42 Gambar 37. Shock dan pasak
B. UJI FUNGSIONAL
1. Kondisi Tanah Pengujian alat kepras tebu ini dilaksanakan di lahan percobaan
Departemen Teknik Pertanian, IPB. Jenis tanah di lahan percobaan ini adalah berupa tanah latosol coklat kemerahan.
2. Hasil Pengujian Alat Kepras Tebu Pengujian yang dilakukan pertama kali adalah uji stasioner.
Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui apakah alat dapat berfungsi pada tingkat kecepatan putar tertentu dalam keadaan tanpa beban.
Pengujian ini dilakukan mulai dari tingkat kecepatan 500rpm hingga 1000rpm. Pada saat uji stasioner ini semua komponen alat dapat berfungsi
dengan baik tanpa ada kendala. Setelah uji stasioner selesai dilakukan langkah selanjutnya adalah
uji fungsional di lahan. Pengujian ini dilakukan pada dua tingkat kecepatan putar yaitu 500rpm dan 1000rpm. Dari pengujian ini didapatkan
kecepatan maju yang berbeda antara dua tingkat kecepatan putar tersebut, yaitu 0.187ms untuk kecepatan putar 500Rpm dan 0.278ms untuk
1000Rpm. Dengan lebar PKP +125cm, kapasitas lapang yang diperoleh pada pengujian ini berturut-turut adalah 0.06 Hajam 500 rpm, 0,10
43 Hajam 1000 rpm dan slip roda 0,0 . Dengan tilt angle 20
o
dan disc angle
sebesar 45
o
, lebar pemotonganpengolahan alat kepras tebu yang diharapkan adalah sebesar + 25 cm. Dari hasil pengujian yang dilakukan
dengan menggunakan dua tingkat kecepatan putar, maka didapatkan hasil tebu pengeprasan pada tingkat kecepatan yang semakin tinggi akan lebih
baik jika dibandingkan dengan kecepatan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh lebar pemotongan mata pisau piringan pemotong feed
yang lebih kecil pada tingkat kecepatan putar yang lebih tinggi. Adapun hasil pemotongan dapat dilihat pada Gambar 38 dan Gambar 39.
Gambar 38. Lebar pemotongan
a b
Gambar 39. Tebu hasil pengeprasan 500 rpm a dan 1000 rpm b
Lebar pemotongan
44 Pada saat uji fungsional ini ditemui beberapa kendala yang
berkaitan dengan gearbox dan piringan pemotong. Pada saat uji pengeprasan, baud heksagon pada gear dari poros input gearbox
mengalami kerusakan Gambar 40. Hal ini disebabkan karena adanya gaya dorong dari universal joint yang merupakan efek dari sudut antara
universal joint dengan poros input gearbox. Namun hal ini dapat segera
diatasi dengan penambahan sebuah baud heksagon M8 pada gear tersebut. Pada saat pengeprasan piringan pemotong mengalami kendala yaitu akibat
dari baud penahan dan pasak yang mengendor akibat adanya beban kerja yang besar sehingga piringan pemotong goyang. Hal ini diatasi dengan
melakukan pengelasan antara poros piringan pemotong dengan dudukannya.
Gambar 40. Posisi patahan baud heksagon pada gearbox Karena profil guludan yang tidak rata, keseragaman kedalaman
pemotongan sulit diperoleh pada saat operasi alat kepras tebu di lahan. Disamping itu, guludan yang tidak lurus menyebabkan tunggul tebu tidak
dapat terkepras seluruhnya akibat lebar potong alat yang hanya + 25 cm. Untuk itu perlu dibuat lebar pemotongan alat kepras yang lebih lebar
misalnya dengan menambah jumlah piringan pemotong. Disamping itu untuk memperoleh hasil keprasan yang lebih baik perlu dilakukan
penajaman mata pisau piringan pemotong.
Baud heksagon Yang mengalami patahan
Baud heksagon
45
IV. KESIMPULAN DAN SARAN