Siswa Kelas II SD Negeri 1 Babakan Purbalingga ” menyebutkan bahwa
pembelajaran seni tari di SD bertujuan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiatif dan kreatif pada diri siswa.
Pembelajaran seni tari diarahkan untuk membentuk siswa supaya mempunyai kepekaan dan daya cipta untuk mengekspresikan berbagai pengalaman dalam
bentuk gerakan tari yang baik sesuai dengan daya imajinasi para siswa. Begitu juga di Sekolah Dasar inklusif siswa tidak diajarkan untuk menjadi
seniman, tetapi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa. Pradani 2011 dalam penelitiannya
yang berjudul “Cara Berinteraksi Siswa Autis Dalam Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Inklusif: Studi Kasus Siswa Autis di Sekolah
Inklusif SD Negeri Batutulis 2 Kota Bogor “ menyebutkan bahwa siswa
berkebutuhan khusus dalam pembelajaran seni tari di Sekolah Dasar inklusif memerlukan bantuan, bimbingan, arahan dan motivasi dari gurunya agar dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik. Dapat disimpukan bahwa pembelajaran seni tari di SD bertujuan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, memberi kepekaan estetik dan
artistik, serta membina kreatifitas siswa.
2.2. Kajian Empiris
Beberapa penelitian yang dapat dijadikan kajian dalam penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Nugroho 2014 , Pradani 2011, serta
penelitian yang dilakukan oleh Milyartini dan Haerani 2013.
1 “Implementasi Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Kota Tegal” oleh
Nughroho Universitas Negeri Semarang, 2014
Penelitian tersebut dilakukan di Sekolah Dasar Kota Tegal yang menyelenggarakan pendidikan inklusif. Dalam penelitian tersebut
mengemukakan bagaimana proses penyelenggaraan pendidikan inklusif
khususnya di Kota Tegal.
2 “Cara Berinteraksi Siswa Autis dalam Pembelajaran Seni Tari di Sekolah
Inklusif:Studi Kasus Siswa Autis di Sekolah Inklusif SD Negeri Batutulis 2 Kota Bogor
” oleh Pradani Universitas Pendidikan Indonesia, 2011
Dalam penelitian tersebut mengemukakan bagaimana proses siswa berkebutuhan khusus yang dalam penelitian tersebut berfokus pada siswa
autis, belajar menari dalam pelajaran seni tari. Subyek penelitian ini adalah satu orang siswa autis bernama Melisa Pratiwi Nasution, anak perempuan
yang berumur 13 tahun. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, untuk memahami salah satu substansi dari gaya
belajar, yaitu proses interaksi siswa autis dalam pelajaran seni tari di sekolah
inklusif.
3 “Studi Kasus Pembelajaran Tari Untuk Meningkatkan Kreativitas dan
Kemampuan Sosial Siswa Autis ” oleh Milyartini dan Haerani Universitas
Pendidikan Indonesia dan SMP Negeri 18 Bandung, 2013 merupakan penelitian tindakan yang mencoba untuk melakukan rekonstruksi sosial
pada seting pendidikan inklusif dengan menggunakan model synectic dalam
belajar tari dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi sosial dan kreativitas siswa autis.
Berdasarkan penelitian yang meneliti tentang bagaimana pendidikan inklusif dan pembelajaran tari untuk siswa berkebutuhan khusus, peneliti akan
melakukan penelitian tentang bagaimana proses pembelajaran seni tari di SD inklusif dengan memfokuskan penelitian di kelas IV dan V. Peneliti juga akan
meneliti tentang bagaimana cara guru tari mengajar di kelas inklusif dan bagaimana siswa berkebutuhan khusus berinteraksi dengan siswa reguler saat
pembelajaran seni tari. Peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Pembelajaran Seni Tari SD Inklusif bagi Siswa Berkebutuhan Khusus di
SD Negeri Slerok 02 Kota Tegal.
”
2.3. Kerangka Berpikir