Padi Gadu Analisis Ekonomi Sistem Usaha Tani

15 Sumber Informasi diperoleh petani berasal dari 4 sumber yaitu Ketua Kelompok Tani, KCD Kepala Cabang Dinas Pertanian dan Peternakan, PPL Penyuluh Pertanian Lapangan dan DIPERTA Dinas Pertanian dan Peternakan. Pada gambar 9, jika ada informasi iklim yang meramalkan akan terjadi banjir pada waktu setelah tanam, sebagian besar petani tersebut tidak melakukan antisipasi apa-apa Pasrah, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan informasi iklim belum sepenuhnya dapat dilakukan oleh petani di Kabupaten Indramayu. Untuk daerah Kabupaten Indramayu ini petani biasanya melakukan persemaian untuk musim gadu dengan menggunakan sistem culik untuk mengantisipasi keterlambatan musim hujan tiba, sehingga mereka dapat langsung menanam jika musim hujan telah tiba dan tidak mengalami terlambat tanam, namun hal ini saja tidak cukup untuk mengatasi kondisi ekstrim yang seringkali terjadi. 4.3 Memahami Bentuk-Bentuk Teknologi Usaha Tani di Indramayu Ada beberapa teknik yang dapat menjadi solusi untuk masalah-masalah diatas, diantaranya : Pada Musim Hujan Pada musim hujan ada beberapa teknik :

a. Gogo Rancah penyebaran benih secara

langsung direct seeded Cara ini dapat dilakukan ketika curah hujan rendah tetapi sering. Teknik gogo rancah adalah penanaman bibit padi secara langsung tanpa dilakukannya penyemaian terlebih dahulu Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari sistem gogo rancah ini, antara lain Anonim, 1982 : 1. Pengolahan tanah dapat diangsur sebelum turun hujan 2. Tidak membutuhkan air pada saat pengolahan tanah, kebutuhan air secara keseluruhan jauh lebih sedikit dari pada padi sawah 3. Tidak memerlukan persemaian sehingga menghemat waktu dan tanaman tidak tergantung dengan umur bibit 4. Karena penanaman dapat dilakukan lebih awal, pengaruhnya besar dalam mempersingkat waktu paceklik 5. Tidak banyak tergantung pada curah hujan sehingga resiko mati karena kekurangan air sangat sedikit Untuk dapat mulai tanam biasanya ditandai dengan adanya hujan lebat beberapa hari secara terus menerus, kemudian diikuti dengan panas sekitar dua minggu dan selanjutnya turun hujan lagi secara teratur. Pada saat itu dapat dimulai kegiatan menugal benih. Alat yang digunakan dalam bertanam padi gogo rancah adalah tugal yang dibuat dari kayu bulat. Besar kayu yang dipilih sama dengan lengan tangan, panjang satu sampai satu setengah meter dengan ujung bagian bawah dibuat runcing.

b. Ngipuk dry seeded

Cara ini dilakukan ketika curah hujan tinggi namun tidak sering. Sebelum melakukan penanaman, bibit disemai terlebih dahulu pada sebagian petak sawah dalam keadaan kering beberapa waktu sebelum musim hujan tiba. Setelah musim hujan tiba, bibit yang telah disemai dipindahkan ke seluruh petak sawah. c. Rendengan transplanting system Cara ini digunakan ketika curah hujan tinggi dan sering. Sebelum melakukan penanaman, bibit disemai terlebih dahulu pada sebagian petak sawah dalam keadaan basah beberapa waktu sebelum musim hujan tiba. Setelah musim hujan tiba, bibit yang telah disemai dipindahkan ke seluruh petak sawah. Pada Musim Kering Pada musim kering ada beberapa teknik:

a. Padi Gadu

Cara ini dilakukan jika curah hujan cukup tinggi dan berlangsung lama sekitar lebih dari 3 bulan. b. Sistem Culik melakukan persiapan pembibitan P erb aiki s aluran 3 0 P erb aiki p emb uang an air 2 7 P as rah 4 3 Gambar 9. Persentase jika diramalkan akan Terjadi Banjir 16 Cara ini dapat dilakukan jika curah hujan cukup tinggi tetapi tidak berlangsung sampai tiga bulan. Ketika petani akan panen untuk masa tanam pertama, terlebih dahulu dilakukan panen muda pada sebagian kecil petak sawah, lalu pada petak sawah tersebut ditanami bibit yang akan ditanam untuk masa tanam ke dua. Sehingga pada saat setelah panen bibit yang telah disemai terlebih dahulu dapat langsung ditanam. c. Secondary crop Cara ini digunakan jika setelah dua bulan tidak terjadi hujan. Pada saat petani telah melakukan panen, lalu curah hujan tidak terlalu cukup untuk padi, maka lahan sawah tersebut dapat ditanami tanaman selain padi. d. Fallowing Bera Cara ini dapat digunakan jika hujan turun kurang dari 2 bulan. Jika tidak terjadi hujan dalam beberapa bulan, maka lahan sawah tadi dapat dibiarkan tanpa ditanami terlebih dahulu.

4.4 Analisis Ekonomi Sistem Usaha Tani

Analisis Usahatani Padi pada Musim Pertama Rendengan Musim rendengan merupakan musim pertama tanam padi pada saat curah hujan cukup banyak, biasanya penanaman dimulai pada bulan Oktober, November atau Desember dan Januari. Pada gambar 10 dapat dilihat bahwa responden lebih banyak memilih untuk menanam padi musim rendengan adalah bulan November dan Desember. Responden yang memilih melakukan penanaman pada bulan Oktober adalah sebanyak 7 orang, November 20 orang dan Desember sebanyak 27 orang dan Januari 6 orang. Dilihat dari rata-rata curah hujan pada sepuluh tahun belakangan Gambar 11. Puncak curah hujan terjadi pada bulan Januari, sehingga sekurang-kurangnya dua bulan sebelum bulan Januari petani telah menanam tersebut curah hujan cukup tinggi sehingga padi. Petani mulai menanam sekitar bulan November dan Desember. Pada bulan- bulan petani yakin bahwa tanaman mereka akan mendapatkan air yang cukup agar dapat tumbuh dengan baik. Gambar 10. Persentase Responden yang Melakukan Penanaman Pada Bulan Oktober, November dan Desember Okt 12 Nov 33 Des 45 Jan 10 Gambar 11. Rata-rata Curah Hujan Periode Tahun 1994 – 2003 di Kabupaten Indramayu Sumber : Subag Perencanaan dan Evaluasi Laporan Tahunan 2003 50 100 150 200 250 300 350 Okt Nov Des Jan Feb M ar Apr M ei Juni Juli Agust Sept B u l a n 17 Analisis biaya tanaman padi pada musim rendengan di Indramayu dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Analisis Biaya Pada saat Musim Rendengan 1 ha Komponen No Biaya Satuan Harga satuan Jumlah nilai Rp Sarana Produksi - Benih 25 kg Rp 2500 62500 - Pupuk Urea 2 kw Rp 110000 220000 SP 36 1 kg Rp 150000 150000 KCL 1 kw Rp 200000 200000 1 PPC 6ltr18btl Rp 7500 135000 Pestisida Spontan 4 btl Rp 35000 140000 2 Furadan 1 box Rp 150000 150000 3 Upah Tenaga Kerja - Pengolahan tanah Borongan 1 ha 300000 - Persemaian 5 orang Rp 20000 100000 - Tanam Borongan 1 ha 375000 - Gegaleng 6 orang Rp 25000 150000 - Ngoyos Nyiang 15 orang Rp 20000 300000 -Penyemprotan 7 hari Rp 20000 560000 Biaya Lain - Sewa Tanah 2000 kg Rp 1200 2400000 - Air 1 ha MT 60000 - PBB 1 ha Thn 50000 - Swadaya Desa 70 kg Ha 84000 4 - Lain-lain 22500 Biaya Total Rp 5.459.000 PENERIMAAN TOTAL 5 Hasil 6500 kg Rp 1200 Rp 7.800.000 PENERIMAAN BERSIH 6 Tanah Milik Rp 4.741.000 7 Tanah Sewa Rp 2.341.000 Pada saat penanaman dilakukan secara borongan oleh buruh tani yang berkisar antara 15 – 20 orang, biaya upah yang dikeluarkan untuk satu hari Rp 20.000 - Rp 25.000 tanpa diberi makan, sedangkan jika pemilik lahan memberi makan kepada buruh tani maka biaya yang dibayarkan kepada buruh Rp 15.000 – Rp 20.000. Waktu yang dibutuhkan untuk penyemprotan hanya setengah hari dengan biaya untuk buruh tani sekitar Rp 10.000 - Rp 15.000 dengan buruh tani 2- 4 orang perhektarnya. Biaya yang dikeluarkan oleh penyewa lahan sekitar Rp 1.200.000 per-hektar setiap musim tanam. Biasanya petani di Indramayu melakukan pencocokan harga gabah dengan harga sewa lahan sehingga setiap tahunnya harga sewa lahan ini akan berubah menurut harga gabah. Pembagian air irigasi telah diatur oleh lembaga yang berkepentingan, namun di Indramayu ada yang disebut sebagai “mitra cai” yaitu orang yang bertugas menjaga air yang masuk ke sawah-sawah ketika dialiri air irigasi. Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 60.000 perhektar setiap musim tanam. Selain biaya di atas terdapat biaya swadaya desa antara lain untuk masjid dan desa berkisar sekitar Rp 84.000 per-hektar sawah. Panen dilakukan dengan cara borongan dengan cara bagi hasil yang disebut 6 : 1 yaitu jika hasil panen per hektar diperoleh sebesar lima bagian, maka satu bagian lainnya diberikan kepada yang memanen. 18 Hasil panen untuk 1 ha sekitar 6.5 ton maka setelah dibagi pemilik hanya mendapat 5.5 ton dan yang memanen sebesar 1 ton. Pada musim rendengan ini keuntungan rata-rata untuk tanah milik sendiri adalah sekitar Rp 4.741.000 dengan harga gabah Rp 1200 per Kg dan hasil panen untuk 1 ha sekitar 6.5 ton. Sedangkan untuk tanah sewa petani hanya akan memperoleh keuntungan sekitar Rp 2.341.000. Analisis Usahatani Padi pada Musim Kedua Padi Gadu Musim gadu merupakan musim kedua yang dilakukan petani pada saat musim kemarau. Pada musim ini petani lebih berani untuk mengambil resiko, karena pada saat musim gadu iklim sangat tidak dapat diramalkan oleh petani. Petani di Indramayu sering mengalami kerugian pada saat musim gadu ini namun hal itu tidak membuat mereka berhenti menanam karena memang tidak ada pilihan lain. Sebagian besar penduduk Indramayu merupakan petani dan mata pencarian mereka hanya bergantung pada hasil tani. Jika dilihat dari rata-rata curah hujan selama sepuluh tahun belakangan gambar 11 ini dapat dilihat bahwa pada bulan Mei hingga Oktober jumlah curah hujan tidak mencukupi untuk pertumbuhan padi 100- 150 mm. Sehingga dapat disimpulkan keberhasilan untuk menanam pada musim kedua sangat sedikit. Analisis biaya tanaman padi pada musim gadu di Indramayu dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Analisis Biaya Pada saat Musim Gadu 1 ha No Komponen Biaya Satuan Harga satuan Jumlah nilai Rp Sarana Produksi - Benih 30 kg Rp 2500 75000 - Pupuk Urea 2 kw Rp 110000 220000 SP 36 1 kg Rp 150000 150000 ΚCL 1 kw Rp 200000 200000 1 PPC 6ltr18btl Rp 7500 135000 Pestisida Spontan 4 btl Rp 35000 140000 2 Furadan 1 box Rp 150000 150000 Upah Tenaga Kerja Pengolahan tanah Borongan 1 ha 300000 - Persemaian 5 orang Rp 20000 100000 - Tanam Borongan 1 ha 375000 - Gegaleng 6 orang Rp 25000 150000 - NgoyosNyiang 15 orang Rp 20000 300000 3 - Penyemprotan 7 hari Rp 20000 560000 Biaya Lain - Air 1 ha MT 60000 Swadaya Desa 70 kg Ha 84000 4 - Lain-lain 22500 Biaya Total Rp 3.021.500 PENERIMAAN TOTAL 5 Hasil 5000 kg Rp 1200 Rp 6000000 Penerimaan Bersih Rp 2.978.500 Pada musim gadu ini keuntungan rata-rata yang diperoleh petani sekitar Rp 2.978.500 dengan harga gabah Rp 1200 per Kg dan hasil panen untuk 1 ha sekitar 5 ton. Pada saat musim tanam kedua ini petani penyewa telah membayar uang sewa pada saat musim tanam pertama rendengan sehingga keuntungan yang diperoleh oleh petani 19 penyewa dan petani pemilik akan sama, tetapi untuk petani bagi hasil biasanya modal dikeluarkan oleh penggarap yang melakukan bagi hasil dan hasilnya akan dibagi sama besar 50:50. Berdasarkan data yang diperoleh, para petani bagi hasil biasanya tidak menanam pada saat musim gadu, hal ini kemungkinan besar dikarenakan oleh modal yang dibutuhkan cukup besar namun hasilnya tidak pasti. Pada musim gadu ini keuntungan rata-rata yang diperoleh petani sekitar Rp 2.978.500 dengan harga gabah Rp 1200 per Kg dan hasil panen untuk 1 ha sekitar 5 ton. Pada saat musim tanam kedua ini petani penyewa telah membayar uang sewa pada saat musim tanam pertama rendengan sehingga keuntungan yang diperoleh oleh petani penyewa dan petani pemilik akan sama, tetapi untuk petani bagi hasil biasanya modal dikeluarkan oleh penggarap yang melakukan bagi hasil dan hasilnya akan dibagi sama besar 50:50. Berdasarkan data yang diperoleh, para petani bagi hasil biasanya tidak menanam pada saat musim gadu, hal ini kemungkinan besar dikarenakan oleh modal yang dibutuhkan cukup besar namun hasilnya tidak pasti.

4.5 Bantuan dan Kesesuaian Bantuan