3 Ketika pulang bekerja dan terlalu lelah, maka enggan bermain dengan anaknya atau menemani suami dalam kegiatan-kegiatan tertentu.
Terlepas dari dampak positif dan negatif dari wanita yang bekerja, wanita karir adalah sosok seorang wanita yang memiliki status seorang ibu dari anak-
anaknya dan status seorang istri dari suami yang menikahinya. Wanita karir disebut juga wanita yang bekerja dan melakukan aktivitasnya diluar rumah atau
bekerja dikantor maupun perusahaan Negara atau swasta untuk mendapatkan hasil berupa uang dan jasa untuk menunjang kebutuhan finansial atau keuangan dalam
keluarganya. Wanita karir tidak hanya sekedar bekerja namun memiliki kedudukan yang berarti ditempat kerjanya, berprestasi, dan berani menerima
tantangan dalam bekerja. Seharusnya wanita yang bekerja bukan hanya puas dalam bekerja saja namun juga harus menunjukkan kemampuannya dalam
mengurus rumah tangganya dengan baik agar tidak muncul suatu masalah.
2.4 Kerangka Berpikir
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang reaktif dapat diidentifikasikan, bekerja secara terus
menerus untuk mencapai tujuan Robbins, 2008. Organisasi berisikan orang- orang yang mempunyai serangkaian aktivitas yang jelas dan dilakukan secara
berkelanjutan guna mencapai tujuan organisasi. Semua tindakan yang diambil dalam setiap kegiatan diprakarsai, dan ditentukan oleh manusia yang menjadi
anggota organisasi, dimana manusia sebagai pendukung utama setiap organisasi apapun bentuk organisasi itu Mulyadi dan Rivai, 2009.
Dalam organisasi ada dua pihak yang saling tergantung dan merupakan unsur utama dalam organisasi yaitu pemimpin sebagai atasan, dan pegawai
sebagai bawahan Mulyadi Rivai dalam Abdilah, 2011: 4-5. Kepemimpinan pemimpin dalam suatu organisasi dirasa sangat penting, karena pemimpin
memiliki peranan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang biasa tertuang dalam visi dan misi organisasi Suranta dalam Abdilah, 2011: 5.
Kepemimpinan mempunyai peran penting dalam pengembangan kehidupan organisasi karena kepemimpinan yang baik dan sesuai dengan organisasi akan
menyebabkan arah pergerakan organisasi dalam mencapai tujuan menjadi jelas. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu mengelola atau
mengatur organisasi secara efektif dan mampu melaksanakan kepemimpinan secara efektif pula, dan pada gilirannya tujuan organisasi akan tercapai. Untuk
terwujudnya hal tersebuut, maka pemimpin berusaha mempengaruhi perilaku bawahannya untuk bekerja sama mencapai tujuan organisasi Sutrisno, 2009:
216. Selain pemimpin, pihak lain yang sama pentingnya adalah pegawai atau
karyawan. Pada saat ini terjadi peningkatan jumlah wanita yang bekerja. Bekerja bagi setiap wanita adalah sebuah pilihan. Gerson 1985, dalam Nainggolan, dkk,
1996:78 menyatakan bahwa keputusan wanita untuk bekerja dipengaruhi oleh faktor yang sifatnya komulatif, interaktif dan terus berkembang dipengaruhi baik
secara langsung atau tidak dari masyarakat, keluarga dan diri sendiri sehubungan dengan harapan-harapan tertentu terhadap peran wanita yang sekaligus ibu.
Pekerjaan memungkinkan individu dapat menyatakan diri secara obyektif ke
dunia ini, sehingga individu serta individu lain dapat memandang dan memahami keberadaan dirinya. Di Indonesia wanita yang bekerja biasa disebut sebagai
wanita karir. Wanita karir adalah wanita yang memperoleh atau mengalami perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan dan lain-lain. Anoraga,
2009: 121. Keputusan wanita untuk mengambil dua peran berbeda yaitu di rumah
tangga dan di tempat kerja tentu diikuti dengan tuntutan dari dalam diri sendiri dan masyarakat. Tuntutan dari diri sendiri dan sosial ini menyerukan hal yang
sama yaitu keberhasilan dalam dua peranan tersebut. Idealnya memang setiap wanita bisa menjalani semua peran dengan baik dan sempurna, namun ini
bukanlah hal mudah. Adanya berbagai peran berpotensi dapat memicu munculnya konflik peran. Konflik peran muncul ketika satu peran membutuhkan waktu dan
perilaku yang kompleks dan berakibat pada sulitnya pemenuhan kebutuhan peran yang lain.
Hal diatas harus disikapi dengan bijak oleh para wanita pekerja, jika tidak pintar-pintar menyeimbangkan peran ganda tersebut maka akan timbul suatu
permasalahan. Dalam beberapa kasus banyak wanita yang harus memilih salah satu diantara dua peran tersebut karena tidak dapat meyeimbangkan perannya.
Faktor- faktor tersebut cukup banyak mempengaruhi pimpinan atau atasan untuk menentukan posisi wanita dalam struktur jabatan pada organisasi.
Frone dalam Ayuningtyas Septarini, 2013: 2 mengatakan bahwa work life balance dipresentasikan oleh sedikit konflik yang muncul karena menjalankan
berbagai peran serta memperoleh keuntungan dalam menjalankan perannya.
Konflik peran cenderung terjadi pada wanita yang bekerja dengan berbagai peran yang dimilikinya. Mederer dalam Ayuningtyas Septarini, 2013: 2 mengatakan
bahwa wanita memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugas rumah tangga yang lebih besar dibandingkan pria.
Konsep work-life balance cocok dikaji selain karena meningkatnya jumlah wanita yang bekerja tapi juga dikarenakan wanita yang bekerja cenderung
mengalami konflik peran ganda. Penyeimbangan tanggung jawab ini cenderung lebih memberikan tekanan bagi wanita bekerja karena selain menghabiskan
banyak waktu dan energi, tanggung jawab ini memiliki kesulitan pengelolaan yang tinggi. Konsekuensinya, jika wanita kehabisan energi maka keseimbangan
mentalnya terganggu sehingga dapat menimbulkan stress. Konsep keseimbangan kerja dan kehidupan work-life balance memainkan peran penting untuk hidup
terbebas dari masalah kesehatan yang berhubungan dengan mental seperti stress, depresi, kecemasan, dan lain-lain serta memperoleh kepuasan dalam pekerjaan,
dan strategi adaptif dalam menangani situasi stress baik di tempat kerja ataupun di rumah Kaur, 2013: 24.
Setiap manusia memerlukan dukungan sosial dari orang-orang terdekat untuk mengatasi konflik dan situasi stress. Greenglass, Schwarzer, Jakubiec,
Fiksenbaum dan Tauberr dalam Marettih, 2013: 33 melaporkan bahwa perempuan bekerja akan mencari dukungan sosial berupa nasihat, informasi,
bantuan praktis dan dukungan emosional dari orang-orang terdekat mereka. Wanita yang bekerja sangat mengharapkan pengertian dan dukungan keluarga atas
keputusannya untuk bekerja di luar rumah. Berdasrakan analisis gender, fakta
yang ditemukan bahwa wanita lebih senditif dan tergantung secara konsisten ke orang yang lain akan mencari dan mendapatkan dukungan dibandingkan laki-
laki Marettih, 2013: 33. Untuk menangani dan mengatasi konflik, wanita yang bekerja berusaha
mengkomunikasikan permasalahan yang terjadi agar permasalahan tidak melebar dan mengganggu kehidupan keluarga. Untuk dapat menjalankan perannya dengan
seimbang, ibu bekerja mengaharapkan dan memerlukan dukungan penuh dari keluarga. Dukungan dari keluarga merupakan kekuatan bagi ibu bekerja untuk
mengurangi tekanan-tekanan yang didapatkan dalam bekerja di luar rumah, dukungan sosial dari keluarga besar akan meningkatkan kesejhteraan emosional
ibu bekerja Tsai dalam Marettih, 2013: 33. Ketika wanita bekerja dihadapkan pada situasi yang membuatnya harus
memutuskan antara keluarga atau pekerjaan, misalnya ketika anak atau suami sakit sedangkan ibu harus bekerja, maka para ibu bekerja melakukan pengatasan
masalah dengan mencari dukungan sosial dari atasan maupun rekan sejawat. Seperti yang dituturkan oleh sebagian wanita yang bekerja bahwa mereka memilih
untuk meminta izin kepada atasan maupun mendelegasikan tugas kepada teman sejawatnya ketika tidak masuk kerja karena anak sakit Marettih, 2013: 33.
Senada dengan hal tersebut, hasil penelitian Carlson dan Perrewe 1999 mengungkapkan bahwa dukungan sosial dari pekerjaan atasan, rekan sejawat,
bawahan pada wanita bekerja mempengaruhi performance dan well-beingnya. Dukungan sosial yang diberikan dapat mengurangi stress yang disebabkan work-
family conflict. Erdwins, Buffardi, Casper dalam Burke dan Nelson, 2002 juga
menengaskan bahwa pekerja yang mendapat dukungan sosial dari rekan sejawat ataupun supervisor dapat mengurangi work family conflict.
Greenhaus, dkk 2003: 513 mengungkapkan bahwa work-life balance sebagai keadaan dimana individu merasa terikat dan puas terhadap perannya di
dalam keluarga dan pekerjaannya. Salah satu faktor yang dapat mendukung terciptanya work-life balance pada wanita pekerja adalah dukungan organisasi.
Salah satu bentuk dukungan organisasi adalah dukungan informal berupa dukungan dari atasan atau pimpinan. Dukungan dari atasan atau pimpinan dapat
berupa perilaku yang ditunjukkannya kepada bawahannya. Salah satu gaya atau perilaku yang mendukung terciptanya work-life balance adalah perilaku
kepemimpinan yang berorientasi hubungan relation-oriented leadership behavior atau disebut juga dengan democratic, consideration, employee
centeredness, dan concern for people Silalahi, 2002: 315. Selain itu, atasan merupakan individu yang mengimplementasikan
kebijakan-kebijakan yang ada pada bawahannya. Berhasil atau tidak kebijakan tersebut juga ditentukan oleh bagaimana perilaku yang ditunjukkan oleh atasan
kepada bawahannya Foley, Linnehan, Greenhaus Weer dalam Ayuningtyas Septarini, 2013: 6. Salah satu teori perilaku kepemimpinan yang dapat diterapkan
dalam usaha mewujudkan work-life balance pada wanita pekerja adalah perilaku kepemimpinan yang berorientasi hubungan relation-oriented leadership
behavior. Studi kepemimpinan dari Universitas Michigan dalam Yukl 2009: 65
mengidentifikasikan bahwa perilaku yang berorientasi hubungan relation-
oriented leadership behavior adalah pemimpin yang memperlihatkan kepercayaan dan rasa dipercaya, bertindak ramah dan perhatian, berusaha
memahami permasalahan bawahan, membantu mengembangkan bawahan, memperlihatkan apresiasi terhadap ide-ide para bawahan dan memberikan
pengakuan atas kontribusi dari keberhasilan bawahan. Menurut Farris dalam Holloway, 2012: 12 mengungkapkan bahwa pemimpin yang berioentasi pada
hubungan relation-oriented lebih peduli dengan membangun kedekatan, hubungan interpersonal.
Organisasi
Pegawai Wanita
Pemimpin Atasan
Perilaku kepemimpinan berorientasi hubungan
relation-oriented leadership behavior
Pemberian dukungan
Pengembangan kemampuan,
penyesuaian diri, pengembangan karir
Pemberian pegakuan Gambaran keseimbangan
kehidupan-pekerjaan work-life balance
WIPL PLIW
WEPL PLEW
Tugas sebagai ibu rumah tangga
Tugas sebagai wanita pekerja
Konflik peran
ganda
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis