1
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara agraris yang sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Salah satu tanaman
perkebunan yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah tanaman tebu Saccharum officinarum L . Tebu adalah salah satu tanaman
penghasil gula dan merupakan salah satu komoditi pokok dan merupakan bahan konsumsi utama bagi sebagian besar penduduk di dunia. Tabel 1 menunjukkan
bahwa, dari tahun 2000 hingga 2002 produksi gula nasional mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya luas tanaman tebu, namun demikian kenaikan
produksi tersebut masih belum mencukupi konsumsi gula nasional yang besarnya hampir 2 kali lipat dari nilai produksi, sehingga kegiatan impor gula terpaksa
harus dilakukan. Diperkirakan impor gula akan terus berlanjut hingga tahun 2020, akan tetapi pada tahun tersebut jumlah impor gula relatif kecil yakni sekitar 170
000 ton.Pada tahun 2000, impor gula mencapai 1 556 687 ton untuk mencukupi konsumsi gula nasional sebesar 2 989 000 ton, kemudian pada tahun 2001 impor
gula sedikit berkurang menjadi 1 072 921 ton untuk mencukupi kebutuhan gula nasional sebesar 3089 000 ton, selanjutnya pada tahun 2002 impor gula sedikit
meningkat, yakni sekitar 1 400 000 ton yang digunakan untuk memenuhi konsumsi gula nasional sebesar 4 000 000 ton.
Produktifitas tanaman tebu ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya faktor budidaya, faktor lingkungan, dan faktor genetis. Agar tercapai produksi
tebu yang optimal, diperlukan varietas-varietas tebu yang mampu beradaptasi dengan kondisi lahan dan lingkungan setempat serta mendukung efisiensi dalam
proses pemeliharaan dan pemanenan. Selain itu untuk mendukung peningkatan produksi gula dibutuhkan varietas-varietas unggul baru untuk menggantikan
varietas lama yang potensinya telah mengalami kemunduran. Sedangkan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap budidaya tanaman tebu adalah
keadaan cuaca, kondisi dan sifat tanah tanah, dsb. Dalam usaha peningkatan produktifitas tanaman tebu maka peranan mekanisasi pertanian sangat penting
dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembudidayaan tanaman tebu. Oleh
2 karena itu perlu diaplikasikan berbagai macam alat dan mesin pertanian yang
sesuai dengan kondisi lapangan pembudidayaan tebu di Indonesia sehingga diperoleh kemudahan dalam operasi di lapang.
Tabel 1 Luas areal tebu, produksi, konsumsi, dan impor gula selama lima tahun terakhir serta proyeksinya pada tahun 2007 dan 2020
Tahun Luas Areal
Tebu ha Produksi
Gula ton Konsumsi
Gula ton Impor
Gula ton 1998
377 089 1 496 027
2 739 295 1 730 473
1999 342 211
1 493 067 3 000 000
2 187 133 2000
340 660 1 690 405
2 989 000 1 556 687
2001 344 750
1 725 467 3 089 000
1 072 921 2002
347 327 1 800 000
4 000 000 1 400 000
2007 385 773
3 000 000 3 504 465
500 000 2020
- 4 000 000
4 171 860 170 000
Sumber : Departemen Pertanian diacu dalam Lisyanto 2007.
Budidaya tebu dapat dilakukan pada dua jenis lahan, yakni lahan sawah atau bekas sawah sistem reynoso dan lahan kering rain fed system. Ditinjau dari
aspek penggunaan alat dan mesin pertanian alsintan, budidaya tebu sistem reynoso
jarang melibatkan mesin-mesin pertanian. Budidaya tebu lahan kering mengalami perkembangan cukup pesat seiring dengan upaya akselerasi
swasembada gula. Sistem budidaya tersebut saat ini banyak dikembangkan oleh industri gula nasional, terutama oleh pabrik gula di luar Jawa. Hal tersebut
dilakukan dengan harapan agar dapat diperoleh produksi tebu yang tinggi dalam satuan ton tebu per hari ton cane per day sehingga target kapasitas giling dapat
terpenuhi. Pada proses budidaya tanaman tebu di perkebunan terdapat beberapa
kegiatan budidaya yang salah satunya adalah proses penanaman. Ada dua cara dalam budidaya tanaman tebu yaitu dengan tanaman pertama atau PC Plant
Cane maupun dengan cara kepras ratoon. Tanaman keprasan merupakan
tanaman tebu yang tumbuh kembali dari jaringan batang yang masih tertinggal dalam tanah setelah tebu ditebang Barnes 1964. Dalam proses kepras ini
kegiatan yang dilakukan berupa pemangkasan tebu hingga rata dengan permukaan
3 tanah sehingga diharapkan agar tunas yang terbentuk akan tumbuh dengan baik.
Tanaman keprasan ini mempunyai hasil yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tanaman pertama sehingga hanya dapat dilakukan beberapa kali saja
tergantung dengan varietas tebu, faktor budidaya, serta faktor lingkungan sekitarnya. Di indonesia, kepras ini hanya dilakukan secara manual tanpa
menggunakan alat atau mesin mekanis sehingga kurang efisien. Karena hanya dilakukan secara manual maka untuk luasan tanaman tebu yang relatif luas maka
akan memerlukan waktu yang relatif lama sehingga hasil yang didapatkan tidak seragam dan kurang efisien.
Untuk meningkatkan efisiensi kegiatan kepras tebu maka diperlukan suatu mesin kepras tebu yang dapat memberikan kemudahan pemakaian di lapang serta
kemudahan dalam perawatan dan perbaikannya. Pada penelitian sebelumnya model alat kepras tebu ini telah dibuat dalam suatu rangka dalam lintasan tertentu
rel besi dan berpenggerak motor listrik Lisyanto, 2007. Alat ini menggunakan metode pemotongan tunggul tebu dengan prinsip menggergaji sawing
menggunakan pisau berbentuk piringan dari garu piring coak scalloped disc harrow
yang diputar. Jenis pisau tersebut selain mudah diperoleh juga dapat bekerja pada kondisi tanah yang keras, kering, lengket, dan berakar. Beberapa
parameter penting yang dilibatkan dalam percobaan pengeprasan menggunakan kedua jenis pisau tersebut terdiri atas 1 kecepatan maju alat, 2 kecepatan putar
pisau, 3 sudut kemiringan pisau terhadap jalur gerakan disc angle, dan 4 sudut kemiringan pisau terhadap sumbu vertikal tilt angle. Metode pemotongan
dikatakan efektif dan efisien apabila kombinasi parameter percobaan pemotongan tersebut dapat menghasilkan permukaan potong tunggul tebu yang tidak pecah
dan tidak tercabut dari tanah, kebutuhan torsi pemotongan yang relatif rendah, dan memiliki pertumbuhan tunas yang baik.
Prototipe alat kepras tebu ini merupakan penyempurnaan desain dari penelitian sebelumnyaLisyanto, 2007, yaitu prototipe ini digandengkan dengan
traktor 4-roda dengan mekanisme tiga titik gandeng. Tenaga putar penggerak piringan pemotong menggunakan sumber tenaga dari PTO traktor yang dilengkapi
dengan gearbox untuk merubah arah putaran dan penyambung universal
4 universal joint untuk merubah arah putaran dan mengadaptasi poros yang tidak
sejajar antara poros PTO dan poros piringan pemotong.
B. TUJUAN