Tinjauan Pustaka KEDATANGAN ETNIS TIONGHOA DI KOTA LASEM

14 pengusaha batik dengan dipermudahnya impor kain mori dan sutra dan dijual kepada pedagang batik dengan harga murah. Hal ini menghidupkan kembali perdagangan batik yang hampir mati termasuk perdagangan batik di Lasem.

F. Tinjauan Pustaka

Buku Pertama adalah ” Elit Bisnis Cina di Indonesia dan Masa Transisi Kemerdekaan 1940-1950” karya Twang Peck Yang diterbitkan oleh Diadit Media pada tahun 2007 dengan jumlah halaman xxiv + 470 ini berisi tentang awal terbentuknya kalangan pengusaha elite kerabatan dan kekuatan ekonomi peranakan dan took. Titik balik perdagangan Tionghoa pada masa Jepang dan perdagangan Tionghoa pada masa revolusi. Kelebihan buku ini adalah menjelaskan pengusaha-pengusaha Tionghoa yang sukses yang berada di Indonesia disertai dengan Tabel jumlah perusahaan dan pekerja etnis Tionghoa di Indonesia. Selain itu, buku ini juga menjelaskan secara kronologis perekonomian etnis Tionghoa dari masa politik etis sampai masa revolusi. Buku ini juga membahas antara hubungan penguasa dan pengusaha Tionghoa pada saat itu, kedudukan Tionghoa dalam status sosial dan kebijakan pemerintah dalam hal perekonomian masyarakat Tionghoa. Kekurangan buku ini yaitu hanya memandang Etnis Tionghoa dari salah satu sudut pandang penulis yang dirinya selaku Etnis keturunan Tionghoa sehingga tulisannya terkesan mengandung unsur subjektivitas yang cukup tinggi. 15 Buku kedua yaitu ”Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia” karya Leo Suryadinata yang diterbitkan oleh LP3ES pada tahun 2002 dengan jumlah halaman xxiii + 421 ini berisi tentang kumpulan artikel yang diterbitkan oleh media massa, publikasi resmi, buku brosur, dan riwayat hidup yang ditemukakan di perpustakaan di Jakarta dan Sigapura. Buku ini berisi tentang peranan etnis Tionghoa di bidang ekonomi terutama di bidang perdagangan dan perkembangannya bagi masyarakat Indonesia sebagai salah satu etnis minoritas di Indonesia mulai dari masa pemerintahan kolonial Hindia - Belanda sampai pada masa pemerintahan rezim Orde Baru yang dianggap membatasi kebudayaan dari etnis Tionghoa. Selain itu buku ini juga membahas secara terperinci tentang keadaan minoritas masyarakat Tionghoa di Indonesia dalam menginterpretasikan pemikiran politiknya dalam kurun waktu 77 tahun terakhir ini. Buku ini juga menerangkan secara lengkap tentang keadaan etnis Tionghoa dan kegiatan serta partisipasinya dalam kegitan politik, sosial, dan ekonomi di Indonesia. Kelebihan buku ini yaitu mampu memjelaskan secara terperinci tentang sosial politik masyarakat dari etnis Tionghoa yang menjadi etnis minoritas di Indonesia. Kelebihan lain buku ini yaitu ditulis secara sistematis dan kronologis sehingga memudahkan para pembaca untuk memahami isinya. Buku ini juga dilengkapi dengan daftar istilah sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya. Kekurangan buku ini yaitu hanya memandang etnis Tionghoa dari salah satu sudut pandang penulis selaku etnis keturunan Tionghoa saja 16 sehingga tulisannya terkesan mengandung unsur subjektivitas yang cukup tinggi.

G. Kerangka Konseptual