10
bagian Timur dan subsidensi di atas kontinen maritim Indonesia. Subsidensi ini akan
menghambat pertumbuhan awan konveksi sehingga pada beberapa wilayah di Indonesia
terjadi penurunan jumlah hujan yang jauh dari normal Effendi, 2001
La-Nina merupakan kebalikan dari El-Nino
yang dicirikan dengan mendinginnya permukaan lautan Pasifik Timur, sehingga
pusat-pusat konvergensi udara Pasifik tropis akan berada di wilayah Indonesia, yang
merupakan kolom-kolom udara panas yang cenderung membentuk awan dan hujan,
sehingga jumlah hujan yang jatuh di Indonesia jauh di atas normal Koesmaryono et al, 1999.
2.2 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Iklim
Informasi prakiraan iklim yang dikeluarkan oleh BMG mengandung dua informasi utama.
Pertama informasi prakiraaan awal musim dan kedua informasi sifat hujan pada musim hujan
dan musim kemarau. Informasi prakiraan diberikan untuk setiap daerah prakiraan musim.
Indramayu dibagi menjadi 6 daerah prakiraan musim lampiran 1.
Berdasarkan data luas kekeringan dari tahun 1989-2001, rata-rata luas terkena
kekeringan pada tahun El-nino mencapai 50.000-180.000 ha, sementara pada tahun
normal antara 500-15.000 ha Boer and Team, 2003. Kerugian yang ditimbulkan
oleh kejadian kekeringan sangat ditentukan oleh waktu terjadinya kekeringan. Penelitian
Zubaida 2004 menunjukkan bahwa kerugian akibat kekeringan petani Indramayu
berkisar antara 1.9 sampai 3.6 juta rupiah, tergantung pada tingkat umur tanaman
terkena kekeringan.
Hasil kajian yang dilakukan oleh Boer dan Setyadipratikto 2003, apabila petani
Indramayu secara konsisten mengikuti ramalan musim, maka total kerugian
kumulatif dari kegagalan panen akibat kejadian El-Nino antara tahun 1990-2001
dapat ditekan sampai 284 milyar rupiah apabila banyak petani yang respon terhadap
informasi prakiraan hanya 25, dan mencapai 400 dan 600 milyar rupiah apabila
petani yang respon 50 dan 75.
Hasil penelitian Ratri 2005 menunjukkan bahwa peran kelembagaan
baik pada tingkat petani maupun pada tingkat kabupaten sangat penting dalam
meningkatkan kemampuan petani mengatasi risiko iklim. Pada tingkat petani, penguatan
kelembagaan dan kerjasama kelompok tani untuk mengantisipasi kejadian iklim ekstrim
perlu dikembangkan. Salah satunya ialah pelaksanaan sekolah lapangan iklim atau SLI
Boer et al, 2004 . Kegiatan SLI merupakan salah satu upaya pemberdayaan
petani untuk mengatasi kejadian iklim ekstrim melalui pemilihan teknologi.
BAB III. METODOLOGI 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di enam Kecamatan di Kabupaten Indramayu yaitu,
Kecamatan Cantigi, Lelea, Terisi, Kroya, Gabuswetan dan Kandanghaur pada bulan
Maret sampai Juni 2005. Penentuan lokasi penelitian di Kabupaten Indramayu ini
berdasarkan karekteristik Indramayu yang sangat rentan terhadap kejadian Iklim
ekstrim, diantaranya kekeringan dan kebanjiran. Keadaan umum lokasi penelitian
pada enam Kecamatan pada lampiran 2.
3.2 Kondisi Umum Kabupaten
Indramayu Secara geografis, Kabupaten Indramayu
terletak pada 107°52’ – 108°36’ BT dan 61°5’ – 64°0’ LS. Secara administrasi,
Sumber : http:www.jason.oceanobs.comhtmlapplications
ensonino_explication_uk.html
Gambar 1 : Ilustrasi Fenomena El-nino
Sumber : http:www.jason.oceanobs.comhtmlapplications ensonino explication uk.html
Gambar 2 : Ilustrasi fenomena La-nina
11
Kabupaten Indramayu memiliki luas wilayah administrasi 204,011 ha yang terbagi menjadi
24 kecamatan sejak 2002 BPS Kabupaten Indramayu, 2002.
Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu pada tahun 2004 triwulan ke dua mencapai
1.653.451 jiwa dengan komposisi laki-laki 836.528 jiwa dan perempuan 816.923 jiwa, laju
pertumbuhan penduduk mencapai 0,65 BPD Kabupaten Indramayu, 2004.
Topografi wilayah Kabupaten Indramayu sebagian besar merupakan dataran atau daerah
landai dengan kemiringan tanah rata-rata 0-2 . Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap
drainase dan biasanya kalau curah hujan tinggi, maka akan terjadi genangan air di daerah-
daerah tertentu BPS Kabupaten Indramayu, 2002
Suhu harian di Kabupaten Indramayu berkisar antara 26°-27°C dengan suhu harian
tertinggi 3O°C dan terendah 18°C. Kelembaban udara berkisar antara 70-80. Curah hujan
rata-rata tahunan 1.428,45 mm per tahun dengan jumlah hujan 75 hari. Tipe iklim di
Kabupaten Indramayu menurut klasifikasi Scmid Ferguson, termasuk iklim tipe D atau
iklim sedang dengan karakteristik sebagai berikut : Suhu udara harian berkisar antara 26
°- 27
° Celcius, dengan suhu udara tertinggi 30° Celcius dan terendah 18
° Celcius. Kelembaban udara berkisar 70-80 . Curah hujan rata-rata
tahunan adalah 1.428,45 mm dengan jumlah hari hujan 75 hari
http:www.indramayu.go.id1profilge ografis.php
Jenis tanah yang dominan di Kabupaten Indramayu adalah tanah Aluvial 52,52, Clay
Grumosol 15,85 dan Podzoloik 31,63. Ketiga jenis tanah ini memiliki permeabilitas
yang rendah dan dengan keadaan topografi yang landai akan berpengaruh terhadap sistem
drainase, bila curah hujan tinggi maka di daerah tertentu akan terjadi genangan air BPS
Kabupaten Indramayu, 2002. Penggunaan lahan di Kabupaten Indramayu pada tabel 1.
Tabel 1. Penggunaan Lahan 3.3 Metode Penelitian
3.3.1
Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengumpulan data sekunder dan data
primer. Data primer diperoleh dari survei dan wawancara dengan petani. Responden
yang di wawancarai dibagi dalam beberapa kategori yaitu, penggarap dan pemilik lahan,
penyewa dan bagi hasil Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah petani berdasarkan masing masing kategori
No Kategori petani
Jumlah Petani
1 Pemilik-penggarap
40
2 Penyewa
13
3
Bagi Hasil 7
Total 60
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi, luas daerah dan tinggi tempat di
atas permukaan laut dpl, data rata-rata curah hujan wilayah Indramayu tahun 1996-
2002, data evaporasi dari Bendung Rentang dan Bendung Cipanas I tahun 1996-2002,
data bencana alam kekeringan dan kebanjiran selama 15 tahun 1989-2003.
3.3.2
Analisis Data
Jenis data dan informasi yang dikumpulkan melalui survey ialah :
1. Tingkat pemanfaatan informasi ramalan iklim dalam sistem usaha tani
2. Teknologi budidaya yang digunakan petani untuk mengantisipasi iklim
ekstrim 3. Analisis ekonomi usaha tani
4. Bantuan yang diterima petani ketika mengalami kerugian yang disebabkan
oleh bencana alam Kuisioner yang digunakan dalam survey
terdapat pada lampiran 3. Bentuk teknologi budidaya yang
dievaluasi dalam penelitian ini lima bentuk pola tanam, yaitu pola tanam yang sudah
pernah dilakukan oleh petani Indramayu diantaranya:
1. Padi+Kacang Panjang 2. Padi+Kacang Hijau
3. Padi+Semangka 4. Padi+Padi
Pola tanam 5 padi-padi merupakan bentuk pola tanam yang umum digunakan oleh
petani Indramayu. Penanaman padi kedua yang biasanya sering terkena kekeringan,
sehingga pengantian jenis tanaman menjadi non-padi pola tanam 1-4 diharapkan dapat
menghindari atau mengurangi kerugian
No Penggunaan Lahan
Luas Lahan ha
1 Sawah 118,513
2 Hutan 34,299
3 Lahan Industri
3,505
4 Permukiman 19,472
5 Perkebunan 6,058
6 Tambakrawakolam 16,231
7
Lain-lain 5,916
12
petani akibat dari kekeringan. Besar perbedaan pendapatan antara petani yang selalu
menggunakan pola padi-padi tanpa memperhatikan informasi prakiraan iklim dan
petani yang menganti tanamannya menjadi non- padi apabila diberikan informasi prakiraan
dijadikan sebagai indikator untuk menentukan besarnya nilai ekonomi informasi prakiraan
iklim.
Prediksi penurunan hasil tanaman padi dan non-padi penanaman kedua akibat kekeringan
diduga dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Allen 1998 dalam FAO
Irrigation and Drainage Paper No 33, yaitu:
⎥⎦ ⎤
⎢⎣ ⎡ −
= ⎥⎦
⎤ ⎢⎣
⎡ − ETc
ETa Ky
Ym Ya
1 1
............ 1 dimana :
Ky = Respon hasil panen akibat ketersediaan air
Ym = Produktivitas maksimum tonha Ya = Perkiraan Produksi aktual tonha
ETa = Evapotranspirasi aktual
ETc = Evapotranspirasi tanaman Nilai Ky untuk tanaman padi diasumsikan sama
dengan 1.0, sedangkan untuk kacang panjang dan kacang hijau diasumsikan sama dengan
nilai Ky rata-rata tanaman kacang-kacangan yaitu 0.87 FAO, 2000. Untuk semangka nilai
Ky ditentukan berdasarkan proporsi antara nilai rata-rata kc semangka dengan kc kacang-
kacangan. Berdasarkan data dari FAO 1998, nilai proporsi tersebut ialah sekitar 0.86,
sehingga nilai Ky yang digunakan untuk semangka sekitar 0.860.87=0.75.
Evapotranspirasi Tanaman ETc diduga dengan menggunakan rumus Doorenbos dan
Pruitt 1977: ETc = Kc x ETp .................................. 2
dimana : ETc = Evapotranspirasi Tanaman
Kc = Koefisien Tanaman ETp = Evapotranspirasi Standard
Evapotranspirasi Standard ETp dapat
diduga dari Evaporasi panci Eo, yaitu: ETp = Kp x Eo ...........................3
dimana : ETp= Evapotranspirasi Standard
Kp = Koefisien Panci Eo = Evaporasi Panci
ETa pada persamaan 1 di asumsikan =
CH apabila ETp CH, ETa = ETp apabila ETp CH.
Mengukur ETp secara praktis digunakan pengertian evapotranspirasi standar
Doorenboss dan Pruitt 1977. ETp adalah evapotranspirasi dari lahan yang ditutupi
100 oleh rerumputan hijau dengan tinggi antara 8 – 15 cm dan karakteristik kekasaran
aerodinamik yang relatif konstan serta minimum selama musim tumbuhnya.
Penyusunan rekomendasi pola tanam untuk antisipasi kejadian iklim ekstrim
Rekomendasi pola tanam ditentukan berdasarkan pada besar nilai prediksi hasil
aktual Ya. Pola tanam yang tanaman keduanya memiliki Ya hampir sama dengan
hasil maksimum Ym merupakan pola tanam yang direkomendasikan. Pendugaan hasil
aktual Ya dilakukan untuk tiga waktu tanam yaitu bulan April, Mei dan Juni
karena di Indramayu panen padi pertama biasanya berlangsung mulai dari bulan April
sampai Juni. Rata-rata umur tanaman hingga panen diasumsikan ± 3 bulan. Asumsi ini
digunakan karena basis waktu untuk perhitungan ialah dengan interval bulanan.
Nilai Ya dihitung dengan menggunakan data iklim hujan dan evaporasi dari tahun 1996-
2002. Menghitung nilai ekonomi prakiraan
informasi iklim
Berdasarkan perhitungan nilai ekonomi petani pada saat Normal dan pada saat El-
Nino dapat ditentukan berapa nilai ekonomi prakiraan informasi iklim.
Menghitung nilai ekonomi prakiraan informasi iklim diasumsikan dua kelompok
petani yaitu, petani responsif dan petani tidak responsif. Petani responsif adalah
petani yang menggunakan pola tanam alternatif Padi+Kacang Panjang,
Padi+Kacang Hijau, Padi+Cabe dan Padi+Semangka, sedangkan petani yang
tidak responsif adalah petani yang hanya menggunakan pola tanam Padi+Padi saja.
Cara perhitungannya sebagai berikut : 1. Asumsikan pada tahun 1991-2005,
dimana El-Nino terjadi pada tahun 1991, 1992, 1993, 1994,1997, 2002 dan 2003,
sedangkan Normal terjadi pada tahun 1995, 1996, 1998, 1999, 2001, 2004 dan
2005
2. Pada tahun El-nino, maka keuntungan yang diperoleh diasumsikan keuntungan
yang telah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, begitu juga pada tahun
normal.
Kumulatif keuntungan selama 15 tahun tersebut dapat diketahui sehingga diperoleh
pola yang paling mengguntungkan.
13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN