiga pilihan: menyerah, kompromi, atau melarikan diri. Menyerah adalah kekalahan total, kompromi adalah setengah kalah, tapi melarikan diri bukanlah sebuah kekalahan. Selama anda tidak kalah, anda masih memiliki sebuah kesempatan untuk menang. (http://all-mistery.blogspot.com/2010/07/36-strategi-perang-ala-sun-tzu.html )

Dari 36 strategi tersebut terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan dalam memperoleh kemenangan pilkades yang kemudian peneliti meringkasnya kedalam bahasa yang sederhana agar lebih mempermudah pembaca dalam memahami isi strategi tersebut. Dalam sebuah filosofi, Sun


(27)

17

pasti ada di tangan. Kenali medan pertempuran, kenali iklim; maka kemenangan akan sempurna”. Berdasarkan filosofi dan strategi Sun Tzu tersebut, terdapat beberapa Strategi Kontestasi ala Sun Tzu yang penulis simpulkan menjadi 8 strategi memenangkan kontestasi dalam konteks pemilihan kepala desa dan digunakan sebagai analisis kemenangan Supaing di Desa Candimas kedelapan strategi tersebut yang disesuaikan pada penelitian ini antara lain :

1. Mengenal diri sendiri : kekuatan dan kelemahan diri sendiri

Mengenal diri sendiri adalah pemetaan berbagai hal yang menyangkut diri pribadi kandidat. Disini seorang kandidat dituntut untuk mengerti benar apa kelebihan dan apa kekurangan dari dirinya. Seberapa besar tingkat popularitas dirinya dan pesaing-pesaingnya. Di daerah mana (desa) dirinya mendapat dukungan dan seberapa besar dukungannya. Kelebihan apa saja yang dia miliki dan tidak milikinya, misalnya ;

a. modal politik b. modal sosial

c. modal ekonomi dan lain sebagainya.

Dengan memahami kekurangan atau kelemahan dirinya, kandidat tentunya berusaha untuk menutupinya. Dan dengan memahami kelebihan

atau kekuatanya, kandidat tahu betul apa yang harus ia ”jual” kepada


(28)

2. Mengenal lawan: kekuatan dan kelemahan lawan

Mengenal Lawan adalah berbagai informasi tentang kekuatan dan kelemahan lawan-lawan. Dalam konteks Pilkades, kandidat dituntut untuk melakukan pemetaan terhadap siapa-siapa yang bakal menjadi rivalnya. Pemetaan semacam ini idealnya dilakukan jauh-jauh hari sebelum Pilkades dan dilakukan beberapa kali menjelang Pilkades. Pemetaaan tentang diri lawan ini tidak hanya menyangkut siapa-siapa yang bakal menjadi pesaing tetapi juga menyangkut kelebihan dan kelemahan masing-masing. Di daerah mana kandidat harus berkonsentrasi penuh dan mengambil suara di basis pesaing.

a. Memiliki data tentang siapa kandidat pesaing anda ?, dimana basis dukungan dari masing-masing pesaing.

b. Menentukan langkah-langkah yang diperlukan, misalnya menentukan siapa yang kemungkinan bisa diajak berkoalisi dan siapa rival yang paling berat.

3. Mengenal medan pertempuran: seluk beluk masyarakat (pemilih) Dengan mengenali medan pertempuran, kita bisa menentukan langkah-langkah strategis apa yang perlu diambil. Misalnya, menentukan jenis pasukan yang dibutuhkan, formasi gerakan pasukan hingga jenis senjata yang dibutuhkan. Dalam konteks Pilkades, medan pertempuran diartikan sebagai kondisi kontemporer sosial politik masyarakat di wilayah Pilkades. Disini kandidat harus memahami betul karakteristik perilaku pemilih. Misalnya pemahaman tentang kecenderungan pemilih terhadap money politik, sentimen kesukuan dan lain sebagainya. Secara umum,


(29)

19

peta sosial politik masyarakat yang harus dipahami oleh kandidat ada tiga yaitu:

a. Peta jaringan sosial

Peta jaringan sosial menyangkut keberadaan organisasi sosial, keagamaan, kepemudaan, kekerabatan dan birokrasi yang berpengaruh di wilayah tersebut. Pemetaan jaringan ini sangat bermanfaat bagi kandidat untuk membangun mesin mobilisasi yang efektif. Dengan mengetahui peta jaringan sosial yang berpengaruh, kandidat bisa menentukan ikatan atau organisasi sosial apa yang bisa dijadikan mesin mobilisasi suara. Organisasi sosial berpengaruh disini bisa diartikan sebagai organisasi yang memiliki jumlah anggota yang besar atau luas. Artinya bila pemilih di wilayah tersebut 50%nya adalah anggota dari suatu organisasi sosial maka orang yang bisa menguasi organisasi tersebut maka sudah bisa dikatakan diatas kertas akan memenangkan Pilkades.

b. Peta perilaku pemilih

Peta perilaku pemilih adalah menyangkut bagaimana perilaku, sikap dan pendapat masyarakat di wilayah ini. Dengan pemetaan perilaku politik pemilih, kandidat juga bisa mengetahui secara detail bagaimana perilaku politik masyarakat, termasuk didalamnya pendapat masyarakat tentang diri kandidat dan pesaing-pesaingnya. Peta perilaku pemilih ini akan mengungkap perbedaan perilaku pemilih berdasarkan wilayah, segmen sosial, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, afiliasi ormas, dan sebagainya.


(30)

c. Peta media komunikasi

Peta media komunikasi adalah menyangkut data-data media komunikasi apa yang paling efektif mempengaruhi masyarakat di wilayah desa tersebut. Media komunikasi yang dimaksud disini tentunya menyangkut semua jenis dan bentuk media komunikasi. Mulai dari media luar ruang (spanduk, baliho, poster dan sebagainya), souvenir, media cetak, radio, televisi, tatap muka (dari mulut ke mulut), telepon genggam, internet, multimedia, hingga media komunikasi tradisional (seperti wayang kulit dan jatilan dan lainya). Tentu di suatu wilayah tidak semua media komunikasi digunakan dan kandidat tidak perlu menggunakan semua media komunikasi yang ada. Dengan adanya peta media komunikasi ini, kandidat menjadi bisa menentukan media komunikasi apa yang harus digunakan dan siapa yang menjadi sasarannya.

4. Hindari Kekuatan Lawan Dan Serang Kelemahannya

Sun Tzu mengarahkan kita fokus pada kelemahan kompetitor, yang bakal memaksimalkan profit karena dapat meminimalkan sumber daya yang

digunakan. “Pasukan itu ibarat air. Agar bisa mengalir, dia harus menghindari tempat tinggi dan mencari tempat rendah. Makanya,

hindarilah kekuatan dan seranglah kelemahan lawan,” demikianlah petuah

Sun Tzu. Dalam strategi ini kandidat harus bisa Mencari peluang atau titik kelemahan pesaing, agar bisa menjalankan strategi selanjutnya.


(31)

21

5. Gunakan Pengetahuan dan Teknik Mata-mata

Petuah Sun Tzu yang sangat terkenal: “Kenalilah musuhmu dan kenalilah dirimu, niscaya Anda akan berjaya dalam ratusan pertempuran.” Agar bisa

tahu dan mengeksploitasi kelemahan pesaing, butuh pemahaman mendalam tentang strategi, kapabilitas, pemikiran, dan hasrat para pemimpinnya. Suatu perhitungan akan membuahkan hasil kemenangan bila kita mempunyai informasi yang tepat waktu, relevan, dan akurat. a. Menentukan waktu kampanye yang tepat, tidak bertabrakan dengan

kampanye dari kandidat lain.

b. Memiliki mata-mata di kandidat lain.

Strategi ini efektif untuk mengetahui gerakan lawan dan membaca strategi lawan sehingga memudahkan pengguna strategi ini menjalankan strategi selanjutnya.

6. Kecepatan Dan Persiapan

Sun Tzu menyatakan bahwa kita harus mampu bertindak dengan

kecepatan tinggi. “Bersandar apa adanya tanpa persiapan merupakan

kejahatan terbesar, persiapan terhadap kemungkinan yang muncul adalah

kebijakan terbesar”. Bergerak dengan cepat bukan berarti mengerjakan secara tergesa-gesa.

Sun Tzu juga mengatakan “bahwa pasukan yang datang terlebih dahulu

akan memproleh kemenangan yang lebih besar dibanding dengan pasukan yang datang tergesa-gesa”. Dalam strategi ini kandidat berkoordinasi dengan tim Kampanye untuk mempercepat aksi menarik simpati


(32)

masyarakat, dan menyiapkan apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk pembangunan di daerahnya.

7. Membentuk Jaringan Aliansi

Mereka yang ahli adalah mereka yang menggiring lawan menuju medan

pertempuran dan bukan sebaliknya,” kata Sun Tzu. Menurut Sun Tzu,

membangun jaringan aliansi yang kuat merupakan cara untuk membendung gerakan aktraktif lawan. Kandidat yang Tim Kampanye yang solid, akan membantunya dalam menjaring massa, mengumpulkan, pendekatan dengan massa / tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh di daerah tersebut.

8. Memiliki Seorang pemimpin Berkarakter

“Bila pemimpin memperlakukan orang dengan kebajikan, keadilan, dan

kebenaran, serta mengangkat rasa percaya diri mereka; semua pasukannya

akan satu pikiran dan senang melayani.” Sun Tzu menggambarkan beberapa ciri dari seorang leader yang baik. Seorang pemimpin harus bijak, tulus, ramah, berani, dan tegas. Pemimpin juga mesti selalu memberikan contoh pada bawahannya. “Dalam perang sekarang, terdapat seratus perubahan pada setiap langkahnya. Bila seseorang yakin ia mampu,

ia maju; bila ia menganggapnya sulit, ia bakal tertinggal”.

Sun Tzu sangat memperhatikan kedisiplinan dan kepemimpinan, ia

menyatakan “jika kata-kata perintah yang diberikan tidak jelas dan perintah tidak dipahami sepenuhnya, maka yang salah adalah


(33)

23

panglimanya, namun jika perintah yang diberikan sudah jelas tapi para

perajurit tidak mematuhinya maka yang salah adalah pemimpin” dari

pernyataan tersebut jelas bahwa Sun Tzu sangat mengutamakan kebijakan pemimpin dan kedisipilinan bagi seluruh bawahannya untuk menaati akan tetapi di sisi yang lain Sun Tzu menyatakan bahwa “petarung yang handal akan mempertimbangkan pengaruh energi gabungan, dan tidak terlalu

banyak meminta dari pasukannya”.dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa Sun Tzu memperhatikan komunikasi dua arah antara pemimpin dengan bawahannya.

B. Tinjauan Tentang Pemilihan Kepala Desa

Pemilihan Kepala Desa atau seringkali disingkat Pilkades adalah suatu pemilihan kepala desa secara langsung oleh warga desa setempat. Berbeda dengan Lurah yang merupakan Pegawai Negeri Sipil, Kepala Desa merupakan jabatan yang dapat diduduki oleh warga biasa. Pilkades dilakukan dengan mencoblos tanda gambar Calon Kepala Desa. Pilkades telah ada jauh sebelum era Pilkada Langsung.

Akhir-akhir ini ada kecenderungan pilkades dilakukan secara serentak dalam satu kabupaten, yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah. Hal ini dilakukan agar pelaksanaannya lebih efektif, efisien, dan lebih terkoordinasi dari sisi keamanan. Pemilihan kepala desa yang dilakukan di dalam desa yang bersangkutan, kecuali jika ada alasan yang sah yang tidak memungkinkan pemilihan dilakukan didesa yang bersangkutan.


(34)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa pasal 1 ayat :

(6) Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(7) Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. (8) Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Penyelenggaraan pemilihan kepala desa memiliki proses-proses sebagai berikut :

1. BPD memproses pemilihan kepala desa, paling lama 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan kepala desa.

2. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat; Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil; Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap pencalonan dan tahap pemilihan; Kepala desa menjabat maksimal dua kali

3. Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk Panitia Pemilihan yang terdiri dari unsur perangkat desa, pengurus lembaga kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat.Panitia pemilihan melakukan pemeriksaan identitas bakal calon berdasarkan persyaratan yang ditentukan, melaksanakan peinungutan suara, dan melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada BPD.

4. Panitia pemilihan melaksanakan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala Desa sesuai persyaratan; Bakal Calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan.

5. Calon Kepala Desa yang berhak dipilih diumumkan kepada masyarakat ditempat-tempat yang terbuka sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

6. Calon Kepala Desa dapat, melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat; Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan dukungan suara terbanyak; Panitia Pemilihan Kepala Desa melaporkan hash pemilihan Kepala Desa kepada BPD; Calon Kepala Desa Terpilih sebagaimana dirnaksud pada ayat; ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan Laporan dan Berita Acara Pemilihan dari Panitia Pemilihan.


(35)

25

7. Calon Kepala Desa Terpilih disampaikan oleh BPD kepada Bupati/Walikota melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa Terpilih.

8. Bupati/Walikota menerbitkan Keputusan Bupati/ Walikota tentang Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa Terpilih paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPD.

9. Kepala Desa Terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal penerbitan keputusan Bupati/Walikota. 10. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.( http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_kepala_desa)

1. Syarat-syarat menjadi Kepala Desa

Pemilihan calon kepala desa, dengan persyaratan yang diatur dalam PP No. 72 Tahun 2005 ayat 4 pasal 44 sebagai berikut :

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Pemerintah;

3. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan/atau sederajat;

4. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun; 5. Bersedia dicalonkan menjadi kepala desa;

6. Penduduk desa setempat;

7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun;

8. Tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

9. Belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa paling lama 10 (sepuluh) tahun atau dua kali masa jabatan.

10. Memenuhi syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;Usia minimal kepala desa adalah 25 tahun, dan kepala desa haruslah berpendidikan paling rendah SMP.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan No.6 Tahun 2006 pasal 8, syarat menjadi kepala desa yaitu :

1. yang dapat dipilih menjadi kepala desa adalah pendudukan desa warga negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan:

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintahan Republik Indonesia.

c. Tidak pernah terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang menghianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.


(36)

d. Berpendidikan sekurang kurangnya sekolah lanjut tingkat pertama atau sederajat.

e. Berumur sekurang kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun. f. Sehat jasmani dan rohani.

g. Berkelakuan baik, jujur dan adil cerdas, mampu,berwibawa dan tidak tercela.

h. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun.

i. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

j. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di desa setempat. k. Bersedia dicalonkan menjadi kepala desa.

l. Memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadat yang diatur dalam peraturan Daerah.

2. Calon kepala desa telah bertempat tinggal atau berdomisili di desa 2 (dua) tahun berturut turut dengan menunjukkan KK dan KTP.

3. Belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa paling lama 10 (sepuluh) tahun atau dua kali masa jabatan.

4. Calon Kepala Desa yang menjabat sebagai pengurus dan atau Anggota Lembaga /Badan desa, harus mengundurkan diri terlebih dahulu dari kepengurusan atau keanggotaan Lembaga/Badan Desa tersebut.

5. Pegawai Negeri yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, juga harus memiliki surat keterangan persetujuan dari Pejabat yang berwenang kecuali jika ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan.

6. Pegawai Negeri Guru tidak diperkenankan untuk menjadi bakal calon Desa dan Kepala Desa.

7. Bagi Calon Kepala Desa yang terpilih dan diangkat Kepala Desa terhitung mulai tanggal pelantikan sebagai Kepala Desa harus bertempat tinggal di desa yang bersangkutan.

2. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa

Prinsip-prinsip pelaksanaan pemilihan kepala desa berdasarkan pasal 46 PP No. 72 Tahun 2005 adalah :

1. Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi persyaratan.

2. Pemilihan kepala desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil

3. Pemilihan kepala desa dilaksanakan melalui tahap pencalonan dan tahap pemilihan.


(37)

27

3. Tahapan Pencalonan Kepala Desa

Tahap pencalonan panitia melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Mengumumkan kepada masyarakat desa tentang akan diadakanya

pemilihan kepala desa.

2. Melakukan pendaftaran pemilih terhadap warga desa.

3. Mengumumkan kepada warga desa tentang pendaftaran bakal calon kepala desa.

4. Menyusun jadwal penyelenggaraan pemilihan kepala desa sesuai tahapan pemilihan.

5. Menyusun rencana biaya penyelenggaraan pemilihan kepala desa dan mengajukannya kepada BPD.

6. Merancang tempat pemungutan suara.

7. Mempersiapkan administrasi penyelenggaraan pemilihan kepala desa. 8. Menerima pendaftaran bakal calon kepala desa.

9. Melaksanakan penjaringan dan penyaringan bakal calon kepala desa sesuai persyaratan.

10. Menetapkan bakal calon kepala desa yang telah memenuhi persyaratan sebagai calon kepala desa.

11. Mengumumkan calon kepala desa yang berhak dipilih kepada masyarakat .

12. Menyiapkan surat undangan bagi penduduk yang berhak memilih. 13. Menyiapkan kartu suara dan kotak suara serta perlengkapan lainnya

dalam pemungutan suara dan perhitungan suara.

14. Melaksanakan pengundian tanda calon kepala desa yang disaksikan pejabat kecamatan, kabupaten kota, dan perangkat desa, BPD, serta tokoh masyarakat.

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 06 tahun 2006 ;

1. 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan kepala desa yang bersangkutan, Badan Permusyawaratan Desa memberitahukan kepada yang bersangkutan tentang akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa tersebut.

2. Setelah keputusan bupati tentang pemberhentian dan pengangkatan pejabat sementara Kepala Desa tersebut diterima oleh BPD.

3. Penjaringan dan penyaringan bakal calon kepala desa oleh panitia pemilihan dalam waktu 30 hari dan dapat diperpanjang maksimal 30 hari.

4. Penelitian berkas administrasi bakal calon Kepala Desa oleh BPD. 5. BPD mengadakan musyawarah untuk menetapkan bakal calon Kepala

Desa dengan Berita Acara Penetapan Bakal Calon

6. Berita Acara Penetapan bakal Calon oleh BPD tersebut diajukan kepada panitia pengawas untuk diteliti kelengkapan administrasinya. Panitia pengawas menerbitkan keputusan tentang penetapan calon yang berhk mengikuti pemilihan dan menyampaikan kepada panitia pemilihan melalui camat. Panitia pemilihan setelah menerima keputusan tentang


(38)

penetapan calon yang berhak mengikuti pemilihan menetapkan jadwal pemilihan bersama-sama dengan panitia pengawasan.

7. Pasal 10, Panitia Pemilihan mengadakan konsultasi mengenai pencalonan kepala desa dengan panitia pengawas.

8. Pasal 11, ayat 4 menjelaskan bahwa jumlah bakal calon hasil penyaringan sedikit-dikitnya 2 (dua) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang bakal calon dan ditetapkan dengan Berita Acara Penyaringan Bakal Calon oleh Panitia Pemilihan.

4. Tahapan Pemilihan Kepala Desa

Tahap pemilihan dilakukan sebagai berikut : 1. Kampanye calon kepala desa.

2. Panitia pemilihan kepala desa mengirimkan undangan kepada penduduk yang terdaftar dalam daftar pemilih untuk memberikan suaranya pada waktu dan tempat yang telah ditentukan .

3. Panitia menyiapkan tempat pemungutan suara.

4. Panitia pemilihan dapat meminta bantuan dari anggota Kepolisian untuk menjaga keamanan dan ketertiban proses pelaksanaannya.

5. Pemungutan suara dilaksanakan oleh panitia pada hari dan tempat yang telah ditetapkan , secara Luber-Jurdil dihadiri para calon dan saksi serta diawasi pejabat desa.

6. Pemungutan suara dianggap syah apabila pemilih yang hadir untuk memberikan suaranya memenuhi jumlah 2/3 dari jumlah pemilih. 7. Perhitungan suara pilkades dilakukan panitia pemungutan suara segera

setelah berakhirnya pemungutan suara.

8. Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak diajukan sebagai calon kepala desa terpilih.

9. Calon kepala desa terpilih dituangkan dalam berita acara pemilihan dibuat oleh panitia pemilihan dan dilaporkan kepada BPD.

10. BPD membuat keputusan tentang penetapan calon kepala desa terpilih. 11. Bupati/walikota menerbitkan surat keputusan tentang pengesahan

pengangkatan kepala desa terpilih.

12. Kepala desa terpilih dilantik oleh bupati/walikota paling lama 15 hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPD. 13. Pelantikan kepala desa dilaksanakan didesa bersangkutan dihadapan

masyarakat.

14. Sebelum memangku jabatannya kepala desa mengangkat sumpah/janji dengan susunan kata-kata sebagai berikut :

Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan

memenuhi kewajiban saya selaku kepala desa dengan sebaik-baiknya , sejujur-jujurnya, seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dan mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara , dan saya akan menegakkan demokrasi dan UUD 1945 sebagai konstitusi negara serta segala peraturan


(39)

perundang-29

undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

Tahapan Pemilihan Kepala Desa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2006 pasal 17 ;

1. Pemilihan calon yang berhak dipilih dilaksanakan dalam rapat pemilihan calon Kepala desa yang dipimpin oleh Ketua Panitia Pemilihan dengan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah seluruh pemilih yang telah disahkan oleh ketua panitia pemilihan.

2. Penentuan quirum 2/3 (dua pertiga) sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat ditentukan pada saat pembukaan rapat pemilihan calon kepala desa atau pada saat perhitungan suara akan dimulai, apabila jumlah pemilih belum mencapai quorum, pimpinan rapat menunda rapat atau mulainya perhitungan suara paling lama tiga jam dengan ketentuan quorum tetap 2/3 (dua pertiga) dari jumlah pemilih.

3. Apabila sampai batas waktu pengunduran sebagaimana dimaksud ayat (2) quorum belum juga tercapai, pelaksanaan pemilihan calon kepala desa diundurkan oleh pimpinan rapat selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari dengan quorum ½ (setengah) dari jumlah pemilih.

5. Tata cara, pencalonan, pengangkatan, pelantikan dan pemberhentian kepala desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Lampung Selatan No 06 Tahun 2006

Pasal 53 PP No 72 tahun 2005 menegaskan ketentuan lebih lanjut mengenai Tata cara, pencalonan, pengangkatan, pelantikan dan pemberhentian kepala desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/kota, sekurang-kurangnya memuat :

1. Mekanisme pembentukan panitia pemilihan.

2. Susunan,tugas, wewenang dan tanggung jawab panitia pemilihan. 3. Hak memilih dan dipilih.

4. Persyaratan dan alat pembuktiannya. 5. Penjaringan bakal calon kepala desa. 6. Penyaringan bakal calon kepala desa. 7. Penetapan calon berhak dipilih. 8. Kampanye calon.

9. Mekanisme pengaduan dan penyelesaian masalah. 10. Pemungutan suara.

11. Penetapan calon terpilih. 12. Pengesahan pengangkatan. 13. Pelantikan.


(40)

15. Biaya pemilihan .

Peraturan Daerah No 06 tahun 2006 menegaskan ketentuan lebih lanjut mengenai Tata cara, pencalonan, pengangkatan, palantikan dan pemberhentian kepala desa diatur dengan Peraturan daerah Kabupaten/kota, sekurang-kurangnya memuat :

1. Mekanisme pembentukan panitia pemilihan.

2. Susunan, tugas, wewenang dan tanggung jawab panitia pemilihan. 3. Hak memilih dan dipilih.

4. Persyaratan dan alat pembuktiannya. 5. Penjaringan bakal calon kepala desa. 6. Penyaringan bakal calon kepala desa. 7. Tata Cara Penetapan calon berhak dipilih. 8. Pendaftaran Pemilih

9. Pelaksanaa Kampanye calon.

10. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa 11. Pelaksanaan Pemungutan suara. 12. Penghitungan Suara

13. Pengesahan Pengangkatan dan Pelantikan Kepala Desa 14. Biaya pemilihan.

15. Sanksi pelanggaran.

C. Kerangka Pikir

Dalam kontestasi pilkades untuk bisa menang, Supaing harus memiliki strategi yang tepat agar bisa mengalahkan lawan yang dihadapi. Dalam hal ini strategi Supaing dianalisis dengan berdasarkan Strategi memenangkan Kontestasi ala Sun Tzu ;

1. Mengenal Diri Sendiri ; a. Modal sosial

b. Modal politik c. Modal ekonomi 2. Mengenal Lawan ;

a. Mengenal tentang siapa kandidat pesaing anda ?, dimana basis dukungan dari masing-masing pesaing.

b. Menentukan langkah-langkah yang diperlukan, misalnya menentukan siapa yang kemungkinan bisa diajak berkoalisi dan siapa rival yang paling berat.


(41)

31

a. Peta jaringan social b. Peta prilaku pemilih c. Peta media komunikasi

4. Hindari Kekuatan Lawan dan Serang Kelemahannya

Mencari peluang atau titik kelemahan pesaing, agar bisa menjalankan strategi selanjutnya.

5. Gunakan Pengetahuan dan Tipuan

a. Menentukan waktu kampanye yang tepat, tidak bertabrakan dengan kampanye dari kandidat lain.

b. Memiliki mata-mata di kandidat lain. 6. Kecepatan dan Persiapan

Koordinasi dengan tim Kampanye untuk mempercepat aksi menarik simpati masyarakat, dan menyiapkan apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk pembangunan di daerahnya atau penjaringan aspirasi masyarakat.

7. Membentuk Jaringan Aliansi

Mengumpulkan dan pendekatan dengan massa / tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh di daerah tersebut.

8. Menjadi Seorang Pemimpin Berkarakter

Kedisiplinan dalam memimpin untuk membentuk kredibilitas di tengah masyarakat.

Adapun untuk memperjelas kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(42)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Supaing

Kecepatan dan Persiapan : pemanfaatan waktu menjaring aspirasi masyarakat Gunakan Pengetahuan dan Teknik Mata-mata

Menjadi Seorang Pemimpin Berkarakter Membentuk Jaringan Aliansi dari tokoh masyarakat

Mengenal Medan Pertempuran : a. Peta jaringan social b. Peta prilaku pemilih c. Peta media komunikasi Mengenal Lawan :

a. Siapa pesaing anda dan dimana basis pendukungnya

b. Membentuk tim koalisi Mengenal Diri Sendiri : a. Modal sosial b. Modal Politik

c. Modal ekonomi

Hindari Kekuatan Lawan dan Serang Kelemahannya


(43)

33

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskriptif, penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lainnya) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1990: 25).

Menurut Denzin dan Lincoln (Moleong, 2007: 5) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.

Penelitian kualitatif mendeskripsikan fenomena yang dipelajari dan akan menguraikan hasil pengamatan untuk sampai pada kesimpulan. Metode penelitian kualitatif mengasumsikan bahwa pengetahuan tidak mempunyai sifat yang objektif dan sifat yang tetap melainkan bersifat interpretif. Komunikatornya bersifat aktif, kreatif, dan memiliki kemauan bebas dan


(44)

perilaku (komunikasi) secara internal dikendalikan oleh individu (Mulyana, 2001: 147). Penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang diperoleh. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif, tidak menekankan pada konsep generalisasi tetapi menekankan pada makna.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tipe penelitian deskriptif adalah tipe penelitian untuk menggambarkan tentang suatu keadaan secara obyektif terhadap situasi dalam hal ini yaitu karakteristik dalam suatu deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dengan demikian dalam penelitian ini dikemukakan fakta-fakta tentang Strategi yang digunakan Kepala Desa terpilih (Supaing) di desa Candimas, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung selatan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Menurut Lexy J. Moleong (Ari Setiawan, 2012:28) dalam menentukan lokasi penelitian terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan, sementara itu keterbatasan geografis dan


(45)

35

praktis, seperti waktu, biaya, dan tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan cara sengaja (purposive) yaitu desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan bahwa desa tersebut baru saja melaksanakan pilkades pada tanggal 14 oktober 2012.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian atau turun lapangan dilakukan pada tanggal 17-22 Juli 2013 dengan menggunakan teknik wawancara yang sebagian besar dilakukan dikediaman informan.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif adalah fokus penelitian atau pokok soal yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat penelitian dan hal yang kelak dibahas secara mendalam dan tuntas (Bungin, 2012:41). Memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dipandang kemanfaatannya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi. Ini merupakan bentuk pra analisis yang mengesampingkan variabel-variabel dan memperhatikan lainnya. Dengan adanya pemfokusan akan menghindari pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang melimpah ruah.


(46)

Fokus utama penelitian ini adalah menganalisis strategi yang digunakan kepala desa terpilih dalam memenangkan pemilihan kepala desa di desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan Strategi memenangkan Kontestasi ala Sun Tzu ;

1. Mengenal Diri Sendiri a. Modal sosial b. Modal politik c. Modal ekonomi 2. Mengenal Lawan

a. Mengenal tentang siapa kandidat pesaing anda ?, dimana basis dukungan dari masing-masing pesaing.

b. Menentukan langkah-langkah yang diperlukan, misalnya menentukan siapa yang kemungkinan bisa diajak berkoalisi dan siapa rival yang paling berat.

3. Mengenal Medan Pertempuran : a. Peta jaringan social

b. Peta prilaku pemilih c. Peta media komunikasi

4. Hindari Kekuatan Lawan dan Serang Kelemahannya

Mencari peluang atau titik kelemahan pesaing, agar bisa menjalankan strategi selanjutnya.

5. Gunakan Pengetahuan dan Teknik Mata-mata

a. Menentukan waktu kampanye yang tepat, tidak bertabrakan dengan kampanye dari kandidat lain.


(47)

37

b. Memiliki mata-mata di kandidat lain. 6. Kecepatan dan Persiapan

Koordinasi dengan tim Kampanye untuk mempercepat aksi menarik simpati masyarakat, dan menyiapkan apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk pembangunan di daerahnya atau penjaringan aspirasi masyarakat.

7. Membentuk Jaringan Aliansi

Mengumpulkan dan pendekatan dengan massa/tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh di daerah tersebut.

8. Memiliki Seorang Pemimpin Berkarakter

Kedisiplinan dalam memimpin untuk membentuk kredibilitas di tengah masyarakat.

D. Penentuan Informan

Pemilihan informan didasarkan atas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data. Menurut Sanapiah Faisal (Arie Setiawan, 2012:29) teknik pengambilan sampel purposive adalah sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, dalam hubungan ini lazimnya dinyatakan atas kriteria-kriteria atau pertimbangan-pertimbangan tertentu, jadi tidak melalui pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam tekhnik random. Kriteria informan adalah yang terlibat di dalam pelaksanaan pilkades, baik panitia, kandidat , tim sukses, maupun peserta pemilih. Oleh karena itu informan penelitian ini sebagai berikut ;


(48)

1. Kepala desa terpilih (Supaing) 2. Tim Kampanye yaitu Suyatno

3. Peserta pemilih yaitu Etimah dan Yoga 4. Panitia Pilkades yaitu Surono

5. Kandidat yang tidak menang yaitu Andri Suwardi

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas: 1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007:186).

Dalam penggunaannya, metode wawancara ini peneliti mengadakan tanya jawab langsung dengan orang-orang yang terlibat langsung pada masalah yang diteliti, dalam hal ini adalah kepala desa terpilih (Supaing) di kantor desa Candimas terkait strategi yang dijalankannya pada pilkades lalu. Selain itu peneliti mewawancarai tim kampanye dari Supaing dengan memberikan pertanyaan bersifat konfirmasi tentang kebenaran dari pernyataan yang diberikan oleh Supaing, tidak berhenti di tim kampanye saja peneliti melanjutkan pertanyaan konfirmasi kepada ketua panitia pilkades Candimas, kandidat pesaing, beserta masyarakat yang menjadi


(49)

39

mata pilih terkait strategi yang menjadikan Supaing sebagai kepala desa terpilih dengan latar tempat yang berbeda-beda.

2. Dokumentasi

Menurut Lexy Moleong (2007:216) dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Pengumpulan bahan dokumenter seperti peraturan perundang-undangan yang diperoleh peneliti dari kantor kepala desa Candimas yang berkaitan dan berhubungan dengan penelitian. Selain itu, peneliti saat melakukan wawancara bersama beberapa informan juga mengabadikannya melalui foto yang peneliti letakkan dilampiran

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data pada hakekatnya berupa kegiatan yang bertujuan untuk mensistematiskan data penelitian. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, dan dokumentasi dalam penelitian ini peneliti olah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing, merupakan kegiatan dalam memeriksa kembali data yang berhasil diperoleh peneliti dari kepala desa terpilih (Supaing), tim kampanye, panitia pilkades, masyarakat pemilih, serta kandidat yang kalah dalam pelaksanaan pilkades di Desa Candimas.

2. Interpretasi, yaitu peneliti memberikan penafsiran atau penjabaran atas hasil wawancara dengan pihak terkait mengenai Strategi yang digunakan


(50)

oleh Supaing untuk memenangkan pilkades di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, maka teknis analisis datanya disajikan dalam bentuk paparan atau gambaran dari temuan-temuan dilapangan baik berupa data dan informasi hasil wawancara dan dokumentasi lainnya.

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang dikembangkan oleh Mathew dan A. Micheal Haberman (1992:16) sebagai berikut yaitu:

1. Reduksi data

Data yang diperoleh atau uraian yang lengkap dan terperinci. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, dan mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan sedemikian rupa sehingga kesimpulan awalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data ini berlangsung terus sesudah penelitian lapangan sampai dengan laporan akhir lengkap disusun oleh peneliti. 2. Penyajian Data

Penyajian dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian ini dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus


(51)

41

dilakukan oleh peneliti. Menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. 3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan diverifikasi peneliti selama penelitian berlangsung, makna-makna yang muncul dari data-data yang ada diuji kebenarannya, kecocokannya yang merupakan kunci sebagai validitasnya, sehingga akan jelas kebenaran dan kegunaannya.

H. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan salah satu teknik yang penting dalam menentukan validitas dan realibilitas data yang diperoleh dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini teknik keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi dipilih dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini menggunakan beberapa sumber data yang berasal dari wawancara dan dokumentasi.

Menurut Moleong (2007:330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang peneliti gunakan ialah yang


(52)

dikembangkan oleh Denzim (moleong, 2007:331) ada empat triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan yaitu :

a. Triangulasi data peneliti menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip Desa Candimas yang peneliti dapatkan saat melakukan wawancara.

b. Triangulasi pengamat yakni adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data.

c. Triangulasi teori yakni peneliti menggunakan berbagai teori yang bertujuan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini beberapa teori yang digunakan akan terlihat dalam bab pembahasan untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.

d. Triangulasi metode yakni menggunakan metode seperti wawancara dan metode dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara dengan dokumentasi yang diperoleh dari beberapa informan yang terlibat dalam pilkades Candimas.


(53)

43

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Candimas

1. Letak Geografis

Desa Candimas adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dengan luas desa 1.280 ha dan terdiri dari 9 (sembilan) dusun dan 38 RT. Secara administratif Desa Candimas ini berbatasan dengan :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Branti Raya b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bumi Sari c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Rejo Sari d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara Putih

2. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data monografi desa yang penulis peroleh di desa Candimas menunjukan bahwa jumlah penduduk sebesar 11.965 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) berjumlah 3040 KK, perincian sebagai berikut :


(54)

a. Jumlah penduduk berdasarkan umur

Jumlah penduduk dan klasifikasi umur dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan umur.

No Golongan Umur Jumlah

1 00-06 tahun 709

2 07-12 tahun 1425

3 13-15 tahun 636

4 16-18 tahun 764

5 19-26 tahun 1431

6 27-55 tahun 2548

7 56-59 tahun 2812

8 60 tahun keatas 1640

Jumlah 11965

Sumber : Monografi Desa Candimas tahun 2012

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Agama.

No Agama Jumlah Jiwa

1 Islam 11442

2 Katholik 182

3 Budha 17

4 Kristen 325

5 Hindu -

Jumlah 11966

Sumber : Monografi Desa Candimas 2012

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa di desa Candimas seluruh penduduknya mayoritas memeluk agama Islam sebanyak 11442 jiwa.


(55)

45

c. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Keadaan penduduk Desa Candimas terlihat dari tabel berikut ; Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin.

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 5889

2 Perempuan 6076

Jumlah 11965

Sumber : Monografi Desa Candimas 2012

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa di desa Candimas mayoritas penduduknya adalah perempuan dengan jumlah 6076 jiwa dan laki-laki dengan jumlah 5889 jiwa, walau perbedaannya hanya terpaut beberapa angka antara penduduk perempuan dan laki-laki.

3. Keadaan Ekonomi

Keadaan penduduk masyarakat dipengaruhi oleh pekerjaan atau mata pencaharian yang dimilikinya, dimana hal itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, perlu dikemukakan bahwa mengenai mata pencaharian penduduk menurut pekerjaannya, sebagaimana tabel berikut ;

Tabel 6. Jenis Mata Pencaharian Penduduk.

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 531

2 Buruh tani 127

3 PNS 60

4 Pengrajin industri Rumah Tangga 30

5 Pedagang keliling 6

6 Montir 25

7 TNI 34

8 Polri 3

9 Pensiunan TNI/POLRI 32

10 Pengusaha Kecil/Menengah 17

11 Karyawan Swasta 366


(56)

Sumber : Monografi desa Candimas 2012

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sumber mata pencahariannya. Namun yang terjadi mayoritas adalah petani pemilik tanah sebanyak 531 jiwa dan urutan terkecil adalah POLRI yaitu berjumlah 3 jiwa.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari kantor Desa Candimas dan penelusuran yang dilakukan di masyarakat desa tersebut diketahui bahwa masyarakat Desa Candimas yang homogen dengan berbagai kegiatan sehari-hari bermacam-macam jenis mata pencahariannya prilaku memilih masyarakat Candimas tidak memandang berdasarkan agama, kesukuan. Namun karena kekerabatan dalam konteks lingkup keluarga atau relasi sebagai basis masyarakat itu sendiri. Interaksi sosial yang dijalankan dalam sistem masyarakat Desa Candimas bersifat ikatan persahabatan dan persaudaraan atau lebih dikenal dalam bahasa jawa “sedulur”.

Dari hasil pengamatan peneliti, dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Candimas adalah masyarakat yang menjunjung nilai kekeluargaan dimana mereka saling tolong-menolong dan menghormati antara sesama warga, tetapi masih ada yang membedakan antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin.

4. Struktur Organisasi Desa Candimas

P.Sondang Siagian (Ari Setiawan, 2012:37) bahwa organisasi adalah setiap persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama serta


(1)

94

desa terdahulu untuk memperoleh dukungan, melalui peta prilaku pemilih Supaing memahami kecenderungan prilaku politik warga dalam menentukan pilihan meski berdasarkan pengakuannya tidak mengakui bahwa dia membayar warga untuk memilihnya, namun hal ini masih menjadi isu yang beredar di masyarakat Desa Candimas dikarenakan bukti dan pengakuan dari saksi yang masih belum berani mengungkap ke publik disebabkan faktor keselamtan, dan peta media komunikasi Supaing memanfaatkan semua bentuk komunikasi baik verbal dan non-verbal seperti spanduk dan kartu nama agar mudah dibagikan dan dikenal karena warga desa banyak yang bekerja hingga memudahkan cara promosinya.

c. Supaing membentuk jaringan aliansi yang didukung oleh kerabat serta tokoh masyarakat yang berpengaruh di Desa Candimas seperti mantan kepala desa serta tokoh masyarakat desa lainnya.

d. Supaing menjadi pemimpin yang berkarakter yaitu dengan menampilkan karakter religius dan sifat yang santun terhadap warga desa Candimas menjadi nilai tambah untuk kemenangan Supaing. 2. Sedangkan strategi memenangkan kontestasi ala Sun Tzu yang tidak

optimal digunakan oleh Supaing yang menjadi kelemahannya sendiri antara lain :

a. Supaing kurang mengenal lawan yaitu Andri Suwardi salah satu kandidat yang tidak dikenal dan tidak dilakukan pengenalan menjadi pesaing berat Supaing dalam pemungutan suara sehingga kemenangan Supaing hanya terpaut 73 suara.


(2)

95

b. Supaing tidak menghindari kekuatan lawan dan tidak menyerang kelemahannya yaitu Supaing tetap mencoba merebut daerah kekuasaan lawan, namun gagal karena indikasi kekuatan uang yang digunakan pesaingnya.

c. Supaing hanya menggunakan pengetahuan dan tidak menggunakan teknik mata yaitu Supaing tidak menggunakan teknik mata-mata atau menyewa orang atau memiliki utusan untuk masuk ke dalam basis kekuatan lawan, berpura-pura menjadi pendukung di basis lawan untuk mendapat informasi yang lebih banyak dari pergerakan pesaingnya.

d. Kurangnya persiapan Supaing dalam menjalankan strategi meski telah membentuk basis tim kampanye sejak 1 tahun sebelum penyelenggaraan pilkades.


(3)

96

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran peneliti yang diajukan kepada pihak Supaing sebagai Kepala Desa Candimas dalam menjalankan roda pemerintahannya berdasarkan kelemahan Supaing dilihat dari strateginya sebagai berikut :

1. Sebagai kepala desa, Supaing harus mulai mengenali lebih baik lagi setiap warganya dan terutama terhadap pesaing kuatnya jika diperiode pemilihan berikutnya akan mencalonkan diri lagi sebagai kandidat kepala desa. Terlepas masalah money politic yang di isukan dilakukannya, apabila memang Supaing tidak melakukannya, dia harus membuktikan kepad warga Candimas dengan memberikan rincian keuangan yang digunakan untuk biaya kampanye.

2. Dalam penyelenggaraan pemerintahannya, jika terdapat kasus seperti money politic perlu adanya kesepakatan bersama (konsensus) antara Supaing, masyarakat desa, dan pihak kepolisisan untuk menindaklanjuti kasus tersebut.

3. Sebagai kepala desa Supaing harus memiliki mata-mata atau bawahan yang bekerja untuk mengawasi keadaan desa, baik dari segi ekonomi, keadaan penduduk dan mampu menjaring aspirasi masyarakat agar Supaing mampu bekerja sesuai dengan harapan masyarakat.

4. Persiapan dan program kerja Supaing sebagai kepala desa harus jelas, memiliki visi-misi untuk membangun desa dan masyrakatnya serta adanya kontrak sosial agar masyarakat yakin terhadap kepemimpinanya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Bungin. Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Format Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Lampung. 2009

Ismawan, Indra. 1999. Money politic Pengaruh Uang Dalam Pemilu. Yogyakarta: Media Pressindo

Lexy J. Moleong. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya. Bandung

Miles, B Mathew dan Huberman A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulyana, Dedy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University. Yogyakarta.

Subakti, Ramlan.1992. memahami Ilmu Politik. PT Gramedia Nidiasaran, Indonesia.Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada


(5)

Waridah, Ernawati.2010. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Kawan Pustaka. Jakarta Selatan

Wee, Chow Hou. 2003. Sun Zi Art of War: An Illustrated Translation with Asian Perspectives and Insights. Prentice-Hall, Pearson Education Asia

Widjaja, HAW.2002Pemerintahan Desa/Marga Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Website internet:

- http://cicaktersepit.blogspot.com/2012/03/sumbangan-nicolo-machiavelli-dan-sun.html

- (http://cecep1986.blogspot.com/2013/02/strategi-perang-genghis-khan.html)

- http://all-mistery.blogspot.com/2010/07/36-strategi-perang-ala-sun-tzu.html (diakses senin, 27 mei 2013 (jam 22.10)

- http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_kepala_desa(10 juni 2013 senin, 14:20)

Undang-Undang:

Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa.

Indonesia, Undang-undang no : 8 tahun 2012 tentang penyelenggaraan pemilihan umum.

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan, dan Pemberhentian Kepala Desa


(6)

Skripsi :

Setiawan, Arie. 2012. Prilaku Golput dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa

Waringin Kecamatan sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Skripsi.Universitas

Lampung.Tidak diterbitkan.

Panjaitan, Martha Leny Ronauli. 2009. Budaya Peternialistik dalam Pilkades Desa Margadadi tahun 2007. Skripsi. Universitas Lampung. Tidak Diterbitkan.

Lia, Meliyani Tika Dewi. 2010. Implementasi Nilai-nilai Demokrasi Dalam Pilkades. Skripsi. Universitas Lampung. Tidak Diterbitkan.