13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Bentuk Kejadian Iklim Ekstrim di Indramayu
Tabel 3. Luas Bencana Alam selama 15 tahun 1989-2003 di Indramayu
Tahun Banjir ha
Kekeringan ha 1989 6733
1990 0 2474
1991 0 34573 1992 0
1993 5038.5 1582
1994 5848 12079
1995 6892 1996 18492
100 1997 0
7730 1998 0
1999 0 329
2000 0 2001 13
2002 6598 26787
2003 0 34482 Jumlah 49615
120136 Berdasarkan tabel 3, kejadian kekeringan
lebih sering terjadi dari tahun 1989 – 2003. 4.2
Analisis Jawaban Responden 4.2.1
Responden Karakteristik Responden
Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 60 responden dari 6 Kecamatan yaitu:
Kecamatan Cantigi, Lelea, Trisi, Kroya, Gabuswetan dan Kandanghaur. Karakteristik
responden di masing-masing kecamatan dibagi dalam 4 kategori yaitu pemilik-penggarap,
pemilik, penyewa dan bagi hasil.
Pada gambar 3 sebagian besar responden di 6 kecamatan ini terdiri dari pemilik lahan-
penggarap sekitar 66 , petani penyewa sekitar 22 dan petani bagi hasil 12 .
Kategori Petani : a.
Penggarap
Penggarap adalah seseorang yang menggarap atau menanam pada suatu lahan
yang bukan miliknya. Penggarap hanya menerima upah dari apa yang dikerjakannya,
dia tidak akan merasa dirugikan jika panen gagal karena dia hanya menggarap lahan
saja. b.
Pemilik lahan-penggarap
Pemilik lahan-penggarap adalah orang yang memiliki lahan sendiri dan dia juga
yang menggarap lahannya tanpa menyewa orang lain
c. Penyewa
Penyewa adalah orang yang menyewa lahan dan menggarapnya sendiri. Jadi orang
yang memiliki lahan hanya menerima uang sewa lahan dari petani ini.
d. Bagi hasil
Bagi hasil adalah jika ada dua orang atau lebih yang membagi hasil panennya.
Luas Lahan Responden
Sebagian besar responden memiliki
lahan seluas 0.75 ha dan 1.5 ha, sedangkan untuk luas 5 ha hanya 3.33 hanya dua
orang dari 60 responden yang memiliki lahan seluas 5 ha
4.2.2 Bentuk Usahatani Utama dan
Kegiatan di Luar Usahatani yang di Lakukan Responden
Gambar 6 menunjukkan bahwa responden yang melakukan usaha lain selain
usaha tani utama menanam padi sekitar 52 dan sisanya 48 tidak melakukan
usaha lainnya. Dari grafik dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indramayu selain
melakukan usaha utama bertani, mereka juga melakukan usaha lain untuk menambah
pendapatan mereka.
Sumber : Seksi Perlindungan Tanaman dan Laporan Tahunan
Gambar 3. Persentase Karakteristik Responden
P e milik- pe ngga r a p
66 P e nye wa
22 Ba gi Ha sil
12
Gambar 4. Persentase Kepemilikan Lahan di Indramayu
5 10
15 20
25
0.25 0.5
0.75 1
1.5 1.75
2 3
4 5
Luas Lahan Ha P
e rsentase
Pemil ik L
a han
P etani
14
Usaha lain yang dilakukan petani antara
lain: Tanaman pangan yang terdiri dari kacang hijau dan cabe, Sayur-sayuran berupa kacang
panjang, Buah-buahan terdiri dari semangka dan mangga, Tanaman Tahunan berupa kelapa,
Ruminansia terdiri dari kambing dan sapi, Unggas berupa itik dan Transportasi berupa
becak lampiran 4
Usaha lain yang dilakukan sebagian besar petani di enam Kecamatan ini seperti menanam
buah-buahan dan beternak.
4.2.3 Analisis Pemanfaatan Informasi
Iklim dari Jawaban Kuisioner Kekeringan dan kebanjiran di Kabupaten
Indramayu hampir terjadi setiap tahun. Petani belum bisa menyesuaikan diri dengan kondisi
tersebut, hal ini disebabkan oleh keterbatasan petani dalam menerima dan memanfaatkan
informasi iklim. Beberapa petani yang telah menerima informasi iklim masih tidak dapat
memanfaatkan informasi iklim ini. Hal ini dikarenakan informasi iklim yang diterima
petani tidak sesuai dengan yang dibutuhkan petani dan juga karena ketidakpercayaan petani
dengan ramalan ini.
Petani di Indramayu lebih sering berspekulasi dalam mengambil keputusan
untuk mulai menanam. Seringkali spekulasi ini beresiko besar, namun petani tidak
memperdulikan hal tersebut.
Ada beberapa teknik yang telah dilakukan petani di Indramayu, salah satunya yaitu sistem
culik. Sistem culik adalah petani melakukan panen lebih awal pada sebagian kecil petak
sawahnya saat rendengan, kemudian pada petak tersebut petani akan melakukan persemaian
untuk musim tanam gadu. Hal ini dilakukan untuk menghindari terlambat tanam untuk
musim tanam ke dua.
Alasan sebagian besar petani tidak menggunakan informasi ramalan iklim adalah
karena ramalan seringkali meleset dan mereka juga mempunyai orang yang mereka percaya
selama ini tentang ramalan-ramalan mengenai waktu, sehingga mereka dapat
memutuskan akan menanam pada musim tertentu atau tidak.
Sekitar 43 responden dari 60 responden yang diwawancarai mendapat informasi
iklim dan 38 responden dari 43 responden yang menerima informasi iklim merasa tidak
puas dengan informasi iklim tersebut, hal ini dapat di lihat pada grafik berikut:
Bentuk Informasi yang diterima petani
berupa keterangan awal Musim Kemarau dan awal Musim Hujan pada tahun tertentu,
sedangkan petani lebih membutuhkan informasi iklim yang lebih spesifik. Petani
pada umumnya menginginkan ramalan yang lebih pasti, tentang berapa persen ketepatan
dari ramalan dan kepastian dari dinas terkait dalam hal ini adalah dinas pertanian dan
perternakan dan dinas pengairan.
Ya 72
Tidak 28
Gambar 6. Persentase Responden yang Mendapat Informasi Iklim
Sesuai 12
Tidak Sesuai
88
Gambar 7. Persentase Kesesuaian Informasi Iklim yang diterima oleh Petani
Gambar 8. Persentase Sumber Informasi Iklim
PPL 21
DIPERTA 9
KCD 30
Ketua Kel Tani
40
Gambar 5. Persentase Petani Melakukan Usaha Lain dan Tidak Melakukan Usaha Lain
Usaha Lain 48
Tidak M elakukan
Usaha Lain 52
15
Sumber Informasi diperoleh petani berasal dari 4 sumber yaitu Ketua Kelompok Tani,
KCD Kepala Cabang Dinas Pertanian dan Peternakan, PPL Penyuluh Pertanian
Lapangan dan DIPERTA Dinas Pertanian dan Peternakan.
Pada gambar 9, jika ada informasi iklim
yang meramalkan akan terjadi banjir pada waktu setelah tanam, sebagian besar petani
tersebut tidak melakukan antisipasi apa-apa Pasrah, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan informasi iklim belum sepenuhnya dapat dilakukan oleh petani di
Kabupaten Indramayu.
Untuk daerah Kabupaten Indramayu ini petani biasanya melakukan persemaian untuk
musim gadu dengan menggunakan sistem culik untuk mengantisipasi keterlambatan musim
hujan tiba, sehingga mereka dapat langsung menanam jika musim hujan telah tiba dan tidak
mengalami terlambat tanam, namun hal ini saja tidak cukup untuk mengatasi kondisi ekstrim
yang seringkali terjadi. 4.3
Memahami Bentuk-Bentuk Teknologi Usaha Tani di Indramayu
Ada beberapa teknik yang dapat menjadi solusi untuk masalah-masalah diatas,
diantaranya :
Pada Musim Hujan
Pada musim hujan ada beberapa teknik :
a. Gogo Rancah penyebaran benih secara
langsung direct seeded
Cara ini dapat dilakukan ketika curah hujan rendah tetapi sering. Teknik gogo rancah adalah
penanaman bibit padi secara langsung tanpa dilakukannya penyemaian terlebih dahulu
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari sistem gogo rancah ini, antara lain
Anonim, 1982 : 1. Pengolahan tanah dapat diangsur
sebelum turun hujan 2. Tidak membutuhkan air pada saat
pengolahan tanah, kebutuhan air secara keseluruhan jauh lebih
sedikit dari pada padi sawah 3. Tidak memerlukan persemaian
sehingga menghemat waktu dan tanaman tidak tergantung dengan
umur bibit 4. Karena penanaman dapat dilakukan
lebih awal, pengaruhnya besar dalam mempersingkat waktu
paceklik 5. Tidak banyak tergantung pada
curah hujan sehingga resiko mati karena kekurangan air sangat
sedikit Untuk dapat mulai tanam biasanya
ditandai dengan adanya hujan lebat beberapa hari secara terus menerus, kemudian diikuti
dengan panas sekitar dua minggu dan selanjutnya turun hujan lagi secara teratur.
Pada saat itu dapat dimulai kegiatan menugal benih.
Alat yang digunakan dalam bertanam padi gogo rancah adalah tugal yang dibuat
dari kayu bulat. Besar kayu yang dipilih sama dengan lengan tangan, panjang satu
sampai satu setengah meter dengan ujung bagian bawah dibuat runcing.
b. Ngipuk dry seeded
Cara ini dilakukan ketika curah hujan tinggi namun tidak sering. Sebelum
melakukan penanaman, bibit disemai terlebih dahulu pada sebagian petak sawah
dalam keadaan kering beberapa waktu sebelum musim hujan tiba. Setelah musim
hujan tiba, bibit yang telah disemai dipindahkan ke seluruh petak sawah.
c.
Rendengan transplanting system
Cara ini digunakan ketika curah hujan tinggi dan sering. Sebelum melakukan
penanaman, bibit disemai terlebih dahulu pada sebagian petak sawah dalam keadaan
basah beberapa waktu sebelum musim hujan tiba. Setelah musim hujan tiba, bibit yang
telah disemai dipindahkan ke seluruh petak sawah.
Pada Musim Kering
Pada musim kering ada beberapa teknik:
a. Padi Gadu