Pada Gambar 13 tampak bahwa Individu A mengalami mutasi pada lokus ke-2. Gen pada lokus yang bermutasi ini mengalami pembalikkan gen
dari 0 menjadi 1 sehingga terbentuk individu baru yaitu Individu B. Penggambaran mutasi pembalikan dua titik pada lokus ke-2 dan lokus
ke-3 dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Bagan model sederhana proses mutasi dua titik. Individu A pada Gambar 14 mengalami mutasi pada lokus ke-2 dan
ke-3. Gen pada lokus ke-2 mengalami pembalikan dari 0 menjadi 1 sedangkan gen pada lokus ke-3 mengalami pembalikan dari 1 menjadi 0 sehingga
terbentuk Individu B. Operator mutasi Algoritma Genetik yang digunakan pada penelitian
ini adalah mutasi satu titik.
J. Seleksi
Menurut Tandriarto dalam Sukin 2004, seleksi merupakan proses penyaringan individu-individu dari populasi yang ada berdasarkan nilai
ketahanan hidupnya fitness secara alamiah. Semakin tinggi nilai fitness-nya maka peluang individu tersebut untuk
bertahan hidup dan membentuk regenerasi individu baru semakin besar. Sedangkan individu yang memiliki nilai ketahanan hidup kecil secara alamiah
akan tersisih dan punah sehingga tidak mungkin membentuk generasi baru.
K. Pemrosesan Paralel
Menurut Pacifico, et.al. 1998, Pemrosesan Paralel adalah penggunaan banyak prosesor yang saling bekerja sama satu sama lain untuk
mencari suatu solusi tunggal dari suatu permasalahan. Pemrosesan paralel dapat digunakan untuk beberapa keperluan, di antaranya adalah untuk
1 1
1 A
1 1
1 B
Tetua Zuriat
mempercepat waktu eksekusi dan mendistribusikan pencarian solusi dari permasalahan yang sangat kompleks.
L. Peningkatan Kecepatan
Dalam konteks komputasi paralel, peningkatan kecepatan menunjukkan seberapa cepat proses komputasi paralel dibandingkan dengan
komputasi sekuensial. Pada dasarnya, peningkatan kecepatan Speed Up dirumuskan sebagai
Tp T
Sp
1
= dengan
Sp : Peningkatan kecepatan
T
1
: Waktu eksekusi dari algoritma sekuensial Tp
: Waktu eksekusi dari algoritma paralel P
: Jumlah prosesor yang terlibat dalam komputasi paralel Menurut Hukum Amdahl 1967, peningkatan dari pemrosesan paralel
tidak hanya bergantung pada banyaknya prosesor yang digunakan, akan tetapi lebih dipengaruhi oleh fraksi rasio antara intruksi sekuensial dengan
keseluruhan intruksi pada suatu program.
F N
F SpeedUp
+ ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ − =
1 1
, dan
par sek
sek
I I
I F
+ =
dengan SpeedUp : Peningkatan kecepatan
F : Fraksi rasio intruksi sekuensial terhadap keseluruhan intruksi
1-F : Fraksi rasio intruksi paralel terhadap keseluruhan intruksi
I
sek
: Intruksi Sekuensial
I
par
: Intruksi Paralel
N : Banyaknya prosesor
Hukum Amdahl menunjukkan bahwa peningkatan kinerja dari kecepatan SpeedUp proses paralel dengan F=0.01 hanya naik 10 kali lipat
walaupun jumlah prosesor dinaikkan sebanyak 100 kali lipat dari 10 buah
menjadi 1000 buah. Jadi nilai F pada program komputasi harus terus diperkecil untuk meningkatkan kecepatan pemrosesan paralel.
Bila hanya diketahui waktu pemrosesan intruksi paralel dan waktu pemrosesan intruksi sekuensial saja, maka perumusan SpeedUp menjadi:
N T
T T
T SpeedUp
par sek
par sek
+ +
=
dengan SpeedUp : Peningkatan kecepatan
T
par
: Waktu yang dibutuhkan sebuah prosesor untuk mengeksekusi
perintah paralel T
sek
: Waktu yang dibutuhkan sebuah prosesor untuk mengeksekusi
perintah sekuensial N :
Banyaknya prosesor
M. Efisiensi Sistem Paralel