Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah Bab X Pasal 329
ayat 1 dan 2, Barang milik daerah dapat dipindah tangankan dengan cara : a. penjualan
b. tukar menukar c.
hibah, dan d. Penyertaan modal pemerintah daerah
Pengalihan aset tetap dari kabupatenkota terkait pelimpahan kewenangan sekolah menengah dan sekolah khusus, tidak mengikuti prosedur penjualan, tukar
menukar, hibah atau penyertaan modal pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah. Pengalihan aset ini mengikuti ketentuan dalam Pasal 404 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
yang berbunyi : “Serah terima personel, pendanaan, sarana dan prasarana, serta dokumen sebagai
akibat pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, daerah provinsi dan daerah kabupatenkota yang diatur berdasarkan undang-undang ini
dilaksanakan paling lama 2 dua tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan”.
Berdasarkan ketentuan ini, untuk menjamin agar urusan pemerintahan tetap berjalan dengan baik, dilaksanakan juga serah terima personel, pendanaan,
peralatan sarana dan prasarana dan pendanaan P3D sebagai akibat adanya pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, daerah provinsi dan
daerah kabupatenkota.
Ketentuan ini dipertegas dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 120253SJ tanggal 16 Januari 2015 tentang Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan Setelah Ditetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Surat Edaran dimaksud menyatakan bahwa dengan
memperhatikan Pasal 404 di atas, siklus anggaran APBN dan APBD, serta untuk menghindari stagnasi penyelenggaraan pemerintah daerah yang berakibat
terhentinya pelayanan kepada masyarakat, maka penyelenggaraan pemerintahan urusan konkruen yang bersifat pelayanan kepada masyarakat luas dan masif, yang
pelaksanaannya tidak dapat ditunda dan tidak dapat dilaksanakan tanpa dukungan P3D, tetap dilaksanakan oleh tingkatansusunan pemerintahan yang saat ini
melaksanakan urusan pemerintahan konkruen tersebut sampai dengan diserahkannya P3D.
Ketentuan mengenai format berita acara serat terima P3D serta daftar personel yang diserahkan, daftar sarana dan prasarana yang diserahkan dan daftar
dokumen yang diserahkan juga diatur secara khusus dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 1205935SJ tanggal 16 Oktober 2015 tentang Percepatan
Pelaksanaan Pengalihan Urusan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
2.1.3. Penatausahaan Aset
Pelimpahan aset daerah akan mempengaruhi proses penatausahaan aset daerah yang pada akhirnya akan mempengaruhi penyusunan neraca aset daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016, Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi,
dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Penatausahaan aset dilaksanakan untuk memberikan kepastian catatan
atas setiap pengadaan barang milik daerah atau perubahan pencatatan akibat adanya mutasi, penghapusan, hibah, penilaian aset, reklasifikasi aset atau
pengalihan pelimpahan aset, untuk menjaga akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan aset daerah.
2.1.3.1. Pembukuan Dalam kegiatan pembukuan, pengelola barang mendaftar dan mencatat
barang milik daerah ke dalam Daftar Barang Pengelola berdasarkan penggolongan dan kodefikasi barang. Sementara pengguna barangkuasa pengguna barang
melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah yang status penggunaannya berada pada pengguna barangkuasa pengguna barang dalam
daftar barang pengguna daftar barang kuasa pengguna yang kemudian dihimpun oleh pengelola barang. Dalam daftar ini juga dicatat barang milik daerah yang
dimanfaatkan oleh pihak lain.
2.1.3.2. Inventarisasi Inventarisasi barang milik daerah termasuk tanah dan atau bangunan
dilaksanakan paling sedikit 1 satu kali dalam 5 lima tahun, kecuali barang milik daerah berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan yang
inventarisasinya harus dilaksanakan oleh pengguna barang setiap tahun. Laporan hasil inventarisasi ini disampaikan kepada Pengelola Barang paling lama 3 tiga
bulan setelah selesainya inventarisasi.
2.1.3.3. Pelaporan Pelaporan barang daerah dilaksanakan kuasa pengguna barang dengan
menyusun laporan barang kuasa pengguna semesteran dan laporan barang kuasa pengguna tahunan untuk disampaikan kepada pengguna barang sebagai bahan
penyusunan laporan barang pengguna semesteran dan tahunan. Laporan barang pengguna semesteran dan tahunan ini digunakan sebagai bahan penyusunan
neraca SKPD untuk disampaikan kepada pengelola barang. Selanjutnya, pengelola barang menghimpun laporan barang pengguna
semesteran dan tahunan sebagai bahan penyusunan laporan barang milik daerah yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan neraca pemerintah daerah.
2.1.4 Teori Institusional
Teori yang sering digunakan untuk menjelaskan perubahan organisasi pada sektor publik adalah teori institusional. Teori institusional berpendapat
bahwa perubahan organisasi dipaksa oleh lingkungan organisasi Kuipers et al., 2014. Dibandingkan secara sengaja mengimplementasikan perubahan untuk
mencapai efisiensi, organisasi cenderung mengikuti legitimasi dengan menyesuaikan diri terhadap tekanan lingkungan DiMaggio dan Powell, 1983.
Bentuk penyesuaian diri dari suatu organisasi tersebut adalah dengan berusaha menjadi mirip isomorphism Wahyuni dan Adam, 2016. Hawley’s
1968 dalam DiMaggio and Powell 1983 mendeskripsikan isomorphism sebagai proses pembatasan yang memaksa sebuah unit dalam populasi menyerupai unit
lain yang menghadapi kondisi lingkungan yang sama.
DiMaggio and Powell 1983 kemudian membagi perubahan institusional isomorphism menjadi 3 bentuk yaitu :
1. Coersive isomorphism Coersive isomorphism yaitu perubahan berasal dari pengaruh politik dan
masalah legitimasi. Coersive isomorphism merupakan hasil dari baik tekanan formal maupun tekanan informal diberikan kepada organisasi oleh
organisasi lain di atasnya dimana organisasi tersebut bergantung atau oleh harapan budaya masyarakat dimana organisasi tersebut berfungsi. Tekanan
tersebut bisa dianggap sebagai pemaksaan, himbauan atau sebagai undangan untuk bergabung dalam koalisi. Dalam beberapa kondisi,
perubahan organisasi merupakan respon terhadap mandat pemerintah. 2. Mimetic isomorphism,
Mimetic isomorphism yaitu perubahan merupakan hasil dari respon standar terhadap ketidakpastian. Ketidakpastian juga merupakan kekuatan yang
mendorong terjadinya imitasi. Keuntungan dari prilaku mimetic dalam prilaku ekonomi dapat dipahami; ketika organisasi menghadapi masalah
dengan penyebab yang ambigu atau solusi yang tidak jelas, pemecahan masalah ini akan menghasilkan solusi yang layak dengan biaya yang
sedikit Cyret dan March, 1963 dalam DiMaggio dan Powell, 1983. 3. Normative isomorphism
Normative isomorphism
diasosiasikan dengan
profesionalisasi. Profesionalisasi merupakan perjuangan kolektif anggota dari persatuan
profesi untuk mendefinisikan kondisi dan metode kerja mereka, untuk mengontrol produksi dari produser Larson, 1997:49-52 dalam DiMaggio