Kepras Tebu KESIMPULAN DAN SARAN A.

6 membutuhkan banyak air pada masa pertumbuhannya dan keadaan kering menjelang waktu pemasakannya Notojoewono, 1960. Hujan yang terus-menerus pada masa pemasakan akan mengakibatkan pertumbuhan terus berlangsung dan tidak ada kesempatan untuk proses pemasakan sehingga tingkat rendemen yang dihasilkan rendah. Agar dapat menghasilkan sukrosa tinggi, tanaman tebu memerlukan suhu tertentu yaitu 22-28 o C. Pada suhu kurang dari 21 o C, pertumbuhan tebu akan terhambat bahkan jika suhu turun hingga 16 o C pertumbuhan akan terhenti Barnes, 1964. Batang tanaman tebu merupakan sumber gula. Namun demikian rendemen persentase gula yang dihasilkan hanya berkisar 10-15. Sisa pengolahan batang tebu adalah: Tetes tebu molase yang diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula dan masih mengandung gula 50-60, asam amino dan mineral. Tetes tebu adalah bahan baku bumbu masak MSG, gula cair dan arak. Pucuk daun tebu yang diperoleh pada tahap penebangan digunakan untuk pakan ternak dalam bentuk silase, pelet dan wafer.Ampas tebu yang merupakan hasil samping dari proses ekstraksi cairan tebu. Dimanfaatkan sebagai bahan bakar pabrik, bahan industri kertas, particle board dan media untuk budidaya jamur atau dikomposkan untuk pupuk. Blotong yang merupakan hasil samping proses penjernihan. Bahan organik ini dipakai sebagai pupuk tanaman tebu.

B. Kepras Tebu

Pada proses budidaya tanaman tebu di perkebunan terdapat beberapa kegiatan budidaya yang salah satunya adalah proses penanaman. Ada dua cara dalam penanaman tanaman tebu yaitu dengan cara bongkar ratoon maupun dengan cara kepras. Menurut King, Mungomery dan Hughes 1953, tanaman tebu mempunyai kemampuan memproduksi tunas-tunas baru dari tunggul dalam tanah setelah tanaman pertama dipanen. Pengeprasan adalah memotong sisa-sisa tunggul tebu yang dilakukan tepat atau lebih rendah dari permukaan tanah. Tanaman keprasan merupakan hasil tunas tebu yang tumbuh kembali dari jaringan batang yang masih tertinggal dalam tanah setelah ditebang Barnes, 1964. 7 Keuntungan dari tanaman keprasan adalah dapat menghemat pemakaian bibit, disamping itu tebu yang tumbuh sudah beradaptasi dengan lingkungan, dan kelestarian alam dapat terjaga Widodo, 1991. Meskipun dapat menghemat biaya, hasil rendemen tanaman tebu yang dihasilkan akan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tanaman tebu sebelumnya. Pada umumnya tanaman keprasan akan menghasilkan rendemen yang cukup baik maksimal hanya untuk 3 kali tanaman kepras. Proses pengeprasan tunggul tebu ini dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul maupun secara mekanis dengan menggunakan alat kepras tebu baik yang berpenggerak traktor tangan ataupun traktor roda empat. Penggunaan alat-alat mekanis dalam proses pengeprasan tunggul tebu dapat meningkatkan efisiensi proses kepras. Namun penggunaan peralatan mekanis ini harus disesuaikan dengan kondisi lahan tempat operasinya sehingga memudahkan dalam penggunaannya. Sebelum proses pengeprasan sebaiknya lahan dialiri air terlebih dahulu agar bekas tanaman tebu yang akan dikepras tidak mudah terbongkar Edi Sutardjo, 1994. Ada dua bentuk pengeprasan : a. Bentuk W Umumnya bentuk pengeprasan ini dilakukan pada tanah-tanah berat yang mudah pecah bila musim kemarau. Gambar 1. Pengeprasan bentuk W b. Bentuk U Bentuk pengeprasan ini dilakukan pada tanah ringan dan tanah yang mengandung pasir. 8 Gambar 2. Pengeprasan bentuk U

C. Traktor 4-roda