19
penyewa dan petani pemilik akan sama, tetapi untuk petani bagi hasil biasanya modal
dikeluarkan oleh penggarap yang melakukan bagi hasil dan hasilnya akan dibagi sama besar
50:50.
Berdasarkan data yang diperoleh, para petani bagi hasil biasanya tidak menanam pada
saat musim gadu, hal ini kemungkinan besar dikarenakan oleh modal yang dibutuhkan cukup
besar namun hasilnya tidak pasti. Pada musim gadu ini keuntungan rata-rata yang
diperoleh petani sekitar Rp 2.978.500 dengan harga gabah Rp 1200 per Kg dan hasil panen
untuk 1 ha sekitar 5 ton. Pada saat musim tanam kedua ini petani penyewa telah
membayar uang sewa pada saat musim tanam pertama rendengan sehingga keuntungan yang
diperoleh oleh petani penyewa dan petani pemilik akan sama, tetapi untuk petani bagi
hasil biasanya modal dikeluarkan oleh penggarap yang melakukan bagi hasil dan
hasilnya akan dibagi sama besar 50:50.
Berdasarkan data yang diperoleh, para petani bagi hasil biasanya tidak menanam pada
saat musim gadu, hal ini kemungkinan besar dikarenakan oleh modal yang dibutuhkan cukup
besar namun hasilnya tidak pasti.
4.5 Bantuan dan Kesesuaian Bantuan
yangdiberikan Pemerintah Kepada Petani
Sekitar 36 responden pernah mendapat bantuan dari PEMDA berupa benih, traktor,
pompa, KUT Kredit Usaha Tani dana pada tahun 20032004, sedangkan sisanya 24
responden tidak pernah mendapat bantuan dari PEMDA. Kategori bantuan dapat berupa
perorangan dan kelompok. Petani biasanya memperoleh bantuan
tersebut secara langsung dan melalui ketua kelompok tani.
Pemberian bantuan kepada petani agar lebih terkoordinasi diberikan oleh PEMDA
ke Ketua Kelompok Tani dan dari ketua akan diteruskan ke petani. Namun ada
beberapa bantuan yang diberikan langsung oleh pihak PEMDA ke petani.
Dari hasil diskusi dan wawancara dapat disimpulkan apakah bantuan yang diterima
petani dari pemerintah atau lembaga lainnya tepat sasarannya atau tidak, hal ini di
simpulkan berdasarkan kisaran angka 1-5, dimana 1 = sangat puas, 2 = puas, 3 = kurang
puas, 4 = sangat tidak puas, 5 = tidak ada komentar.
Ya 60
Tidak 40
Gambar 12. Persentase Responden yang Menerima Bantuan dari Pemda
Langsung 19
Ketua Kel Tani
81
Gambar 14. Persentase Cara Pemberian Bantuan dari PEMDA
Grafik Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Bantuan yang di Peroleh
5 10
15 20
1 2
3 4
5
Tingkat Kepuasan 1 Sangat Puas, 2 Puas, 3 Tidak Puas, 4 Sangat Tidak Puas, 5
Tidak Ada Komentar
J u
mlah R
e sp
o n
d e
n
Gambar 15. Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Bantuan yang di Peroleh
Gambar 13. Bantuan yang di Peroleh Petani
5 10
15 20
25 30
35
1 2
3 4
5 Bantuan
Ju m
lah Ban
tu a
n
20
Sebagian besar petani yang memperoleh bantuan dari PEMDA tidak merasa puas,
karena bantuan yang diberikan kepada petani tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
Bantuan yang diinginkan oleh Petani
adalah berupa Dana, Pupuk dan Perbaikan saluran atau Bendungan, Bor Pantek, Pompa
dan Traktor. Sedangkan bantuan yang sangat diinginkan Petani yaitu Dana, Pupuk dan
Perbaikan saluran atau Bendungan.
4.6 Menyusun Rekomendasi Skenario
Antisipasi Terhadap Kejadian Iklim Ekstrim
4.6.1 Memahami Proses Pengambilan
Keputusan dalam Pemilihan Jenis Teknologi Budidaya Antisipasi
Iklim Ekstrim di Tingkat Petani
Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan para responden, proses pengambilan
keputusan dalam pemilihan jenis teknologi budidaya antisipasi iklim ekstrim masih sangat
sederhana. Para anggota kelompok dikumpulkan oleh ketua kelompok masing-
masing untuk mendiskusikan tindakan yang perlu dilakukan mengantisipasi iklim ekstrim.
Untuk musim tanam pertama beberapa petani di kecamatan tertentu menggunakan
sistem Gogo Rancah jika petani melihat bahwa hujan sudah mulai sedikit.
Beberapa petani di Indramayu telah melakukan sistem Culik untuk mengantisipasi
keterlambatan tanam, sehingga teknik ini selalu dilakukan oleh petani sudah merupakan
kebiasaan memasuki musim tanam ke dua.
Menyikapi kedua pernyataan oleh petani di atas, dapat disimpulkan bahwa petani tersebut
cenderung melakukan tindakan berdasarkan apa yang mereka lihat pada saat itu atau hanya
mengikuti tindakan-tindakan yang telah dilakukan dari dahulu, tanpa
mempertimbangkan informasi iklim yang mereka peroleh. Hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan petani akan pentingnya informasi iklim tersebut
4.6.2 Rekomendasi Skenario
Antisipasi Terhadap Kejadian Iklim Ekstrim
Nilai Ya Potensi Hasil yang telah diperoleh diasumsikan masing-masing petani
yang tidak melakukan tanam padi pada saat gadu melakukan usaha lain seperti menanam
kacang panjang, kacang hijau, cabe dan semangka di masing-masing lahan sawah
yang mereka miliki. Petani diasumsikan melakukan pola seperti yang telah dijelaskan
pada metode penelitian ini.
Hasil ketiga asumsi awal musim tanam, untuk pola tanam kacang panjang, cabe,
kacang hijau dan semangka lebih menguntungkan jika melakukan penanaman
pada awal bulan April baik pada saat normal maupun pada saat El-Nino. Sedangkan untuk
tanaman padi, pada saat El-Nino tanaman padi akan menguntungkan bila ditanam pada
awal bulan Juni dan pada saat Normal pada awal bulan April.
Melihat masing-masing pola tersebut dapat diketahui pola mana yang sangat
menguntungkan petani dan pola tanam alternatif lainnya yang dapat dilakukan oleh
petani selain pola tanam yang sangat menguntungkan tersebut.
Pola yang sangat menguntungkan petani pada saat Normal dan El-nino adalah pola
tanam Padi+Cabe dan Padi+Kacang Panjang. Pada pola di atas beberapa hal
diasumsikan sebagai berikut : a. Lahan yang digunakan petani untuk
menanam dengan wawancara dengan petani
b. Analisis biaya untuk rendengan sesuai dengan wawancara dengan petani
c. Petani yang diasumsikan melakukan pola diatas adalah petani yang hanya
melakukan penanaman pada saat rendengan saja.
d. Pola-pola di atas diasumsikan digunakan petani pada saat Tahun El-nino Tahun
1997 dan tahun Normal 1999 Gambar 16. Bantuan yang di inginkan oleh
Petani
5 10
1 2
3 4
5 6
Bantuan 1 Pompa, 2 Dana, 3 Pupuk, 4 Traktor, 5 Bor Pantek, 6 Perbaikan
SaluranBendungan
Ju m
lah B
an tu
an
21
5000000 10000000
15000000 20000000
25000000 30000000
35000000 40000000
P-KP P-KH
P-C P-S
P e
rb e
d a
a n
Ke unt
unga n de
nga n
Pata n
i P-P R p
h a
El-Nino Normal
4.7 Mengevaluasi Nilai Ekonomi Prakiraan
Informasi Iklim
Disimpulkan dari ke empat pola di atas,
bahwa pola tanam Padi+Cabe dan Padi+Kacang Panjang lebih menguntungkan
jika dilakukan pada saat El-Nino maupun pada saat Normal. Pola tanam Padi+Kacang Hijau
dan Padi+Semangka juga menguntungkan pada saat El-Nino dan Normal , namun pola tanam
Padi+Cabe dan Padi+Kacang Panjang lebih dianjurkan untuk dilakukan.
Jika petani melakukan pola di atas yang nantinya dianjurkan oleh Dinas Pertanian dan
Perternakan yang telah bekerjasama dengan BMG, maka akan meningkatan pendapatan
keuntungan yang diperoleh petani. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh petani
disebut nilai ekonomi prakiraan informasi iklim.
Gambar 18 diperoleh dengan mengasumsikan beberapa tingkat harga. Tujuan
melakukan asumsi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keuntungan yang diperoleh petani
jika terjadi penurunan harga dan kenaikan harga.
Harga normal masing-masing pola tanam dengan harga Rp 2000 untuk pola Padi+Kacang
Panjang, Rp 2000 untuk pola Padi+Kacang Hijau, Rp 3000 untuk pola Padi+Cabe dan Rp
700 untuk pola Padi+Semangka.
Berdasarkan tingkat harga ini pola yang sangat menguntungkan pada saat El-Nino
adalah pola tanam Padi+Cabe dan Padi+Kacang Panjang, tetapi dilihat dari
keuntungannya pola Padi+Kacang Panjang lebih menguntungkan. Maka petani dianjurkan
untuk melakukan pola Padi+Kacang Panjang.
Jika harga naik 25, terjadi peningkatan keuntungan rata-rata dan terjadi penurunan
kerugian jika petani melakukan pola Padi+Kacang Hijau dan pola Padi+Semangka
pada saat Normal. Jika terjadi penurunan harga sebesar
25 dan 50, pola Padi+Kacang Panjang masih dapat dianjurkan untuk dilakukan
pada saat Normal dan El-Nino, untuk pola Padi+Cabe masih dapat dilakukan pada saat
El-Nino, namun tidak dianjurkan untuk dilakukan karena akan merugikan petani,
sedangkan pola Padi+Semangka dilihat dari keuntungan yang diperoleh pada saat El-
Nino sangat sedikit.
Menghitung nilai ekonomi prakiraan
informasi iklim diasumsikan dua kelompok petani yaitu : kelompok petani yang
responsif dan kelompok petani yang tidak responsif. Kelompok petani yang responsif
adalah kelompok petani yang menggunakan pola tanam alternatif Padi+Kacang Panjang,
Padi+ Kacang Hijau, padi+Cabe dan Padi+Semangka pada saat Normal dan El-
Nino. Sedangkan kelompok petani yang tidak responsif adalah kelompok petani yang
hanya menggunakan pola tanam Padi+Padi pada saat El-Nino dan Normal. Menghitung
nilai ekonomi prakiraan informasi iklim diasumsikan pada tahun 1991-2005, dimana
El-Nino terjadi pada tahun 1991, 1992, 1993, 1994,1997, 2002 dan 2003, sedangkan
Normal terjadi pada tahun 1995, 1996, 1998, 1999, 2001, 2004 dan 2005.
Gambar 17. Perbedaan Keuntungan dengan Pola Tanam Padi+Padi
Gambar 18. Perbedaan Keuntungan dengan Petani yang Menggunakan Pola tanam Padi-Padi
8000000 16000000
24000000 32000000
40000000 48000000
El -
Ni n
o No
rm al
El -
Ni n
o No
rm al
El -
Ni n
o No
rm al
El -
Ni n
o No
rm al
Padi-Kacang Panjang
Padi-Kacang Hijau
Padi-Cabe Padi-
Semangka
P e
r b
e d
aan K
e u
n tu
n gan
d e
ng a
n P
e ta
ni P
-P R
p ha
Harga Normal Naik 25 dari Normal
Turun 25 dari Normal Turun 50 dari Normal
22
Dapat di lihat dari grafik di atas bahwa
keuntungan yang diperoleh kelompok petani responsif yang menggunakan pola P+KP,
P+KH, P+C, P+S lebih besar dari kelompok petani yang tidak responsif.
Asumsikan jika keuntungan menanam padi gadu diperoleh petani pada saat El-Nino 50
dari hasil Normal maka dapat dilihat pada gambar 20 bahwa pola Padi+Kacang Panjang
dan pola Padi+Cabe masih dapat dilakukan pada saat Normal dan el-Nino.
V. KESIMPULAN
Bentuk kejadian iklim ekstrim di Indramayu dapat di ketahui dari data sekunder,
dimana dari kejadian banjir dan kekeringan selama 15 tahun, frekuensi kejadian yang sering
terjadi adalah kekeringan yang telah merusak lahan seluas 120.136 ha selama 15 tahun.
Besarnya dampak kejadian iklim ekstrim diduga dari selisih keuntungan yang diperoleh
petani saat melakukan tanam padi gadu pada saat El-Nino, yaitu sekitar Rp 2.733.500.
Rekomendasi skenario
antisipasi terhadap kejadian iklim ekstrim dimulai
dengan menghitung nilai Ya Perkiraan produksi aktual, kemudian dihitung
keuntungan yang diperoleh jika melakukan beberapa pola dan pola yang sangat
mengguntungkan adalah pola Padi+Cabe dan Padi+Kacang Panjang dilakukan pada saat
El-Nino maupun pada saat Normal. Pola tanam Padi+Kacang Hijau dan
Padi+Semangka juga menguntungkan pada saat El-Nino dan Normal , namun pola
tanam Padi+Cabe dan Padi+Kacang Panjang lebih dianjurkan untuk dilakukan.
Nilai ekonomi prakiraan informasi iklim dapat dihitung dengan cara mengasumsikan
dua kelompok petani yaitu petani yang responsif petani yang menggunakan salah
satu pola alteratif Padi+Kacang Panjang, Padi+Kacang Hijau, Padi+Cabe dan
Padi+Semangka dan petani yang tidak responsif petani yang hanya menggunakan
pola Padi+Padi, dari keuntungan kumulatif yang diperoleh oleh kedua kelompok petani
ini selama 15 tahun diperoleh bahwa pola Padi+Kacang Panjang dan Padi+Cabe sangat
mengguntungkan dilakukan pada saat El- Nino.
SARAN
Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang harus diperbaiki, diantaranya perolehan
data yang sangat terbatas, untuk kedepannya agar dapat memperoleh data yang cukup,
sehingga memudahkan dalam perhitungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Allen RG, et al. 1998. Crop Evapotranspiration, Guidelines for
Computing Crop Water Requirements, FAO Irrigation and
Drainage Paper 56. FAO United Nation.
BPS Kabupaten Indramayu. 2002. Indramayu Dalam Angka. BPS
Indramayu. Indramayu BPS Kabupaten Indramayu . 2002.
Kecamatan Cantigi. Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan
Daerah Kabupaten Indramayu.Indramayu
Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Indramayu. 2004. Potensi
Gambar 19. Kumulatif Pendapatan Kelompok Petani yang Responsif dan yang Tidak Responsif
-100000000 100000000
200000000 300000000
400000000 500000000
1991 1993
1995 1997
1999 2001
2003 2005
Tahun Ru
pi a
h
P-KP P-KH
P-C P-S
Tidak Responsif
8000000 16000000
24000000 32000000
40000000 48000000
El -
Ni n
o No
rm al
El -
Ni n
o No
rm al
El -
Ni n
o No
rm al
El -
Ni n
o No
rm al
Padi-Kacang Panjang
Padi-Kacang Hijau
Padi-Cabe Padi-
Semangka
P e
r b
e d
a a
n K e
unt ung
a n
de ng
a n
P e
ta ni
P -P
R p
ha
Harga Normal Naik 25 dari Normal
Turun 25 dari Normal Turun 50 dari Normal
Gambar 20. Perbedaan Keuntungan dengan Petani yang Menggunakan Pola tanam Padi-Padi
23
Kabupaten Indramayu. Indramayu:Indramayu.
Badan Perencanaan Daerah Indramayu. 2006. Indramayu Online Vol. III Edisi I. [ 5
Maret 2007].
http:www.indramayu.go.id1p rofilgeografis.php
Boer R. and Team. 2003. Climate Forecast Information Application: Case Study
at Indramayu District. Report submitted to Asian Disaster
Preparedness Centre, Bangkok, Thailand
Boer R. and A. Setyadipratikto. 2003. Nilai ekonomi prakiraan iklim. Paper
presented at Workshop ‘Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Pertanian di
Sumatera Barat’, Auditorium Universitas Bung Hatta, Padang, 11-
13 Agustus 2003
Boer R, Subbiah AR, Tamkani K, Hardjanto H, Alimoeso S. 2004. Institutionalizing
Climate Information Application: Indonesian Case. Paper disajikan pada
Inter-Regional Workshop on Strengthening Operational
Agrometeorological Services at the National Level, Manila Philippines 22-
26 March 2004.
Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu. 2004. Laporan Tahunan 2003. Indramayu
Doorenbos J, Pruitt WO. 1977. Crop Water Ruquirements. FAO Irrigation and
Drainage Paper 24. FAO United Nation.
Effendi S. 2001. Urgensi Prediksi Cuaca Dan Iklim Di Bursa Komoditas Unggulan
Pertanian. Makalah Falsafah Sains PPs 702 Program Pasca Sarjana
S3. Institut Pertanian Bogor.
http:www.rudyct.250x.comse m1_012sobri.htm
Karyoto. 1995. Peranan BMG dalam Mendukung Keberhasilan
Pembangunan Pertanian di Indonesia Establish BMG Role in Indonesia in
supporting the Sourches of Agricultural. Di dalam : Iklim dan
Produktivitas Pertanian. Prosiding Simposium Meteorologi Pertanian IV
Yogyakarta 26 – 28 Januari 1995. Yogyakarta : Perhimpunan
Meteorologi Pertanian Indonesia. hlm 23.
Kirda C, et al. 2002. Deficit Irrigation
Practices.Water Report 22. FAO United.
Koesmaryono Y et al. 1999. Pendekatan Iptek dalam Mengantisipasi
Penyimpangan Iklim. Di dalam : Strategi Antisipasi Menghadapi
Gejala Alam La-Nina El-Nino Untuk Pembangunan Pertanian.
Prosiding Diskusi Panel; Bogor, 1 Desember 1998. Bogor :
Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia.
Ratri ND. 2005. Mekanisme Kelembagaan dalam Mengantisispasi Kejadian
Iklim Ekstrim Studi Kasus Indramayu. Skripsi. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor
Sullivan DO. 1994. El-Nino and The Southern Oscillation.
http:www.longpaddock
. qld.gov.auHelp.htm [11 April
2007] Zubaida U. 2004. Analisis Kerentanan dan
Mekanisme Adaptasi Petani Padi Indramayu Terhadap Kejadian
Iklim Ekstrim. Skripsi. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Sullivan DO. 1994. El-Nino and The Southern Oscillation.
http:www.longpaddock
. qld.gov.auHelp.htm [11 April
2007] .
24
Lampiran 1
N0 DPM Wilayah 1
I Bagian selatan Kecamatan HaurgelisGabuswetanBangodua
2 II
Bagian utara Kecamatan Indramayu 3
III Bagian utara Kecamatan AnjatanSukra
4 IV
Kecamatan Krangkeng Karangampel JuntinyuatSliyegKertasemayaJatibarang Widasari Sindang Lohbenerbagian utara Bangodua
5 V
Kecamatan LosarangKandanghaurBongasbagian timur Anjatanbagian utara Gabuswetan 6
VI Kecamatan Leleabagian utara Cikedungbagian utara Haurgelisbagian utara Gabuswetan
D PM I D PM I I
D PM I I I
D PM I V D PM V
D PM V I
25
Lampiran 2 No Kecamatan
Batas-Batas Kecamatan
Jumlah Desa
Nama Desa 1.
Cantigi - Sebelah Selatan : Kecamatan Arahan
- Sebelah Barat : Kecamatan Losarang dan Laut Jawa
- Sebelah Utara : Laut Jawa - Sebelah Timur : Kecamatan Sindang
6 Desa Cangkring, Cantigi
Kulon, Cantigi Wetan, Panyingkiran Kidul,
Panyingkiran Lor dan Lamaran Tarung
2. Lelea
- Sebelah Selatan : Kecamatan Bangodua - Sebelah Barat : Kecamatan Cikedung
- Sebelah Utara : Kecamatan Lohbener - Sebelah Timur : Kecamatan Widasari
11 Desa Tunggul Payung,
Tugu, Nunuk, Telagasari, Langensari, Tempel,
Tempel Kulon, Pengauban, Tamansari,
Lelea dan Cempeh.
3. Trisi
- Sebelah Selatan : Kecamatan Losarang - Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
- Sebelah Utara : Kecamatan Bangodua - Sebelah Timur : Kecamatan Cikedung
9 Desa Manggungan, Kendayakan,
Karangasem, Cibereng, Plosokerep, Rajasinga,
Jatimulya, Jatimunggul dan Cikawung
4. Kroya
- Sebelah Selatan : Kecamatan Haurgeulis dan Cikedung
- Sebelah Barat : Kecamatan Haurgeulis - Sebelah Utara : Kecamatan Gabuswetan
- Sebelah Timur : Kecamatan Cikedung 8 Desa Jaya Mulya,
Sukamelang, Temiyang, Sumbon, Temiyang Sari,
Kroya, Tanjung Kerta dan Sukaslamet
5. Gabuswetan
- Sebelah Selatan : Kecamatan Kroya - Sebelah Barat : Kecamatan Bongas
- Sebelah Utara : Kecamatan Kandanghaur - Sebelah Timur : Kecamatan Losarang
10 Desa Drunten
Wetan, Drunten Kulon,
Kedungdawa, Babakanjaya,
Gabuskulon, Gabuswetan, Rancahan, Rancamulya,
Sekarmulya dan Kedokan Gabus
6. Kandanghaur
- Sebelah Selatan : Kecamatan Gabuswetan - Sebelah Barat : Kecamatan Sukra dan
Bongas - Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Timur : Kecamatan Losarang 13 Desa
Karang Anyar,
Wirakanan, Karang Mulya, Wirapanjunan,
Parean Girang, Ilir, Bulak, Curug, Pranti, Eretan
Wetan, Eretan Kulon, Kertawinangun dan Soge
Lampiran 3.
Sumber : BPS Indramayu 2002a-f
26
Kuisioner untuk Petani
Nama : ……………………………….. Umur : ……… tahun Kelompok Tani : ……………………..
Pendapatan Usaha Tani dan Lainnya
1. Luas Lahan : ………. 2. Kelompok petani : a. Penggarap
b. Pemilik lahan-penggarap c. Penyewa
d. Bagi Hasil e. Lainnya
3. Jenis tanaman yang di tanam
No Jenis Tanaman
Luas Lahan yang di tanami Biaya
Hasil 1
2 3
4. Jenis usaha lain selain bertani : a. Buruh
b. Garam c. Dagang
d. Ojek e. Batu Bata
f. Ternak g. Lainnya ..........................
5. Apakah usaha diatas dilakukan secara rutin? a. Ya b. Tidak
Jika Ya, waktunya kapan…………………..
6. Berapa rata-rata penghasilan petani dari usa diatas? 7. Apakah hasil dari usaha diatas dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan
lainnya pendidikan dan hiburan? a. Ya b. Tidak
Jika Tidak bagaimana cara memenuhi kebutuhan tersebut? a. mencari pinjaman
b. menggadai barang c. menjual barang
Tenaga Kerja dan Biaya Produksi Usahatani
1. Jumlah tenaga kerja
No Tanaman Jumlah
Tenaga Kerja
1 2
3
2. Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk sekali masa tanam
Tanaman Kacang
No Saprotan Padi Kedele
Tanah
Kacang Jagung ………
1 Bibit 2 Pupuk
3 Semprotan 4 Pengolahan tanah
5 Irigasi 6 Tenaga kerja
7 Panen 8 Sewa Tanah
9 Pajak Tanah 10 Lainnya
TOTAL 3. Hasil tanaman sekali musim
No Tanaman Hasil
ton 1
Padi
2 ...........
Sambungan Lampiran 3 Pemanfaatan Informasi Ramalan Iklim
27
1. Apakah petani menggunakan informasi ramalan iklim ? a. Ya
b. Tidak
Jika Ya,
a. Dari mana informasi iklim diperoleh dari PPL atau lembaga lainnya, lembaga .............................
b. Tindakan apa yang dilakukan seteleh memperoleh informasi iklim? c. Bagaimana cara memutuskan teknologi yang digunkan untuk menanam
tanaman? 2. Apa bentuk informasi iklim yang diterima?
3. Apakah bentuk informasi ramalan iklim tersebut sesuai dengan kebutuhan petani? a.
Ya b.
Tidak
Jika Tidak, bentuk ramalan apa yang dibutuhkan petani agar dapat membantu dalam mengatur strategi dalam penanaman?
4. Apa yang menyebabkan petani tidak bisa memanfaatkan informasi ramalan iklim secara efektif?
5. Jelaskan kendala yang dihadapi sehingga tidak efektif dalam bisa memanfaatkan informasi ramalan iklim dan berikan bentuk program atau kegiatan yang diharapkan
sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif?
Bentuk Program , Strategi atau Kgiatan yang di lakukan Petani untuk Mengatasi Ancaman Kekeringan atau Banjir
1. Kapan waktu tanam padi pertama yang biasa petani lakukan? 2. Jika informasi iklim meramalkan awal musim hujan akan mundur 1 bulan dari biasanya
apa yang akan dilakukan dengan strategi penanaman? 3. Apakah mundurnya awal masuk musim hujan akan mempengaruhi untuk menanam padi
lagi pada musim tanam kedua? a. Ya b. Tidak
Jika Ya,
a. Apakah petani memilih tanaman lain? Apa jenis tanaman itu? b. Apakah lahan pertanian tersebut diberakan?
4. Jika Informasi iklim meramalkan awal masuk musim hujan akan maju 1 bulan dari biasanya apa yang akan dilakukan dengan strategi penanaman?
5. Apakah majunya awal masuk musim hujan akan mempengaruhi untuk menanam padi lagi pada musim tanam kedua? a. Ya
b. Tidak
Jika Ya,
c. Apakah petani memilih tanaman lain? Apa jenis tanaman itu? d. Apakah lahan pertanian tersebut diberakan?
e. Apakah yang mempengaruhi petani untuk membuat keputusan demikian?
Jika Tidak, Jika tetap tanam padi dan ternyata hujan sudah tidak ada lagi, apa upaya petani?
membuat sumur pompa, ambil air ke sungai dll, biaya yang diperlukan? 6. Jika petani telah menanam padi dan diramalkan bahwa pada bulan Januari atau Februari
akan terjadi banjir apa yang akan dilakukan petani? memperbaiki saluran pembuangan dan penampungan air?
7. Berdasarkan pengalaman petani, jika terjadi banjir apakah tanaman petani gagal?Sebesar apa banjir yang menurut petani dapat menghancurkan tanamannya 1 meter dan
berlangsungnya 1 hari atau 2 hari 8. Jika tanaman hancur oleh banjir, apakah petani akan menanam kembali?
Jika Ya,
a. Apakah petani mengalami masalah biaya, dan apakah ada jalan keluarnya meminjam uang?
b. Jika meminjam uang bagaimana cara pengembalian uangnya bagi hasil?
Jika Tidak apa alsan petani untuk tidak menanam kembali?
9. Jika petani belum menanam dan diramalkan akan terjadi banjir, maka apa yang akan petani lakukan?
Sambungan Lampiran 3
28
Jika tetpa menanam , apa yang akan dilakukan petani agar tanamannya tidak hancur
mengganti dengan varietas yang tinggi sehingga tidak terendam air atau menanam secepat mungkin sehingga pada waktu banjir tinggi tanaman sudah lebih dari 1 meter?
10. Apa yang petani lakukan ketika tidak ke sawah atau ke ladang?
Bentuk Program Bantuan yang diberikan Oleh Pemda ke Ptani jika Terjadi Bencana Alam
1. Apakah petani mendapat bantuan dari Pemda jika terjadi bencana alam ? a. Ya b.
Tidak
Jika Ya
a. Apa bentuk program tersebut ? b. Apa bantuan tersebut diberikan langsung ke petani atau lewat lembaga lain
misalnya LSM, koperasi ketua kelompok tani atau lembaga yang telah ditetapkan oleh Pemda?
2. Apakah ada lembaga lain yang memberikan bantuan selain Pemda ? a. Ya b.
Tidak
Jika Ya
a. Lembaga apa yang memberikan bantuan lepada petani? b. Apa bentuk bantuan yang diberikan lembaga tersebut?
c. Berapa besar bantuan yang diberikan lembaga tersebut? d. Kapan waktu pemberian bantuan tersebut?
3. Apakah di desa ini ada LSM, apa nama LSM tersebut dan apakah bantuan atau keberadaan mereka sangat membantu petani?
4. Apakah menurut petani program atau bantuan yang diberikan pemerintah tidak menandai atau tidak sesuai dengan yang diharapkan petani? a. Ya
b. Tidak
JIka Ya, apa yang diharapkan petani dari bantuan pemerintah yang dapat membantu petani dalam mengatasi masalahnya?
29
1 2
3 4
5 6
7 P a n g a n
S a y u r - s a y u r a n
B u a h - b u a h a n T a n a m a n
T a h u n a n la in U d a n g
G a r a m
B a tu B a ta
R u m in a n s ia
U n g g a s
T r a n s p o r ta s i
W a r u n g D a g a n g
P e m u lu n g
J u m l a h R e s p o n d e n
Jenis Usaha Lain yang di Miliki Responden
EVALUASI TEKNOLOGI PETANI DALAM MENGANTISIPASI IKLIM EKSTRIM DI INDRAMAYU
MERRY SASMITA
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
EVALUASI TEKNOLOGI PETANI DALAM MENGANTISIPASI IKLIM EKSTRIM DI INDRAMAYU
MERRY SASMITA
Skripsi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Geofisika dan Meteorologi
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN
Merry Sasmita. Evaluasi Teknologi Petani Dalam Mengantisipasi Iklim Ekstrim Di Indramayu. Dibimbing oleh Dr.Ir.RIZALDI BOER, MSc.
9
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan suatu kegiatan pertanian dipengaruhi beberapa faktor yaitu fisik dan non
fisik. Iklim merupakan salah satu faktor fisik yang sangat berpengaruh dalam kegiatan
pertanian. Pada saat iklim normal, produksi pertanian relatif stabil sehingga dapat
memberikan keuntungan kepada petani. Apabila terjadi iklim ekstrim atau iklim
menyimpang dari normal, hasil tanaman akan mengalami penurunan atau bahkan bisa gagal
panen yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat pandapatan dan kesejahteraan petani.
Dalam pembangunan pertanian di Indonesia, data dan informasi iklim, seperti
prakiraan jangka panjang, ketersediaan air di suatu wilayah mempunyai peranan yang cukup
besar. Informasi ini sangat diperlukan untuk penetapan waktu tanam yang optimum,
pengolahan lahan pertanian, penanggulangan hama dan penyakit tanaman, penyediaan dan
penyaluran sarana produksi sampai pasca panen Karyoto, 1995.
Indramayu merupakan salah satu daerah di Propinsi Jawa Barat yang sangat rentan
terhadap kejadian iklim ekstrim. Pengamatan dari 1991-1997 menunjukkan kekeringan di
Indramayu umumnya berkaitan dengan kejadian El-Nino. Dampak terhadap pendapatan
masyarakat petani di Indramayu sangat besar. Jumlah keluarga petani yang berada dibawah
garis kemiskinan meningkat secara nyata pada tahun El-Nino Boer et al, 2004.
Pada saat El Niño tinggi hujan biasanya menurun tajam sehingga lahan-lahan pertanian
mengalami kekeringan, sebaliknya pada tahun La-Nina hujan biasanya meningkat dari normal
Sullivan, 1994. Karena Indramyu merupakan daerah yang sangat dipengaruhi oleh fenomena
ENSO, kekeringan atau kebanjiran seringkali terjadi pada saat fenomena tersebut
berlangsung.
Karena sebagian besar masyarakat Indramayu adalah petani, terjadinya iklim
ekstrim sangat merugikan petani. Hasil survey yang dilakukan oleh Zubaida 2004
menunjukkan bahwa keragaman hujan merupakan masalah utama petani padi di
Indramayu dan kemudian diikuti oleh fluktuasi harga, sarana irigasi, ketersediaan saprodi,
hama dan penyakit dan terkahir modal. Oleh karenanya perlu dilakukan kajian tentang
pemanfaatan informasi prakiraan iklim, khususnya hujan dalam membantu petani untuk
mengatasi kejadian iklim ekstrim melalui upaya pemilihan teknologi budidaya yang
sesuai dengan informasi prakiraan.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengevaluasi bentuk teknologi pola
tanam yang dilaksanakan oleh petani Indramayu
2. Menyusun rekomendasi bentuk pola tanam yang dapat digunakan untuk
mengantisipasi kejadian iklim ekstrim 3. Menghitung besar nilai ekonomi
pemanfaatan informasi prakiraan iklim dalam penentuan teknologi pola tanam
sesuai musim.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Iklim Ekstrim di Indonesia
Kegagalan dan keberhasilan panen serta produksi pertanian seringkali dikaitkan
dengan kondisi cuaca dan iklim. Indonesia merupakan Negara yang dilewati oleh garis
katulistiwa dan diapit oleh dua benua dan dua samudra. Posisi unik ini menjadikan
Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional Utara – Selatan
dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal Timur – Barat dikenal
sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi ini sangat mempengaruhi iklim di Indonesia.
Penyimpangan-penyimpangan iklim
dapat terjadi karena terganggunya sirkulasi yang ada. Seperti ENSO El-Nino Southern
Oscillation yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan pada
Sirkulasi Walker. Indikator yang umum digunakan untuk menunjukkan akan terjadi
gejala alam El-Nino ialah terjadinya peningkatan suhu muka laut di kawasan
Pasifik atau menurunnya perbedaan tekanan antara Tahiti dan Darwin di bawah normal
disebut nilai SOI Indeks Osilasi Selatan. Gejala El-Nino dimulai dengan menurunnya
tekanan udara di Tahiti di bawah tekanan udara di Darwin Indeks Osilasi Selatan
bernilai negatif sehingga angin barat bertiup lebih kuat memperlemah angin pasat
sehingga massa air panas di kawasan Pasifik bagian Barat mengalir ke arah Timur dengan
bantuan arus ekuatorial. Akibatnya terjadi akumulasi massa air panas di kawasan
Pasifik bagian Timur dan permukaan air lautnya naik lebih tinggi dibandingkan
dengan kawasan Barat. Kondisi ini mengakibatkan konveksi terjadi di Pasifik